Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN IV

“ISOLASI DAN IDENTIFIKASI


STREPTOCOCCUS sp”

NAMA : NURHALISA HASRI

NIM : PO714203191.026

KELAS : D.IV A

MATA KULIAH : BAKTERIOLOGI II

NAMA DOSEN : 1. MURSALIM, S.Pd.,M.Kes.

2. RAFIKA, S.Si.,M.Kes.

3. SITI HADIJAH, S.Si.,M.Kes.

4. HASNAWATI, S.Si.,M.Kes.

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PRODI SARJANA TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020-2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari
campuran berbagai macam sel. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil
dari alam lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Di dalam laboratorium populasi bakteri
ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari
morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Biakan murni adalah biakan yang hanya
berisi 1 jenis bakteri.Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu,
cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran,
cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan.Pembiakan dan identifikasi bakteri bersumber dari spesimen yang
merupakan hasil proses infeksi, sedangkan infeksi itu sendiri dapat berasal dari berbagai
sumber.
Streptococcus sp, sifat umumnya adalah Gram positif (bisa juga gram negatif tua), bulat atau
bulat telur dengan diameter ≤ 2 µm. Pembelahan sel yaitu satu arah, sehingga ditemukan
koloni berpasangan (tersusun diplokokus) atau berderet panjang Homofermentan
(menghasilkan asam laktat) (Dwidjoseputro, D.1998).

B. Tujuan
Untuk mengisolasi Streptococcus sp sehingga dapat mengidentifikasi jenis spesies dari
Streptococcus sp ( mengidentifikasi S. pyogenes, S. viridian, S. gamma hemoliticus ).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Streptococcus sp. ( Streptokokus ) memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Divisio : Procaryotae

Class : Schyzomycetes

Ordo : Eubacteriales

Family : Streptococcaceae

Genus  : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pyogenes 

Streptococcus agalactiae

  Streptococcus equisimitis

 Streptococcus faecalis ( S.bovis, S.equinus )

 Streptococcus pneumoniae

 Streptococcus viridans ( S. mitis, S. sanguis, S. milleri, S. mutans )

Sifat umum bakteri ini adalah Gram positif (bisa juga gram negatif tua). Bulat
atau bulat telur dengan diameter ≤ 2 µm. Pembelahan sel yaitu satu arah, sehingga
ditemukan koloni berpasangan (tersusun diplokokus) atau berderet panjang.
Homofermentan (menghasilkan asam laktat). (Pelczar, Michael J, 1986)

Klasifikasi klasik :

1. Streptococcus beta hemolytic : hemolisa darah sempurna. Merupakan pemecahan


sempurna dari sel darah merah sehingga menghsilkan zona jernih disekitar koloni.
2. Streptococcus alpha hemolytic : hemolisa tidak sempurna, mampu melisiskan eritrosit
sebagian atau mendekstruksi sebagian eritrosit sehingga menghasilkanzona kehijauan
di sekitar koloni.
3. Streptococcus gama non-hemolytic :tidak menghemolisa darah (anhemolisis), tidak
menunjukan terjadinya pemecahan eritrosit di sekitar koloni sehingga tidak terdapat
zona disekitar koloni(Jawetz, 1991)

Sifat pertumbuhan : pH : 7,4 - 7,6, Suhu pertumbuhan : 37oC.

Media isolasi primer adalah agar darah dengan oksigen yang rendah karena oksidasi
intraseluler dapat menghasilkan hidrogen peroksida yang bersifat toksik bagi bakteri.
(Jawetz, 1991)

Penyakit klinis yang ditimbulkan :

Infeksi tenggorokan dan kulit (S.pyogenes/grup A) bersifat paling virulen. Sepsis


neonatus, infeksi purpuralis, meningitis ( S.agalactiae/grup B ). Penyakit pada hwan
( S.equisimitis ). Infeksi saluran kemih dan empedu, septikemia, endokarditis
( S.faecalis/grup D ). Pembentukan plak pada gigi ( S.mutans )(Ganiswarna, S.G, 2000)

Terdapat sekitar 20 spesies dari streptococcus sp., sehingga perlu klasifikasi untuk


dapat ditentukan jenisnya. Ada 3 cara klasifikasi, yaitu berdasarkan karakteristik
pertumbuhan koloni, pola hemolisis pada media agar darah/kaldu pepton darah ( untuk
mengetahui jenis alpha, beta, dan gama ), serta dengan cara serologi yaitu mengetahui
komposisi antigenik dari substansi dinding sel (Pelczar, Michael J, 1986).

Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan streptococcus dapat berupa sputum, urin, tinja,
usapan luka, usapan kulit maupun faring. Pengambilan specimen dari sptum dapat dilakukan
dengan cara
1. Penjelasan prosedur pengambilan sampel
Persiapan pasien : Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun campuran
antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum.
Persiapan Alat :
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak
f. Pengalas
g. Bengkok
h. Tissue
Prosedur pengambilan :
a. Sebelum mengambil spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila
memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
b. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
c. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan nafas
bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
d. Sputum yang dikeluarkan ditampung langsung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum. Sputum yang berkualitas baik
akan tampak kental purulen dengan volume cukup 3-5 ml (Pelczar, Michael J, 1986).

Tutup wadah dengan erat dan segera kirim ke laboratorium.  Untuk penanganan
spesimen, dapaat digunakan beberapa cara, antara lain :

Jika sampel kurang dari 2 jam dilakukan pemeriksaan, maka tidak diperlukan
perlakuan khusus. Bakteri Streptococcus cukup tahan pada lingkungan kering, spesimen
berupa kapas lidi dapat dimasukkan ke dalam kantong kertas steril atau tabung steril
untuk dibawa ke labratorium.Jika membutuhkan waktu selama 24 jam (baru dikirim esok
harinya) atau jika dicurigai terdapat bakteri patogen lainnya, misalnya pada infeksi luka,
sangat diperlukan media lain seperti media stuart atau amies ( media transport ).

Jika transpor membutuhkan waktu lebih dari 1 hari, perlu silika gel atau sistem
transpor dengan kertas filter kering. Sistem ini dapat digunakan untuk spesimen usapan
kulit atau faring.

Ada 3 jenis pemeriksaan untuk menentukan jenis Stretococcus :Cara langsung, cara
ini merupakan cara yang paling sederhana, cepat, dan murah. pemeriksaan langsung
bersifat pengujian pendahuluan dengan melakukan pemeriksaan mikrosopis dengan
pengecatan gram. kelemahan pemeriksaan langsung yaitu karena hanya dapat
menentukan bentuk koloni, susunan bakteri dan sifat pengecatan. Bentuk khas dari
Streptococcus gama non-hemolytic adalah berbentuk bulat telur, tampak sebagai
diplokokus, dan kadang-kadang enyerupai batang.Cara isolasi dan kutur ( dengan
mengamati pertumbuhan pada media/kultur ). Identfikasi ( dengan pengecatan, tes
katalase, tes tehadap antigen pada dinding sel, dll ) (Pelcza.r, Michael J, 1986).
BAB III

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

A. Alat dan Bahan


 Alat
-        Objek Glass
-        Ose bulat dan ose lurus
-        Lampu spiritus
-        Bak pewarnaan
-        Tabung reaksi
-        Mikroskop
-        Pipet tetes
-        Incubator
-        Korek gas

 Bahan
a)      Reagen
-    Darah
-    NaCl 0,9 %
-    KOH 10%
-    Safranin
-    CGV (Carbol Gentian Violet)
-    Alcohol 96%
-    Lugol
-    Indicatormethylred
-    α- naftol

b)   Media
-   Media BHIB (BrainHeartInfussionBroth)
-   Media MCA (MacConkay Agar)
-   Media BAP (Bloo Agar Plate)
-   Media ENDO agar
-  Media SIM (Sulfur IndolMotility)
-   Media Urea
-    Media MR/VP
-    Media SCA (Simon Citrat Agar)
-   Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan amnitol)
B. CARA KERJA
 Hari pertama (I)
 Lakukan pemeriksaan mikroskopik pada bahan pemeriksaan dengan pewarnaan
gram, anati di bawah mikroskop
 Tanam bahan pemeriksaan pada lempeng agar darah, lalu inkubasi 37℃selama 24
jam.

      
 Hari Kedua (II)
 Amati morfologi dan sifat hemolitik pada koloni agar darah. Cirri koloni
Streotococcus bentuk koloni : bulat halus, ukuran kurang dari 1 mm.
 Lakukan pewarnaan gram pada koloni tersangka dan amti hasilnya di bawah
mikroskop
 Laakukan uji katalase*, amati hasilnya, Streptococcus memberikan hasil negative
 Pad koloni Streptococcus beta hemolitik, untuk mengetahui grup A lakukan uji
resistensi terhadap Basitrasin
 Untuk mengetahui grup B, lakukan uji CAMP test
 Untuk mengetahui grup C, lakukan uji resistensi terhadap SXT
*untuk uji katalase dapat di bandingkan hasilnya dengan uji katalse Staphylococcus.
Uji resistensi Basitrasin :
Cara kerja yaitu dengan menanam cakram antibiotic basitrasin pada media agar
darah yang sudah terlebih dahulu di tanam bakteri tersangka, demikian pula halnya
dengan uji resistensi terhadap SXT.

Uji CAMP test :

(tidak dilakukan dalam praktikum)

Tanamkan S. aureus pada agar darah dengan cara membuat garis di tengah –
tengah agar darah dengan menggunakan ose. Tanamkan koloni Streptococcus
membentuk garis tegak lurus dengan S. aureus , inkubasi 37℃ selama 24 jam. Amati
adanya zona hemolisis membentuk panah diantara goresan S. aureus dan Streptococcuc.
 Hari Ketiga (III)
 Amati hasil uji resistensi terhadap Basitrasin

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENGAMATAN
 Hari Kedua (II)
 Hasil penanaman pada media BHIB ( Brain Heart Infusision Broth)

Keterangan : -Terjadi kekeruhan setelah ditanami bakteri


- Terdapat endapan putih

 Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan sampel pada suspense
bakteri BHIB didapatkan bakteri gram positif (ungu) berbentuk coccus dengan
susunan streptococcus.

 Hari Ketiga (III)


a. Koloni yang tumbuh pada media :

BAP (Blood Agar Plate) MSA (Manitol Salt Agar)


b. Hasil pewarnaan gram
 Hasil pewarnaan gram dari media blood agar plate dan manitol salt agar
Media BAP Media MSA
Bentuk koloni Bulat, cembung Bulat
Warna koloni Abu-abu Kuning
Elevasi Datar cembung
Sifat gamma hemolitik fermentasi manitol

Manitol salt agar biakan Blood agar plate sampel


keterangan keterangan
bentuk : basil bentuk : coccus
susunan : berantai susunan : bergrombolan
sifat : gram negatif sifat : gram positif
tersangka : streptobasil tersangka : staphylococcus

 Hari Keempat (IV)


a. TSIA
Hasil penanaman pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Media manitol salt agar biakan media blood agar plate sampel
Keterangan keterangan

Lereng :Acid (Kuning) Lereng : Acid (Kuning)

Dasar : Alkali (merah) Dasar : Acid (Kuning)

Gas : Negative Gas : Negatif

H2S : Negatif H2S : Positif

b. Hasil penanaman pada media SIM (sulfur indol motility)

Media mannitol salt agar biakan Blood agar plate sampel


Keterangan keterangan
Sulfur : Negatif Sulfur : Negatif
Indol : Negatif indol : Negatif
Motility : Negatif motility : Positif

c. Media karbohidrat
 Hasil penanaman pada media karbohidrat dari media Blood Agar Plate
(BAP)
Gambar Keterangan

Laktosa : positif (+) / bakteri mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan dan tidak terdapat gelembug gas (-).

Maltosa : positif (+) / bakteri mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan dan tidak terdapat gelembug gas (-).

Glukosa : positif (+) / bakteri mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan dan tidak terdapat gelembug gas (-).

Sukrosa : negatif (-) / bakteri tidak mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan tidak terdapat gelembug gas (-).
Manitol : positif (+) / bakteri mampu
memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan dan tidak terdapat gelembug gas (-).

 Hasil penanaman pada media karbohidrat dari media Manitol Salt Agar
(MSA).

Gambar Keterangan

Laktosa : positif (+) / bakteri mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan dan tidak terdapat gelembug gas (-).

Maltosa : positif (+) / bakteri mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan dan tidak terdapat gelembug gas (-).

Glukosa : positif (+) / bakteri mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan dan tidak terdapat gelembug gas (-).
Sukrosa : negatif (-) / bakteri tidak mampu
memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan tidak terdapat gelembug gas (-).

Manitol : negatif (-) / bakteri tidak mampu


memfermentasikan karbohidrat yang ada pada
media dan tidak terdapat gelembug gas (-).

