4.2.1 Alat
Alat pemeliharaan hewan coba terdiri dari kandang dari kotak plastik
dengan ukuran 35 x 27,5 x 12 cm, tutup kandang dari anyaman kawat, botol air,
rak besi sebagai tempat meletakkan kandang, cctv untuk memantau kegiatan tikus
selama di kandang. Alat untuk pemeriksaan diabetes melitus terdiri dari spuit 1 cc
One Med, pengukur gula darah (Gluko-Dr®), timbangan, pot sampel sebagai
tempat streptozotocin, lap steril untuk memudahkan handling hewan coba, dan
spidol untuk memberi tanda pada tikus dalam setiap kandang. Alat untuk
membuat suspensi bakteri Stapylococcus aureus terdiri dari cawan petri, tabung
reaksi, gelas ukur, Erlenmeyer, rak tabung reaksi, ose bulat, ose lurus, kapas,
aluminium foil, autoklaf, bunsen, masker, glove, plastic wrap, sprayer alcohol,
ice box, ice gel, inkubator, laminar air flow, sentrifugator, dan mikropipet serta
yellow tip. Alat untuk pemeriksaan dan pembedahan tikus terdiri dari termometer,
anatomis, pinset sirugis, pot sample, spuit 1 ml, spuit 3 ml, tabung vacuntainer
EDTA dan serum, papan pembedah hewan, dan tabung falcon. Preparasi organ
limpa untuk uji flow cytometry membutuhkan alat yang terdiri dari cawan petri,
spuit 3 ml, yellow tip, tabung ependof, sentrifuge tube, rak ependof, masker, glove,
tisuue, sentrifuge, dan ice box beserta ice gel. Sedangkan alat pada pengujian flow
4.2.2 Bahan
Bahan persiapan hewan coba terdiri dari tikus putih (Rattus novergicus)
jantan galur wistar dengan berat 150-250 gr, Alkohol 70 %, pakan tikus, air,
aquades, kit diabetes melitus, dan serbuk gergaji sebagai alas kandang tikus.
Bahan preparasi bakteri Stapylococcus aureus terdiri dari Mannitol Salt Agar
(MSA), Nutrient Agar Plate (NAP), Nutrient Broth (NB), aquades steril,alkohol
Pembedahan dan preparasi untuk flowcytometry pada organ limpa tikus setelah
diberikan perlakuan terdiri dari alkohol 70%, NaCL fisiologis, sterile phosphate-
buffered saline (PBS), dan formalin. Bahan pengujian flowcytometry terdiri dari
6) Analisis data
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba dibagi menjadi lima kelompok
perlakuan yaitu K(-) adalah tikus yang tidak diberi perlakuan (kontrol negatif),
K(+) adalah tikus yang diinduksi Staphylococcus aureus 108 CFU/mL (kontrol
5 (n-1) ≥ 15
5n – 5 ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥4
n ≥4
dan satu kelompok kontrol diperlukan jumlah ulangan sebanyak empat kali dalam
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3 4
K(-)
K(+)
P1
P2
P3
Keterangan:
K- = Kontrol negatif
Error 15
Total 19
Keterangan :
d.f. total = nt – 1= 20 – 1 = 19
xx) MS Varietas =
MS error =
xxx) F Calculated =
Dua puluh ekor tikus putih galur wistar sebagai hewan model dibagi
ekor tikus putih. Penggunaan hewan coba dalam penelitian ini sudah
selama tujuh hari sebelum diberikan perlakuan. Selama aklimatisasi tikus diberi
pakan standar sebanyak 10% bobot badan, yaitu sekitar 10-15 gram/ekor/hari.
Pakan diberikan pada pagi hari pada pukul 07.00 dan sore hari pada pukul 16.00
dan air minum diberikan secara ad libitum (Rista dan Yuziani, 2014).
dahulu selama 12 jam. Streptozotosin dilarutkan dalam 0.01M buffer sitrat, pH 4,5
dan selalu disiapkan dalam kondisi fresh untuk penggunaan dalam waktu 10-15
berdasarkan berat badan tikus pada kelompok P1, P2 dan P3. Dosis Streptozotosin
yang diberikan 45 mg/kg BB. Injeksi Streptozotosin dilakukan hanya sekali untuk
dengan glukosa yang terdapat di dalam darah. Molekul glukosa yang dioksidasi oleh
elektroda sehingga kadar glukosa berbanding lurus dengan sinyal elektronik yang
diterima. Jumlah darah yang dibutuhkan untuk mengukur kadar glukosa darah
adalah 2,5-4,0μL, darah diletakkan pada sisi kanan test strip, darah akan terserap
secara otomatis dan hasil pengukuran akan terbaca setelah sebelas detik pada
Gluko-Dr test Meter. Kadar glukosa darah diukur dalam satuan mg/dL. Tikus
dengan kadar gula darah puasa lebih dari 200 mg/dL menandakan bahwa tikus
aureus 107 CFU/ml. Cara tersebut diulangi dengan mengambil S. aureus dari
preparasi dilakukan pada linea alba dengan membuka lapisan kulit dan fascia.
Rongga abdomen dibuka sampai batas bawah diafragma. Teknik euthanasi yang
darah dari jantung hingga hewan mati. Organ yang diambil adalah limpa
(Puspitasari, 2008).
dengan cara sel dialirkan melalui suatu celah sempit satu per satu. Light
scattering adalah metode dimana sel dalam aliran akan melewati suatu celah.
Pada celah tersebut terdapat sensing area dan berkas cahaya akan difokuskan
di sensing area tersebut. Apabila sel mengenai berkas cahaya tersebut maka
Keuntungan dari flow cytometry ini adalah tingkat efisiensi dan sensitivitasnya
Data infeksi S. aureus didapatkan data kualitatif dari gejala klinis yang
muncul seperti berat badan, temperatur, pulsus, dan keberadaan bakteri pada
organ. Data diabetes didapatkan berupa data kuantitatif yaitu kadar gula darah.
Kadar relatif SOD dan NF-KB berupa data kuantitatif yang dianalisis dengan
hewan model diabetes dengan infeksi S. aureus yang dianalisis secara signifikan