Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM


AQIDAIH

DOSEN PENGAMPUN
Khairul saleh,M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 4

Nurainun (221186206100)
Novita Sari (22118606101)
M.Ikhsan (22118606099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT.Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah dengan judul “AQIDAH” ini dapat tersusun hingga
selesai.tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Penyusanan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah agama.selain itu ,permbuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetuahan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini.oleh karena itu ,kami sangat mengharapan
kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bungo, Oktober 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................1

C. Tujuan ..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................3

A. Pengertian Aqidah ..........................................................................3

B.Istilah Lain Tentang Aqidah ............................................................4

C. Ruang Lingkup Aqidah....................................................................12

D. Sumber Aqidah ...............................................................................13

E.Tingkan Aqidah………………………………………..……………16

BAB III PENUTUP ......................................................................................18

A. Kesimpulan ....................................................................................18

B. Saran ................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aqidah islam berpangkal pada keyakinan Tauhid yaitu keyakinan tentang
wujud Allah,Tuhan yang maha esa,tidak ada yang menyekutuinya,baik dalam
zat,sifat-sifat maupun perbuatannya.Akhlak mulia berawal dari aqidah,jika
aqiahnya sudah baik maka dengan sendirinya akhlak mulia akan
terbentuk.iman yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam hatinya dan tidak
tercampuri oleh kebimbangan.beriman kepada allah pasti akan melaksanakan
segala perintah-nya dan menjauhi larangannya .beriman kepada Allah juga
harus beriman kepada Malaikat ,Nabi,kitab,hari akhir,qada dan qadar Allah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Aqidah
2. Istilah Lain Tentang Aqidah
3. Ruang Lingkup Aqidah
4. Sumber Aqidah
5. Tingkatan Aqidah

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Aqidah
2. Untuk Mengetahi Istilah Lain Tetang Aqidah
3. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Aqidah
4. Untuk Mengetahui Sumber Aqidah
5. Untuk Mengetahui Tingkatan Aqidah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu –
‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk
menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat
dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif) antara lain:
1. Menurut Hasan al-Banna:
Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh
bisa, dan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak disertai dengan
keragu-raguan”

2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:


dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati
serta diyakini kebenarannya secara pasti dan menolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu

Untuk lebih memahami kedua definisi tersebut maka perlu dikemukakan


beberapa catatan tambahan:

1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang
dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu
dharuri. Misalnya anda melihat meja di hadapan mata, anda tidak perlu
lagi memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Sedangkan ilmu
yang memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari.
Misalnya 1+1=2, tentu perlu dalil untuk orang yang belum tahu teori
itu. Di antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang sudah sangat umum
dan terkenal maka tidak memerlukan lagi adanya dalil, misalnya
sepeda bannya ada dua sedangkan mobil bannya ada empat, tanpa dalil
siapapun pasti mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut
badihiyah. Badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu
pembuktian, tetapi sudah sangat umum dan mendarah daging maka
kebenaran itu tidak perlu dibuktikan lagi.

2. Setiap manusia memiliki fithrah untuk mengakui kebenaran, indera


untuk menemukan kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan
memerlukan wahyu untuk menentukan mana yang benar dan mana
yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap manusia memiliki fitrah

5
bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa membuktikan adanya Tuhan,
tapi hanya wahyu yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang
sebenarnya.

3. yakin tidak boleh bercampur dengan keraguan. Sebelum seseorang


sampai ke yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak (50%-50%
antara membenarkan dan menolak), kemudian Zhan (salah satu lebih
kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkan),
kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung memperkuat salah satu).
karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa meyakinkan
keyakinan penuh), kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan
sepenuh hati karena yakin dengan kebenarannya). Keyakinan yang
sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang disebut aqidah.

4. Aqidah harus ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah seseorang saja pura-


pura yakin sesuatu, tetapi hal itu tidak akan menenangkan jiwa karena
dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan
keyakinannya. Kawin paksa misalnya, satu rumah dengan orang yang
pernah dia sukai, secara lahiriyah hubungan mereka telah sukses
karena berakhirnya dipelaminan namun jiwa mereka hidup tenteram
seperti tampilan.

5. Bila seseorang yakin suatu kebenaran, dia harus menolak segala yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa
memastikan sekaligus dua hal yang bertentangan. yakinlah bahwa gula
itu rasanya manis, tentunya anda akan menyimpulkan bahwa gula itu
rasanya asin, tidak mungkin anda yakin bahwa gula itu rasanya manis
dan asin.

