Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian eksperimen murni (True Experimental Research) dan

studi pengembangan. Desain penelitian yang digunakan untuk penelitian

eksperimen murni adalah pretest-posttest control group design.

Keterangan:
R : Randomisasi (pemilihan sampel secara acak)
Kelompok eksperimen 1 : mencit yang diberi ekstrak daun kemangi dosis 0,7
mg/20gBB
Kelompok eksperimen 2 : mencit yang diberi ekstrak daun kemangi dosis 1,4
mg/20gBB
Kelompok eksperimen 3 : mencit yang diberi ekstrak daun kemangi dosis 2,8
mg/20gBB
Kelompok kontrol positif : mencit yang diberi allopurinol sebagai kontrol
Kelompok kontrol negatif : mencit yang diberi CMC-Na 0,5%
O1, O3, O5, 07, dan O9 : observasi awal (pretest) sebelum diberi perlakuan
P1, P2, P3, X+, dan X- : perlakuan (treatment)
O2, O4, O6, O8, dan O10 : observasi akhir (posttest) setelah diberi perlakuan
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2021.

Pemeliharaan dan pemberian perlakuan hewan uji dilakukan di laboratorium

Farmakologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

29
3.3 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi

dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus L.) galur balb-c yang

dipesan di laboratorium farmakologi universitas Muhammadiyah Malang.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling

karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Teknik ini dilakukan bila

anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2016).

3. Sampel

Menurut Sugiyono (2016), sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mencit (Mus musculus L.) jantan galur balb-c berumur 2-

3 bulan dan memiliki berat badan 20 - 40 gram. Sampel tersebut kemudian

dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Perhitungan jumlah ulangan dan jumlah

sampel yang akan digunakan dalam penelitian dihitung dengan menggunakan

rumus federer (Wahyuningrum & Probosari, 2012) sebagai berikut:

(t-1) (n-1) ≥ 15

(5-1) (r-1) ≥ 15

4 (r-1) ≥ 15

4r – 4 ≥ 15

30
4r ≥ 15 + 4

4r ≥ 19

r = 4,75 (dibulatkan jadi 5)

Keterangan:

t = treatment (kelompok perlakuan)

n = replied (jumlah ulangan)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa jumlah ulangan

yang diperlukan dalam tiap kelompok perlakuan adalah 5, sehingga apabila

dikalikan dengan jumlah kelompok perlakuan maka total sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 25 ekor mencit (Mus musculus L.).

3.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas : ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang

diberikan dengan dosis berbeda.

Variabel terikat : kadar asam urat darah.

Variabel kontrol : jenis kelamin, umur, dan berat badan mencit (Mus

musculus L.); kandang yang digunakan; perawatan

hewan uji; serta makanan yang diberikan.

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) adalah sediaan yang dibuat

dari bagian daun tumbuhan kemangi (Ocimum sanctum L.). Sediaan ini

dibuat dengan menggunakan metode ekstraksi dingin (Husna, Effendi, &

Maheswari, 2016). Dosis yang digunakan merujuk pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Effendi (2018), yaitu 0,7 mg/20gBB; 1,4

mg/20gBB; dan 2,8 mg/20gBB.

31
2. Kadar asam urat dapat didefinisikan sebagai kandungan asam urat dalam

darah yang dinyatakan dalam satuan kuantitas per satuan volume (mg/dL;

mmol/L; atau µmol/L) (Hasanah, Indriyanti, & Andriane, 2016).

3. Jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan

perempuan, perbedaan secara biologis ini dibawa sejak lahir dan tidak

dapat diubah (Tangkudung, 2014).

4. Umur adalah usia kronologis dalam perhitungan bulan yang didapatkan

dari tanggal lahir (Permatasari, Ramaningrum, & Novitasari, 2015).

5. Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana karena

mudah diukur dan diulang. Berat badan merupakan ukuran yang terpenting

yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak

pada semua kelompok umur karena merupakan indikator yang tepat untuk

mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan

(Pertiwi, 2003).

6. Kandang dapat didefinisikan sebagai ruang yang diberi pagar atau batas

untuk memelihara binatang (KBBI, 2010).

7. Perawatan hewan uji dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang

dilakukan untuk mempertahankan atau mengembalikan sesuatu pada

kondisi yang baik (Hayatunnufus, 2009).

8. Makanan merupakan kebutuhan pokok sehari-hari yang berperan penting

bagi kelangsungan hidup manusia. Makanan dapat berasal dari bahan

pangan yang diperoleh dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,

kehutanan, perikanan, peternakan, dan perairan (Monijung, Umboh, &

Sondakh, 2016).

