Anda di halaman 1dari 17

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan desain penelitian

eksperimen murni (true experimental design) yang dilakukan di Laboratorium

Biokimia Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya secara in vivo

menggunakan rancangan Randomized Post Test Only Controlled Group Design.

Pada penelitian ini, data diambil hanya pada akhir penelitian setelah perlakuan

dibandingkan hasilnya pada kelompok kontrol positif, kontrol negatif, serta

kelompok perlakuan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian

ekstrak kulit tomat yang diberikan peroral (metode sonde) terhadap ketebalan

tunika intima hingga media pada aorta tikus Rattus norvegicus galur Wistar model

DM Tipe 2 yang diinduksi STZ dan diet tinggi lemak.

4.2 Subjek Penelitian

4.2.1 Pemilihan Subjek

Subjek penelitian yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus)

galur Wistar jantan yang dipelihara di Laboratorium Biokimia Biomolekuler

Fakultas Kedoteran Universitas Brawijaya. Hewan tersebut dipilih untuk subjek

penelitian karena memiliki sistem faal yang mirip dengan manusia (Fitria dan

Sarto, 2014). Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar yang dipilih adalah

dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Kriteria inklusinya adalah:

a. Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar

37
38

b. Jantan, karena tikus betina memiliki hormon estrogen yang dapat

mempengaruhi metabolism lemak maupun kolesterol

c. Berat badan 150-200 gram

d. Usia 6-8 minggu

e. Kondisi sehat (aktif bergerak, tidak ada kelainan anatomis)

f. Memiliki bulu putih dan bersih

Kriteria eksklusinya adalah:

a. Tikus putih yang mati selama penelitian berlangsung

Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi 5 (lima) kelompok perlakuan yaitu

sebagai berikut:

1. Kelompok kontrol negatif : Pemberian diet normal dan tidak

diberi Streptozotocin (STZ).

2. Kelompok kontrol positif : Pemberian diet tinggi lemak, lalu

tikus diinjeksi STZ, namun tidak diberi ekstrak kulit

tomat

3. Kelompok perlakuan I : Pemberian diet tinggi lemak, lalu

tikus dinjeksi STZ dan diberi ekstrak kulit tomat

dengan dosis 50 mg/kgBB

4. Kelompok perlakuan II : Pemberian diet tinggi lemak, lalu

tikus dinjeksi STZ dan diberi ekstrak kulit tomat

dengan dosis 100 mg/kgBB

5. Kelompok perlakuan III : Pemberian diet tinggi lemak, lalu

tikus dinjeksi STZ dan diberi ekstrak kulit tomat

dengan dosis 150 mg/kgBB.


39

4.2.2 Estimasi Sampel

Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Indra (1999):

(15 + 𝑝)
𝑛=
𝑝

Keterangan :

n : Jumlah pengulangan/ besar sampel dalam kelompok

p : Jumlah perlakuan/ besarnya kelompok

Dalam penelitian ini jumlah kelompok perlakuan ada lima kelompok, maka

jumlah sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok perlakuan adalah:

(15 + 𝑝)
𝑛=
𝑝

(15 + 5)
𝑛=
5
20
𝑛=
5

𝑛=4

Jumlah sampel untuk kelima kelompok perlakuan adalah jumlah kelompom

dikalikan dengan jumlah sampel perlakuan yang dibutuhkan dari tiap kelompok,

yaitu:

5 (jumlah kelompok perlakuan) x 4 (jumlah perlakuan) = 20

Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan adalah 20 (dua puluh) ekor tikus.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis ekstrak kulit tomat.
40

4.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah ketebalan tunika intima hingga

media aorta tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan model DM Tipe 2.

4.3.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, berat

badan, pakan, dan kondisi lingkungan kandang.

4.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan di Laboratorium Biokimia

Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

4.5 Bahan dan Alat Penelitian

4.5.1 Bahan Penelitian

4.5.1.1 Pemeliharaan Hewan Coba

Hewan coba dipelihara di dalam kandang yang berisi air minum, pakan

normal tikus (diet standar) dan pakan diet tinggi lemak (HFD), dan sekam.

