NIM : PO714203191.026
KELAS : D.IV A
2. RAFIKA, S.Si.,M.Kes.
4. HASNAWATI, S.Si.,M.Kes.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari
campuran berbagai macam sel. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil
dari alam lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Di dalam laboratorium populasi bakteri
ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari
morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Biakan murni adalah biakan yang hanya
berisi 1 jenis bakteri.Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu,
cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran,
cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan.Pembiakan dan identifikasi bakteri bersumber dari spesimen yang
merupakan hasil proses infeksi, sedangkan infeksi itu sendiri dapat berasal dari berbagai
sumber.
Streptococcus sp, sifat umumnya adalah Gram positif (bisa juga gram negatif tua), bulat atau
bulat telur dengan diameter ≤ 2 µm. Pembelahan sel yaitu satu arah, sehingga ditemukan
koloni berpasangan (tersusun diplokokus) atau berderet panjang Homofermentan
(menghasilkan asam laktat) (Dwidjoseputro, D.1998).
B. Tujuan
Untuk mengisolasi Streptococcus sp sehingga dapat mengidentifikasi jenis spesies dari
Streptococcus sp ( mengidentifikasi S. pyogenes, S. viridian, S. gamma hemoliticus ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Streptococcus sp. ( Streptokokus ) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Procaryotae
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Streptococcus agalactiae
Streptococcus equisimitis
Streptococcus pneumoniae
Sifat umum bakteri ini adalah Gram positif (bisa juga gram negatif tua). Bulat
atau bulat telur dengan diameter ≤ 2 µm. Pembelahan sel yaitu satu arah, sehingga
ditemukan koloni berpasangan (tersusun diplokokus) atau berderet panjang.
Homofermentan (menghasilkan asam laktat). (Pelczar, Michael J, 1986)
Klasifikasi klasik :
Media isolasi primer adalah agar darah dengan oksigen yang rendah karena oksidasi
intraseluler dapat menghasilkan hidrogen peroksida yang bersifat toksik bagi bakteri.
(Jawetz, 1991)
Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan streptococcus dapat berupa sputum, urin, tinja,
usapan luka, usapan kulit maupun faring. Pengambilan specimen dari sptum dapat dilakukan
dengan cara
1. Penjelasan prosedur pengambilan sampel
Persiapan pasien : Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun campuran
antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum.
Persiapan Alat :
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak
f. Pengalas
g. Bengkok
h. Tissue
Prosedur pengambilan :
a. Sebelum mengambil spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila
memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
b. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
c. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan nafas
bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
d. Sputum yang dikeluarkan ditampung langsung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum. Sputum yang berkualitas baik
akan tampak kental purulen dengan volume cukup 3-5 ml (Pelczar, Michael J, 1986).
Tutup wadah dengan erat dan segera kirim ke laboratorium. Untuk penanganan
spesimen, dapaat digunakan beberapa cara, antara lain :
Jika sampel kurang dari 2 jam dilakukan pemeriksaan, maka tidak diperlukan
perlakuan khusus. Bakteri Streptococcus cukup tahan pada lingkungan kering, spesimen
berupa kapas lidi dapat dimasukkan ke dalam kantong kertas steril atau tabung steril
untuk dibawa ke labratorium.Jika membutuhkan waktu selama 24 jam (baru dikirim esok
harinya) atau jika dicurigai terdapat bakteri patogen lainnya, misalnya pada infeksi luka,
sangat diperlukan media lain seperti media stuart atau amies ( media transport ).
Jika transpor membutuhkan waktu lebih dari 1 hari, perlu silika gel atau sistem
transpor dengan kertas filter kering. Sistem ini dapat digunakan untuk spesimen usapan
kulit atau faring.
Ada 3 jenis pemeriksaan untuk menentukan jenis Stretococcus :Cara langsung, cara
ini merupakan cara yang paling sederhana, cepat, dan murah. pemeriksaan langsung
bersifat pengujian pendahuluan dengan melakukan pemeriksaan mikrosopis dengan
pengecatan gram. kelemahan pemeriksaan langsung yaitu karena hanya dapat
menentukan bentuk koloni, susunan bakteri dan sifat pengecatan. Bentuk khas dari
Streptococcus gama non-hemolytic adalah berbentuk bulat telur, tampak sebagai
diplokokus, dan kadang-kadang enyerupai batang.Cara isolasi dan kutur ( dengan
mengamati pertumbuhan pada media/kultur ). Identfikasi ( dengan pengecatan, tes
katalase, tes tehadap antigen pada dinding sel, dll ) (Pelcza.r, Michael J, 1986).
