Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR-DASAR LOGIKA

DOSEN PENGAMPUH : REZA LESTARI, M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. AYU DEWI PUTRI

2. FADIA PUTRIANA

3. M.YOGA PRANATA

PTOGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH KOTA PAGARALAM

TAHUN AJARAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengajar serta teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
Latar Belakang.................................................................................................................................1
Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
Pengertian Berpikir..........................................................................................................................2
Prinsip – Prinsip berpikir logis........................................................................................................2
Teori Kausalitas...............................................................................................................................3
Syarat Atau Kelengkapan Berpikir Benar.......................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................................10
PENUTUP.........................................................................................................................................10
Kesimpulan....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari logika masih sangat diperlukan untuk menuntun dalam hal
berpikir dam membuat kesimpulan yang benar. Didalam berlogika tentunya dibutuhkan
kemampuan berpikir yang dimana kemampuan berpikir tidak dibuat asal-asalan namun
didalam berpikir ada tahapan- tahapan yang harus kita lalulintas selain itu sebelum
berpikir ada jenis berpikir terlebih dahulu kemdudian ada syarat- syarat didalam berpikir
dan juga terdapat prinsip didalam berpikir .dengan kita dapat memahami berpikir dengan
baik diharapkan dapat digunakan dalam masyarakat untuk mengamati hal hal yang terjadi
di masyarakat sebagaimana mestinya
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindarkan kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir
dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika berpikir benar, terlepas
dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu ia mendidik manusia
bersikap obyektif tegas dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana
dan tempat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu berpikir dan jenis berpikir


2. Jelaskan prinsip-prinsip berpikir logis ?
3. Apa itu teori kasualitas ?
4. Apa saja syarat atau kelengkapan berpikir benar?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Mengetahui pengertian berpikir dan jenis berpikir
2. Mengetahui prinsip-prinsip berpikir logis
3. Mengetahui Teori kausalitas dengan benar
4. Mengetahui syarat dan kelengkapan dalam berpikir benar

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian berpikir
Berpikir berarti mengamati dengan sadar, maka setiap pengamatan dengan sadar selalu akan bergerak
kepada arah penilaian, dan berpikir berakhir pada sebuah keputusan. Konsep berpikir dalam logika
biasanya dirumuskan sebagai berikut: Jika A=B, dan B=C, maka A=C; hal ini memperlihatkan adanya
suatu proses berpikir, yakni meliputi Pengamatan; pengolahan dan terakhir pemutusan. Yang
Kesemuanya disebut dengan pemikiran

Disini terdapat ada 3 pengertian berpikir

1. Berpikir logis
Berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara menghubungkan
serangkaian pendapat untuk sampai pada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika.
Berpikir logis sama dengan berpikir konsisten sesuai dengan rambu-rambu atau tata cara
berpikir yang benar.
2. Berpikir kritis
Sedangkan berpikir kritis adalah proses menalar tentang suatu objek yang menghubungkan
serangkaian pendapat ataupun konsep secara utuh dan lengkap, dengan cara melihat sisi
positif maupun negatif, sisi untung dan rugi, sisi baik dan buruk, sisi peluang dan tantang
3. Berpikir reflektif
Berpikir reflektif adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara
menghubungkan aneka pendapat secara utuh, lengkap, dan mendalam. Dengan kata lain
berpikir reflektif adalah proses menalar secara mendalam sedalam-dalamnya., dan berpikir
dengan tepat.

B. Prinsip – prinsip berpikir logis

Dalam suatu pemikiran, terdapat rambu-rambu yang harus dipatuhi untuk mendapatkan
sebuah kebenaran. Rambu-rambu yang dimaksud merupakan prinsip-prinsip pemikiran. Prinsip
dimaknai sebagai sesuatu yang harus ada terlebih dahulu, atau titik pangkal dari mana sesuatu
muncul dan dimengerti. Dengan ini, prinsip pemikiran adalah suatu pengetahuan mengenai dari
mana pengetahuan yang lain tergantung dan dimengerti. Prinsip pemikiran dibagi menjadi 2,
yaitu prinsip primer dan prinsip sekunder.

