Anda di halaman 1dari 2

Isolation and Antibiogram of Clostridium tetani from Clinically

Judul Jurnal
Diagnosed Tetanus Patients

Hajra Hanif, Awais Anjum, Naeem Ali, Asif Jamal, Muhammad Imran,
Penulis
Bashir Ahmad, dan Muhammad Ishtiaq Ali
Penerbit The American Society of Tropical Medicine and Hygiene
The American journal of Tropical Medicine and Hygiene, Volume 93,
Sumber
issue 4, p. 752 – 756, https://doi.org/10.4269/ajtmh.15-0040
Tanggal diterbitkan 7 Oktober 2015
Penelitian ini bertujuan untuk isolasi, identifikasi, dan penentuan
Tujuan Penelitian kerentanan antimikroba Clostridium tetani dari pasien tetanus yang
didiagnosis secara klinis
Sampel jaringan kaki yang tertusuk dalam dan cedera lengan dari 80
Subjek Penelitian pasien tetanus yang didiagnosis secara klinis dari rumah sakit Institut
Ilmu Kedokteran Pakistan
Pengujian biokimia, Metode difusi cakram, dan Pengujian terhadap
Metode Penelitian
hewan
Pengujian Biokimia:
Sampel diinokulasi langsung ke dalam media thioglycolate broth dan
diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam. Isolat tersebut dimurnikan
dalam media daging yg sudah matang dan kemudian dipertahankan
pada suhu 4°C hingga analisis lebih lanjut.
Namun untuk penyimpanan jangka panjang, isolat Clostridium tetani
tetap disimpan dalam 15% stok gliserol pada −80°C . Bakteri isolat
yang diperoleh pada media selektif kemudian diidentifikasi dengan
pewarnaan Gram, morfologi koloni, swarming fenotipe, dan berbagai
uji biokimia seperti hidrolisis gelatin, reduksi nitrat, hidrolisis pati,
produksi hidrogen sulfida (H2S), Produksi DNase, lipase, dan aktivitas
lesitinase.
Metode difusi cakram:
Disiapkan Media blood agar dengan konsentrasi lebih tinggi dari
biasanya (3% agar dan 7% darah domba) untuk memastikan bahwa
Prosedur Penelitian Clostridium tetani tidak terlalu berdekatan/berkumpul di dalam
media. Cakram antibiotik (Oxoid, United Kingdom) diimpregnasi
dengan antibiotik berikut: eritromisin (15 μg), metronidazol (5 μg),
ciprofloxacin (75 μg), tetrasiklin (30 μg), penisilin G (10 μg), ofloxacin
(5 μg), dan kloramfenikol (30 μg). Cakram antibiotik tersebut
ditempatkan di atas media agar yang dipadatkan sebelum inkubasi
pada 37°C, selama 24 jam. Diameter zona itu diukur untuk
menentukan konsentrasi hambat minimum dari antibiotik yang
diberikan.
Pengujian terhadap hewan:
Enam tikus yang memiliki bobot kisaran 18-20 g dipilih dan
diinokulasi secara intramuskular dengan 300 μL toksin tetanospasmin
/ tetanus. Tikus kontrol disuntik 500 μL (1500 U) tetanus anti-toksin
satu jam sebelum inokulasi toksin untuk menetralkan efek
tetanospasmin yg sudah disuntikkan ke tikus. Pengamatan pasca
injeksi didokumentasikan selama 72 jam.
Pemeriksaan biokimia di media Mueller-Miller mengungkapkan
adanya bakteri anaerob dengan produksi gas yang khas di lima dari 80
tabung kultur. Media anaerobik digunakan untuk memeriksa
keberadaan koloni yang berkerumun dan itu diamati disubkultur dan
diperiksa menggunakan pewarnaan Gram; ini menunjukkan bakteri
C. tetani sebagai basil Gram-positif mengandung spora di ujung
ujungnya. Selain itu, bakteri isolat diamati pada agar darah dan
menunjukkan hemolisis. Batang pembentuk spora menunjukkan
karakteristik bulat, terminal, pembengkakan spora mirip stik drum
khas C. tetani. Dari 80 sampel hanya ditemukan lima sampel (16%)
positif untuk C. tetani; dari jumlah tersebut, tiga dari luka lengan dan
Hasil Penelitian
dua dari luka kaki.
Selama karakterisasi biokimia, isolat ditemukan positif untuk H2S dan
DNase dalam media kultur dan mencairkan gelatin; Namun, di sana
tidak ada reaksi reduktase nitrat, amilase, lipase, dan aktivitas
lesitinase.
Pengujian pada hewan:
semua tikus yang terinfeksi berkembang gejala tetanus.
Metode difusi cakram:
Isolat C. tetani menunjukkan kerentanan terhadap cefoperazone,
kloramfenikol, metronidazol, penisilin G, dan tetrasiklin. tetapi
ditemukan resisten terhadap eritromisin dan ofloksasin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi C. tetani dapat
dilakukan dengan menggunakan alat biokimia dan molekuler serta
Kesimpulan bakteri strain C. tetani yang diisolasi tidak mengembangkan resistensi
terhadap antibiotik yang paling sering digunakan untuk pengobatan
tetanus.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi dasar molekuler
Diskusi
resistensi antibiotik yang diamati pada strain C. tetani di Pakistan.

Anda mungkin juga menyukai