4.5.1.2 Bahan Pakan Tikus

Bahan pakan normal terdiri dari BR 1, tepung terigu, dan air. Bahan diet

tinggi lemak antara lain terdiri dari BR1 221,75 gram, tepung terigu 123,25 gram,

asam kolat 0,098 gram, kolesterol 7,105 gram, dan minyak babi 184,24 gram.

4.5.1.3 Bahan Pembuatan Ekstrak Kulit Tomat

Bahan untuk perlakuan terdiri dari tomat merah segar, aquades, aseton.

4.5.1.4 Bahan Induksi Streptozotocin

Bahan yang digunakan adalah STZ 100 gram, aquades, dan buffer sitrat 3

ml.
41

4.5.1.5 Bahan Pengukuran Gula Darah Tikus

Bahan yang dipakai untuk pengukuran gula darah tikus terdiri dari alkohol

70% dan darah dari ekor tikus.

4.5.1.6 Bahan Pembedahan Tikus

Bahan yang dipakai untuk pembedahan tikus adalah ketamin dengan dosis

0,2 cc dan alkohol spray 70%.

4.5.1.7 Bahan untuk Pembuatan Sediaan Histopatologi Penampang Aorta


Tikus

Bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan histopatologi

penampang aorta tikus terdiri dari formaldehid 10%, larutan EDTA, larutan xylol,

larutan paraffin, cat utama Harris Haematoxylin Eosin, alkohol asam 1%, amonia

air, cat pembanding Eosin 1%, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%.

4.5.2 Alat Penelitian

4.5.2.1 Alat Pemeliharaan Hewan Coba

Alat yang digunakan selama pemeliharaan tikus percobaan yaitu kandang

dari bak plastik berukuran 45 cm x 35,5 cm x 14,5 cm berjumlah 20 buah karena

satu kandang hanya ditempati satu ekor tikus, tutup kandang terbuat dari anyaman

kawat ukuran 36,5 cm x 28 cm x 15,5 cm, botol air untuk minum, baskom, sarung

tangan.

4.5.2.2 Alat Pembuatan Pakan Tikus

Alat yang digunakan dalam pembuatan pakan tikus adalah timbangan

merek Sartorius melter, gelas ukur, nampan, mangkok plastik, sarung tangan, dan

loyang.
42

4.5.2.3 Alat Pengukuran Berat Badan Tikus

Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan tikus percobaan adalah

Neraca Sartorius dan kardus makanan agar tikus tidak lari.

4.5.2.4 Alat Injeksi Streptozotocin

Alat yang digunakan untuk injeksi Streptozotocin adalah spuit disposable

“terumo” 1 ml dan spuit disposable “terumo” 3 ml, serta pipet tetes.

4.5.2.5 Alat Pembuatan Ekstrak Kulit Tomat

Alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak kulit tomat adalah blender,

dandang, rotatory evaporator merek IKA, kompor, pisau, spatula, timbangan,

baskom, loyang, gelas ukur, kertas saring, dan alumunium foil.

4.5.2.6 Alat Pemberian Ekstrak Kulit Tomat

Ekstrak kulit tomat dimasukkan ke dalam kapsul yang masing-masing berisi

0,5 gram. Setiap tikus mendapat dua kapsul yang diberikan secara per oral sesuai

dengan dosisnya masing-masing setiap hari.

4.5.2.7 Alat Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah tikus adalah

sarung tangan, masker, jarum 26 G, tempat sampah medis, alat pengukur glukosa

darah digital (Easy Touch), alcohol swab, dan serbet.

4.5.2.8 Alat Pembedahan Tikus

Alat yang digunakan untuk pembedahan tikus adalah gunting bedah,

sterofoam, jarum pentul, pinset, kapas, loyang, dan spuit 1 cc merek “terumo”.
43

4.5.2.9 Alat Pengukuran Ketebalan Aorta

Alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan tunika intima hingga media

aorta tikus percobaan adalah mikroskop cahaya, sediaan histopatologi

penampang aorta, dan komputer.