2
Prinsip Primer
Dikatakan prinsip primer karena prinsip ini merupakan prinsip pertama dari prinsip-prinsip
lainnya. Prinsip primer pun dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:

a. Prinsip identitas (primsip persamaan)


Prinsip identitas adalah dasar dari segala pemikiran dan prinsip pemikiran lain.
Dalam logika, prinsip ini mempunyai arti setiap pengertian menggambarkan hakikat.
Sifat hakikat suatu hal tidak akan berubah (tetap) walaupun berbeda meskipun berbeda-
beda hal yang bersangkutan. Prinsip ini bersifat langsung, analitis, dan jelas. Contoh
prinsip identitas yaitu “Kambing adalah seekor hewan”

b. Prinsip kontradiksi
Prinsip kontradiksi adalah perumusan negatif dari prinsip identitas. Dalam logika,
hal ini berarti menaati prinsip identitas dengan menjauhkan diri dari kontradiksi atau
tidak boleh membatalkansuatu hal yang sudah diakui. Dalam kata lain dua pernyataan
yang kontradiktoris tidak mungkin terjadi bersamaan dalam satu hal Contohnya,
“Jangan sekali-kali kamu datang dan pergi untukku”

c. Prinsip penyisihan kemungkinan ketiga


Dalam prinsip ini, menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan ketiga. Berarti jika
ada dua keputusan yang kontradiktoris, Prinsip ini mengatakan bahwa antara pengakuan
dan pengingkaran kebenarannya terletak pada salah satunya. Contohnya, “mahasiswa
yang kuliah di ruang ketiga adalah mahasiswa sosiologi”

d. prinsip alasan yang mencukupi


Prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada memiliki alasan yang cukup.
Segala sesuatu itu dapat dimengerti. Namun, jangan memperluas penerapan prinsip ini
pada semua hal yang ada. Penerapan itu juga tidak boleh dikenakan pada sesuatu yang
hanya satu saja, sebab tidak semua kenyataan dapat dimengerti dengan cara yang
memadai, karena pikiran manusia sangat terbatas. Contohnya, “Batu jatuh karena ada
gravitasi bumi”

2. Prinsip – Prinsip Sekunder


Prinsip-prinsip sekunder merupakan pengkhususan dari prinsip-prinsip primer dan dapat
dipandang dari sudut isinya serta dari sudut luasnya.

a. Dipandang dari sudut isinya.


➢ Prinsip kesesuaian; Ada dua hal yang sama dan salah satu diantaranya sama dengan
hal yang ketiga. Contohnya yaitu,
Semua perempuan cantik

Semua yang cantik berambut panjang

3
Maka, Semua perempuan berambut panjang

➢ Prinsip ketidaksesuaian: Ada dua hal yang sama, namun salah satunya tidak sesuai
dengan hal yang ketiga. Contohnya yaitu,
Gula rasanya manis

Rasa manis bukanlah asam

Jadi, gula tidak asam.

b. Dipandang dari sudut luasnya.


➢ Prinsip dikenakan semua: Sesuatu yang universal ditetapkan pada seluruh
lingkungan suatu objek, bisa diterapkan pada bawahannya. Contohnya:
Mahasiswa adalah manusia

Manusia memiliki akal pikiran

Oleh karena itu, semua mahasiswa memiliki akal pikiran

➢ Prinsip dikenakan pada semua: Yang secara universal tidak dapat diterapkan pada
suatu objek , dan tidak pula diterapkan pada bawahannya. Contoh:
Anjing adalah mamalia

Mamalia tidak mempunyai jantung

Oleh karena itu, anjing tidak memiliki insang.

