Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Asam Urat

2.1.1 Definisi

Asam urat (2,6,8-trioksipurin) merupakan produk hasil metabolisme

purin di dalam tubuh. Purin adalah protein dari golongan nukleoprotein yang

dapat berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua maupun dari

makanan. Asam urat termasuk suatu asam lemah yang pada pH normal akan

terionisasi di dalam darah dan jaringan menjadi ion urat. Ion urat selanjutnya

akan membentuk garam dengan berbagai kation yang ada dan 98% asam urat

ekstraseluler akan membentuk garam monosodium urat atau MSU

(Dalimartha, 2008). Struktur kimia asam urat ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Asam Urat


(Moerfiah, dkk, 2012)

2.1.2 Pembentukan Asam Urat

Manusia mengubah nukleosida purin yang utama, yaitu adenosin dan

guanosin menjadi produk akhir asam urat yang akan diekskresikan keluar

tubuh. Pembentukan asam urat dimulai ketika adenosin mengalami deaminasi

atau pelepasan gugus amino menjadi inosin dengan dibantu oleh enzim

9
adenosin deaminase. Fosforilase ikatan N-glikosidat inosin selanjutnya akan

melepaskan senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin dengan dikatalisis enzim

nukleosida purin fosforilase dan membentuk hipoxantin. Guanosin juga

mengalami pelepasan senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin dengan

dikatalisis enzim nukleosida purin fosforilase dan membentuk guanin.

Hipoxantin yang telah terbentuk akan diubah menjadi xantin dengan bantuan

enzim xantin oksidase sedangkan guanin diubah menjadi xantin dengan

bantuan enzim guanase. Xantin kemudian akan mengalami oksidasi menjadi

asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase

(Astari, 2008). Mekanisme sintesis asam urat ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Pembentukan Asam Urat


(sumber: nanoyuliadii.blogspot.com)

Xantin oksidase merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri dari

1.332 residu asam amino, molibdenum (HO2SMo), FAD, dan Fe2S2 sebagai

pusat reaksi redoks, dengan bobot molekul sebesar 275.000 dalton. Enzim ini

dapat ditemukan di sel hati serta otot dan berperan penting dalam proses

10
katabolisme purin. Xantin oksidase mengkatalisis perubahan hipoxantin

menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat melalui reaksi oksidasi seperti

yang ditunjukkan pada gambar 3 berikut (Yulian, 2014):

Gambar 3. Perubahan xantin menjadi asam urat


(sumber: Yulian, 2014)

Beberapa golongan hewan yang memiliki enzim urikase dapat mengubah asam

urat menjadi allantoin, yaitu molekul yang memiliki bentuk lebih sederhana (5-

10 kali lebih sederhana dibanding asam urat) dan mudah diekskresikan. Enzim

urikase pada manusia dan primata lainnya berada dalam kondisi tidak aktif

sebagai akibat dari mutasi sehingga tidak dapat mengubah asam urat menjadi

allantoin (Cammalleri & Malaguarnera, 2007).

2.1.3 Ekskresi Asam Urat

Ginjal merupakan organ tubuh yang berperan penting mengatur

pembuangan asam urat melalui urin sehingga kadar asam urat di dalam darah

selalu berada dalam batas normal (Suhendi et al., 2011). Ekskresi asam urat

dalam urin tergantung pada kadar asam urat dalam darah, filtrasi glomerulus,

dan sekresi tubulus asam urat ke dalam urin. Menurut Cammalleri dan

Malaguamera (2007), 65% - 75% asam urat diekskresikan melalui ginjal

sedangkan 25% - 35% diekskresikan melalui jalur enterik atau saluran

pencernaan.

