Anda di halaman 1dari 13

PERSOALAN FILSAFAT ILMU

(Tulisan Ilmiah Mata Kuliah Filsafat Ilmu Keperawatan)

DISUSUN OLEH:

NAMA KELOMPOK 8:

HELMI YOHANA SAFE (191111051)

JHORDAN JUNIOR ALODJAHA (191111055)

KELAS/SEMESTER : KEPERAWATAN B/V

PRODI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Persoalan Filsafat
Ilmu” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan pada mata kuliah Filsafat Ilmu Keperawatan. Selain itu, karya ilmiah ini juga
ditulis agar menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis mengenai Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengapu mata kuliah Filsafat Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni dan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
menyempurnakan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Terimakasih.

Kupang, September 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1
Kebenaran-Rasional-Empiris......................................................................................3

2.2
Pemikiran Filsafat........................................................................................................5

2.3
Filsafat Ilmu dan Ilmu.................................................................................................6

BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan......................................................................................................................8

3.2 Saran............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, berasal dari bahasa Yunani,
philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philein(persahabatan,
tertarik kepada) dan shopiaatau shopos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, atau pengalaman praktis inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai
philosophos(filsuf) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan.
Kata falsafah merupakan serapan dari bahasa Arab yang berarti pencarian yang
dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat
menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia
filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga
memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Dengan pemahaman serupa ini, paling tidak sudah ada sedikit pemahaman
akan pengertian pertama dari filsafat. Namun demikian, kenapa ini disebut pengertian
pertama? Ya, ini memang pengertian pertama. Sebab, kalau kita sudah membuka
kamus atau buku bertema filsafat, pengertian filsafat akan sesuai dengan pengertian
penulisnya. Beberapa penulis mungkin akan mencapai kata sepakat tentang pengertian
ini, sedangkan banyak yang lainnya malah berdebat seumur hidup tentang apa itu
filsafat.
Walaupun begitu, kita juga dapat memahami apa itu filsafat dengan cara sederhana.
Misalnya, kita dapat mendefinisikan filsafat sebagai “sejarah pemikiran”. Ini
karena kalau kita membaca teks-teks filsafat yang utama, maka kita akan dihadapkan
pada rangkaian pemikiran yang dimulai dari semenjak masa Yunani Kuno hingga masa
sekarang ini. Namun, orang boleh saja mengatakan bahwa awal mula filsafat
berkembang semenjak masa India Kuno ataupun Cina Kuno.
Ini bisa dibuktikan secara historis, walaupun lagi-lagi muncul suatu perdebatan
karenanya.Contoh lain, kita dapat membuat definisi yang baru bahwa filsafat itu
adalah cara untuk memahami sesuatu (a method to understanding). Alasan ketika
memilih pengertian ini adalah karena pada saat mempelajarifilsafat, kita dituntut
untuk memahami apa pun. Baik pemahaman tentang sesuatu yang sudah ada
maupun pemahaman akan sesuatu