C. Teori kausalitas

Teori kasualitasKausalitas (sebab-akibat) adalah suatu hubungan atau proses an- tara dua atau
lebih kejadian atau keadaan dari peristiwa di mana satu faktor menimbulkan atau menyebabkan
faktor lainnya. Bila mengambil satu contoh sederhana suatu pernyataan kausalitas: bila tombol
lam-lapu dinaikkan maka lampu menyala. Dapat dikatakan bahwa satu hu- bungan kausal (sebab

4
akibat) ada antara dua kejadian tersebut, yaitu menaikkan tombol lampu dan menyebabkan
lampu menyala. Kausa- litas (sebab akibat) selalu menjadi satu topik yang sangat penting dalam
sejarah filsafat. Ini barangkali karena konsep kausalitas meliputi cara berpikir tentang diri,
lingkungan, seluruh alam di mana manusia hidup dan hubungan manusia dengan alam itu
sendiri. Pada kenyataannya, seseorang bahkan dapat mengatakan bahwa kesadaran kita atas
dunia dan keterwakilan kita di dunia setiap saat tergantung pada hubungan sebab dan akibat.
Menemukan segala hubungan ini antara sebab dan akibat memberikan juga wawasan ke dalam
struktur kausalitas di alam, dan membentuk basis manusia untuk belajar bertindak cerdas di
dunia. Mencari tahu apa yang benar-benar menjadi sebab yang me- mungkinkan manusia
membangun pola-pola susunan kausal, dan dila- kukannya prediksi rasional, pengambilan
keputusan dan bertindak di dunia ini, Kausalitas mempunyai sejarah panjang. Kausalitas lebih
populer dalam ranah ilmu pengetahuan alam dan filsafat.’ Dalam ilmu penge- tahuan alam,
ajaran kausalitas digunakan untuk menjelaskan tatanan benda-benda, atau sistem unsur-unsur,
yang berkaitan antara satu sama lain yang membentuk hubungan sebab dan akibat dan memiliki
prinsip sebab akibat. Ilmu pengetahuan alam yang digunakan untuk menjelaskan hukum alam
menggunakan prinsip sebab dan akibat, mi- salnya rangka logam akan memuai ketika
dipanaskan. Hubungan an- tara panas dan permuaian merupakan hubungan sebab-akibat.

Kausalitas atau bisa disebut juga dengan hubungan sebab akibat merupakan salah satu hal yang
paling sulit dalam kamus kefilsafatan. Kesulitan utama adalah dalam merumuskan sebab dan
akibat. Sebab sering dirumuskan sebagai suatu perantara yang mengadakan perubah- an atau
yang mencegah perubahan, sedangkan akibat dirumuskan se- bagai sesuatu yang dihasilkan oleh
sebab. Secara singkat dikatakan, bahwa determinisme ajaran ini berpandangan bahwa segala hal
yang terjadi semata-mata merupakan akibat dari suatu sebab. Daniel E. Little dalam bukunya
Varieties and Social Explanation: An Introduction to the Philosophy of Social Science
mengatakan, bahwa teori sebab akibat sangat cocok dalam melakukan social explanation
meskipun harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: pertama, teori sebab akibat tidak bisa
digeneralisasi pada semua keadaan so- sial. Kedua, teori sebab akibat sangat bergantung pada
mekanisme penyebab (causal mechanism) yang menghubungkan sebab akibat. Ketiga, teori
sebab akibat melibatkan referensi’ terhadap kepercayaan dan keinginan, kekuatan dan
penghalang yang memengaruhi individu dalam kenyataan sosial.” Dari penjelasan ini terpapar
bahwa kausalitas sebenarnya suatu logika berpikir untuk menjelaskan suatu kejadian, di mana

5
kejadian tersebut timbul karena adanya faktor-faktor yang memengaruhinya (tidak hanya satu
faktor). Faktor-faktor inilah yang dipaparkan, yang dalam bahasa Daniel Little ada social
explanation yang harus bisa dijelaskan.

