METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, data diambil hanya pada akhir penelitian setelah perlakuan
ekstrak kulit tomat yang diberikan peroral (metode sonde) terhadap ketebalan
tunika intima hingga media pada aorta tikus Rattus norvegicus galur Wistar model
penelitian karena memiliki sistem faal yang mirip dengan manusia (Fitria dan
Sarto, 2014). Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar yang dipilih adalah
37
38
Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi 5 (lima) kelompok perlakuan yaitu
sebagai berikut:
tomat
(15 + 𝑝)
𝑛=
𝑝
Keterangan :
Dalam penelitian ini jumlah kelompok perlakuan ada lima kelompok, maka
(15 + 𝑝)
𝑛=
𝑝
(15 + 5)
𝑛=
5
20
𝑛=
5
𝑛=4
dikalikan dengan jumlah sampel perlakuan yang dibutuhkan dari tiap kelompok,
yaitu:
Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan adalah 20 (dua puluh) ekor tikus.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis ekstrak kulit tomat.
40
Variabel terikat pada penelitian ini adalah ketebalan tunika intima hingga
media aorta tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan model DM Tipe 2.
Variabel terkendali pada penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, berat
Hewan coba dipelihara di dalam kandang yang berisi air minum, pakan
normal tikus (diet standar) dan pakan diet tinggi lemak (HFD), dan sekam.
Bahan pakan normal terdiri dari BR 1, tepung terigu, dan air. Bahan diet
tinggi lemak antara lain terdiri dari BR1 221,75 gram, tepung terigu 123,25 gram,
asam kolat 0,098 gram, kolesterol 7,105 gram, dan minyak babi 184,24 gram.
Bahan untuk perlakuan terdiri dari tomat merah segar, aquades, aseton.
Bahan yang digunakan adalah STZ 100 gram, aquades, dan buffer sitrat 3
ml.
41
Bahan yang dipakai untuk pengukuran gula darah tikus terdiri dari alkohol
Bahan yang dipakai untuk pembedahan tikus adalah ketamin dengan dosis
penampang aorta tikus terdiri dari formaldehid 10%, larutan EDTA, larutan xylol,
larutan paraffin, cat utama Harris Haematoxylin Eosin, alkohol asam 1%, amonia
air, cat pembanding Eosin 1%, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%.
satu kandang hanya ditempati satu ekor tikus, tutup kandang terbuat dari anyaman
kawat ukuran 36,5 cm x 28 cm x 15,5 cm, botol air untuk minum, baskom, sarung
tangan.
merek Sartorius melter, gelas ukur, nampan, mangkok plastik, sarung tangan, dan
loyang.
42
Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan tikus percobaan adalah
Alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak kulit tomat adalah blender,
0,5 gram. Setiap tikus mendapat dua kapsul yang diberikan secara per oral sesuai
Alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah tikus adalah
sarung tangan, masker, jarum 26 G, tempat sampah medis, alat pengukur glukosa
sterofoam, jarum pentul, pinset, kapas, loyang, dan spuit 1 cc merek “terumo”.
43
Alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan tunika intima hingga media
Tikus percobaan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan
dengan berat badan berkisar 150-200 gram yang diinjeksi Streptozotocin (STZ)
menjadikan tikus tersebut Diabetes Melitus yang diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pankreas. Jika setelah satu minggu gula darah puasa pada tikus percobaan
≥126 mg/dL, maka dapat dikatakan bahwa tikus tersebut positif menderita
Diabetes Melitus. Selain diinduksi STZ, tikus juga diberi diet tinggi lemak selama
Melitus tipe 2.
Kulit tomat yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Pasar Besar,
Malang. Tomat yang dipilih adalah yang besar dan berkulit merah merona. Pada
penelitian ini, tomat yang digunakan sebanyak 25 kg dan hanya diambil kulitnya
saja. Buah tomat direbus terlebih dahulu pada suhu sekitar 70⁰C. Setelah itu,
diambil kulitnya saja dan dibersihkan dari buahnya kemudian dijemur hingga
kering. Setelah kering kulit tomat dihaluskan dengan menggunakan blender hingga
berbentuk seperti serbuk. Kulit tomat yang sudah menjadi serbuk dicampurkan
dengan aseton kemudian disimpan dalam botol kaca yang dibungkus dengan
44
aluminium foil. Kemudian kulit tomat yang sudah menjadi serbuk dilakukan proses
ekstraksi. Dosis ekstrak kulit tomat yang dipakai pada penelitian ini adalah 50
Aorta yang diukur pada penelitian ini adalah aorta abdominalis. Aorta
Ketebalan aorta yang diukur pada penelitian ini adalah tunika intima hingga media.
4.7.1 Aklimatisasi
selama satu minggu dan dengan siklus gelap terang. Tempat pemeliharaan
masing tikus, ditutup dengan kawat kassa berbentuk jaring, dan diberi alas berupa
sekam. Sekam diganti dua kali dalam seminggu untuk tikus dengan kontrol negatif.