32
3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan

analitik, labu ukur, gelas beaker, gelas ukur, mortal-martil, botol flakon, sonde

lambung, spuit, kandang mencit dan kawat penutup, wadah makanan mencit,

botol minum mencit, gunting, dan alat Nesco multicheck. Bahan-bahan yang

digunakan dalam penelitian adalah kalium oksonat, allopurinol, aquadest, daun

kemangi (Ocimum sanctum L.), etanol 96%, CMC-Na 0,5%, alkohol 70%,

pakan standar, sekam, kain kasa, strip asam urat, dan 25 ekor mencit (Mus

musculus L.) jantan galur balb-c.

3.6.2 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk

mengumpulkan atau memperoleh data dalam suatu penelitian atau dengan kata

lain dapat juga dikatakan bahwa rancangan percobaan adalah prosedur untuk

menempatkan perlakuan ke dalam unit-unit percobaan dengan tujuan

mendapatkan data yang memenuhi syarat-syarat ilmiah (Harsojuwono, Arnata,

& Puspawati, 2011). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor dan

lima kelompok perlakuan sebagai berikut:

P(+) = perlakuan kontrol positif dengan pemberian allopurinol 0,28 mg/20gBB

P(-) = perlakuan kontrol negatif dengan pemberian CMC-Na 0,5%

P1 = perlakuan ekstrak daun kemangi dosis 0,7 mg/20gBB

P2 = perlakuan ekstrak daun kemangi dosis 1,4 mg/20gBB

P3 = perlakuan ekstrak daun kemangi dosis 2,8 mg/20gBB

33
Penempatan tiap unit perlakuan dilakukan secara acak. Pengacakan

dan penataan unit perlakuan pada penelitian ini dimulai dengan menentukan

banyaknya petak perlakuan dengan cara jumlah perlakuan dikali jumlah

ulangan. Penelitian ini terdiri dari 5 kelompok perlakuan (P) dan 5 pengulangan

(U) sehingga ragam unit perlakuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

P(+) = P(+)U1, P(+)U2, P(+)U3, P(+)U4, dan P(+)U5

P(-) = P(-)U1, P(-)U2, P(-)U3, P(-)U4, dan P(-)U5

P1 = P1U1, P1U2, P1U3, P1U4, dan P1U5

P2 = P2U1, P2U2, P2U3, P2U4, dan P2U5

P3 = P3U1, P3U2, P3U3, P3U4, dan P3U5

Jumlah petak perlakuan diperoleh dari hasil kali kelompok perlakuan

dan ulangan, yaitu 5 perlakuan x 5 ulangan = 25 petak. Penempatan tiap unit

perlakuan dilakukan secara acak dengan menggunakan undian dan diperoleh

hasil seperti pada gambar 6.

P3U1 P(-)U3 P2U2 P(-)U4 P1U1

P(+)U5 P(-)U1 P2U1 P2U5 P3U3

P1U4 P2U4 P(+)U3 P(-)U5 P1U2

P3U5 P(+)U4 P(-)U2 P1U5 P3U4

P1U3 P3U2 P(+)U1 P(+)U2 P2U3

Gambar 6. Rancangan Percobaan (RAL)

3.6.3 Pelaksanaan Penelitian

1. Penyiapan dan Pemeliharaan Hewan Uji

Sebelum melakukan penelitian, mencit (Mus musculus L.) dibagi

menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif, kontrol negatif, perlakuan

34
dengan dosis 1, perlakuan dengan dosis 2, dan perlakuan dengan dosis 3.

Setelah itu mencit (Mus musculus L.) diaklimatisasi di Laboratorium

Farmakologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Mencit (Mus musculus L.) hanya diberikan makan dan minum standar selama

aklimatisasi.

2. Pembuatan Ekstrak Daun Kemangi

Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang berwarna hijau dan tidak

rusak dicuci bersih kemudian ditiriskan dan dikeringkan di tempat yang tidak

terkena cahaya matahari langsung. Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang

sudah kering kemudian dihancurkan menjadi serbuk halus dan diekstraksi

dengan cara maserasi. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk halus

daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dalam 600 ml pelarut etanol 96% selama

72 jam kemudian disaring. Filtrat yang dihasilkan selanjutnya diuapkan

menggunakan rotatory evaporator untuk menghilangkan pelarutnya dan

diperoleh ekstrak kental (crude extract) daun kemangi (Ocimum sanctum L.).