4.6 Definisi Operasional

4.6.1 Tikus Model Diabetes Melitus Tipe 2

Tikus percobaan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan

dengan berat badan berkisar 150-200 gram yang diinjeksi Streptozotocin (STZ)

dengan dosis 30 mg/kgBB. Tikus percobaan diberikan STZ dengan tujuan

menjadikan tikus tersebut Diabetes Melitus yang diakibatkan oleh kerusakan sel

beta pankreas. Jika setelah satu minggu gula darah puasa pada tikus percobaan

≥126 mg/dL, maka dapat dikatakan bahwa tikus tersebut positif menderita

Diabetes Melitus. Selain diinduksi STZ, tikus juga diberi diet tinggi lemak selama

10 minggu untuk mewakilkan kondisi resistensi insulin pada pasien Diabetes

Melitus tipe 2.

4.6.2 Ekstrak Kulit Tomat

Kulit tomat yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Pasar Besar,

Malang. Tomat yang dipilih adalah yang besar dan berkulit merah merona. Pada

penelitian ini, tomat yang digunakan sebanyak 25 kg dan hanya diambil kulitnya

saja. Buah tomat direbus terlebih dahulu pada suhu sekitar 70⁰C. Setelah itu,

diambil kulitnya saja dan dibersihkan dari buahnya kemudian dijemur hingga

kering. Setelah kering kulit tomat dihaluskan dengan menggunakan blender hingga

berbentuk seperti serbuk. Kulit tomat yang sudah menjadi serbuk dicampurkan

dengan aseton kemudian disimpan dalam botol kaca yang dibungkus dengan
44

aluminium foil. Kemudian kulit tomat yang sudah menjadi serbuk dilakukan proses

ekstraksi. Dosis ekstrak kulit tomat yang dipakai pada penelitian ini adalah 50

mg/kgBB/hari, 100 mg/kgBB/hari, 150 mg/kgBB/hari.

4.6.3 Ketebalan Aorta

Aorta yang diukur pada penelitian ini adalah aorta abdominalis. Aorta

diperoleh melalui proses pembedahan tikus percobaan setelah 11 minggu.

Ketebalan aorta yang diukur pada penelitian ini adalah tunika intima hingga media.

Pengukuran ketebalan tunika intima hingga media aorta tikus menggunakan

software dot slide Olyvia.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Aklimatisasi

Sebelum memulai penelitian, hewan percobaan dipelihara dan

diadaptasikan dengan keadaan sekitar dalam ruangan bersuhu konstan (20-25⁰C)

selama satu minggu dan dengan siklus gelap terang. Tempat pemeliharaan

menggunakan kotak plastik berukuran 45 cm x 35,5 cm x 14,5 cm untuk masing-

masing tikus, ditutup dengan kawat kassa berbentuk jaring, dan diberi alas berupa

sekam. Sekam diganti dua kali dalam seminggu untuk tikus dengan kontrol negatif.

Sedangkan tikus yang diinduksi DM, sekam diganti setiap hari. Tikus diberi makan

dengan takaran 25 gram/hari/ekor.

4.7.2 Pembuatan dan Pemberian Diet Normal

Diet normal sebagai pakan standar yang digunakan dalam penelitian

adalah crumble yang dibuat dengan mencampurkan tepung terigu dan air lalu

dicetak. Setiap harinya satu ekor tikus diberikan sekitar 25 gram diet normal, satu

kali dalam sehari dengan meletakkan pakan di tempat makan yang diletakkan di
45

dalam kandang tikus. Pemerian diet normal pada tikus dilakukan hanya pada saat

adaptasi. Sedangkan untuk memulai perlakuan, diet normal hanya diberikan pada

kelompok kontrol negatif.