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kebenaran-Rasionalisme-Empirisme ?
2. Bagaimana cara pemikiran filsafat?
3. Apa pengertian dan tujuan filsafat ilmu dan ilmu?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kebenaran-Rasionalisme-Empirisme.
2. Untuk mengetahui cara berpikir filsafat.
3. Untuk menegtahui pengertian dan tujuan filsafat ilmu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebenaran-Rasionalis-Empiris
A. Kebenaran
Dalam ilmu Filsafat, arti dari kebenaran sangat bergantung pada sudut pandang
filosofis, dan teoritis yang menjadi dasarnya. Teori, atau metode diperlukan dalam
menguji sebuah kebenaran yang berguna sebagai penunjuk jalan bagi yang mengujinya.
Dibawah ini terdapat 5 teori ini berdasarkan ilmu Filsafat:
 Teori Pragmatis (Charles Peirce 1839-1914)
Teori yang ada dalam makalah yang diberi judul “How to Make Ideals Clear” yang
terbit pada tahun 1878 mengatakan bahwa kebenaran akan selalu berubah, dan
tergantung, serta dapat dinilai lewat pengalaman selanjutnya. Kebenaran mutlak,
universal, berdiri sendiri, dan tetap dinilai tidak ada oleh Charles.
 Teori Korespondensi (Bertrand Russel 1872-1970)
Teori korespondensi merupakan teori yang memiliki pandangan tentang seluruh
pernyataan dianggap benar jika terhubung dengan fakta yang ada. Sebuah ungkapan,
atau keputusan dikatakan benar jika terdapat sebuah fakta yang dapat membuktikan
kebenaran tersebut secara utuh.
 Teori Koherensi atau Konsistensi
Teori yang berasal dari 3 ilmuwan Spinosa, Bradley, dan Hagel ini menjelaskan
bahwa sebuah pengetahuan dianggap benar jika suatu proposisi tersebut mempunyai
keterkaitan dengan ide-ide dari proposisi sebelumnya yang dinilai benar. Teori ini
menyimpulkan bahwa kebenaran sebuah ilmu pengetahuan dapat diuji melalui
kejadian masa lalu, atau dengan melakukan pembuktian logis, atau matematis.
 Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran akan diputuskan atau ditetapkan oleh
pemegang otoritas tertentu.
 Teori Konsensus
Kebenaran sebuah teori adalah jika teori tersebut berdasarkan pada paradigma, atau
perspektif tertentu, dan terdapat komunitas ilmuwan yang mengakui, atau
mendukung paradigma tersebut.
B. Rasionalisme
Rasionalisme Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris
Rationalism. Kata ini berasal dari kata bahasa latin ratio yang berarti "akal".
A.R. Lacey menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya Rasionalisme adalah
pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan
pembenaran. Sementara itu, secara terminologi aliran ini dipandang sebagai aliran
yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan.
a akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mempersiapkanatau unggul
atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan diderawi.

3
Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat semua
pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang
diperoleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapatmenurunkan kebenaran
dari dirinya sendiri, yaitu di atas dasar asas-asas pertamayang pasti.
Rasionalisme tidak mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman hanya
dilihat sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Karenanya, aliran iniyakin bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide, dan didalam barang sesuatu. Jika benar
berarti memiliki ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk pada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal
saja.
Kaum Rasionalisme dimulai dengan pernyataan yang pasti.Aksioma dasar yang
digunakan membangun sistem pemikirannya diturunkan dariide yang menurut
anggapannya adalah jelas, tegas dan pasti dalam pikiranmanusia. Pikiran manusia
memiliki kemampuan untuk mengetahui idetersebut, namun manusia tidak
menciptakannya, maupun tidak mempelajari melalui pengalaman. Ide tersebut kiranya
sudah ada "di sana" sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia.
Dalam pengertian ini pikiran menalar. Kaum rasionalis berdalil bahwakarena
pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar
dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak mungkin dapat menggambarkannya.
Prinsip dianggap sebagai sesuatu yang apriori, dan karenanya prinsip-prinsip tersebut
tidak dikembangkan dari pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat
ditinjau dari prinsip-prinsip tersebut. Dalam perkembangannya Rasionalisme diusung
oleh banyak tokoh, masing-masing dengan ajaran-ajaran yang khas, namun tetap dalam
satu koridor yang sama. Pada abad ke-17 terdapat beberapa tokoh kenamaan
sepertiRené Descartes, Gottfried Wilhelm von Leibniz, Christian Wolff dan
BaruchSpinoza. Sedangkan pada abad ke-18 nama-nama seperti Voltaire, Diderot dan
D'Alembert adalah para pengusungnya.
C. Empirisme
Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan. Aliran ini menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman dengan observasi/penginderaan. Pengalaman merupakan faktor
fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia
(Wilardjo, 2009).
Menurut KBBI empirisme merupakan aliran ilmu pengetahuan dan filsafat
berdasarkan metode empiris yang mengatakan bahwa semua pengetahuan didapat
dengan pengalaman. Empirisme berasal dari kata Yunani yakni empiria atau empeiros,
yang secara harafiah mengandung arti meraba-raba; pengalaman. Bagus (2002)
mengatakan bah wa empirisme merupakan sebuah aliran filsafat yang berpandangan
bahwa pengetahuan itu harus dicari dalam atau berhubungan dengan pengalaman.
Dengan kata lain, pengetahuan itu tidak bersifat apriori seperti yang diyakini
rasionalisme, melainkan bersifat a posteriori (Wibowo. 2009).
Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek
yang didasarkan alat-alat indrawi, yang kemudian dikenal di dalam otak, dan akibat
dari rangsangan tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah

4
Anda gunakan untuk menggambar alat-alat tersebut. Empirisisme memegang peranan
yang amat penting bagi pengetahuan. Penganut aliran ini mengang gap pengalaman
sebagi satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi sering
dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi (Wilardjo, 2009).

2.2 Pemikiran Filsafat


Berpikir menjadi salah satu karakateristik kehidupan manusia, dengan berpikir
manusia akan eksis dalam kehidupannya, oleh sebab itu agar manusia senantiasa
keberadaanya diakui oleh lingkungan maka dia harus berpikir mengenai dirinya dan
lingkunganya. Ada 4 (empat) jenis berpikir yang dilakukan manusia (Toenlioe, 2016 : 2-
5), yaitu berpikir awam, berpikir ilmah, berpikir filsafat dan berpikir religi. Yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu berpikir filsafat, namun sekilas akan dijelaskan tiga jenis
berpikri lainnya selain filsafat. Berpikir awam yaitu berpikir yang dilakukan oleh orang
kebanyakan, tanpa menggunakan kerangka teori atau ilmu tertentu. Kemudian berpikir
ilmiah yaitu berpikir secara keilmuan. Berikutnya berpikir religi yaitu cara berpikir yang
berbasis pada suatu yang diyakini sebagai kebenaran hakiki.
Seperti yang dikemukakan diatas bahawa akatifitas manusia dalam menjalani
kehidupan sehari-sehari selalu dihadapkan dalam aktifitas berpikir, beragam masalah
datang untuk kita selesaikan dengan memikirkan cara penyelesaiannya. Keadaan berpikir
sehari-hari yang dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang
ditemukannya menjadi ciri dari orang tersebut sedang berfilsafat. Apakah orang lapar dan
kemudian berpikir untuk mencari solusi agar tidak lapar, itu juga merupakan berpikir
filsafat, tentu menurut saya itu bukan ciri berfikir filsafat. Untuk menjawab seperti apa
cara berpikir orang filsafat, berikut ini karakteristik cara berfikir filsafat (Latif, 2014:4)
yaitu: :
1. Bersifat menyeluruh maksudnya seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya
megenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin mengetahui hakikat ilmu dari
sudut pandang yang lain, kaitanya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini
membawa kebahagiaan dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak akan merasa
sombong dan mengangkuk paling hebat atau diatas langit masih ada langit, sebagaimana
Socrates yang meyatakan tidak tau apa-apa.
2. Bersifat mendasar, maksudnya sifat yang tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu benar,

mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria dilakukan?
Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti suatu pertanyaan
yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3. Bersifat spekulatif, maksudnya menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal
sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik, akhirnya dibutuhkan suatu sifat spekulatif
baik dari segi proses, analisis maupun pembuktiannya, sehingga dapat dipisahkan mana
yang logis atau tidak.