3. Penentuan Dosis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2018), pemberian

ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) sebanyak 50 mg/kgBB/hari atau

10 mg/200 gBB/hari secara oral dapat menurunkan kadar asam urat pada tikus

putih (Rattus norvegicus L.). Faktor konversi dosis tikus putih (Rattus

norvegicus L.) dengan berat badan 200 g ke mencit (Mus musculus L.) dengan

berat badan 20 g adalah 0,14 (Laurence dan Bacharach, 1964 dalam

35
Kurniawan, 2011). Perhitungan dosis ekstrak kemangi (Ocimum sanctum L.)

untuk mencit adalah sebagai berikut:

Dosis mencit = dosis tikus x faktor konversi

= 10 x 0,14

= 1,4 mg/20 gBB

Dosis ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang digunakan dalam

penelitian adalah dosis bertingkat, yaitu:


1
Dosis 1 : 2 x 1,4 mg/20 gBB = 0,7 mg/20 gBB

Dosis 2 : 1 x 1,4 mg/20 gBB = 1,4 mg/20 gBB

Dosis 3 : 2 x 1,4 mg/20 gBB = 2,8 mg/20 gBB

Menurut Effendi (2018), dosis allopurinol yang diberikan pada tikus

(Rattus norvegicus L.) adalah 10 mg/kgBB atau 2 mg/200 gBB. Faktor

konversi dosis tikus putih (Rattus norvegicus L.) dengan berat badan 200 g ke

mencit (Mus musculus L.) dengan berat badan 20 g adalah 0,14 (Laurence dan

Bacharach, 1964 dalam Kurniawan, 2011). Perhitungan dosis allopurinol untuk

mencit (Mus musculus L.) adalah sebagai berikut:

Dosis mencit = dosis tikus x faktor konversi

= 2 x 0,14

= 0,28 mg/20 gBB

Dosis allopurinol yang diberikan pada mencit (Mus musculus L.) adalah

sebesar 0,28 mg/20 gBB.

4. Induksi Hiperurisemia

Mencit (Mus musculus L.) dibuat hiperurisemia dengan menggunakan

kalium oksonat dosis 300 mg/kgBB atau 6 mg/20 gBB yang diinjeksikan secara

36
intraperitoneal. Menurut Wahyuni, dkk (2007), kalium oksonat dengan dosis

tersebut telah terbukti dapat menaikkan kadar asam urat dan menyebabkan

hiperurisemia pada mencit (Mus musculus L.). Hiperurisemia pada mencit

(Mus musculus L.) ditandai dengan kadar asam urat dalam darahnya berkisar

antara 1,7-3,0 mg/dL (Muhtadi, dkk, 2012).

5. Perlakuan pada Hewan Uji

Sebanyak 25 ekor mencit (Mus musculus L.) dibagi menjadi 5

kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit. Setiap kelompok

diinduksi hiperurisemia menggunakan kalium oksonat dosis 6 mg/20 gBB/hari

selama 7 hari dengan volume 0,28 ml. Setelah induksi hiperurisemia,

pemberian perlakuan disesuaikan dengan masing-masing kelompok dan

dilakukan selama 7 hari.

Kontrol positif : diberi allopurinol dosis 0,28 mg/20 gBB sebanyak 0,7 ml

Kontrol negatif : diberi CMC-Na 0,5% sebanyak 0,7 ml

Dosis 1 : diberi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dosis

0,7 mg/20gBB sebanyak 0,7 ml

Dosis 2 : diberi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dosis

1,4 mg/20gBB sebanyak 0,7 ml

Dosis 3 : diberi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dosis

2,8 mg/20gBB sebanyak 0,7 ml

37
6. Pengukuran Kadar Asam Urat

Menurut Amir, Irem, & Purukan (2018), pengukuran kadar asam urat

mencit (Mus musculus L.) menggunakan alat nesco multicheck dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (mencit , rat holder,

gunting, alkohol 70%, kain kasa, alat nesco multicheck, dan strip asam urat

nesco)

b. Memasukkan mencit (Mus musculus L.) ke dalam rat holder

c. Membersihkan ujung ekor mencit (Mus musculus L.) dengan kasa yang

telah diberi alkohol 70% kemudian digunting

d. Memijat perlahan ekor mencit (Mus musculus L.) hingga darahnya keluar

dan dapat diteteskan pada strip asam urat

e. Menunggu selama 20 detik hingga hasil pengukuran kadar asam urat

ditampilkan di layar alat nesco multicheck

f. Mencatat hasil pengukuran kadar asam urat mencit (Mus musculus L.) di

lembar pengamatan.

38
3.6.4 Alur Kegiatan Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan dan


Pengelompokkan Hewan Uji

Aklimatisasi Hewan Uji Selama 7 hari

Pengukuran Kadar Asam Urat


Sebelum Diinduksi Hiperurisemia

Induksi Hiperurisemia menggunakan kalium


oksonat dosis 6 mg/ 20 gBB sebanyak 0,28 ml
yang diinjeksi secara intraperitoneal (selama 7
hari)