4.7.3 Prosedur Pemodelan Tikus Diabetik Induksi STZ dan Diet Tinggi Lemak

Tikus yang sudah diaklimatisasi selama satu minggu diukur berat badan

dan kadar glukosa darah sewaktu apakah normal atau tidak. Tikus dengan kadar

glukosa darah sewaktu yang normal dipilih sesuai dengan jumlah perlakuan dan

diinjeksi STZ dengan dosis 30 mg/kgBB/hari. STZ dilarutkan terlebih dahulu ke

dalam larutan buffer sitrat 3 ml pH 4.6, lalu di vortex hingga homogen sehingga

menghasilkan larutan STZ stok. Kemudian, larutan STZ stok disimpan pada suhu

4⁰C (Handayani et al., 2009). Injeksi STZ dosis tinggi pada hewan coba akan

menyebabkan kerusakan menyeluruh pada sel beta pankreas sehingga

menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah tak terkendali. Hal ini dapat

memicu kematian hewan coba. Oleh karena itu, STZ diinjeksikan pada dosis kecil

sehingga menyebabkan kerusakan parsial sel beta pankreas. Hal ini

memungkinkan hewan coba bertahan hidup lebih lama, sehingga memudahkan

pengamatan terhadap kelainan kronis yang terjadi (Zulkarnain, 2013). Hewan coba

dinyatakan positif diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL.

Dilakukan perawatan dan pemeliharaan tikus sesuai dengan perlakuan. Sekam,

pakan, dan air minum diganti setiap hari.

Selain itu, pada penelitian ini tikus juga diberi diet tinggi lemak. Pembuatan

diet tinggi lemak dengan mencampurkan semua bahan diet tinggi lemak, lalu

dicetak . Setiap harinya satu ekor tikus diberikan sebanyak 25 gram diet tinggi

lemak, satu kali dalam sehari dengan meletakkan pakan di tempat makan yang

diletakkan di dalam kandang tikus. Pemberian diet tinggi lemak pada kelompok
46

kontrol positif dan kelompok perlakuan mulai minggu kedua hingga akhir

penelitian.

4.7.4 Injeksi Larutan STZ pada Tikus Putih

Cara menginjeksikan larutan STZ adalah sebagai berikut:

a. Tikus diposisikan dengan abdomen mengahadap ke arah penyuntik.

b. Pada bagian abdomen didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%.

c. Kulit tikus dicubit hingga ke bagian otot.

d. Spuit ditusukkan pada bagian abdomen dan akan terasa agak keras bila sudah

di bagian intraperitoneal.

e. STZ diinjeksikan pada daerah intraperitoneal.

f. Bila telah selesai, bagian yang disuntik disemprotkan kembali dengan alkohol

70%.

Setelah diinjeksi STZ, satu minggu kemudian dilakukan pengukuran kadar

glukosa darah puasa untuk mengkonfirmasi keadaan Diabetes Melitus tipe 2 (Ming

et al., 2008).

4.7.5 Pemeriksaan Glukosa Darah Tikus

Cara mengukur kadar glukosa darah tikus adalah sebagai berikut:

a. Tikus dipegang menggunakan kain agar tidak terlalu bergerak.

b. Ekor tikus dicelupkan ke air hangat untuk meningkatkan vasodilatasi pembuluh

darah, sehingga vena lebih mudah terlihat.

c. Ekor diberi alkohol untuk desinfeksi kemudian ditusuk menggunakan jarum.

d. Ekor diurut hingga ke distal supaya darah keluar melalui tempat yang ditusuk.

e. Darah yang sudah keluar ditempelkan pada stik alat ukur digital kemudial dilihat

hasilnya pada layar dimana satuan skala pengukuran yang terbaca mg/dL.
47

Sebelum dilakukan pengambilan darah, tikus dipuasakan (tidak mendapat

asupan kalori) dahulu selama 8 jam karena kadar glukosa darah yang diukur

adalah glukosa darah puasa. Bila kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dL makan

tikus dinyatakan positif menderita diabetes.