11
2.1.4 Hiperurisemia

Hiperurisemia dinyatakan sebagai kondisi kadar asam urat dalam darah

berada di atas batas normal, yaitu lebih dari 7,0 mg/dL pada laki-laki dan lebih

dari 5,7 mg/dL pada perempuan (Zhu et al., 2011). Hiperurisemia pada

kenyataannya berkaitan dengan proses biokimia karena pengendapan asam urat

sangat mungkin terjadi ketika kadarnya melebihi kadar jenuh dalam darah,

yaitu sekitar 4,20 µmol/liter pada suhu 37°C (Cammalleri & Malaguarnera,

2007). Hiperurisemia dalam jangka waktu lama dapat merusak jaringan lunak

dan ginjal serta menyebabkan konsekuensi patologis pada otak, jaringan

subkutan, dan persendian (Cammalleri & Malaguarnera, 2007; Nasrul &

Sofitri, 2012).

2.1.5 Penyebab Hiperurisemia

Menurut Kusumayanti, dkk (2014), hiperurisemia dapat disebabkan

oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Produksi Asam Urat Berlebih

Peningkatan produksi asam urat dalam tubuh dapat disebabkan oleh

adanya gangguan metabolisme purin bawaan (inborn error of purine

metabolism) karena kekurangan enzim hipoxantin guanine fosforibosil

transferase (HGPRT) dan kelebihan enzim fosforibosil pirofosfatase (PRPP)

sehingga menyebabkan berlebihnya produksi asam urat endogen. Kekurangan

enzim HGPRT dapat menyebabkan akumulasi PRPP dan penggunaan enzim

PRPP untuk inhibisi umpan balik menurun sehingga semua hipoxantin akan

digunakan untuk memproduksi asam urat. Selain itu, aktivitas berlebih enzim

PRPP akan menyebabkan pembentukan nukleotida asam guanilat (GMP) dan

12
adenilat deaminase (AMP) menurun sehingga menstimulus proses inhibisi

umpan balik yang akibatnya meningkatkan proses pembentukan asam urat.

Peningkatan produksi asam urat juga dapat disebabkan oleh faktor lain,

yaitu asupan makanan yang mengandung banyak protein dan purin atau asam

nukleat berlebih seperti jeroan, makanan laut, dan kaldu kental; pemecahan sel

yang rusak akibat obat tertentu, adanya kelainan darah (hemolisis); dan

penguraian purin yang terlalu terlalu cepat akibat olahraga berlebihan.

2. Kurangnya Pembuangan Asam Urat

Kadar asam urat dalam darah akan meningkat apabila proses ekskresinya

terganggu atau terhambat. Hambatan pembuangan asam urat dapat terjadi

karena adanya gangguan fungsi ginjal seperti penurunan filtrasi di glomerulus,

penurunan ekskresi dalam tubulus ginjal, dan peningkatan absorbsi kembali.

Penurunan filtrasi tidak langsung menyebabkan hiperurisemia, namun

berperan meningkatkan kadar asam urat darah penderita gangguan ginjal.

Penurunan ekskresi pada tubulus ginjal disebabkan akumulasi asam organik

lain yang berkompetisi dengan asam urat untuk diekskresikan. Hal ini terjadi

pada keadaan starvasi, asidosis, keracunan, dan pada penderita diabetes.

Hiperurisemia yang terjadi karena peningkatan reabsorpsi asam urat banyak

dialami oleh penderita diabetes dan terapi obat diuretik, apabila pembuangan

terganggu tanpa terjadi kerusakan ginjal maka hal ini berkaitan dengan

herediter.

3. Produksi Asam Urat Berlebih sedangkan Pembuangannya Terganggu

Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kondisi intoleransi fruktosa,

defisiensi enzim tertentu (Glukosa-6-fosfatase). Kelainan tersebut ditandai

13
dengan produksi asam laktat berlebihan dan menyebabkan pembuangan asam

urat menurun karena berkompetisi dengan asam laktat, akibatnya kondisi

hiperurisemia menjadi lebih parah.

4. Penyebab Lain

Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan hiperurisemia. Alkohol yang

berlebihan akan mempercepat pemecahan ATP (adenosin tripfosfat) di hati

sehingga meningkatkan produksi asam urat, selain itu alkohol juga dapat

memicu produksi asam laktat yang berpotensi menghambat pembuangan asam

urat.

2.1.6 Pengobatan Hiperurisemia Jangka Panjang

Menurut Dalimartha (2008), hiperurisemia dapat dikontrol dengan dua

cara yaitu secara non-farmakologis dengan melakukan diet rendah purin agar

asam urat dalam darah tidak meningkat secara drastis dan secara farmakologis

dengan mengkonsumsi obat-obatan. Diet rendah purin dilakukan apabila kadar

asam urat darahnya > 7 mg/dL sampai 9 mg/dL sedangkan konsumsi obat

dilakukan jika kadar asam urat darahnya > 9 mg/dL. Obat-obatan yang

digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah terdiri dari golongan

urikosurik dan golongan urikostatik (penghambat xantin oksidase).

Obat urikosurik adalah golongan obat yang bekerja dengan cara

menghambat proses reabsorbsi atau penyerapan kembali asam urat di tubulus

ginjal sehingga pengeluaran asam urat melalui ginjal meningkat. Golongan

obat ini tidak boleh dikonsumsi apabila seseorang memiliki riwayat gagal

ginjal, batu ginjal, sensitif terhadap obat jenis ini, sedang mengalami serangan

rematik gout akut, sedang mendapat pengobatan sitostatika (obat kanker), serta

14
produksi urinnya < 1.400 ml/ 24 jam (Dalimartha, 2008). Contoh obat yang

termasuk dalam golongan urikosurik adalah probenesid dan sulfinpirazon.

Obat urikostatik adalah golongan obat yang menghambat kerja enzim

xantin oksidase dalam mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin

menjadi asam urat. Terhambatnya kerja enzim xantin oksidase menyebabkan

produksi asam urat menjadi berkurang. Contoh obat yang termasuk dalam

golongan ini adalah allopurinol yang merupakan senyawa pyrazolo-pyrimidine

dan suatu isomer hipoxantin. Konsumsi allopurinol dalam jangka waktu yang

lama dapat mengurangi frekuensi serangan rematik akut, menghambat

pembentukantofud, dan memperkecil tofus yang sudah terbentuk (Dalimartha,

2008).

Konsumsi allopurinol dapat menimbulkan efek samping berupa alergi,

hepatitis, nefropati, dan dapat bersifat toksisitas (Kong et al., 2000). Menurut

Dalimartha (2008), konsumsi allopurinol juga dapat menyebabkan dermatitis

eksfoliatif, vaskulitis, dan trombositopenia atau menurunnya jumlah trombosit

apabila dikonsumsi bersamaan dengan obat diuretik atau peluruh kencing.

Allopurinol dijual dengan nama dagang seperti zyloric, algut, dan puricemia.

2.1.7 Induksi Hiperurisemia Menggunakan Kalium Oksonat

Urikase adalah enzim yang dimiliki oleh beberapa golongan mamalia

yang dapat mengubah asam urat menjadi allantoin, yaitu molekul yang

memiliki bentuk lebih sederhana (5-10 kali lebih sederhana dibanding asam

urat) dan mudah diekskresikan (Cammalleri & Malaguarnera, 2007). Kerja

urikase dapat dihambat dengan menggunakan kalium oksonat, yaitu inhibitor

oksidase urat (urikase) yang bersifat oksidator kuat, karsinogen, dan mudah

15
mengiritasi mata dan kulit (Moerfiah, Wardatun, & Rahmi, 2012). Kalium

oksonat dapat mencegah perubahan asam urat menjadi allantoin dan

mengakibatkan terjadinya penumpukan asam urat di dalam tubuh, oleh karena

itu kalium oksonat sering digunakan sebagai induktor hiperurisemia pada

hewan percobaan (Wahyuni, Ariyanti, Wahyuningtyas, & Wahyuni, 2007).

Menurut Muhtadi, dkk (2012), mencit (Mus musculus L.) dikatakan

hiperurisemia apabila kadar asam uratnya berkisar antara 1,7-3,0 mg/dL.

2.1.8 Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Darah

Pengukuran kadar asam urat darah dapat dilakukan dengan berbagai

metode pemeriksaan. Salah satu metode yang dijadikan sebagai standar

pengukuran kadar asam urat adalah metode spektrofotometer menggunakan

alat chemistry analyzer yang menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu oleh sampel (serum darah) yang diperiksa (Yulianti., et al, 2021).

Kelebihan metode ini adalah hasil pengukuran kadar asam urat yang diperoleh

lebih akurat, namun pengoperasian dan perawatan alatnya sulit sehingga

memerlukan tenaga ahli.

Pengukuran kadar asam urat darah juga dapat dilakukan dengan metode

yang lebih sederhana menggunakan strip. Menurut Siregar & Fadli (2018),

metode strip adalah cara penetapan kadar asam urat dari darah utuh (whole

blood) dengan prinsip pemeriksaan berdasarkan deteksi elektrokimia. Deteksi

elektrokimia yang dimaksud adalah arus listrik yang dihasilkan diubah menjadi

suatu sinyal listrik oleh detektor dan diterjemahkan sesuai kadar asam urat yang

terkandung dalam sampel. Prinsip pengukuran kadar asam urat dengan tes strip

adalah menggunakan enzim asam urat dan didasarkan pada teknologi biosensor

16
yang spesifik. Tes strip memiliki bagian yang dapat menarik darah utuh dari

lokasi pengambilan darah ke dalam zona reaksi. Asam urat di dalam darah

kemudian dioksidasi oleh katalisator uric oksidase di dalam zona reaksi.

Intensitas arus elektron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi asam

urat dalam sampel darah. Kelebihan metode ini adalah dapat digunakan untuk

semua sampel darah; hanya membutuhkan sampel dalam jumlah sedikit; tidak

membutuhkan reagen khusus; praktis dan mudah digunakan oleh siapa saja

tanpa perlu keahlian khusus; dan hasil pengukuran dapat segera diketahui.

Kekurangan metode ini adalah akurasinya belum diketahui; memiliki

keterbatasan yang dipengaruhi oleh hematokrit, interfensi zat lain (vitamin c,

lipid, dan hemoglobin), suhu, dan volume sampel yang kurang; dan

pengukuran dengan strip bukan untuk menegakkan diagnosis klinis melainkan

hanya untuk pemantauan kadar asam urat.

Metode pengukuran kadar asam urat yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode strip dengan menggunakan alat nesco multicheck. Alat tes

Nesco Multicheck adalah alat yang digunakan untuk memonitoring kadar gula

darah, asam urat, dan kolesterol. Sampel darah diambil menggunakan lancet

kemudian tetesan darah dimasukkan ke dalam kapiler strip. Hasil tes akan

terbaca dalam satuan mg/dL, dengan spesifikasi sebagai berikut:

- Rentang pengukuran : 3 – 20 mg/dL (179 – 1190 µmol/L)

- Suhu pengoperasian alat : 57,2 °F – 104 °F (14 °C– 40 °C)

- Volume sampel : ≥ 0,8 µL

- Tipe sampel : finger capillary whole blood

- Waktu percobaan : 20 detik

17
2.2 Kemangi (Ocimum santum L.)

2.2.1 Klasifikasi

Klasifikasi tanaman kemangi (Ocimum santum L.) menurut United States

Department of Agriculture (USDA) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Order : Lamiales

Family : Lamiaceae

Genus : Ocimum L.

Species : Ocimum sanctum L.

Gambar 4. Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum L.)


(Dokumentasi pribadi)

2.2.2 Deskripsi Morfologi

Kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan salah satu jenis tumbuhan

yang mudah didapatkan karena tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia

18
dan dapat tumbuh secara liar maupun melalui budidaya (Angelina et al., 2015).

Kemangi (Ocimum sanctum L.) termasuk tumbuhan terna atau tumbuhan yang

memiliki batang lunak dan tidak berkayu dengan tinggi sekitar 60-70 cm.

Batang kemangi berbentuk segi empat dengan bulu-bulu halus di

permukaannya (Latief, 2014).

Kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki daun berbentuk oval atau

bulat telur dengan panjang 3-4 cm, berwarna hijau, dan berbau harum serta

memiliki bulu-bulu halus di permukaan bawahnya. Daun kemangi dapat

ditemukan di setiap ruas batangnya. Bunga dari tumbuhan ini merupakan

bunga majemuk berwarna putih dan tersusun dalam tandan (Latief, 2014).

2.2.3 Kandungan Senyawa Kimia


Kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung senyawa aktif berupa

minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, tripenoid, steroid, tannin, dan fenol

(Angelina et al., 2015). Salah satu senyawa aktif pada kemangi yaitu flavonoid

telah terbukti dapat berperan sebagai inhibitor bagi beberapa jenis enzim

diantaranya adalah enzim xantin oksidase (XO) yaitu enzim yang

memproduksi hidrogen peroksida dan superoksida anion selama pembentukan

hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat (Nagao, Seki, &

Kobayashi, 1999).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2007) menyatakan bahwa

jenis flavonoid yang terkandung dalam kemangi (Ocimum sanctum L.) adalah

luteolin, quercetin, apigenin, dan kaemferol. Keempat jenis flavonoid tersebut

termasuk dalam golongan flavonoid yang berpotensi menghambat kerja enzim

xantin oksidase sehingga menyebabkan pembentukan asam urat menjadi

19
terhambat (Cos et al., 1998). Kandungan lain yang dimiliki kemangi (Ocimum

sanctum L.) adalah vitamin A; vitamin C; betakaroten; klorofil; asam oksalat;

protein (30 kkal), lemak (0,5 g), karbohidrat (2,3 g), mineral seperti kalsium,

fosfor, dan zat besi; dan fitonutrien lainnya (Singh & Chaudhuri, 2018).

2.2.4 Manfaat
Kemangi (Ocimum sanctum L.) sering digunakan untuk menambahkan

rasa khas pada makanan dan juga digunakan sebagai obat tradisional (Singh &

Chaudhuri, 2018). Kemangi (Ocimum sanctum L.) juga dapat digunakan untuk

mengobati berbagai macam penyakit seperti diabetes, gangguan pencernaan,

diuretik, cardiopathy, haemopathy, leucoderma, asma, bronkitis, demam

catarrhal, otalgia (sakit telinga), hepatopathy, sakit pinggang, oftalmia,

gastropati pada anak, gangguan GIT, kurap, verminosis, dan penyakit kulit.

Tanaman ini juga dapat digunakan sebagai antioksidan, penurun lipid, anti-

metastatik, anti jamur, antibakteri, dan penyembuh luka (Patil, Patil, Ahirwar,

& Ahirwar, 2011).

Konsumsi daun kemangi (Ocimum sanctum L.) juga dapat membantu

meningkatkan produksi ASI, mengobati encok, menurunkan demam,

meningkatkan jumlah air seni, menghilangkan masuk angin, mengobati batuk

berdahak, serta dapat digunakan untuk mengatasi bau mulut dan bau badan

(Sasmi, Mahdi, & Kamal, 2017).

20
2.3 Mencit (Mus musculus L.)

2.3.1 Klasifikasi

Klasifikasi mencit (Mus musculus L.) menurut Integrated Taxonomic

Information System (ITIS) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Bilateria

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Order : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus L.

Species : Mus musculus L.

Gambar 5. Mencit (Mus musculus L.)


(Dokumentasi pribadi)

2.3.2 Deskripsi

Mencit (Mus musculus L.) adalah mamalia yang termasuk dalam ordo

rodentia (hewan pengerat). Karakteristik fisik mencit (Mus musculus L.)

diantaranya hidung runcing, mata merah, telinga yang besar dan tidak diliputi

21
bulu, memiliki gigi insisivus yang prominen dan terlihat dengan jelas dari

samping, memiliki panjang tubuh antara 65-95 mm, dan ekor yang panjangnya

hampir sama dengan panjang tubuh yaitu sekitar 60-105 mm.

2.3.3 Manfaat

Mencit (Mus musculus L.) merupakan salah satu jenis hewan yang sering

digunakan sebagai hewan uji di laboratorium karena memiliki kemampuan

reproduksi yang tinggi (sekitar 10-12 anak/kelahiran), harga dan biaya

pemeliharaan relatif murah, serta efisien dalam waktu karena sifat genetik

dapat dibuat seragam dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan

ternak besar. Menurut Schuler (2006) dalam Kartika (2013), genom mencit dan

manusia sangat mirip, sehingga mencit dapat digunakan sebagai hewan uji

untuk mempelajari pengetahuan dasar genetika kualitatif dan kuantitatif

maupun metode pemuliaan.

Pemilihan mencit (Mus musculus L.) sebagai subjek eksperimen adalah

sebagai bentuk relevansinya dengan manusia, walaupun struktur fisik dan

anatomi mencit jelas berbeda dengan manusia tetapi mencit (Mus musculus L.)

adalah hewan mamalia yang mempunyai beberapa ciri fisiologi dan biokimia

yang hampir menyerupai manusia.

2.4 Sumber Belajar

Menurut Abdullah (2012), sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat

menunjang kegiatan belajar sehingga mencakup semua sumber yang mungkin dapat

dimanfaatkan oleh tenaga pendidik agar terjadi perilaku belajar. Sumber belajar

dapat digolongkan menjadi enam jenis, yaitu:

22
1. Pesan (message), yaitu informasi atau ajaran yang diteruskan oleh

komponen lain dalam bentuk ide, makna, dan fakta

2. Orang (people), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan,

pengolah, dan penyaji pesan. Dosen, guru, dan tutor termasuk dalam

kelompok ini

3. Bahan (material), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk

disajikan melalui penggunaan alat/perangkat keras ataupun oleh dirinya

sendiri. Berbagai teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, dan web termasuk

dalam kelompok ini

4. Alat (device), yakni suatu perangkat keras yang digunakan untuk

menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan

5. Lingkungan (setting), yaitu simulasi atau suasana sekitar dimana pesan

disampaikan

6. Teknik (Technique), yaitu prosedur atau pedoman yang dipersiapkan untuk

penggunaan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan

pesan

Langkah-langkah pemilihan sumber belajar menurut Abdullah (2012) dapat

dilakukan dengan menentukan beberapa hal, yaitu: (1) rumusan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dengan penggunaan sumber belajar secara jelas;

(2) isi pesan yang diperlukan untuk mencapai tujuan; (3) pencarian bahan

pembelajaran yang memuat isi pesan; (4) apakah perlu menggunakan sumber

belajar orang seperti dosen, pakar/ilmuwan, tokoh masyarakat, tokoh agama,

pustakawan, dan sebagainya; (5) apakah perlu menggunakan peralatan untuk

mentransmisikan pesan; (6) pilihan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan untuk

23
mentransmisikan pesan; (7) teknik penyajian pesan; (8) latar (setting) tempat

berlangsungnya kegiatan penggunaan sumber belajar; (9) penggunaan semua

sumber belajar yang telah dipilih atau ditentukan dengan efektif dan efisien; dan

(10) pelaksanaan penilaian terhadap sumber belajar.

Suhardi (2012) dalam Munajah dan Susilo (2015) menyatakan bahwa sumber

belajar biologi adalah segala sesuatu baik benda maupun gejalanya yang dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan biologi tertentu. Suatu hasil penelitian

dapat dijadikan sebagai sumber belajar apabila sesuai dengan syarat-syarat berikut:

1. Kejelasan potensi, yaitu tersedianya objek pembelajaran dan permasalahan

yang dapat diungkapkan untuk menghasilkan fakta dan konsep dari hasil

penelitian yang dilakukan

2. Kesesuaian dengan tujuan, yaitu adanya kesesuaian dengan kompetensi

dasar (KD) yang tercantum

3. Kejelasan sasaran, yaitu objek dan subjek penelitian

4. Kejelasan informasi yang diungkap, yaitu proses dan produk yang memiliki

kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku

5. Kejelasan pedoman eksplorasi, yaitu adanya prosedur kerja dalam suatu

penelitian

6. Kejelasan perolehan yang diharapkan, yaitu hasil penelitian berupa proses

dan produk yang dapat digunakan sebagai sumber belajar berdasarkan

aspek dan tujuan.

2.4.1 Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar Biologi

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pemberian ekstrak daun

kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap penurunan kadar asam urat pada

24
mencit (Mus musculus L.) hiperurisemia sebagai sumber belajar biologi. Hasil

penelitian akan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi untuk guru

maupun siswa SMA kelas XI pada materi sistem gerak dengan kompetensi

dasar (KD) 3.5 yaitu menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun

organ pada sistem gerak dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan

fungsi yang dapat terjadi pada sistem gerak manusia. Sumber belajar yang akan

dibuat dari hasil penelitian ini berupa buku saku.

Buku saku adalah buku berukuran kecil dan ringan yang dapat disimpan

di saku dan praktis dibawa ke mana saja (Yani, Ramadhan, & Habib, 2021).

Penggunaan buku saku sebagai salah satu sumber belajar biologi diharapkan

dapat membantu siswa memahami dan mengingat materi pelajaran yang

dipelajarinya. Beberapa karakteristik buku saku adalah memiliki jumlah

halaman yang tidak dibatasi (minimal 24 halaman); disusun mengikuti kaidah

penulisan ilmiah populer; penyajian informasi sesuai dengan kepentingan;

pustaka yang dirujuk tidak dicantumkan dalam teks tetapi dicantumkan pada

akhir tulisan; dan dicantumkan nama penyusunnya (Anjelita, Syamswisna, &

Ariyati, 2018).

2.5 Kerangka Konseptual

Asam urat merupakan produk hasil metabolisme purin di dalam tubuh. Kondisi

ketika kadar asam urat di dalam darah melebihi batas normal disebut hiperurisemia.

Hiperurisemia dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu peningkatan produksi asam

urat dan penurunan ekskresi asam urat. Peningkatan produksi asam urat dapat

terjadi karena adanya gangguan metabolisme purin bawaan karena kekurangan

enzim HGPRT; aktivitas berlebih dari enzim PRPP-sintase; konsumsi makanan

25
tinggi purin; konsumsi alkohol; hemolisis; dan penguraian purin yang terlalu cepat

karena olahraga berlebih sedangkan penurunan ekskresi asam urat dapat terjadi

karena adanya gangguan pada fungsi ginjal. Hiperurisemia dapat diatasi secara non-

farmakologis dengan melakukan diet rendah purin atau secara farmakologis

menggunakan obat tradisional. Kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman

yang diyakini dapat mengatasi hiperurisemia karena mengandung flavonoid yang

berperan sebagai inhibitor enzim xantin oksidase sehingga pembentukan asam urat

menjadi terhambat dan kadarnya di dalam menurun.

26
Asam Urat

Peningkatan kadar
asam urat dalam
Peningkatan darah dan Penurunan
produksi asam melewati batas ekskresi asam
urat normal urat
(Hiperurisemia)

- Gangguan - Konsumsi
Gangguan
metabolisme purin makanan tinggi
fungsi
bawaan karena purin
ginjal
kekurangan enzim - Konsumsi
HGPRT alkohol
- Aktivitas - Hemolisis
berlebihan dari - Penguraian
enzim PRPP-intase purin yang
terlalu cepat
karena olahraga

Farmakologis Non farmakologis

Obat Modern Obat tradisional Diet rendah purin

Kemangi (Ocimum sanctum L.)


Allopurinol

Flavonoid Minyak Fenol Tripenoid Alkaloid


atsiri

Inhibitor
Analgesik Diuretik Diuretik
XO

Menghambat Menghilangkan/
kerja XO meredakan rasa
sehingga sakit meningkatkan
pembentukan produksi urin
asam urat
menjadi

Kadar asam urat dalam darah


menurun

Hasil penelitian
dikembangkan menjadi
sumber belajar Biologi

27
2.6 Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.)

terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus L.) hiperurisemia.

28

Anda mungkin juga menyukai