Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP AQIDAH DALAM ISLAM


Dosen Pengampu : Mifta Hafiz, M. A

Kelompok 2 Kelas B1 Teknologi Informasi

1. Irtanti Karmina Carona 2209020066


2. Suci 22090200
3. Nina Hasnita Harahap 2209020088
4. Resty 22090200

PROGRAM JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa bersyukur kepada rahmat dan kehadirat Allah SWTyang dengan karena
itu kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Aqidah Dalam Islam” ini
dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dimana materi ini perlu dimengerti dan dilaksanakan
oleh setiap umat Islam.

Tentunya dalam proses pembelajaran dan pendalaman materi “Konsep Aqidah” ini, kami
mendapatkan bimbingan, support, penilaian, tugas, serta arahan dan saran. Oleh karena itu, kami
mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

 Pak Mifta Hafiz, M. A, selaku dosen mata kuliah “Agama”


 Rekan-Rekan se-kelompok yang telah berdiskusi dan saling memberi masukan untuk
makalah ini.
 Serta Orang Tua kami, karena bimbingan dan dukungan mereka kami bisa sampai ada di
posisi kami saat ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Medan, 3November 2022


Tim Penyusun

Kelompok II TI B1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................i


Daftar Isi ..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
I. LATAR BELAKANG ................................................................................................1
II. RUMUSAN MASALAH............................................................................................1
III. TUJUAN ...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................2
A. PENGERTIAN AQIDAH..........................................................................................2
B. KRITERIA AQIDAH ……………………………………………………………….2
C. FUNGSI AQIDAH ………………………………………………………………….3
D. PENYIMPANGAN DARI AQIDAH YANG BENAR …………………………….4
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..7

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan diridhoi oleh Allah SWT. Hanya saja
kesempurnaan Islam ini hanya bisa kita rasakan dalam kehidupan jika kita pun
melaksanakannya secara sempurna. Jika kita hanya melaksanakan Islam secara setengah-
setengah, atau sebagaiannya saja, maka kita tidak akan bisa merasakan kesempurnaan Islam
itu sendiri.
Kita hanya akan bisa merasakan sebagian saja dari kesempurnaan itu. Dan yang lebih
penting, kita hanya akan bisa menjadi muslim yang seutuhnya jika kita masuk kedalam Islama
secara keseluruhan. Jika kita masuk kedalam Islam secara setengah-setengah, kita pun akan
menjadi muslim yang setengah-setengah.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda “Telah aku tinggalkan dua perkara, selama kalian
(umat Islam) berpegang teguh, kalian tidak akan sesat, yaitu Kitabulloh (Al-Qur’an dan Sunah
Nabi (Al-Hadits)).

II. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahaskan dalam makalah ini :
1. Apa yang dimaksud aqidah dalam agama Islam ?
2. Apa saja kreteria aqidah dalam agama Islam?
3. Apa fungsi aqidah dalam Islam ?
4. Apa penyebab penyimpangan dari aqidah yang benar?

III. Tujuan
Tujuan dari makalah ini dibuat ialah sebagai bahan edukasi kepada umat Islam mengenai
pentingnya aqidah dan bagaimana cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta
memahami prinsip-prinsip aqidah dalam Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian aqidah

. Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa arab, yang berakar dari kata ‘aqoda-
ya’ qidu- ‘aqdam-aqidatan. Aqdam berarti simpulan, ikatan, pejanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi ,aqidah, berarti keyakinan. Menurut haroen aqidah yang berasal dari
‘aqoda berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan, meengokohkan atau menjanjikan.
Menurut yunahar ilyas, “Relevensi antara arti kata ‘aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian”.
Sementara itu, menurut junaidi, aqidah adalah jama’dari aqo’id yang artinya keyakinan
keagamaan yang di anut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas,
sikap, dan pandangan hidupnya. Dalam kamus al-qur’an ‘aqidah di artikan sebagai
keyakinan atau kepercayaan yang mengikat (mempertalikan) antara jiwa makhluk yang di
ciptakan dengan Al-khaliq (yang menciptakan). Dan setiap manusia telah memiliki akidah
sebelum lahir kedunia ini karena telah melakukan syahadah (kesaksian/perjanjian) pada
usia 120 hari dalam kandungan ibunya bahwa Allah swt adalah rabb (tuhan) sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172 yang berbunyi :

ُ ْ‫ُّك ِم ۢنْ َب ِن ْٓي ٰادَ َم ِمن‬


‫ظه ُْو ِر ِه ْم ُذرِّ َّي َت ُه ْم‬ َ ‫َو ِا ْذ اَ َخ َذ َرب‬
ُ ْ‫َواَ ْش َهدَ ُه ْم َع ٰ ٓلى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَ َلس‬
ْ‫ت ِب َر ِّب ُك ۗ ْم َقالُ ْوا َب ٰل ۛى َش ِه ْد َنا ۛاَن‬
‫َتقُ ْولُ ْوا َي ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة ِا َّنا ُك َّنا َعنْ ٰه َذا ٰغ ِفلِي ۙ َْن‬
........“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak
cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak
mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.””