4.7.6 Pembuatan Ekstrak Kulit Tomat

Cara ekstraksi kulit tomat adalah sebagai berikut:

a. Tomat ditimbang dan dicuci

b. Tomat yang sudah dicuci, dimasukkan ke dalam dandang yang sudah berisi air

kemudian dikukus hingga kulit dan dagingnya terpisah (pada suhu 70⁰C)

c. Kulit tomat dikupas dan ditata di loyang, kemudian dijemur hingga kering.

d. Setelah kering, kulit tomat dihaluskan menggunakan blender hingga berbentuk

seperti serbuk.

e. Ekstrak kulit tomat yang sudah menjadi serbuk dicampurkan dengan aceton

untuk mengikat likopen kemudian disimpan dalam botol kaca yang dibungkus

dengan aluminium foil.

f. Filtrasi dilakukan untuk mengambil cairan kuning (aseton dan likopen) dari

ekstrak tomat.

g. Evaporasi dilakukan untuk memisahkan likopen dan aceton menggunakan alat

rotary evaporator.

h. Ekstrak kulit tomat yang sudah jadi, lalu dicampur dengan cortina agar lebih

mudah larut dengan lemak.

i. Ekstrak kulit tomat yang sudah dicampurkan dengan cortina, dimasukkan ke

dalam kapsul yang masing-masing berisi 0,5 gram. Setiap tikus mendapat dua

kapsul yang diberikan secara per oral sesuai dengan dosisnya masing-masing

setiap hari.
48

4.7.7 Pengambilan Sampel

Sampel penelitian diambil dengan cara pembedahan pada semua

kelompok tikus. Kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok perlakuan

dibedah. Pembedahan dilakukan pada minggu ke-11 karena sudah memenuhi

kondisi DM tahap kronis.

Semua kelompok tikus dianastesi dengan menggunakan injeksi ketamin

0,2 cc secara intraperitoneal. Setelah tikus tidak sadar, tikus ditempelkan diatas

sterofoam dan difiksasi dengan menggunakan jarum. Pembedahan dilakukan

dengan membuka dinding abdomen dan thorax dari tikus lalu mengambil darah

dengan spuit 3 cc dari jantung tikus. Kemudian dilakukan pengambilan sampel

jaringan aorta abdominalis dari tikus. Jaringan aorta abdominalis dimasukkan ke

dalam tabung organ plastik yang berisi formaldehid 10% dan diberi identitas pada

tabungnya. Selanjutnya tabung disimpan pada suhu ruangan.

4.7.8 Pembuatan Sediaan Histopatologi Penampang Aorta

Dalam penelitian ini, pembuatan sediaan histopatologi penampang aorta

menggunakan metode pengecatan Hematoxylin Eosin (HE). Metode pengecatan

HE adalah sebagai berikut:

Proses pemotongan jaringan berupa makros

1. Memfiksasi jaringan atau spesimen penelitian dengan formalin 10% atau

dengan bafer formalin 10% minimal selama 7 jam sebelum proses

berikutnya.

2. Memilih jaringan terbaik sesuai dengan lokasi yang akan diteliti.

3. Memotong jaringan kurang lebih ketebalan 2-3 mm

4. Memberikan kode sesuai dengan kode gross peneliti dan memasukkan ke

kaset.
49

5. Kemudian, memproses jaringan dengan alat Automatik Tissue Tex

Prosesor selama 90 menit sesuai dengan standar Laboratorium Patologi

Anatomi FKUB.

6. Sampai alarm bunyi tanda selesai.

Proses Pengeblokan dan Pemotongan Jaringan

1. Mengangkat jaringan dari mesin Tissue Tex Prosesor.

2. Mengeblok jaringan dengan parafin sesuai kode jaringan

3. Memotong jaringan dengan alat microtome ketebalan 3-5 mikron.

Proses Deparafinisasi

1. Setelah memotong dengan ketebalan 3-5 mikron, menaruh dalam oven

selama 30 menit dengan suhu panas 70-80 derajat

2. Kemudian, memasukkan ke dalam 2 tabung larutan sylol masing-masing

20 menit.

3. Setelah itu, memasukkan ke 4 tabung alkohol masing-masing tempat 3

menit (hidrasi), dan memasukkan air mengalir selama 15 menit.