5
2.3 Filsafat Ilmu dan Ilmu
 Pengertian
Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah, sedangkan dalam bahasa Inggris
dikenal dengan Philosophy, kesemuanya berasal dari bahasaYunani (Philosophia) terdiri
dari kata phitein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara
etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Kata
filsafat pertama sekali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM), kemudian diperjelas
oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM). Pendapat lain
menyebutkan bahwa filsafat secara harfiah mengandung arti kegandruang mencari
hikmah kebenaran dan arif, kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan.
Dalam bahasa Arab kata “ilmu” berasal dari kata “alima”, sering disebut ilmu
pengetahuan atau singkatannya “ilmu”. Diantara sekian banyak definisi mengenai ilmu,
adalah: merupakan pengetahuan yang benar dengan memperhatikan batasan obyek,
metoda beserta nilai kegunaannya. Paul Freedman menjelaskan bahwa ilmu adalah suatu
bentuk aktivitas manusia yang melalui pelaksanaannya ummat manusia memperoleh
suatu pengetahuan dan pemahaman tentang alam yang senantiasa lebih cermat dan lebih
meningkat, pada suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan diri sendiri
terhadapnya dan mengubah lingkungannya dan mengubah ciri-cirinya sendiri.
Jadi, filsafat ilmu adalah merupakan pendalaman dari filsafat pengetahuan. Kemudian
secara etimologi dikenal sebagai Philosophy of Science, Wissen Schaft Lebre dan
Westen Shaps Leer. Secara terminology filsafat ilmu adalah refleksi filsafati yang tidak
pernah mengalami titik henti dalam meneliti hakekat ilmu untuk menuju pada
sasarannya, yaitu apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran, sasaran yang
memang tidak pernah akan habis dipikirkan dan tidak akan selesai diterangkan.
Dari definisi di atas, maka menjadi jelaslah bahwa sasaran filsafat ilmu adalah
hakekat ilmu pengetahuan dan selalu mempertanyakan mengenai ontologi, epistemologi
dan aksiologi. Maka Will Durant mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang
merebut pantai. Setelah pantai berhasil direbut, pasukan infanteri baru dapat mendarat.
Yang diibaratkan sebagai pasukan infanteri adalah berbagai pengetahuan, diantaranya
adalah ilmu.

 Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua
macam objek yaitu objek material dan objek formal.
a) Objek Material Filsafat ilmu Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang
menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di
pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal
yang konkrit ataupun yang abstrak. Menurut Dardiri bahwa objek material adalah
segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun
ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1) Ada yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada
pada umumnya.
2) Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia dan alam.
b) Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah

6
hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya
terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan
yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
 Tujuan Filsafat Ilmu Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan.
Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak
terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap
keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh
potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama. Filsafat ilmu sebagai
cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu yang mengandung manfaat
sebagai berikut :
a) Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah.
b) Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa
memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini
adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan
sebaliknya.
c) Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional,
agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat merupakan mata kuliah yang memberikan dasar dan landasan berpikir logis,
sistematis dan metodologis. Mata kuliah dasar untuk mengenal alur berpikir dalam
kegiatan keilmuan yang dapat diaplikasikan dalam peningkatan penalaran, penerapan
kegiatan penelitian dan penulisan ilmiah serta mendiagnosis masalah dan mencari
alternatif permecahannya. Mata kuliah ini akan mengantarkan para mahasiswa untuk
memahami ruang lingkup filsafat ilmu, tantangan dan masa depan ilmu, hakikat
pengetahuan, kebenaran ilmiah, ontology yaitu hakikat ilmu, epistemologi yaitu cara
mendapatkan pengetahuan, aksiologi yaitu nilai kegunaan ilmu, struktur ilmu
pengetahuan, sarana ilmiah, moralitas ilmu pengetahuan, dan sejarah perkembangan
ilmu.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Idris, S. (2017). Kebenaran Ilmiah Menurut Perspektif Filsafat Ilmu. -, 1-15


Sutisna, I. (2017). Relasional Ilmu Filsafat Dengan Pendidikan.
https://id.scribd.com/document/352183457/Makalah-Rasionalisme-Dan-Empirisme (diakses
29 September 2021).
https://www.scribd.com/doc/86318357/makalah-teori-kebenaran (diakses 29 September
2021).

Anda mungkin juga menyukai