BAB III
Bahan
a) Reagen
- Darah
- NaCl 0,9 %
- KOH 10%
- Safranin
- CGV (Carbol Gentian Violet)
- Alcohol 96%
- Lugol
- Indicatormethylred
- α- naftol
b) Media
- Media BHIB (BrainHeartInfussionBroth)
- Media MCA (MacConkay Agar)
- Media BAP (Bloo Agar Plate)
- Media ENDO agar
- Media SIM (Sulfur IndolMotility)
- Media Urea
- Media MR/VP
- Media SCA (Simon Citrat Agar)
- Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan amnitol)
B. CARA KERJA
Hari pertama (I)
Lakukan pemeriksaan mikroskopik pada bahan pemeriksaan dengan pewarnaan
gram, anati di bawah mikroskop
Tanam bahan pemeriksaan pada lempeng agar darah, lalu inkubasi 37℃selama 24
jam.
Hari Kedua (II)
Amati morfologi dan sifat hemolitik pada koloni agar darah. Cirri koloni
Streotococcus bentuk koloni : bulat halus, ukuran kurang dari 1 mm.
Lakukan pewarnaan gram pada koloni tersangka dan amti hasilnya di bawah
mikroskop
Laakukan uji katalase*, amati hasilnya, Streptococcus memberikan hasil negative
Pad koloni Streptococcus beta hemolitik, untuk mengetahui grup A lakukan uji
resistensi terhadap Basitrasin
Untuk mengetahui grup B, lakukan uji CAMP test
Untuk mengetahui grup C, lakukan uji resistensi terhadap SXT
*untuk uji katalase dapat di bandingkan hasilnya dengan uji katalse Staphylococcus.
Uji resistensi Basitrasin :
Cara kerja yaitu dengan menanam cakram antibiotic basitrasin pada media agar
darah yang sudah terlebih dahulu di tanam bakteri tersangka, demikian pula halnya
dengan uji resistensi terhadap SXT.
Tanamkan S. aureus pada agar darah dengan cara membuat garis di tengah –
tengah agar darah dengan menggunakan ose. Tanamkan koloni Streptococcus
membentuk garis tegak lurus dengan S. aureus , inkubasi 37℃ selama 24 jam. Amati
adanya zona hemolisis membentuk panah diantara goresan S. aureus dan Streptococcuc.
Hari Ketiga (III)
Amati hasil uji resistensi terhadap Basitrasin
BAB IV
Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan sampel pada suspense
bakteri BHIB didapatkan bakteri gram positif (ungu) berbentuk coccus dengan
susunan streptococcus.
c. Media karbohidrat
Hasil penanaman pada media karbohidrat dari media Blood Agar Plate
(BAP)
Gambar Keterangan
Hasil penanaman pada media karbohidrat dari media Manitol Salt Agar
(MSA).
Gambar Keterangan
B. Pembahasan
Hari kedua (II)
Terjadi kekeruhan pada media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)yang
menandakan tumbuhnya bakteri apda media tersebut.
Bakteri berbentuk coccus bergerombol yang artinya bakteri yang didapatkan adalah
Streptococcus. Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena
berwarna ungu, artinya bakteri mampu mengikat zat warna CGV dan mampu
mempertahankan warna ungu sehingga tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol
96%.
Pada praktikum kali ini diguanakan tiga sampel tersangka yaitu sp, sv dan sg.
Identifikasi dilakuakan melalui bebrapa cara dan didapatkan hasil :
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bahan pemeriksaan dengan sampel sp didapatkan bakteri Streptococcus
pyogenessedangkan dari sampel sv didapatkan bakteri Streptococcus viridan dan dari
sampel sg dodaptkan bakteri Streptococcus gamma hemoliticus.
B. Saran
Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat tinggi.
Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond, dan jas
laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga sangat
diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu, sepatutnya kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan
lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa ditanggulangi.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., Dasar-dasarMikrobiologi, Jakarta, Djambatan
Pelezar, Michael J., dan Chan, E,C S., 1986. Dasar-dasarmikrobiologi, Universitas Indonesia, UI _Press,
Jakarta