Pengukuran Kadar Asam Urat


setelah Induksi Hiperurisemia

Perlakuan Hewan Uji

Kontrol Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3


Kontrol
Positif Hewan uji Hewan uji Hewan uji
Negatif
Hewan uji diberikan diberikan diberikan
Hewan uji
diberikan ekstrak daun ekstrak daun ekstrak daun
diberikan
allopurinol kemangi kemangi kemangi
CMC-Na
dengan dosis dengan dosis dengan dosis dengan dosis
0,5%
0,28 0,7 mg/ 1,4 mg/ 2,8 mg/20
sebanyak
mg/20gBB 20gBB 20gBB gBB
0,7 ml
sebanyak 0,7 sebanyak 0,7 sebanyak 0,7 sebanyak 0,7
(selama 7
ml (selama 7 ml (selama 7 ml (selama 7 ml (selama 7
hari)
hari) hari) hari) hari)

Pengukuran Kadar Asam Urat dan


Pengumpulan Data

Analisis Data

39
3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber,

dan berbagai cara atau teknik. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi atau pengamatan. Teknik ini digunakan apabila

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan

bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2016). Data yang ingin

diperoleh dari penelitian ini adalah berat badan dan kadar asam urat darah mencit

(Mus musculus L.). Kadar asam urat darah mencit (Mus musculus L.) diukur dengan

menggunakan alat nesco multicheckk dan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada

hari ke-0 sebelum diinduksi kalium oksonat, hari ke-8 setelah diinduksi kalium

oksonat, dan hari ke-16 setelah diberi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.)

dengan tiga dosis yang berbeda pada kelompok perlakuan, CMC-Na 0,5% pada

kelompok kontrol negatif, dan allopurinol pada kelompok kontrol positif.

Pengukuran berat badan mencit (Mus musculus L.) dilakukan menggunakan

timbangan pocket. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata berat

badan mencit (Mus musculus L.) sehingga mudah untuk menghitung total

kebutuhan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.), allopurinol, dan kalium

oksonat yang akan digunakan dalam penelitian serta untuk menyesuaikan volume

sediaan yang akan diberikan pada mencit (Mus musculus L.). Perhitungan

kebutuhan bahan dan penentuan volume pemberian terlampir pada lampiran 1.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis dengan uji One-Way Anova pada aplikasi

SPSS versi 28 untuk melihat perbedaan rata-rata antara kelompok perlakuan.

Sebelum melakukan uji dengan One-Way Anova, data terlebih dahulu diuji dengan

40
uji normalitas (one sample kolmogorov-smirnov) untuk melihat distribusi datanya

dan uji homogenitas (lavene test). Data yang berdistribusi normal dan homogen

selanjutnya dapat diuji dengan uji One-Way Anova (Amir, Irem, & Purukan, 2018).

3.9 Pengembangan Hasil Penelitian sebagai Buku Saku

Hasil penelitian ini selanjutnya dikembangkan menjadi sumber belajar biologi

berupa buku saku menggunakan model Learning Cycle. Menurut Latifa, dkk

(2017), Learning Cycle 5E merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien

dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Model

Learning Cycle awalnya terdiri dari 3 tahap yaitu penemuan, pengenalan

terminologi, dan implementasi konsep kemudian dinyatakan sebagai model

Learning Cycle 4E yang terdiri dari tahap pembangkit minat (engagement),

eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), dan ekstensi (elaboration).

Beberapa tahun kemudian dikembangkan lagi menjadi model Learning Cycle 5E

dengan menambahkan tahap evaluasi (evaluation) (Sarac, 2018). Tahapan yang

dilakukan dalam penelitian ini hanya empat tahap saja sedangkan tahap kelima

yaitu evaluasi tidak dilakukan. Penjelasan mengenai tahap-tahap tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Fase pembangkit minat (engagement), yaitu melakukan survei mengenai

sumber belajar yang dibutuhkan siswa.

b. Fase eksplorasi (Exploration), yaitu menganalisis kebutuhan guru,

kompetensi dasar (KD), serta sumber belajar yang sesuai. Setelah kegiatan

pembangkit minat dan eksplorasi akan menghasilkan konsep esensial yang

digunakan sebagai materi pada sumber belajar buku saku

41
c. Fase penjelasan (explanation), yaitu menjelaskan konsep esensial dengan

berbagi sumber pustaka dan hasil penelitian yang sesuai dengan sumber

belajar yang akan disusun.

d. Fase ekstensi (elaboration), yaitu membuat produk berupa buku saku.

Teori Learning Cycle 5E

Pembangkit Minat
Melakukan survei kebutuhan siswa
terhadap sumber belajar

Eksplorasi
Menganalisis kebutuhan guru, KD,
dan hasil penelitian yang sesuai
dengan sumber belajar untuk
menghasilkan konsep esensial

Penjelasan
Menjelaskan konsep esensial
berdasarkan sumber pustaka dan
hasil penelitian

Ekstensi/Elaborasi
Menyusun produk berupa buku saku

Gambar 7. Skema Studi Pengembangan dengan Model Learning Cycle 5E

42

Anda mungkin juga menyukai