Dengan penuh rasa bersyukur kepada rahmat dan kehadirat Allah SWTyang dengan karena
itu kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Aqidah Dalam Islam” ini
dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dimana materi ini perlu dimengerti dan dilaksanakan
oleh setiap umat Islam.
Tentunya dalam proses pembelajaran dan pendalaman materi “Konsep Aqidah” ini, kami
mendapatkan bimbingan, support, penilaian, tugas, serta arahan dan saran. Oleh karena itu, kami
mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
Kelompok II TI B1
i
DAFTAR ISI
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan diridhoi oleh Allah SWT. Hanya saja
kesempurnaan Islam ini hanya bisa kita rasakan dalam kehidupan jika kita pun
melaksanakannya secara sempurna. Jika kita hanya melaksanakan Islam secara setengah-
setengah, atau sebagaiannya saja, maka kita tidak akan bisa merasakan kesempurnaan Islam
itu sendiri.
Kita hanya akan bisa merasakan sebagian saja dari kesempurnaan itu. Dan yang lebih
penting, kita hanya akan bisa menjadi muslim yang seutuhnya jika kita masuk kedalam Islama
secara keseluruhan. Jika kita masuk kedalam Islam secara setengah-setengah, kita pun akan
menjadi muslim yang setengah-setengah.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda “Telah aku tinggalkan dua perkara, selama kalian
(umat Islam) berpegang teguh, kalian tidak akan sesat, yaitu Kitabulloh (Al-Qur’an dan Sunah
Nabi (Al-Hadits)).
III. Tujuan
Tujuan dari makalah ini dibuat ialah sebagai bahan edukasi kepada umat Islam mengenai
pentingnya aqidah dan bagaimana cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta
memahami prinsip-prinsip aqidah dalam Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian aqidah
. Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa arab, yang berakar dari kata ‘aqoda-
ya’ qidu- ‘aqdam-aqidatan. Aqdam berarti simpulan, ikatan, pejanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi ,aqidah, berarti keyakinan. Menurut haroen aqidah yang berasal dari
‘aqoda berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan, meengokohkan atau menjanjikan.
Menurut yunahar ilyas, “Relevensi antara arti kata ‘aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian”.
Sementara itu, menurut junaidi, aqidah adalah jama’dari aqo’id yang artinya keyakinan
keagamaan yang di anut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas,
sikap, dan pandangan hidupnya. Dalam kamus al-qur’an ‘aqidah di artikan sebagai
keyakinan atau kepercayaan yang mengikat (mempertalikan) antara jiwa makhluk yang di
ciptakan dengan Al-khaliq (yang menciptakan). Dan setiap manusia telah memiliki akidah
sebelum lahir kedunia ini karena telah melakukan syahadah (kesaksian/perjanjian) pada
usia 120 hari dalam kandungan ibunya bahwa Allah swt adalah rabb (tuhan) sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172 yang berbunyi :
B. Kreteria Aqidah
2
menyatakan bahwa bola itu ada atau tidak. Sementara itu, ilmu nazhari adalah ilmu
yang di peroleh dengan memerlukan dalil dan pembuktian.
C. Fungsi Aqidah
3
Manusia harus memiliki aqidah atau kepercayaan yang benar. Aqidah yang benar
merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana
ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam Q.S Al-Kahfi ayat 110, yaitu :
3
ا صالِحًا َوال يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َح ًد
َ
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal
shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-
Nya.” (QS. Al Kahfi: 110)
4
Penyimpangan dari aqidah yang benar dapat menjadi sumber bencana, karena manusia
yang mempunyai aqidah yang tidak benar sangat rawan termakan oleh beragam kesesatan,
mudah berputus asa, cinta dunia, malas beribadah, dan lain-lain. Oleh karena itu sangat penting
bagi kita untuk mengetahui apa saja penyebab dari penyimpangan aqidah, yaitu:
1. Bodoh Terhadap Prinsip-prinsip Aqidah yang Benar
Hal ini bisa terjadi karena sikap tidak mau tau, tidak ada yang mau
mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Hal ini sangat
berbahaya karena hal bathil dianggap benar dan yang benar dianggap bathil.
2. Ta’ashshub (fanatik)
Fanatik kepada budaya nenek moyang atau bisa juga fanatik dengan suatu hal yang
bertentangan dengan aqidah Islam. Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang
dikisahkan Allah di dalam ayat-Nya, Q.S Al-Baqarah ayat 170, yaitu
ِهpْا َعلَيpَٓا اَ ْلفَ ْينp ُع َمpِلْ نَتَّبpََواِ َذا قِ ْي َل لَهُ ُم اتَّبِع ُْوا َمٓا اَ ْن َز َل هّٰللا ُ قَالُ ْوا ب
ان ٰابَ ۤاُؤ هُ ْم اَل يَ ْعقِلُ ْو َن َش ْيـًٔا َّواَل يَ ْهتَ ُد ْو َن
َ ٰابَ ۤا َءنَا ۗ اَ َولَ ْو َك
170. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek
moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.
3. Taklid Buta (Mengikuti Tanpa Landasan Dalil)
Mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan aqidah tanpa mengetahui
landasan dalil dan kebenarannya. Mengikuti ajaran tokoh-tokoh yang sesat dapat membuat
mereka ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahamam aqidah yang benar.
4. Berlebihan dalam Menghormati para Wali dan Orang Sholeh
Mangangkat para Wali dan orang sholeh ini melebihi kedudukannya sebagai manusia.
Memiliki keyakinan bahwa Wali yang telah mati bisa mendatangkan manfaat, melancarkan
rezeki dan juga menolak bala. Perbuatan seperti ini jelas-jelas dilarang oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Allah melaknat kaum Yahudi
dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat
ibadah.” (HR. Bukhari). Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan sebagaimana
apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak boleh lalu bagaimana lagi
dengan kubur orang selain Nabi ?
5
BAB III
PENUTUP
6
DAFTAR PUSTAKA