Sedangkan tikus yang diinduksi DM, sekam diganti setiap hari. Tikus diberi makan
adalah crumble yang dibuat dengan mencampurkan tepung terigu dan air lalu
dicetak. Setiap harinya satu ekor tikus diberikan sekitar 25 gram diet normal, satu
kali dalam sehari dengan meletakkan pakan di tempat makan yang diletakkan di
45
dalam kandang tikus. Pemerian diet normal pada tikus dilakukan hanya pada saat
adaptasi. Sedangkan untuk memulai perlakuan, diet normal hanya diberikan pada
4.7.3 Prosedur Pemodelan Tikus Diabetik Induksi STZ dan Diet Tinggi Lemak
Tikus yang sudah diaklimatisasi selama satu minggu diukur berat badan
dan kadar glukosa darah sewaktu apakah normal atau tidak. Tikus dengan kadar
glukosa darah sewaktu yang normal dipilih sesuai dengan jumlah perlakuan dan
dalam larutan buffer sitrat 3 ml pH 4.6, lalu di vortex hingga homogen sehingga
menghasilkan larutan STZ stok. Kemudian, larutan STZ stok disimpan pada suhu
4⁰C (Handayani et al., 2009). Injeksi STZ dosis tinggi pada hewan coba akan
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah tak terkendali. Hal ini dapat
memicu kematian hewan coba. Oleh karena itu, STZ diinjeksikan pada dosis kecil
pengamatan terhadap kelainan kronis yang terjadi (Zulkarnain, 2013). Hewan coba
dinyatakan positif diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL.
Selain itu, pada penelitian ini tikus juga diberi diet tinggi lemak. Pembuatan
diet tinggi lemak dengan mencampurkan semua bahan diet tinggi lemak, lalu
dicetak . Setiap harinya satu ekor tikus diberikan sebanyak 25 gram diet tinggi
lemak, satu kali dalam sehari dengan meletakkan pakan di tempat makan yang
diletakkan di dalam kandang tikus. Pemberian diet tinggi lemak pada kelompok
46
kontrol positif dan kelompok perlakuan mulai minggu kedua hingga akhir
penelitian.
d. Spuit ditusukkan pada bagian abdomen dan akan terasa agak keras bila sudah
di bagian intraperitoneal.
f. Bila telah selesai, bagian yang disuntik disemprotkan kembali dengan alkohol
70%.
glukosa darah puasa untuk mengkonfirmasi keadaan Diabetes Melitus tipe 2 (Ming
et al., 2008).
d. Ekor diurut hingga ke distal supaya darah keluar melalui tempat yang ditusuk.
e. Darah yang sudah keluar ditempelkan pada stik alat ukur digital kemudial dilihat
hasilnya pada layar dimana satuan skala pengukuran yang terbaca mg/dL.
47
asupan kalori) dahulu selama 8 jam karena kadar glukosa darah yang diukur
adalah glukosa darah puasa. Bila kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dL makan
b. Tomat yang sudah dicuci, dimasukkan ke dalam dandang yang sudah berisi air
kemudian dikukus hingga kulit dan dagingnya terpisah (pada suhu 70⁰C)
c. Kulit tomat dikupas dan ditata di loyang, kemudian dijemur hingga kering.
seperti serbuk.
e. Ekstrak kulit tomat yang sudah menjadi serbuk dicampurkan dengan aceton
untuk mengikat likopen kemudian disimpan dalam botol kaca yang dibungkus
f. Filtrasi dilakukan untuk mengambil cairan kuning (aseton dan likopen) dari
ekstrak tomat.
rotary evaporator.
h. Ekstrak kulit tomat yang sudah jadi, lalu dicampur dengan cortina agar lebih
dalam kapsul yang masing-masing berisi 0,5 gram. Setiap tikus mendapat dua
kapsul yang diberikan secara per oral sesuai dengan dosisnya masing-masing
setiap hari.
48
kelompok tikus. Kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok perlakuan
0,2 cc secara intraperitoneal. Setelah tikus tidak sadar, tikus ditempelkan diatas
dengan membuka dinding abdomen dan thorax dari tikus lalu mengambil darah
dalam tabung organ plastik yang berisi formaldehid 10% dan diberi identitas pada
berikutnya.
kaset.
49
Anatomi FKUB.
Proses Deparafinisasi
20 menit.
kurang biru)
Alkohol bertingkat:
Penjernihan (Clearing) :
1. Xylol 15 menit
2. Xylol 15 menit
1. Menutup slide dengan cover glass dan biarkan sampai kering pada suhu
cahaya dengan perbesaran 400 kali. Ketebalan tunika intima hingga tunika media
diukur dengan menggunakan software dot slide Olyvia pada potongan melintang
aorta pada masing-masing preparat diukur dengan menarik garis dari lapisan
terdalam tunika intima hingga lapisan terluar tunika media dengan 8 arah jarum
jam. Kemudian hasil perhitungan ketebalan tunika intima hingga media arota dari
1. Sisa pakan tikus yang dihitung setiap hari selama penelitian berlangsung
2. Berat badan tikus yang diukur setiap minggu, dengan rincian setiap empat
3. Kadar glukosa darah yang diukur sebelum dilakukan injeksi STZ pada tikus
1. Uji normalitas Shaphiro Wilk. Uji ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa
2. Uji homogenisitas Levene’s test. Uji ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa
dua atau lebih kelompok data residual berasal dari populasi yang memiliki
3. Uji statistik dengan metode one-way ANOVA (analisis varian satu arah) jika
4. Uji korelasi Rank Spearman. Uji ini bertujuan untuk menilai apakah terdapat
hubungan yang nyata antara perbedaan dosis dengan ketebalan aorta tikus.
Adaptasi 1 Minggu
Minggu ke-8 pengukuran kadar glukosa darah puasa dari ekor tikus
KPI KP II KP III
Analisis data