Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
2023
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
et al., 1984). Beberapa penyakit yang umum terjadi pada ternak kambing seringkali
secara ekonomis adalah mastitis (Murtidjo, 2009). Kejadian mastitis pada kambing
kamampuan produksi susu, toksin yang dihasilkan oleh S. aureus juga dapat
kematian anak dan induknya juga dapat meyebabkan kerugian ekonomi yang
cukup besar akibat turunnya produksi susu. Infeksi intramammary gland pada
kambing akibat S. aureus ini pada umumnya bersifat subklinis (Smith, 1998;
Purnomo, 2006). Staphylococcus aureus dalam susu segar dan produk pangan
keracunan dalam makanan pada manusia maupun hewan (Dinges et al., 2000;
2
tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur), dapat
pula tersusun empat-empat (tetrad), membentuk rantai (3-4 sel), berpasangan atau
katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5-
46º C dan pada pH 4,2-9,3 (Todar, 1998; Nurwantoro, 2001; Paryati, 2002). Koloni
tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4 mm. Koloni pada
koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk. Pigmen kuning
pigmen putih (Todar, 2002). Pigmen kuning keemasan timbul pada pertumbuhan
selama 18-24 jam pada suhu 37º C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada
suhu kamar (20-25º C). Pigmen tidak dihasilkan pada biak anaerobik atau pada
Staphylococcus aureus pada media mannitol salt agar (MSA) akan terlihat
B. Tujuan
3
LANDASAN TEORI
A. Susu Kambing
mengandung vitamin, mineral, elektrolit, unsur kimiawi, enzim, protein, dan asam
lemak yang mudah dimanfaatkan tubuh Anda. Bahkan, tubuh Anda dapat mencerna
susu kambing hanya dalam 20 menit. Bandingkan dengan 2-3 jam yang dibutuhkan
untuk mencerna susu sapi. Susu kambing adalah susu yang paling mirip dengan susu
ibu dari segi komposisi, nutrisi, dan sifat kimia alami. Hal ini membuat susu
kambing menjadi makanan ideal untuk menyapih anak. Eter gliserol yang jauh lebih
tinggi pada susu kambing dibandingkan pada susu sapi juga membuat beberapa
dan masalah pernafasan dapat dihilangkan ketika susu kambing diberikan kepada
bayi. Namun demikian, bila Anda memiliki bayi di bawah tiga tahun dan ingin
dokter Anda terlebih dahulu. Tabel di bawah adalah perbandingan kandungan gizi
pada susu sapi, susu kambing dan susu ibu. Meskipun susu kambing adalah jenis
susu yang disebut-sebut dalam Al Quran dan Alkitab dan meskipun di seluruh dunia
lebih banyak orang meminum susu kambing daripada susu sapi, kita di Indonesia
meminum susu sapi daripada susu kambin. Susu kambing berkualitas tinggi
memiliki rasa manis yang lezat dan kadang-kadang terasa sedikit asin, tidak kalah
4
enak dibandingkan susu sapi.
kambing murni:
1. Susu kambing kurang menimbulkan alergi – susu ini tidak berisi protein
5. Susu kambing mengandung asam lemak seperti asam kaprilat dan kaprat
B. Bakteri Staphylococcus
a) Morfologi
Menurut bahasa Yunani, Staphyle berarti anggur dan coccus berarti bulat
5
Bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa bantuan oksigen (Radji,
2016)
b) Klasifikasi
Kingdom: Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Bacillales
Familia : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
c) Sifat Biakan
paling baik pada temperatur kamar (20ºC - 35ºC) koloni pada media padat
6
(Jawetz et al., 2014).
Infeksi sekunder pada suatu luka Infeksi Staphylococcus aureus dapat juga
Mannitol Salt Agar (MSA) digunakan sebagai media diferensial dan selektif
untuk mengisolasi dan mendeteksi Staphylococcus aureus pada sampel klinis dan
koagulase yang terdapat dalam susu, makanan, serta spesimen lainnya. MSA juga
membatasi pertumbuhan bakteri lain. Prinsip dari MSA yaitu Mannitol Salt Agar
mengandung ekstrak daging sapi serta pepton proteosa yang sangat bergizi, karena
merupakan faktor pertumbuhan serta nutrisi seperti mineral, vitamin, nitrogen, dan
penghambatan total atau sebagian bakteri yang bukan stafilokokus. Manitol adalah
produksi asam. Staphylococcus aureus adalah bakteri yang tumbuh subur di media
7
Micrococci tidak memfermentasi manitol tetapi membentuk koloni kecil berwarna
merah. Warna koloni serta media karena reaktivitas fenol merah (indikator) dengan
pH media. Fenol merah tampak merah cerah saat pH 8.4 sedangkan fenol merah
Agar adalah agen yang mengeras. Selain itu Emulsi Kuning Telur 5% v/v
telur serta produksi lipase terlihat sebagai zona kuning transparan di dalam koloni.
Masukkan Mannitol Salt Agar yang telah didinginkan ke dalam cawan petri
Pelat diinokulasi melalui zat guratan lurus untuk diperiksa pada permukaan
agar.
Broth.
8
Subkultur di atas cawan Mannitol Salt Agar, lalu inkubasi pada suhu 30-
Ini juga berfungsi untuk menghitung stafilokokus dalam produk susu dan
makanan.
Cosmetics Testing.