6. Tingkat keyakinan seseorang tergantung pada tingkat pemahamannya


terhadap dalil.

Misalnya:
– Anda akan menemukan beasiswa bila Anda mendapatkan informasi
tentang beasiswa tersebut dari orang yang Anda kenal tidak pernah
berbohong.
– Keyakinan itu akan bertambah jika Anda mendapatkan informasi
yang sama dari beberapa orang lain, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa Anda akan meragukan informasi itu jika ada
syubuhat (dalil dalil yang menolak informasi tersebut).
– Bila anda melihat pengumuman beasiswa di maka semakin
bertambahlah keyakinan anda sehingga kemungkinan untuk ragu
semakin kecil
– jika anda mengajukan pengajuan beasiswa maka keyakinan anda
akan semakin meningkat dan segala keraguan akan hilang bahkan anda

6
tidak mungkin ragu lagi bahkan anda tidak akan mengubah pendirian
anda sekalipun semua orang menolak
– Ketika Anda bolak balik mengurus segala sesuatu yang berhubungan
dengan beasiswa maka bertambahlah pengetahuan dan pengalaman
Anda tentang beasiswa yang diyakini sebelumnya

B. ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH


Akidah (bahasa Arab: ‫ةديقعال‬, translit. al-'aqīdah) dalam istilah Islam yang
berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai
salah satu akidah. Fondasi akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril, yang
memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari
akhir.Selain istilah akidah, istilah lain yang semakna dengan akidah juga kerap
digunakan, di antaranya adalah fiqhul akbar, iman, sunnah, tauhid, syariah, dan
ushuluddin.
Nama lain 'Aqidah Islam menurut Ahlus Sunnah di antaranya adalah Al
I'tiqad, Al 'Aqaa'id, At Tauhid, As Sunnah, Ushuluddin, Ushuluddiyaanah, Al
Fiqhul Akbar dan Asy Syarii'ah. Inilah beberapa nama yang paling terkenal di
kalangan Ahlus Sunnah.

Istilah lain ‘aqidah Menurut Ahlus Sunnah


Nama-nama ‘aqidah menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sinonimnya aqidah
Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya, Al-Iman, I’tiqaad, Tauhid, As-
Sunnah, Ushuluddiin, Al-Fiqbul Akbar dan Asy-Syari'iah.
1. Al-Iman
‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-
Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘aqidah
membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut
dengan hadits Jibril Alaihissallam. Dan para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut
istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab mereka.
2. ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id)
Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu ‘aqidah dengan istilah ‘Aqidah
Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab mereka.
3. Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar
Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’
wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia dan
merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu
Tauhid secara umum menurut ulama Salaf.
4. As-Sunnah
As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para
penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah ‘aqidah. Dan
istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama.

7
5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang
qath’i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.
6. Al-Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu
kumpulan hukum-hukum ijtihadi.
7. Asy-Syari’ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla
dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok
adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah).

C. RUANG LINGKUP AQIDAH


Hasan al-Banna mengatakan bahwa ruang lingkup Aqidah islam meliputi
ilahiyah, nubuwwah, ruhuniyah, dan sam'iyah. Ilahiyah yaitu pembahasan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud, nama-nama, sifat-
sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah SWT.
Ruang Lingkup Aqidah
• Ilahiyat (pembahasan akan segala hal atau segala sesuatu yang memiliki
hubungan dengan Ilahi, seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain
sebagainya)
• Nubuwat (pembahasan mengenai segala sesuatu yang memiliki hubungan
dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan mengenai Kitab Allah,
mukjizat, dan lain sebagainya)
• Rukhaniyat (pembahasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisika, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh, dan masih
banyak yang lainnya)
• Sam'iyat (pembahasan akan segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
melalui dalil naqli berupa Al Quran dan Sunnah, seperti halnya alam barzah,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kimat, surga dan neraka, dan yang lainnya)

D. SUMBER AQIDAH
Menurut Syaikh Prof. DR. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin
Hafizhahullah, aqidah Islamiyah adalah satu perkara yang bersifat tauqifiyah.
Yang artinya aqidah yang berdasarkan kitabullah dan hadits Nabi Muhammad
SAW. Jadi, ada dua sumber aqidah Islam yaitu Alquran dan hadist.

