Kelompok 1/ Paralel 5
Merpati, tiga kelompok dari enam merpati diinokulasi secara intratrakeal dengan 0,2 ml
suspensi 106 atau 108 A. fumigatus conidia/ml HBSS atau 0,2 ml HBSS. Tujuh kelompok dari
empat merpati diinokulasi dengan 0,2 ml suspensi 108 A. fumigatus conidia/ml HBSS (Grup 4,
5, 6, 7 dan 8) atau 0,2 ml HBSS (Grup Kontrol 1 dan 2). Rute inokulasi: intratrakeal (Grup 8),
kantung udara toraks kanan (Grup 1, 4 dan 6) dan apical paru-paru kanan (Grup 2, 5 dan 7).
Tiga kelompok merpati disuntik dengan dexamethasone (2 mg/kg secara intramuskular setiap
48 jam) sebelum diinokulasi. (Kelompok 6, 7 dan 8). Satu kelompok merpati (n = 7) hanya
menerima tiga suntikan dexamethasone (Grup Kontrol 3).
Elang, Isolasi kultur selama 5 hari pada suhu 37°C pada SAB.
Konidia dicuci tiga kali dengan 5 ml 0,01% Tween 20 HBSS. (sentrifugasi: 3200 × g selama 10
menit pada 4°C) sebelum suspensi disesuaikan dengan 107, 106, 105, 104, 103, dan 102
conidia/0.5 ml HBSS menggunakan haemocytometer count. Jumlah pengenceran konidia 10
kali lipat dikultur pada SAB dalam 0,01% Tween 20 HBSS pada 37°C dan jumlah CFU per ½
mililiter dihitung setelah 24 jam inkubasi. Suspensi konidia akhir memiliki viable count 1,20 ×
107, 0,78 × 106, 0,88 × 105, 0,66 × 104, 0,80 × 103, dan 1,50 × 102 CFU/0,5 ml.
Kalkun, Setiap unggas yang terinfeksi (n = 15) dianalisasi dengan injeksi intramuskular
15 μl ketamin dan 10 μl diazepam (5 mg/kg), 15 μl imalgene 1000 mg/10 ml + 10 μl valium, 5
mg/ml. Unggas diinokulasi dengan injeksi transkutan ke kantung udara toraks kaudal kanan.
Diinokulasi dengan suspensi spora 100 μl dari kultur A. fumigatus berusia 3 hari yang
mengandung 107 spora Unggas control (n = 10) dianalisasi dan diberi larutan garam steril 20
ml. 3 unggas dipilih secara acak dari kelompok yang terinfeksi dan dua dari kelompok kontrol
tewas pada hari ke-1, 2, 3, 5 dan 7 pasca inokulasi.
a. Pada merpati diamati gejala klinis yang muncul yaitu kerusakan bulu, dispnea, bersin
dan stridor.
b. Pada kalkun teramati kejadian gangguan pernapasan dan diare saat penelitian
berlangsung.
c. Pada elang teramati kerusakan bulu, muntah, dispnea, stridor, dan paruh terbuka.
5. Setelah dilakukan nekropsi, perubahan patologis apa saja yang teramati dan
bagaimana prosedur nekropsi serta bagaimana prosedur dalam pengambilan sampel
organ yang akan digunakan baik untuk pemeriksaan patologis ataupun untuk
pemeriksaan mikrobiologis.
6. Untuk keperluan pemeriksaan secara mikrobiologis organ apa saja yang akan diambil
Organ yang diambil untuk pemeriksaan mikrobiologis yaitu sampel dari trakea, syrinx,
paru-paru, kranial dan kantung udara toraks ekor, kantung udara perut, perikardium, jantung
darah, hati, limpa, ginjal, bursa kloaka, hidung, otak, dan lesi jamur.
Pada kasus temuan klinis kalkun dianalisis mikologi serta histologis. Penggunaan agar
Sabourand dextrose dengan 0,5% kloramfenikol dalam cawan petri untuk pengaplikasian organ
paru paru dan hati. Pengambian sampel kantung udara thorax dilakukan menggunakan kapas
lidi yang sudah steril. Pelat yang berisi sampel diingkubasi selama 4 hari dengan suhu 37℃.
Identifikasi spesies dilakukan ketika koloni kapang sudah berkembang yang nantinya akan
dilakukan pemeriksaan mikroskopis konidiofora dan konidia dan tentunya pengamatan
morfologi koloni yang tumbuh. Semua sediaan organ dan juga jaringan akan di fiksasi
menggunakan formaldehid 10%.
Kasus aspergillus pada elang sampel di dapatkan dari granuloma elang yang mati akibat
aspergillosis. Kemudian sampel yang didapatkan diisolat dan kemudian dikultur selama 5 hari
pada suhu 37℃ pada Sabouraud dextrose agar (SDA)
Mikologi: Pengambilan sampel kantung udara toraks dilakukan dengan kapas lidi steril. Pelat
diinkubasi selama 4 hari pada suhu 378C. Saat koloni jamur berkembang, identifikasi spesies
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis konidiofor dan konidia. A. fumigatus dicirikan
dengan konidia hijau yang echinulate dengan diameter 2-3 µm, berasal dari phialides kehijauan
yang berukuran 6-8 µm dan 2-3 µm
Histologis: Semua organ dan jaringan selanjutnya difiksasi dalam formaldehida 10%. Spesimen
tertanam lilin parafin dipotong pada 4sayam dan diwarnai dengan hematoxylin eosin safran
(HES), pewarnaan methenamine silver (MS) dan asam periodik Schiff.
10. Kesimpulan
Penelitian terhadap Aspergillus fumigatus dapat dilakukan pada hewan coba burung
merpati, elang, dan kalkun yang diinokulasi lewat trakea atau kantung udara. Sampel dapat
diambil dari beberapa organ hewan coba tersebut, seperti trakea, paru-paru, jantung, hati,
limpa, proventriculus, ventriculus, usus, ginjal, koaka, bursa, otot pectoral, otak, dan kantung
udara. Identifikasi A. fumigatus dapat dilakukan melalui pemeriksaan histologi dan mikologi di
bawah mikroskop, pembiakan kultur, perubahan patologi anatomi, serta pengamatan terhadap
gejala klinis.