Proses Pewarnaan (HE)

1. Pewarna utama menggunakan Harris Hemaktosilin selama 10-15 menit.

2. Mencuci dengan air mengalir selama 15 menit.

3. Dicelupkan ke dalam alkohol asam 1% sekitar 2-5 celup

4. Dicelupkan ke dalam amonia lithium karbonat sekitar 3-5 celup (jika

kurang biru)

5. Eosin 10-15 menit

Alkohol bertingkat:

1. Alkohol 70% 3 menit

2. Alkohol 80% 3 menit


50

3. Alkohol 96% 3 menit

4. Alkohol Absolud 3 menit

Penjernihan (Clearing) :

1. Xylol 15 menit

2. Xylol 15 menit

Mounting dengan entelan dan deckglass

1. Menutup slide dengan cover glass dan biarkan sampai kering pada suhu

ruangan. Slide siap untuk diamati.

4.7.9 Pengukuran Ketebalan Aorta

Sediaan histopatologi penampang aorta dievaluasi dibawah mikroskop

cahaya dengan perbesaran 400 kali. Ketebalan tunika intima hingga tunika media

diukur dengan menggunakan software dot slide Olyvia pada potongan melintang

sediaan histopatologi penampang aorta. Ketebalan tunika intima hingga media

aorta pada masing-masing preparat diukur dengan menarik garis dari lapisan

terdalam tunika intima hingga lapisan terluar tunika media dengan 8 arah jarum

jam. Kemudian hasil perhitungan ketebalan tunika intima hingga media arota dari

masing-masing preparat dirata-rata.

4.7.10 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sisa pakan tikus yang dihitung setiap hari selama penelitian berlangsung

2. Berat badan tikus yang diukur setiap minggu, dengan rincian setiap empat

kali selama penelitian berlangsung, yaitu pada awal adaptasi, minggu

kedua (setelah adaptasi), minggu kedelapan (setelah diberikan HFD serta

injeksi STZ), minggu ke sebelas (pada akhir penelitian).


51

3. Kadar glukosa darah yang diukur sebelum dilakukan injeksi STZ pada tikus

dan satu minggu setelah dilakukan injeksi STZ

4. Pengambilan dan pewarnaan sampel (aorta)

5. Pengukuran ketebalan aorta.


52

4.8 Analisis Data


Data yang diperoleh sesuai dengan pembagian kelompok selanjutnya akan

dianalisis dengan menggunakan:

1. Uji normalitas Shaphiro Wilk. Uji ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa

data residual berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji homogenisitas Levene’s test. Uji ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa

dua atau lebih kelompok data residual berasal dari populasi yang memiliki

variasi yang sama.

3. Uji statistik dengan metode one-way ANOVA (analisis varian satu arah) jika

data residual terdistribusi normal, homogen, dan >2 kelompok.

4. Uji korelasi Rank Spearman. Uji ini bertujuan untuk menilai apakah terdapat

hubungan yang nyata antara perbedaan dosis dengan ketebalan aorta tikus.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS for

windows versi 23.


53

4.9 Alur Penelitian

Persiapan alat, bahan dan Tikus


Rattus Norvegicus dengan berat
badan 150-200 gram, usia 6-8
minggu

Adaptasi 1 Minggu

Randomisasi Subjek Penelitian

Kontrol – Kontrol + Perlakuan Perlakuan Perlakuan


(KN) (KP) I II III

Diet Pemberian diet tinggi lemak mulai dari minggu ke 2


normal (pencatatan BB dan sisa pakan setiap hari)

Minggu ke-7 diinduksi STZ

Minggu ke-8 pengukuran kadar glukosa darah puasa dari ekor tikus

Minggu 8 diberi ekstrak kulit tomat


sampai minggu ke 11

KPI KP II KP III

Ekstrak Kulit Ekstrak kulit Ekstrak kulit


50mg/kgBB 100 mg/kg BB 150 mg/kg BB

Pengukuran ketebalan tunika intima dan media aorta tikus

Analisis data

Anda mungkin juga menyukai