B. Kreteria Aqidah

1. Memliki logika kebenaran yang dapat di terima secara umum


.... Ilmu adalah kebenaran, sebab memiliki ilmu manusia dapat melihat kebenaran
factual dan nyata, paling nisbi/relative berbentuk logika. Untuk itu, ilmu menjadi dua
yaitu, ilmu dharuri dan ilmu nazhari. Ilmu dharuri adalah ilmu yang di hasilkan oleh
pengindaraan, tidak memerlukan dalil dan pembuktian. Umpanya ketika seseorang
melihat bola, maka sudah pasti seseorang tidak lagi memerlukan pembuktian untuk

2
menyatakan bahwa bola itu ada atau tidak. Sementara itu, ilmu nazhari adalah ilmu
yang di peroleh dengan memerlukan dalil dan pembuktian.

2. Sesuai dengan fitrah manusia


Untuk sampai pada suatu kebenaran harus melakukan berbagai cara, diantaranya
dengan menggunakan inderawi, akal, intuisi, dan mengandalkan pendalaman terhadap
wahyu. Inderwai untuk mencari kebenaran empiris (yang dapat diindera dengan
mata). Jika sesuatu yang dilihat dengan mata sesuai dengan kenyataan, maka
kebenaran yang diinginkan tercapai. Akal digunakan untuk menguji kebenaran
dengan menggunakan logika yang rasional.

3. Keyakinan tidah boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan


untuk sampai ketingkat ‘ilmu al-yaqin,manusia umumnya melewati tiga tahapan
sebelumnya yaitu :
a. Syakk (ragu), yaitu keberadaan posisis hati dan jiwa antara membenarkan
sesuatu atau menolaknya.
b. Zham, yaitu salah satu lebih kuat seikit dari yang lainnya karena ada dalil
yang menguatkannya.
c. Ghalabah al-zhann, yaitu cenderung lebih menguatkan salah satu karena
sudah meyakini kebenarannya.
d. Ilmu al-yaqin, yakni keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keraguan. Keyakinan yang sudah sampai pada tingkat ilmu inilah yang di
sebut dengan aqidah.

4. Akidah harus mendatangkan ketrentaman jiwa


Jika seseorang harus meyakini sesuatu yang bertentangan dengan jiwanya, maka
keyakinannya itu tidak akan mendatangkan ketenangan. Akan tetapi, keyakinan
terhadap aqidah islam yang sesungguhnya, akan melahirkan ketenangan jiwa.
Artinya, manusia tidak bisa meyakini sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.

5. Memiliki tingkat keyakinan yang kokoh


a. Keyakinan akan bertambah koko manakala seseorang memperoleh informasi
tentang keyakinan tersebut dari seseorang yang di kenal tidak pernah berbohong.
b. Keyakina yang kokoh akan bertambah kuat manakala memperoleh informasi yang
sama dari berbagai sumber yang benar.
c. Keyakinan akan semakin kuat manakala seseorang telah merasakan akan
kebenaran dan kebaikannya.

C. Fungsi Aqidah

3
Manusia harus memiliki aqidah atau kepercayaan yang benar. Aqidah yang benar
merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana
ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam Q.S Al-Kahfi ayat 110, yaitu :

‫ان يَرْ جُو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬


َ ‫فَ َم ْن َك‬

3
‫ا‬ ‫صالِحًا َوال يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َح ًد‬
َ
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal
shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-
Nya.” (QS. Al Kahfi: 110)

1. Aqidah sebagai pemelihara kesucian hati nurani


Aqidah menolong hati nurani, memberinya makanan dengan cahaya terang, sehingga tetap
kuat, bersih dan mempunyai pandangan yang jernih dan terang. Itu disebabkan karena orang
beriman meyakini, bahwa Allah senantiasa di dekatnya, di mana saja dia berada. Di waktu
berjalan atau menetap, di lapangan terbuka atau di tempat persembunyian. Tuhan tetap di
sampingnya dan senantiasa mengawasinya, tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan, sampai hal
yang sekecil-kecilnya.
2. Aqidah Menimbulkan Perasaan Aman
Sebagaimana orang beriman itu tidak menyesali dan menangisi masa yang lalu, dan tidak
menghadapi masa yang sedang dialaminya dengan kesal dan keluh kesah, demikian pula dia
tidak menanti masa datang dengan ketakutan dan kecemasan. Dia hidup dengan perasaan aman,
bagi orang yang mendiami surga. Itulah pengaruh aqidah, karena aqidah menimbulkan perasaan
aman.
3. Aqidah Menimbulkan Pengharapan Pengharapan
Merupakan suatu kekuatan yang mendorong dan membukakan hati manusia untuk bekerja.
Harapan membangkitkan perjuangan, menunaikan kewajiban, menimbulkan kegiatan,
menjauhkan malas dan segan serta menimbulkan kesungguhan. Karena mengharap akan
memperoleh keridhaan Tuhan dan surga, orang beriman mau melawan hawa nafsunya dan
mematuhi perintah Tuhan. Demikianlah besarnya pengaruh harapan dalam hidup ini.
4. Aqidah sebagai Tempat Berpijak
Tegaknya suatu bangunan bergantung pada landasannya. Jika bangunan itu memiliki dasar
yang kuat maka akan berdiri kokoh dengan megahnya. Begitu juga sebaliknya, jika dasarnya
tidak kuat, maka bangunan di atas akan runtuh.
5. Aqidah Membebaskan Manusia dari yang Penghambaan kepada Sesama Makhluk
Orang yang mempunyai aqidah yang benar, tidak akan pernah mau menghambakan dirinya
kepada sesama makhluk, walau dalam keadaan yang bagaimanapun, karena makhluk ciptaan
Allah itu hanyalah hamba Allah semata.

D. Penyimpangan dari Aqidah yang Benar

4
Penyimpangan dari aqidah yang benar dapat menjadi sumber bencana, karena manusia
yang mempunyai aqidah yang tidak benar sangat rawan termakan oleh beragam kesesatan,
mudah berputus asa, cinta dunia, malas beribadah, dan lain-lain. Oleh karena itu sangat penting
bagi kita untuk mengetahui apa saja penyebab dari penyimpangan aqidah, yaitu:
1. Bodoh Terhadap Prinsip-prinsip Aqidah yang Benar
Hal ini bisa terjadi karena sikap tidak mau tau, tidak ada yang mau
mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Hal ini sangat
berbahaya karena hal bathil dianggap benar dan yang benar dianggap bathil.
2. Ta’ashshub (fanatik)
Fanatik kepada budaya nenek moyang atau bisa juga fanatik dengan suatu hal yang
bertentangan dengan aqidah Islam. Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang
dikisahkan Allah di dalam ayat-Nya, Q.S Al-Baqarah ayat 170, yaitu

‫ ِه‬pْ‫ا َعلَي‬pَ‫ٓا اَ ْلفَ ْين‬p‫ ُع َم‬pِ‫لْ نَتَّب‬pَ‫َواِ َذا قِ ْي َل لَهُ ُم اتَّبِع ُْوا َمٓا اَ ْن َز َل هّٰللا ُ قَالُ ْوا ب‬
‫ان ٰابَ ۤاُؤ هُ ْم اَل يَ ْعقِلُ ْو َن َش ْيـًٔا َّواَل يَ ْهتَ ُد ْو َن‬
َ ‫ٰابَ ۤا َءنَا ۗ اَ َولَ ْو َك‬
170. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek
moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.
3. Taklid Buta (Mengikuti Tanpa Landasan Dalil)
Mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan aqidah tanpa mengetahui
landasan dalil dan kebenarannya. Mengikuti ajaran tokoh-tokoh yang sesat dapat membuat
mereka ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahamam aqidah yang benar.
4. Berlebihan dalam Menghormati para Wali dan Orang Sholeh
Mangangkat para Wali dan orang sholeh ini melebihi kedudukannya sebagai manusia.
Memiliki keyakinan bahwa Wali yang telah mati bisa mendatangkan manfaat, melancarkan
rezeki dan juga menolak bala. Perbuatan seperti ini jelas-jelas dilarang oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Allah melaknat kaum Yahudi
dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat
ibadah.” (HR. Bukhari). Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan sebagaimana
apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak boleh lalu bagaimana lagi
dengan kubur orang selain Nabi ?

5
BAB III
PENUTUP

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai