Anda di halaman 1dari 16

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN

BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi


yang dibina oleh Prof. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Offering H
Kelompok 6
Ainul Fitria Mahmudah 150342603333
Monica Feby Zelvia 150342604927
Rendhika Farah A.P 150342605471
Zauhara F.W 150342605971

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
MARET 2017
UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA
LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI
Tgl : 7 Maret 2017

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat
dalam sampel bahan makanan padat
2. Untuk menentukan kualitas mikrobiologi sampel makanan yang deperiksa
berdasarkan ALT koloni bakteri

B. Dasar Teori
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari
lingkungan sekitarnya (yaitu udara, air, tanah, debu, kotoran, bahan organik yang
telah busuk). Populasi mikroorganisme yang berada pada suatu bahan pangan
umumnya bersifat sangat spesifik dan tergantung pada jenis bahan pangan dan
kondisi tertentu dari penyimpanannya (Buckle, 1987).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dalam
bahan pangan dapat bersifat fisik, kimia, atau biologis. Mossel (1971) telah
membagi faktor-faktor tersebut, yaitu:
1. Intrinsik, yaitu sifat-sifat dari bahan pangan itu sendiri.
2. Pengolahan, yaitu perubahan dari mikroflora awal sebagai dari cara
pengolahan bahan pengolahan.
3. Ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan dari penanganan dan penyimpanan
bahan pangan.
4. Implisit sifat-sifat organisme itu sendiri.
Standar plate Count (AngkaLempeng Total) adalah menentukan jumlah
bakteri dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan
banyaknya bakteri dengan mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas
formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang
dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal (Natsir, 2005).
Penetapan jumlah bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah sel
bakteri yang mampu membentuk koloni di dalam media biakan atau membentuk
suspensi dalam larutan biak (Schlegel dan Schmidt, 2000).
Dalam metode hitungan cawan, bahan yang dipergunakan diperkirakan
mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml atau per gram, memerlukan
pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di cawan petri. Setelah
diinokulasi akan terbentuk koloni dicawan petri tersebut dalam jumlah yang dapat
dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30-300 koloni. Pengenceran
biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya.
(Dwidjoseputro, 2005).
Metode lempeng total cawan (plate count) adalah metode yang paling umum
digunakan untuk menentukan jumlah mikroba yang masih hidup berdasarkan
jumlah koloni yang tumbuh. Teknik ini di awali dengan pengenceran sampel
dengan kelipatan 1: 10. Masing-masing suspensi pengenceran ditanam dengan
metode cawan tuang (pour plate) atau cawan sebar (spread plate). Bakteri akan
bereproduksi pada medium agar dan membentuk koloni setelah diinkubasi selama
15 18-24 jam. Metode ini dibantu dengan menggunakan alat, yaitu colony counter
(Berazandeh, 2008).
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Laminar Air Flow (LAF) 1. Sampel jenang jagung 10gram
2. Lampu Spirtus 2. Medium lempeng Plate Count
3. Inkubator Agar (PCA) 6 buah
4. Piper Ukur 10ml, 1ml, 0,1ml 3. Larutan air pepton 0,1% 90 ml
5. Blender atau mortar dan pistle 4. Larutan air pepton 0,1% @9ml
6. Rak tabung reaksi sebanyak 5 tabung
7. Vortex 5. Alkohol 70%
8. Koloni Counter 6. Lisol
7. Sabun cuci
8. Korek api
9. Lap

D. Cara Kerja
1. Sampel Bahan Makanan Basah

Disiapkan 1 labu Erlenmeyer berisi 90 ml air pepton 0,1% dan 5 tabung


reaksi berisi air pepton 0,1% @9 ml, (diberi kode A, B, C, D, E dan F).

Disiapkan 6 buah medium lempeng, diberi kode A, B, C, D, E dan F

Ditimbang 10gram samp bahan makanan basah, kemudian secara


aseptik dimasukkan kedalam 90 ml air pepton 0,1% dalam labu
erlenmeyer dan kemudian dikocok

Diambil 1 ml suspensi kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi A.


Lalu dikocok dengan memutar diantara kedua tangan. Lalu diambil 1 ml
suspensi dalam tabung raksi A dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
B. Dilakukan pengenceran bertahap sampai dengan tabung F (suspensi
yang didapat dengan tingkat pencemaran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan
10-6)
Secara aseptik diambil 0,1 ml dari masing-masing suspensi, dipercikkan
di atas permukaan medium lempeng dengan kode yang sesuai. Ditutup
cawan petri berisi medium lempeng tersebut, lalu diputar-putar (sehingga
percikan inokulum tersebar merata pada permukaan medium lempeng)

Diinkubasikan biakan pada medium lempeng pada suhu 37 oC setelah


1x24 jam atau 2x24jam, diamati dan dihitung jumlah bakteri tumbuh
pada medium lempeng itu. Dipilih medium yang ditumbuhi 30-300
koloni bakteri. Dihitung angka lempeng total (ALT) koloni bakteri yang
terdapat dalam tiap gram sampel bahan makanan padat dengan
berdasarkan tingkat pengenceran dengan rumus
HASIL PENGAMATAN
No. Tingkat Jumlah Keterangan Gambar
Pengenceran Koloni

1 10-1 384 TBUD

Koloni Jumlah Koloni

2 10-2 101

Koloni Jumlah Koloni

3 10-3 96

Koloni Jumlah Koloni

4 10-4 95

Koloni Jumlah Koloni

5 10-5 39

Koloni Jumlah Koloni

6 10-6 6 TSUD

Koloni Jumlah Koloni


E. ANALISIS DATA
Perhitungan ALT :
1
39 10 39 105 10 3.900.000
105 = = = 386 3,9 102 > 2
1 101 102 10 10.100
101 10
102
ALT > 2 maka dilaporkan jumlah koloni terkecil
101
10 = 101.000 = 1 105 /
102

Ket : Pada jajanan jenang jagung berdasarkan SNI memiliki nilai ALT 1 x 104
koloni/gram.
Praktikum kali ini yaitu tentang uji kualitas mikrobiologi makanan
berdasarkan angka lempeng total koloni bakteri. Kelompok kami menggunakan
makanan basah yaitu jenang jagung. Sebelum dihitung koloni bakterinya, diberi
beberapa perlakuan yaitu menyiapkan 5 tabung reaksi yang masing-masing berisi
air pepton 0,1% sebanyak 5ml dan diberi label tingkat pengenceran 10-2 (tabung 1),
10-3 (tabung 2), 10-4 (tabung 3), 10-5 (tabung 4) dan 10-6 (tabung 5) dan juga
menyiapkan 5 cawan petri yang telah berisi medium ALT dan masing-masing diberi
label seperti pada tabung reaksi diatas. Jenang ditimbang sampai menunjukkan
angka 10gram. Setelah ditimbang dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan
ditambahkan air pepton 0,1% sebanyak 90 ml lalu dikocok, suspense ini termasuk
dalam tingkat pengenceran 10-1 Suspensi diambil sebanyak 1 ml menggunakan
pipet dan dipindahkan ke tabung 1 yaitu tingkat pengenceran 10-2 kemudian di
kocok, diambil lagi 1ml dan dipindahkan ke tabung 2 yaitu pengenceran 10-3
kemudian dikocok. Hal tersebut dilakukan sampai pada tabung ke 5 pada tingkat
pengenceran 10-6. Kemudian pada tabung ke 5 tingkat pengenceran 10-6 dilakukan
pengocokan, lalu diambil 1ml dan dipindahkan ke cawan petri ke 5 dengan tingkat
pengenceran 10-6, lalu tabung ke 4 tingkat pengenceran 10-5 juga dilakukan
pengocokan dan dipindahkan ke cawan petri ke 4 dengan tingkat pengenceran 10-5.
Hal tersebut dilakukan sampai cawan petri ke 1. Setelah itu diletakkan pada
incubator dan menunggu 2x24 jam.
Setelah esok harinya, dilakukan perhitungan menggunakan colony counter
dan didapatkan. Pada tingkat pengenceran 10-1 jumlah koloni sebanyak 384, pada
10-2 sebanyak 101, pada 10-3 sebanyak 96, pada 10-4 sebanyak 95, pada 10-5
sebanyak 39 dan pada 10-6 sebanyak 6. Karena jumlah koloni pada pengenceran 10-
1
melebihi >300 yaitu sebanyak 384 sehingga diberi keterangan TBUD (terlalu
banyak untuk dihitung) dan pada pengenceran 10-6 memiliki jumlah koloni <30
yaitu sebanyak 6 diberi keterangan TSUD (Terlalu sedikit untuk dihitung).
Dalam perhitungan jumlah koloni bakteri ini terdapat dua pengenceran yang
menghasilkan jumlah antara 30 dan 300 koloni, maka antara hasil tertinggi dan
terendah harus diketahui perbandingannya. Yaitu dengan menggunakan rumus :
ALT Koloni Bakteri =
1
jumlah koloni bakteri pada pengeceran terendah x x volume suspensi yang ditumbuhi
tingkat pengenceran
1
jumlah koloni bakteri pada pengeceran tertinggi x x volume suspensi yang ditumbuhi
tingkat pengenceran

Dari hasil perhitungan menggunakan rumus diatas didapatkan hasil bahwa


angka lempeng total koloni bakteri adalah 386 yang dibulatkan menjadi 3,9 x 102.
Perbandingan tersebut menujukkan hasil yang lebih dari 2 (>2) sehingga yang
dilaporkan adalah hasil yang terkecil yaitu 101 yang juga dihitung menggunakan
rumus:
1
jumlah koloni bakteri pada cawan terpilih x x volume suspensi yang ditumbuhi
tingkat pengenceran

dan didapatkan hasil 1 105 /. Dan dibandingkan dengan angka lempeng


total jenang jagung menurut SNI yaitu 1 104
F. PEMBAHASAN

Praktikum yang bertujuan untuk menentukan kualitas mikrobiologi sampel


makanan padat basah berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri ini
diawali dengan membiakan bakteri yang terdapat pada makanan padat basah pada
medium lempeng. Produk pangan jarang sekali steril dan umumnya tercemar olah
beberapa mikroorganisme. Karena mikroorganisme tersebar luas di alam
lingkungan, Pertumbuhan mikroorganisme di dalam atau pada makanan dapat
mengakibatkan berbagai perubahan fisik maupun kimiawi yang tidak diinginkan,
sehingga bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi lagi (Buckle et al.,
1987). Sebelum dihitung koloni bakterinya, diberi beberapa perlakuan yaitu
menyiapkan 5 tabung reaksi yang masing-masing berisi air pepton 0,1%. Pada
pengujan Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai
pengencer sampel (Dirjen POM, 2000).
Jenang ditimbang sampai menunjukkan angka 10gram. Setelah ditimbang
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan air pepton 0,1% sebanyak
90 ml lalu dikocok, suspense ini termasuk dalam tingkat pengenceran 10-1 Suspensi
diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet dan dipindahkan ke tabung 1 berisi 5 ml
pepton 0,1% yaitu tingkat pengenceran 10-2 kemudian di kocok, diambil lagi 1ml
dan dipindahkan ke tabung 2 yaitu pengenceran 10-3 kemudian dikocok. Hal
tersebut dilakukan sampai pada tabung ke 5 pada tingkat pengenceran 10 -6. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan sampel koloni bakteri yang tidak terlalu
rapat. Sesuai dengan pendapat Pastra, et al (2012) yang menyatakan bahwa,
dilakukan pengenceran hingga konsentrasi menjadi 10-6 bertujuan untuk
memperoleh isolat yang tidak begitu padat dan mewakili semua jenis bakteri yang
terdapat pada sampel. Sedangkan menurut (Wasteson dan Hornes, 2009) tujuan dari
pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang
tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran
tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan
perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya,
sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari
pengenceran sebelumnya. Selanjutnya fungsi pengocokan adalah untuk
mendistribusikan sel secara merata dalam medium sehingga seluruh perwakilan
jenis bakteri yang ada pada isolat terwakili (Astuti, 2008)

Gambar. Pengenceran Bertingkat


Pada tabung ke 5 dengan tingkat pengenceran 10-6 dilakukan pengocokan,
lalu diambil 1ml dan dipindahkan ke cawan petri ke 5 dengan tingkat pengenceran
10-6. Tabung ke 4 dengan tingkat pengenceran 10-5 juga dilakukan pengocokan dan
sebanyak 1 ml dipindahkan ke cawan petri ke 4 dengan tingkat pengenceran 10-5.
Hal tersebut dilakukan sampai cawan petri ke 1. Setelah itu diletakkan pada
incubator selama 1x24 jam. Tujuan didiamkan pada incubator selama sehari
tersebut adalah untuk mendapatkan struktur koloni bakteri. Hal tersebut juga
disampaikan oleh Yamlean (2013) yang menyatakan bahwa didiamkan selama 24
jam adalah untuk pertumbuhan bakteri, dimana dalam jangka waktu tersebut bakteri
aktif membelah, sehingga dalam waktu satu hari sampai dua hari koloni bakteri
dapat terbentuk.
Selanjutnya sampel diamati dan dilakukan perhitungan Angka Lempeng
Total koloni bakteri dengan menggunakan colony counter. Perhitungan jumlah
koloni bakteri didapatkan: Pada tingkat pengenceran 10-1 jumlah koloni sebanyak
384, pada 10-2 sebanyak 101, pada 10-3 sebanyak 96, pada 10-4 sebanyak 95, pada
10-5 sebanyak 39 dan pada 10-6 sebanyak 6. Berdasarkan hasil hitungan total koloni
tersebut terdapat 4 pengenceran yang menghasilkan jumlah koloni antara 30 sampai
300, yaitu pada pengencean 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5. Rentang ALT koloni bakteri
pada sampel yang didapatkan adalah 3,9 x 102. Jumlah tersebut lebih besar dari 2
sehingga yang perlu dilaporkan ialah koloni dengan tingkat pengenceran terkecil.
Sesuai pendapat Jutono, et al., (1973), perhitungan untuk menentukan nilai Angka
Lepeng Total, yaitu jika terdapat dua atau lebih tingkat pengenceran yang
menghasilkan jumlah antara 30 sampai 300 koloni, dan perbandingan antara hasil
tertinggi dan terendah dari tingkat pengenceran terendah 2, maka harus ditentukan
rerata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan tingkat pengencerannya.
Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan hasil terendah > 2, maka yang
dilaporkan hanya yang terkecil.
Berdasarkan ketentuan tersebut, hasil angka lempeng total koloni bakteri
386, yang diubah bentuk menjadi 3,9 x 102 bernilai lebih besar dari 2 (>2) sehingga
yang dilaporkan adalah hasil yang terkecil yaitu pengenceran 10-2 dengan jumlah
koloni 101. Hasil yang didapatkan dari perhitungan ialah 1 105 /. Hasil
tersebut dibandingkan dengan Angka Lempeng Total jenang jagung menurut SNI
yaitu 1 104 . ALT jenang jagung yang lebih besar dari ALT standar untuk jenang
jagung, menunjukkan bahwa jenang jagung tersebut tidak baik di konsumsi karena
mengadung mikroba yang melebihi standart pangan di indonesia. Menurut Badan
POM RI (2007) menyatakan bahwa, cemaran biologis adalah cemaran makanan
yang berasal dari bahan hayati dapat berupa cemaran mikroba yang dapat
merugikan dan membahayakan kesehatan. Pada makanan terdapat nilai ambang
batas maksimal mikroorganime yang berbeda- beda sesuai jenis makanannya.
Buruknya kualitas pada jajanan jenang jagung yang menyebabkan tidak
layaknya dikonsumsi disebabkan beberapa faktor. Mikroba kontaminan dapat jatuh
pada jajanan jenang jagung mulai dari saat pengolahan yang tidak sehat. Seperti
peralatan yang tidak bersih, bahan yang digunakan tidak berkualitas, atau pengolah
jajanan yang tidak menjaga kebersihan tangannya. Selain itu kondisi saat
pemasaran juga berpotensi tinggi untuk membuat banyaknya mikroba kontaminan
pada makanan. Hal itu dikarenakan jajanan jenang jagung dibiarkan di tempat
terbuka saat pemasaran sehingga bakteri bebas daru debu dan udara dapat hinggap
dan tumbuh disana. Seperti yang diungkapkan oleh Wibawa (2008) bahwa
kontaminasi dalam pengolahan makanan selain ditentukan oleh debu dan udara,
ruangan serta peralatan pengolahan makanan, juga ditentukan oleh penjamah
makanan (food handler), yaitu tenaga pekerja yang menjamah makanan dari mulai
mempersiapkan bahan makanan, menyimpan, mengangkut sampai menyajikan
makanan.

Gambar. Daftar nilai SNI Angka Lempeng Total mikroba di makanan


Menurut Martayo (2014) SNI menjelaskan bahwa ALT awal diuji di pabrik
dan ALT akhir diuji di pasar. Batas maksimum ALT awal 1x102 koloni/mL
sedangkan ALT akhir 1x105 koloni/mL. Untuk tujuan pemenuhan kriteria
mikrobiologi produk akhir dari suatu lot/batch, umumnya hanya ditetapkan satu
kriteria untuk ALT. Nilai ALT bervariasi tergantung berbagai faktor diantaranya
kualitas sumber air, jenis perlakuan, konsentrasi residu desinfektan, lokasi
sampling, suhu air mentah dan AMDK akhir, waktu pengujian, metode uji meliputi
suhu dan waktu inkubasi (Allen et al., 2004).
G. DISKUSI
1. Angka Lempeng Total koloni bakteri dalam tiap gram atau mililiter sampel
bahan makanan yang diperiksa adalah 1 105 / untuk jajanan jenang
jagung.
2. Sampel jajanan jenang jagung dengan Angka Lempeng Total koloni bakteri
1 105 / ternilai tidak memenuhi standar kualitas berdasarkan DIRJEN
Pengawasan Obat dan Makanan yaitu 1 104 /. Nilai ALT jajanan
jenang jagung yang lebih rendah dari standar ALT, mengindikasikan bahwa
jajanan jenang jagung yang digunakan sebagai sampel berkualitas buruk dan
tidak layak konsumsi.
3. Kontaminasi bakteri dalam bahan makanan dapat dipengaruhi oleh faktor dari
pengolahan makanan dan proses pemasarannya. Makanan dibiarkan ditempat
terbuka sehingga terkena bakteri bebas pada debu dan udara. Bakteri juga
mungkin didapat dari ruangan serta peralatan pengolahan makanan. Penjamah
makanan (food handler) juga dapat menjadi faktor kontaminan, yaitu tenaga
pekerja yang menjamah makanan dari mulai mempersiapkan bahan makanan,
menyimpan, mengangkut sampai menyajikan makanan.
H. KESIMPULAN

1. Sampel bahan makanan padat yaitu jajanan jenang jagung memiliki nilai
Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri sebesar 1 105 /.
2. Kualitas jajanan jenang jagung dengan ALT koloni bakteri 1 105 /
lebih besar dari standar ALT koloni bakteri untuk jenang jagung yaitu
1 104 / sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jajanan jenang
jagung yang digunakan sebagai sampel berkualitas rendah atau buruk dan
tidak layak untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Allen MJ, Edberg SC, Reasoner DJ. 2004. Heterotrophic Plate Count Bacteria
What is Their Significance in Drinking Water. Journal Food Microbiol.
Vol.92(3): 265-274. doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2003.08.010.
Astuti, D.P, l. Mardiah, R. R. Esyanti. 2008. The Effect of Tryptophane Feeding on
Growth Rate and Catharanthine production of Catharanthus roseus (L ) G.
Don Ceil Aggregate Culture. Proceedings lnternational Conference on
Mathematics and Natura Sclences (ICMNS). Bandung: p.373-378.
Badan POM RI. 2007. Keamanan Pangan. Buletin POM Vol. 12/ Tahun VI/ 2007
Jakarta.
Berazandeh, N. 2008. Microbiologi Titles. Jerman: Verlag Berlin Heidelberg
Media.
Buckle, K.A, R.A, Edwards, G.H, Fleet dan M, Wootton, 1987. Ilmu Pangan.
Diterjemahkan Oleh Hari Purnomo Dan Adiono. Jakarta : UIP.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Dwidjoseputro. 2005. Dasar-
Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Jutono, dkk, 1973. Pedoman Praktikum mMikrobiologi Umum untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta : Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Martoyo, P. Y,. Ratih, D. H., dan Winiati, P. R. 2014. Kajian Standar Cemaran
Mikroba dalam Pangan di Indonesia. Jurnal Standardisasi. Vol. 16 (2). Hal
113 124. Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga.
Mossel, D.A.A. .1971. Physiological and Metabolic Attributes of Microbial
Groups Associated With Foods. Netherlands: CRC Critical Reviews in
Environmental Control.
Natsir. M , Sartini , Syaharuddin .K .2005. Analisis mikrobiologi farmasi.
Makassar: UNHAS
Schlegel, H.G. dan K. Schmidt. 2000. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
.
.
Pastra, D. A., Melki, dan Heron, S. 2012. Penapisan Bakteri yang Bersimbiosis
dengan Spons Jenis Aplysina sp sebagai Penghasil Antibakteri dari Perairan
Pulau Tegal Lampung. Maspari Journal. Vol. 4(1). Hal : 77-82. Program
Studi Ilmu Kelautan, FMIPA, UNSRI.
Wasteson, Y, and Hornes, E. 2009. Pathogenic Escherichia Coli Found in Food.
International Journal Of Food Microbiology. Vol. 12. Hal: 103-114
Wibawa, A. 2008. Faktor Penentu Kontaminasi Bakteriologik pada Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3,
No. 1 Hal:3-8.
Yamlean, P. V.Y., Niswah, P., dan Novel, K. 2013. Uji Efektivitas Salep Ekstrak
Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus.
Jurnal Ilmiah Farmasi . Vol. 2 (1). ISSN 2302 2493. Program Studi
Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado

Anda mungkin juga menyukai