1. Alquran

Alquran adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tujuan diturunkan Alquran adalah
untuk dijadikan pedoman umat Islam dalam menata kehidupan agar bisa
memeroleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

8
Dalam Alquran terdapat banyak petunjuk-petunjuk, keterangan, konsep baik yang
bersifat global maupun yang bersifat terinci, tersurat maupun tersirat dalam
berbagai persolan dan bidang kehidupan manusia. Apa yang ada di dalam Alquran
adalah benar. Oleh karena itu sepatutnya umat Islam untuk selalu berpedoman
pada Alquran.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran : 103)

2. Hadist

Hadist merupakan sumber aqidah Islam yang kedua.


Menurut bahasa hadist merupakan sesuatu yang baru, yang menunjukkan
sesuatu dekat atau waktu yang singkat. Menurut istilah syara’ adalah hal-hal yang
datang dari Rasulullah SAW baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ataupun
pengakuan.

Adapun jenis hadist yaitu hadist fi’liyah (perbuatan Nabi Muhammad SAW),
hadits Qauliyah (ucapan) dan hadits taqririyah (perbuatan sebagian para sahabat
Nabi).
Bagi umat muslim tidak boleh mengganti kedua sumber aqidah Islam di atas
dengan yang lain. Karena apa yang telah ditetapkan di Alquran dan hadist adalah
benar dan wajib bagi umat muslim menetapkannya sebagai aqidah. Ini pun
mencegah terjadinya penyimpangan keyakinan.

Dengan menetapkan Alquran dan hadist sebagai pedoman hidup, Insya Allah
senantiasa dilindungi olehNya dan mendapatkan keberkahan. Dan akan selalu
percaya tidak ada kebenaran lain selain Allah SWT.

E. TINGKATAN AQIDAH
Berdasarkan tingkatannya, aqidah bisa dikategorikan menjadi empat tingkat,
yaitu:

1. Tingkat Taklid
Pada tingkat ini, seseorang memiliki aqidah yang sumber keyakinannya masih
berasal dari pendapat orang lain dan tidak ada lagi. Tingkat ini adalah tingkat
paling awal dalam tingkat aqidah. Karena itu, orang yang baru memulai atau
mengetahui sedikit tentang aqidah umumnya masih berada dalam tingkatan ini.
Biasanya, orang yang menjadi sumber keyakinannya adalah seseorang yang
dipercaya atau tokoh agama yang ia ketahui. Meskipun hal ini wajar, namun
seorang muslim seharusnya tidak berada dalam tingkat ini terlalu lama.

9
2. Tingkat Yakin
Setelah itu, seseorang akan beranjak ke tingkat yakin. Pada tingkat ini, keyakinan
yang diperoleh dari bukti dan dalil yang jelas. Akan tetapi, seringkali masih belum
mampu menghubungkan antara objek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya.
Sehingga, masih mudah terkecoh dengan sanggahan yang lebih rasional dan
dalam.

3. Tingkat Ainul Yakin


Pada tahapan ini, keyakinan yang muncul berdasarkan dalil rasional, ilmiah, dan
mendalam. Seseorang yang telah mencapai tingkat aqidah ini akan mampu
membuktikan hubungan antara objek keyakinan dengan dalil – dalil yang ada.
Selain itu, orang yang telah mencapai tingkat aqidah ini juga telah mampu
memberikan argumen yang jelas dan rasional terhadap sanggahan yang datang.
Dengan begitu, ia tidak mudah goyah atau terkecoh dengan argumen yang datang.

4. Tingkat Haqqul Yakin


Tingkat aqidah ini merupakan tingkat aqidah tertinggi. Saat mencapai tahap ini,
seseorang akan memiliki keyakinan yang utuh dan mendalam. Sehingga tidak
mudah terkecoh dengan berbagai hal yang bias. Keyakinan yang ia miliki
berlandaskan dalil rasional, ilmiah, dan mendalam.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat
membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan
kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid
baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi
kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya.
Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu
menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di
zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap
individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa
disesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak
menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil
rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah
dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan
demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia.
Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para
malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan
buruk. Semua hal tersebut memiliki sumber Al-Qur'an dan hadis.

11
B. SARAN
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih

banyak terdapat kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Dan tentunya,

kami akan memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan

sekali kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini, semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Taufiq. 2022. ―Menghafal Al-Quran Dengan Metode 3T+1M;


Mudah
Dan...‖ Retrieved January 26, 2022 (https://unida.gontor.ac.id/caramenghafal-
al-quran-metode-3t1m/).

13

Anda mungkin juga menyukai