Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

LABORATORIUM DIAGNOSTIK

KLEBSIELLA OXYTOCA

Oleh:

Adreanna Mazaya, SKH B94184102


Irwan, SKH B94184121

Kelompok B1
PPDH Angkatan I 2018/2019

Dosen Pembimbing:
Dr Drh Safika, MKes

BAGIAN DIAGNOSTIK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam merupakan komoditi yang sangat menguntungkan di Indonesia,


selain karena dagingnya. Daging ayam merupakan protein asal hewan yang paling
sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena harganya murah dan
memiliki nilai gizi tinggi. (Cahyono 2011). Baik daging ayam dan ayam
merupakan sumber penularan bakteri. Feses dari ayam dapat mencemari
lingkungan dan daging ayam. Bakteri-bakteri ini dapat menginfeksi manusia dan
menyebabkan penyakit. Selain itu, bakteri yang terdapat pada ayam sering kali
merupakan bakteri yang resisten terhadap berbagai antibiotik. Hal tersebut
diakibatkan penggunaan obat-obatan yang tidak bijak dalam pemeliharaan ayam
di peternakan. Infeksi bakteri resisten antibiotik akan menyebabkan terapi yang
sulit akibat pilihan antibiotik yang sedikit atau bahkan tidak ada (Guo et al. 2016).
Bakteri cemaran yang berasal dari ayam umumnya merupakan bakteri
famili Enterobacteriaceae. Bakteri Enterobacteriaceae dapat ditemukan pada
lingkungan, kulit dan saluran pencernaan. Seringkali bakteri ini merupakan
mikroflora normal dalam saluran pencernaan, namun apabila keluar dari saluran
pencernaan dapat menyebabkan infeksi parah. Salah satu bakteri
Enterobacteriaceae yang berasal dari ayam, yaitu Klebsiella oxytoca (Kilonzo-
Nthenge et al. 2008).
Bakteri Klebsiella oxytoca merupakan bakteri yang dapat ditemukan pada
saluran pencernaan ayam. Diketahui Klebsiella oxytoca dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan seringkali resisten terhadap berbagai antibiotik (Singh
et al. 2016). Pengetahuan tentang Klebsiella oxytoca penting diketahui untuk
mencegah terjadinya outbreak pada peternakan dan penularan ke manusia.

Tujuan

Mengetahui informasi, mekanisme infeksi dan patogenesa bakteri


Klebsiella oxytoca dan cara mendiagnosanya serta pencegahan dan
pengobatannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Famili Enterobacteriaceae

Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri gram negatif berbentuk


batang. Bakteri ini terdapat pada usus manusia dan hewan. Enterobacteriaceae
bersifat anaerob fakultatif, memiliki struktur antigenik yang komplek, dan
menghasilkan berbagai toksin yang mematikan. Enterobacteriaceae dapat
menyebabkan beberapa penyakit infeksi seperti septikemia, infeksi saluran kemih,
pneumonia, kolesistitis, kolangitis, peritonitis, meningitis dan gastroenteritis.
Enterobacteriaceae terdiri dari 25 genus dan 110 spesies, namun hanya hanya 20-
25 spesies yang memiliki arti klinis (Brooks et al. 2007).

Klebsiella sp.

Klebsiella sp. merupakan bakteri gram negatif dari famili


Enterobactericeae yang dapat ditemukan di saluran pencernaan dan pernapasan.
Beberapa spesies Klebsiella sp. antara lain Klebsiella pneumoniae, Klebsiella
oxytoca, Klebsiella ozaenae dan Klebsiella rhinoscleromatis. Bakteri ini
merupakan bakteri anaerob fakultatif, berbentuk batang pendek, tidak memiliki
spora, dan tidak memiliki flagela. Bakteri ini mampu menguraikan laktosa dan
membentuk kapsul baik invivo atau invitro dan koloninya berlendir (Brooks et al.
2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri Klebsiella oxytoca

Bakteri Klebsiella oxytoca merupakan bakteri non-motil, gram negatif,


berbentuk batang yang berasal dari famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini sangat
mirip dengan Klebsiella pneumoniae. Kultur bakteri ini didapatkan dari kulit,
membrane mucus, orofaring dan usus manusia dan hewan yang sehat. Bakteri
Klebsiella oxytoca merupakan bakteri oppurtunistik dan signifikan secara klinis
sebagai bakteri penyebab infeksi nosokomial. Bakteri ini dapat menghasilkan
cytotoxin yang dapat merusak sel (Darby et al 2014).

Cara Transmisi

Bakteri Klebsiella oxytoca merupakan bakteri yang berasal dari saluran


pencernaan dan dapat mencemari lingkungan. Klebsiella oxytoca umumnya
berada dalam saluran pencernaan ayam dan dapat keluar melalui feses (Kilonzo-
Nthenge et al. 2008). Kasus-kasus infeksi pada manusia akibat Klebsiella oxytoca
yang terjadi umumnya akibat pencemaran pada air atau dari daging ayam mentah
(Guo et al. 2016; Soliman et al. 2009). Infeksi Klebsiella oxytoca berhubungan
erat dengan penyakit nosokomial. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi
nosokomial setelah E. coli (Singh et al. 2016). Kasus infeksi bakteri ini pada
manusia pernah terjadi pada beberapa rumah sakit dan seringkali berhubungan
dengan air yang tercermar (Darby et al. 2014). Kasus infeksi Klebsiella oxytoca
tidak hanya terjadi pada manusia, namun juga pada hewan. Air yang tercemar
Klebsiella oxytoca dapat menyebabkan terjadinya outbreak penyakit pada suatu
peternakan atau kandang pemeliharaan (Blecih et al. 2007; Nemet et al. 2011).
Patogenesa

Infeksi Klebsiella oxytoca seringkali asimptomatis, namun Klebsiella


oxytoca merupakan bakteri patogen oppurtunistik. Bakteri ini dapat masuk
melalui oral maupun pernapasan. Klebsiella oxytoca diketahui dapat
menyebabkan lesion pada kelenjar mammary, mata, telinga, saluran pernapasan,
saluran urogenital, dan saluran pencernaan. Bakteri ini dapat menghasilkan
cytotoxin yang dapat menyebabkan kematian sel secara cepat. Cytotoxin pada
Klebsiella oxytoca dihasilkan saat kondisi lingkungan cocok, yaitu kondisi
aerobik dan mikroaerobik. Kondisi aerobik dengan tekanan O2 tinggi terdapat
pada kelenjar mammary, mata, telinga, saluran pernapasan dan saluran urogenital,
sedangkan mikroaerobik terjadi pada saluran pencernaan (Darby et al. 2014).
Infeksi Klebsiella oxytoca dapat menyebabkan bronchopneumonia, infeksi saluran
kemih, dan septikemia, hingga septicemic shock (Singh et al. 2016).

Diagnosa

Bakteri genus Klebsiella merupakan bakteri gram negatif, nonmotil,


anaerobik fakultatif dan berbentuk batang. Bakteri Klebsiella oxytoca dan K.
pneumoniae sangat mirip. Keduanya non-motil, tidak menghasilkan pigmen
kuning dan merah, tumbuh pada agar McConkey, positif pada uji sitrat dan uji
urease, tidak menghasilkan H2S, dapat menfermentasikan gula-gula, dan positif
MR dan VP. Perbedaan keduanya, yaitu Klebsiella oxytoca menghasilkan indole,
sedangkan K. pneumoniae tidak (Cowan). Selain dengan cara konvensional,
Klebsiella oxytoca juga dapat didiagnosa menggunakan PCR. Primer yang
digunakan terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Primer yang digunakan untuk Klebsiella oxytoca (Chander et al. 2011)

Terapi

Bakter Klebsiella oxytoca merupakan bakteri yang resisten terhadap


berbagai antibiotik dan terus berkembang menjadi resisten terhadap berbagai obat.
Bakteri ini memiliki ESBL yang menyebabkan resisten antibiotik. Klebsiella
oxytoca resisten terhadap imipenem dan meropenem. Selain itu, bakteri ini juga
resisten terhadap gentamicin, amikacin, dan ceftriaxone sebesar 72% serta
ciprofloxacin dan aztreonam sebesar 58%. Antibiotik yang masih dapat digunakan
pada Klebsiella oxytoca hanya colistin dan tigecyclin (Singh et al. 2016).
SIMPULAN

Bakteri Klebsiella oxytoca merupakan bakteri patogen oppoturnistik.


Bakteri ini umumnya ditemukan di saluran pencernaan ayam dan dapat
mencemari lingkungan dan air. Transmisi bakteri ini melalui fecal-oral dan dapat
masuk melalui mulut, pernapasan, atau topikal di kulit. Diagnosa dapat secara
konvensional maupun dengan PCR. Bakteri Klebsiella oxytoca resisten terhadap
berbagai antibiotik. Antibiotik yang masih dapat digunakan, yaitu colistin dan
tigecyclin.

DAFTAR PUSTAKA

Bleich A, Kirsch P, Sahly H, Fahey J, Smoczek A, Hendrich HJ, Sundberg JP.


2008. Klebsiella oxytoca: opportunistic infections in laboratory rodents.
Labaratory Animals. 42: 369-375.
Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. 2007. Medical Microbiology, 24th
Edition. New York (US): McGraw-Hill Professional.
Cahyono B. 2011. Ayam Buras Pedaging. Depok (ID): Penebar Swadaya.
Chander Y, Ramakrishnan MA, Jindal N, Hanson K, Goval SM. 2011.
Differentiation of Klebsiella pneumoniae and K. oxytoca by multiplex
polymerase chain reaction. Internation Journal of Applied Research of
Veterinary Medicine. 9(2): 138-143.
Cowan and Steel’s. 1993. Manual for the Identication of Medical Bacteria. Third
Edition. Edited by Barrow GI and Feltham RKA. Inggris (UK): Cambridge
University Press.
Darby A, Lertpiriyapong K, Sarkar U, Seneviratne U, Park DS, Gamazon ER,
Batchelder C, Cheung C, Buckley EM, Taylor NS, et al. 2014. Cytotoxic
and pathogenic properties of Klebsiella oxytoca isolated from laboratory
animals. Plos One. 9(7): 1-14.
Guo Y, Zhou H, Qin L, Pang Z, Qin T, Ren H, Pan Z, Zhou J. 2016.Frequency,
antimicrobial resistance and genetic diversity of Klebsiella pneumoniae in
food samples. Plos One. 11(4): 1-13.
Kilonzo-Nthenge A, Nahashon SN, Chen F, Adefope N. 2008. Prevalence and
antimicrobial resitance of pathogenic bacteria in chicken and guinea fowl.
Poultry Science. 87: 1841-1848.
Nemet Z, Szenci O, Horvath A, Makrai L, Kis T, Toth B, Biksi I. 2011. Outbreak
of Klebsiella oxytoca enterocolitis on a rabbit farm in Hungary. Veterinary
Record. 168:243.
Singh CL, Cariappa CMP, Kaur LCM. 2016. Klebsiella oxytoca: an emerging
pathogen? Medical Jounal Armed Forces India. 72: S59-S61.
Soliman SE, Reddy PG, Sobeih AAM, Busby H, Rowe ES. 2009.
Epidemiological surveillance on environmental containants in poultry
farms. International Journal of Poultry Science. 8(2): 151-155.

Anda mungkin juga menyukai