Ini juga dapat digunakan untuk pengujian bakteriologis air dari kolam
dan membuat koloni kuning, yang dikelilingi oleh zona kuning pada media
banyak spesies lain). Jadi, uji biokimia lebih lanjut diperlukan untuk
konsentrasi garam yang tinggi dalam Mannitol Salt Agar kecuali beberapa
manitol yang tertunda. Pelat negatif harus diinkubasi selama beberapa jam
sebelumdibuang.
9
METODE PEMERIKSAAN, DAN PROSEDUR KERJA
A. Metode Pemeriksaan
Isolasi dan Identifikasi. Pada penelitian ini sampel yang digunakan berupa 20
B. Prosedur Kerja
Alat
Tabung Reaksi
Bunsen
Usa
Kapas
Rak
Objek Glass
Inkubator (YCO- N01)
Cawan Petri
Mikroskop
Termos es
Kulkas dan alat-alat pendukung lainnya.
Bahan
satu set bahan pewarna Gram terdiri dari Crystal violet, lugol, alkohol 95%,
10
Cara Kerja
1) Pengambilan Sampel
klinis yang sedang dalam periode laktasi sebanyak 4-6 ml, ditampung ke dalam
tabung reaksi steril yang tertutup dengan karet, dan dibawa ke laboratorium dalam
keadaan dingin
2) Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri Sampel pada penelitian ini di pupuk pada media PAD
pada suhu 37º C selama 24 jam. Koloni yang diduga staphylococcus dengan
ciri-ciri bundar, halus, menonjol dan berkilau dan berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua dipupuk pada media MSA dan diinkubasi pada suhu 37º C
3) Pewarnaan Gram
cara, mencampurkan satu usa biak bakteri dari PAD dengan NaCl fisiologis
yang telah diteteskan pada gelas obyek, kemudian dibuat apus setipis
ditetesi pewarna pertama dengan karbol gentian violet selama 2 menit, warna
11
dicuci dengan akuades dan diberi pewarna kedua dengan larutan fuschine
diferensial (Sharp, 2006). Penanaman dilakukan dengan cara satu usa biakan
diambil dari media pepton, dan diusapkan pada 0 media MSA, kemudian
diinkubasi pada 37 C selama 24 jam (Lay, 1994). Uji mannitol salt agar
perubahan warna pada medium dari warna merah menjadi kuning karena
adanya fenol acid dan hasil negatif tidak ada perubahan warna. Adapun cara
Interpretasi hasil :
12
PEMBAHASAN
Dua puluh sampel susu mastitis yang dikoleksi dari ambing kambing Peranakan
Ettawa (PE) di daerah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta dipupuk pada PAD. Koloni
yang tumbuh pada media PAD dengan bentuk bundar, halus, menonjol, berkilau dan
berwarna abu-abu sampai kuning emas tua dipupuk pada media MSA. Pemupukan pada
koloni. Pada pemupukan tersebut diketahui 2 isolat tidak menunjukkan adanya zona kuning
yang mengelilingi koloni dan 13 isolat menunjukkan pertumbuhan koloni yang dikelilingi
zona kuning.
Berdasrkan penelitian ini ditemukan Staphylococcus aureus pada media uji mannitol
salt agar (MSA) menunjukkan pertumbuhan koloni berwarna putih kekuningan dikelilingi
zona kuning karena kemampuan memfermentasi mannitol. Bakteri yang tidak mampu
memfermentasi mannitol tampak zona berwarna merah atau merah muda (Boyd dan Morr,
1984). Zona kuning menunjukkan adanya Sel, koloni Fermentasi mannitol. Sifat
pertumbuhan isolat yang diteliti pada media MSA. Bakteri tumbuh dan memfermentasi
manitol yang dikelilingi zona kuning di sekitar koloni fermentasi mannitol, yaitu asam yang
dihasilkan, menyebabkan perubahan phenol red pada agar yang berubah dari merah menjadi
Hasil pewarnaan Gram dari 15 sampel susu mastitis yang tumbuh pada MSA
menunjukkan bakteri berwarna ungu dan berbentuk sirkuler bergerombol seperti buah
anggur Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengamati morfologi sel bakteri dan mengetahui
kemurnian sel bakteri (Fardiaz, 1993). Pada penelitian ini morfologi sel isolat adalah Gram
13
positif, berbentuk kokus tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai
buah anggur), dapat pula tersusun empat-empat (tetrad), membentuk rantai (3-4 s e l),
14
DAFTAR PUSTAKA
aureus dalam proses adhesi pada permukaan sel ephitel ambing sapi perah.
Agus, M. (1991) Mastitis study in dairy cattle in Baturraden. Hemerazoa 74: 21-24.
Anief, M. (2009) Prinsip umum dan dasar farmakologi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
mastitis indairy herds grouped in three categories by bulk milk somatic cell counts.
Burrows, W., Gordon, F.B., Porter, R.J., and Movider., J.W. (1950) Jordan-Burrows
Philadelphia, USA
Nurwantoro dan Abbas, S. (2001) Mikrobiologi Pangan Hewani Nabati. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta
Omoe, K., Ishikawa, M, Shimoda, Y., Hu, D.L., Ueda,and Shinagawa, K. (2002) Detection
productivities of S. aureus isolates harbouring seg, seh, and sei genes. J. Clin.
Paryati, S.P.Y. (2002) Patogenesis Mastitis Subklinis pada Sapi Perah yang Disebabkan
Bogor.
15
Pelczar, M. J. Jr, and Chan, E. C. S. (1998) DasarDasar Mikrobiologi 2. Cetakan 1.
strains isolated from bovine and ovine mammary glands. J. Dairy Sci. 86: 3157-
3163
16