B. Pembahasan
 Hari kedua (II)
 Terjadi kekeruhan pada media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)yang
menandakan tumbuhnya bakteri apda media tersebut.
 Bakteri berbentuk coccus bergerombol yang artinya bakteri yang didapatkan adalah
Streptococcus. Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena
berwarna ungu, artinya bakteri mampu mengikat zat warna CGV dan mampu
mempertahankan warna ungu sehingga tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol
96%.

 Hari ketiga (III)


 Media
1) MSA (mannitol salt agar): koloni berbentuk bulat,sedang,cembung dan smooth
serta terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya menandakan
bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah indicator
yang terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH asam.
MSA ini merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus dan pada
pemeriksaan dibwah mikroskop di dapatkan bakteri berbentuk basil,susunan
bearantai (streptobasil), dan sifat gram negatif
2) BAP (blood agar plate): dari hasil pengamatan pada media blooad agar plate di
dapatkan koloni dengan bentuk bulat dengan ukuran kecil, elevasi cembung,sifat
kasar. Dan pada pemeriksaan secara mikroskopik didapatkan hasil basil gram
positif dengan susunan bergrombol atau staphylococcus.

o Hari ke empat (IV)


 Hasil uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar )
Pada media triple sugar iron agar dari media mannitol salt agar dasarnya
mengalami perubahan warna dari orange menjadi warna merah atau alkali
lerengnya dari wrna orange menjadi wrna kuning atau acid tidak terdapat endapan
hitam H2S dan tidak terdapat gas. Dan pada media triple sugar iron agar dari
media blood agar plate dasarnya mengalami perubahan warna dari warna orange
menjadi warna kuning atau acid dan lerengnya juga berwarna menjadi warnah
kuning atau acid dan positif terdapat gas yang ditandai dengan adanya ruang pada
media dan di dapatkan hasil negatif pada H2S karena tidak terderdapat endapan
pada media.
 Hasil Pada Media SIM (Sulfur Indol Motility)
Pada media SIM(Sulfur Indol Motility) koloni dari meida MSA (mannitol
salt agar) didapatkan hasil bahwa sulfur,indol dan motylitynya adalah negatif
yang menandakan tidak ada pertumbuhan bakteri. Sedangkan pada SIM dari
koloni maedia BAP (blood agar plate ) di dapatkan hasil negatif pada sulfur,indol
dan pada motilitynya di dapatkan hasil positif yang menandakan bahwa bakteri
mempunyai alat gerak.
 Hasil pada Uji Karbohidrat
 Pada uji karbohidrat dari media MSA (mannitol salt agar) di dapatkan hasil
di dapatkan hasil negarif pada media sukrosa, manitol, maltosa, dan laktosa
dan negatif gas pada media tersebut sedangkan hasil positif didapatkan
pada media glukosa dengan negatif gas.
 Sedangkan pada uji karbohidrat dari media BAP(blood agar plate) di
dapatkan hasil negatif pada sukrosa serta negatif gas, sedangkan media
yang di dapatkan hasil positif adalah pada media glukosa, manitol, maltosa,
dan laktosa serta didapatkan negatif gas.

Adapun hasil negatif didapatkan dengan tidak adanya perubahan warna


indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning.Tidak
terjadinya perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di
dalamnya tidak mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk
asam.
Hasil positif dengan di tandai adanya perubahan warna indikator yang
terdapat dalam media in yaitu biru menjadi kuning. Perubahan warna terjadi
karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gua
berupa produk asam.
 Kemudian pada uji koagulasi pada media manitol salt agar mengalami aglutinasi
yang menandakan hasil positif sedangkan pada media blood agar plate juga
terdapat aglutinasi dan didaptkan hasil positif.

 Uji Katalase (H2O2 + koloni)


Pada tes ini didapatkan hasil negatif karena tidak menghasilkan gelembung-
gelembung.Hal ini berarti H2O2 yang diberikan tidak dipecah oleh bakteri katalase
negatif.Misalnya Streptococcus sehingga tidak menghasilkan oksigen.Dari tes ini
dapat menunjang dugaan bahwa yang tumbuh adalah bakteri Sterptococcus,
karena Sterptococcus termasuk bakteri katalase negatif yaitu bakteri yang tidak
menghasilkan enzin katalase.