1. Teori conditio sine quanon

Teori ini dikemukakan oleh Von Buri, seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1873. Von
Buri merupakan Presiden reicsgericht Jerman, yaitu Mahkamah Tertinggi Jerman sebelum kalah
dalam perang dunia kedua. Ajaran Von Buri ini dapat dikatakan sebagai dasar dari ajaran
kausalitas, karena berbagai teori yang muncul kemudian merupakan penyempurnaan atau
setidaknya masih berkaitan dengan teori yang dikemukakannya. Von Buri mengawali diskursus
tentang ajaran kausalitas dengan teorinya conditio sine qua non yang secara literal berarti syarat
mana tidak (syarat mutlak). Teori ini tidak membedakan antara syarat dan sebab yang menjadi
inti dari lahirnya berbagai macam teori dalam kausalitas. Menurut Buri, rangkaian syarat yang
turut menimbulkan akibat harus dipandang sama dan tidak dapat dihilangkan dari rangkaian
proses terjadinya akibat. Rangkaian syarat itulah yang memungkinkan terjadinya akibat,
karenanya penghapusan satu syarat dari rangkaian tersebut akan menggoyahkan rangkaian syarat
secara keseluruhan sehingga akibat tidak terjadi.6 Karena kesetaraan kedudukan setiap sebab,
teori ini dinamakan juga dengan teori ekuivalen. Dengan demikian, setiap sebab adalah syarat
dan setiap syarat adalah sebab.

2.Traeger

Traeger salah satu ahli yang telah memberikan kontribusi dalam pengembangan teori dan
memberikan perbedaan secara konseptual kausalitas dari berbagai disiplin ilmu. Dia
mengklasifikasikan kausalitas ke dalam lapangan epistemologi, dalam lapangan ilmu alam dan
dalam lapangan ilmu hukum.14 Traeger termasuk salah satu tidak menyetujui teori Von Buri.
Traeger sebagaimana dikutip E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, mengadakan pembedaan diantara
serangkaian perbuatan, di antara serangkaian perbuatan itu harus dicari yang manakah yang
paling dekat menimbulkan akibat yang dilarang oleh undang-undang. Ia tidak menganggap
semua perbuatan yang mendahului itu sebagai syarat dari timbulnya akibat. Ia membedakan
syarat dan alasan (voorwaarde en aanleiding). Traeger hanya mencari satu perbuatan saja, yang

6
harus dianggap sebagai sebab dari akibat yang terjadi. Teori dari Traeger belum memberikan
pegangan yang kuat untuk menentukan sebab dari akibat yang terjadi, oleh karena itu beberapa
ahli (penganut teori Traeger) mencoba memberikan pedoman yang lebih jelas, dengan
mengemukakan dua teori, yaitu individualiserende theorie dan generaliserende theorie.

3. Teori yang mengindividualisir

Serangkaian faktor, yang oleh Von Buri diterima sebagai causa, diambil satu faktor yang
dianggap menjadi causa. Faktor itu dijadikan causa, karena faktor itu dianggap paling
berpengaruh atas terjadinya akibat (terjadinya delik). Teori yang mengindividualisir, membatasi
peristiwa yang dianggap sebagai sebab didasarkan kepada fakta setelah delik terjadi (post
factum). Peristiwa manakah diantara serangkaian peristiwa yang secara khusus lebih cenderung
menimbulkan akibat. Teori ini juga dikenal dengan teori khusus atau individualiserende theorie.
Menurut teori ini setelah peristiwa terjadi, maka di antara rangkaian faktor yang terkait dalam
peristiwa itu, tidak semuanya merupakan faktor penyebab. Faktor penyebab itu adalah hanya
berupa faktor yang paling berperan atau dominan atau mempunyai andil yang paling kuat
terhadap timbulnya suatu akibat, sedangkan faktor lain adalah dinilai sebagai faktor syarat saja
dan bukan faktor penyebab.

D. Syarat dan kelengkapan berpikir

Menurut Jacquers Maritian adatiga kegiatan dalam lingkaran berpikir yaitu: Coceptus; proposisi;
Dan penalaran. Sebetulnya ketiga kegiatan ini harus di miliki Dalam logika, atau dalam proses
berpikir. Ketiga bentuk Inilah, sebenarnya merupakan ciri yang harus ada dalamPenalaran. Tidak
akan ada proposisi tanpa pengertian, dan Tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.

A. Konsep

Pengertian atau konsep sebagai bentuk pemikiran pertama, adalah sesuatu yang sifatanya
abstrak, kalau kita hendak menunjukannya pengertian itu harus diganti dengan istilah
„lambang‟ .jadi konsep adalah hasil tangkapan intelektual atau akal budi jadi konsep adalah hasil

7
tangkapan intelektual atau akal budi .manusia, konsep sama dengan ide. Istilah „idea‟ berasal
dari bahasa yunani, adalah perkataan (eidos) yang secara harfiah berarti orang lihat, yang
menampakan diri, bentuk, gambar, rupa, dari sesuatu. Jadi eidos menujukan pada yang ada atau
yang muncul dalam intelek (akal-budi) manusia, dengan demikian idea atau konsep menunjukan
pada representasi atau perwakilan dari objek yang ada di luar subjek (benda; peristiwa;
hubungan; gagasan jadi sebelum berpikir makan kita harus mempunyai konsep awalnya

B. Proposisi
Proposisi (pernyataan).Manusia dalam memberikan pengertian atau konsep itu tidak hanya satu,
melainkan beragam konsep yang ditunjukan kepada objek yang dihadapinya. Kemudian dari
berbagai pengertian itu, terbentuklah rangkaian konsep dari A sampai Z Dalam setiap proposisi
itu mengandung benar-salah, proposisi disebut dengan fakta, yaitu observasi yang dapat
diverifikasi atau diuji kecocokannya secara empirik, dengan menggunakan indera (an empirically
verifiable observation). Proposisi yang dimaksud di sini adalah perkataan dari pernyataan.
Dilihat dari sudut isi (subtansi), pada hakikatnya proposisi adalah pendirian atau pendapat
tentang sesuatu hal, yakni pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal. Terhadap
proposisi dapat dikenakan penilaian benar atau salah, karena pendirian seseorang tentang
hubungan antara dua hal itu dalam kenyataan dapat benar juga dapat salah. artinya, proposisi
adalah suatu unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.

C. Penalaran

Penalaran adalah sebuah proses berpikir dalam merumuskan pengetahuan. Secara teoritis, satu-
satunya mahluk yang memiliki kemampuan untuk melakukan penalaran adalah manusia. Maka
oleh karena itu, kegiatan penalaran ini hanya dapat dikaitkan dengan kegitan berpikir dan bukan
dengan kegiatan perasaan yang juga berlaku bagi manusiaKegiatan penalaran ini tersusun atas
dua tahap. Kegiatan penalaran ini tersusun atas dua tahap. Pertama pemahaman berada dalam
tahap pemahaman sebuah proposisi atau sejumlah proposisi dan hubungan diantara proposisi-
proposisi tersebut. Tahap kedua adalah tahap tindakan akal budi yang memunculkan sebuah
proposisi yanga disebut dengan kesimpulan. Tindakan akal budi yang memunculkan kesimpulan
itu disebut dengan istilah „inferensi” Inferensi adalah sebuah tindakan akal budi yang
memunculkan sebuah proposisi yang dinamakan kesimpulan dari atau berdasarkan proposisi
(proposi-proposisi) anteseden (premis atau premis-premis) sebagai sebuah kegiatan berpikir

D. Objek dan hukum berpikir

. jadi objek studinya adalah kegiatan berpikir, tetapi bukan menunjuk kepada proses pikirnya.
inilah yang menjadi objek material dari logika. adalah segala sesuatu yang dipelajari oleh
manusia, yang meliputi dunia alam semesta dan dunia manusia sendiri, sedangkan bentuk
atau pola-pola dari kegiatan berpikirmanusia, disebut sebagai objek formal logika. yakni
objek material dipandang dari sudut tertentu, sudut tertentu ini dalam objek formal dapat

8
disimpulkan sebagai kerja-kerja pikiran manusia yang harus ditaati agar kita dapat berpikir
benar, dan mencapai kebenaran.Daftar Pustaka

Kemudian hukum berpikir

• Untuk hukum pikir nomor I, disebut dengan asas “principium indentitas” atau “Principle
of Identity”, secaramatematis dapat dirumuskan A adalah A (A=A, setiap halApa dia itu
adanya; setiap hal adalah sama (identik) dengan Dirinya sendiri; setiap subjek adalah
predikatnya sendiri. “saya adalah saya, tidak mungkin saya adalalah Aristoteles”
• Hukum pikir II disebut dengan prinsip keindividuan (principium Individuationis).
Sebetulnya hukum pikir ini, Adalah hukum yang menegaskan hukum pikir I.
• Hukum pikir III (priniple of Contradiction; Principium Contradictionis), yang
Dirumuskan A adalah tidak sama dengan bukan A (Non-A), Sebagai hukum berpikir III,
intinya hukum berpikir III ini asas kontradiktionis sebagai lawan dari hukum pikir II
Adalah keputusan-keputusannya saling berkontradksi tidak Dapat kedua-duanya benar
dan sebaliknya tidak dapat kedua-Duanya salah.
• hukum pikir IV, ini berbunyi bahwa “pengakuan dan pengingkaran tak mungkin kedua-
duanya tidak benar” disebut juga sebagai asas pengecualian kemungkinan ke-3 atau
“Principle of Excluded Middle Principium Exclusi Tertii”, yang dapat dirumuskan setiap
hal adalah A atau Bukan AHukum yang disebut priniple of Contradiction; Principium
Contradictionis, dan Principle of Excluded Middle Principium Exclusi Tertii, ini memang
terutama Hukum berpikir, tetapi hukum yang sungguh-sungguh Mengikuti hukum
realitas adalah hukum principium Individuationis dan principium indentitas
• .Hukum terakhir atau hukum ke V adalah, bahwa ada alasan yang Cukup atau Principium
rationis sufficientis, bahwa setiap A Harus mempunyai alasan yang cukup

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berpikir adalah berkembangnya suatu ide, konsep, pemikiran yang baru yang

keluar dari dalam diri seseorang. Dan berkembangnya pemikiran itu sendiri dari
informasi yang telah didapat dan disimpan oleh seseorang dalam yang berupa pengertian-
pengertian. Berpikir juga adalah suatu pekerjaan yang melibatkan kerja otak seseorang,
dan terkadang ide atau konsep itu akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang itu
merasa terdesak jadi, tidak selamnya berpikir itu keluar setelah seseorang mendapatkan
informasi-informasi yang telah disimpan seperti halnya ketika seseorang mendapatkan

suatu masalah dan seseorang tersebut akan mulai berpikir bagaimana cara agar mereka bisa
mendapat jalan keluar dari masalah tersebut. Didalam berpikir juga terdapat prinsip prinsip
yang mengaturnya selain itu ada hukum yang mengatur berpikir dan juga ada teori
kausalitas yang dimana teori ini belandaskan pada hukum sebab akib

10
DAFTAR PUSTAKA
Nanang Martono, Dalhar Shodiq , dasar- dasar logika, depok. PT RajaGrafindo Persada

Ahmad sofian, S. H.,M.A ,2018 ajaran kausalitas dalam hukum pidana. Indonesia:prenamedia

Dr. Ahmad sofian, S. H.,M.A 2016 . Ajaran kausalitas dalam RUU - KUHP. Jakarta: institute for
criminal justice reform

Dr Arif rohman dkk . 2014. Epistemologi dan logika filsafat untuk pengembangan pendidikan.
Yogyakarta , Aswaja pressindo & UNY press

Dr. H. Muhammad Rakhmat., SH., MH. 2013 .Pengantar logika dasar, majalengka, penerbit

11

Anda mungkin juga menyukai