Umumnya Streptococcus bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang


bersifat anaerob obligat. Pada perbenihan biasa pertumbuhan kurang subur jika ke dalam
media tidak ditambahkan darah atau serum. Terdapat beberapa spesies Streptococcus
diantaranya :
a. Streptococcus hemoliticus meragi glukosa dengan membentuk asam laktat yang
dapat menghambat pertumbuhannya. Tumbuh subur bila diberi glukosa berlebuih dan
diberikan bahan yang dapt menetralkan asam laktat yang terbentuk
b. Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media. Untuk isolasi
primer harus dipaki media yang mengandung darah lengkap, serum atau transudat
misalnya cairan asites atau pleura. Penambahan glukosa dalm konsentrasi 0.5%
meningkatkan pertumbuhan tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel
darah merah. (Ganiswarna, S.G, 2000)

Pemeriksaan langsung dapat di lakukan dari sputum dan seringkali hasilnya


menemukan kokus tunggal atau bepasangan, jarang ditemukan kokus berantai. Jika pada
pemeriksaan lagsung terlihat adanya Streptococcus tetapi tidak tumbuh dalam suatu
perbenihan, harus dipikirkan kemungkinan kuman bersifat anaerob. Bahan pemeriksaan
dapt ditanam pada lempengan adar darah, jika diduga kumanya bersifat anaerob juga di
tanam dalm perbenihan tioglikolat. Pada lempeng agar darah Streptococcus hemoliticus
grup A akan tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Di dalm perbenihan dari bahn kuman
Streptococcus viridan dan enterococcus tumbuhnya dapat sangat lambat. Kadar CO2 10
% dapat mempercepat terjadinya hemolisis. Cakram basitrasin yang mengandung 0.2 unit
dapat pula menghambat pertumbuhan Streptococcus grup A (Sumadio, H., dan Harahap,
1994)

Pada praktikum kali ini diguanakan tiga sampel tersangka yaitu sp, sv dan sg.
Identifikasi dilakuakan melalui bebrapa cara dan didapatkan hasil :

1. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram, didapat hasil :


Bentuk : coccus
Susunan : berantai, diplokokus, monokokus
Sifat : gram positif
Tersangka : Streptococcus sp
2. Pembiakan (morfologi dan difat koloni pada agar darah)

Kriteria Koloni : sp Koloni : sv Koloni : sg


Bentuk koloni Bulat, koloni Bulat, koloni Bulat, koloni
kecil tipis kecil tipis kecil tipis
Warna koloni Putih Hitam Putih
Susunan Berantai, atau Berantai, atau Berantai, atau
berpasangan berpasangan berpasangan
Elevasi Convex Convex Convex
Permukaan Molst Molst Molst
Pinggiran Rata Rata Rata
Karakteristik Hemolisis Hemolisisi Tidah
hemolisis sempurna, tidak hemolisis,
terdapt zona sempurna, tidak lisis,
terang perubahan koloni tetap
hemolisis warna agak berwarna putih
disekitar hijau- (anhemolisis)
koloni. kehitaman
disekitar
koloni

3. Uji resistensi terhadap basitrasin dan penanaman pada gula-gula


Pengujian Koloni : sp Koloni : sv Koloni : sg

Penanaman pada Positif (+) Positif (+) Positif (+)


gula-gula memfermentasi memfermentasi memfermentasi
glukosa glukosa glukosa, gas (+)

Uji resistensi Sensitive Sensitif (terdapat Resisten


Basitrasin Diameter : 28 zona)
mm, terdapat
zona

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bahan pemeriksaan dengan sampel sp didapatkan bakteri Streptococcus
pyogenessedangkan dari sampel sv didapatkan bakteri Streptococcus viridan dan dari
sampel sg dodaptkan bakteri Streptococcus gamma hemoliticus.

B. Saran
Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat tinggi.
Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond, dan jas
laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga sangat
diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.

Oleh karena itu, sepatutnya kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan
lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa ditanggulangi. 

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., Dasar-dasarMikrobiologi, Jakarta, Djambatan

Jawetz, E., Melnick, J, L., Adelberg, E, A 1991.,MikrobiologiUntukProfesiKesehatan (Refiew of medical


michrobiology) EGC, PenerbitBukuKedokteran

Pelezar, Michael J., dan Chan, E,C S., 1986. Dasar-dasarmikrobiologi, Universitas Indonesia, UI _Press,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai