Anda di halaman 1dari 16

FENOMENOLOGIS

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Aprezo Pardodi Maba, M.Pd

Disusun Oleh:

Ahmad Ghozali Fasandi (201290041)


Muhammad Hafidzul Umam (201290016)
Nuraini Dwi Adelia (201290020)
Yeni Septia (201290035)

PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIMNU)
METRO LAMPUNG
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat
serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Fenomenologis” dengan tepat waktu. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian di
progam studi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam Fakultas
Tarbiyah IAIM NU pada semester 5

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Aprezo Pardodi Maba,


M.Pd selaku dosen pembimbing  Mata kuliah Metodologi Penelitian
dan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


masih ada banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan................................................................................................ i

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1. Latar Belakang........................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
3. Tujuan Pembahasan................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian Fenomenologi.......................................................................... 3
B. Konsep Dasar............................................................................................. 7
C. Prinsip Dasar Fenomenologi..................................................................... 8
D. Jenis-jenis Tradisi Fenomenologi.............................................................. 9
1. Fenomenologi Klasik........................................................................... 9
2. Fenomenologi Persepsi........................................................................ 9
3. Fenomenologi Hermeneutik................................................................ 10
E. Contoh Kasus............................................................................................. 10
Analisis............................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP......................................................................................... 12

1. Kesimpulan................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau
realitas komunikasi telah berkembang sejak lama. Seorang Profesor
komunikasi Universitas Colorado, Robert T. Craig berusaha
menggambarkan secara teoristis sebuah komunikasi kedalam bentuk
langkap. Craig beranggapan bahwa teori komunikasi, adalah suatu disiplin
yang praktis yang didasari oleh kehidupan yang nyata dengan masalah
sehari-hari melalui praktek komunikasi. Craig menjelaskan bahwa semua
teori-teori komunikasi yang relevan dengan kehidupan dunia praktis yang
umum di mana komunikasi sudah menjadi istilah yang memiliki banyak
makna.
Craig membagi komunikasi dalam tujuh tradisi yaitu: semiotik,
fenomenologi, sibemetika, sosiopsikologis, sosiokultural, Kritis, Retoris.
Dari sekian banyak tradisi komunikasi yang ada, yang dibahas dalam
makalah ini hanyalah mengenai tradisi fenomenologi. Lahimya tradisi
Fenomeologi ini sangat dipengaruhi oleh filsafat Fenomenologi. Tokoh
filsafat fenomenologi yang terkenal adalah Edmund Husserl (1859-1938).
Bagi seorang fenomenolog, kisah seorang individu adalah lebih penting
dan bermakna daripada hipotesis ataupun aksioma. Seorang penganut
fenomenologi cenderung menentang segala sesuatu yang tidak dapat
diamati. Fenomenologi juga cenderung menentang naturalisme (biasa juga
disebut objektivisme atau positivisme). Hal demikian dikarenakan
Fenomenolog cenderung yakin bahwa suatu bukti atau fakta dapat
diperoleh tidak hanya dari dunia kultur dan natural, tetapi juga ideal,
semisal angka, atau bahkan kesadaran hidup.

2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini secara garis besar rumusan masalahnya adalah :

1
a. Pengertian fenomenologi
b. Konsep dasar fenomenologi
c. Prinsisp dasar dalam tradisi fenomenologi
d. Jenis-jenis Tradisi Fenomenologi
e. Contoh kasus dari tradisi fenomenologi
3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk memenuhi tugas dan dosen mata kuliah Teori Komunikasi.
b. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai tradisi komunikas
khususnya mengetahui tradisi fenomenologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fenomenologi
Fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dari bahasa
Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen
berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio,
pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat
diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak.
Lorens Bagus memberikan dua pengertian terhadap fenomenologi. Dalam
arti luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja
yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang
menampakkan diri pada kesadaran kita.
Kata fenomenologi berasal dari kata phenomenon yang berarti
kemunculan suatu objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seorang
individu. Fenomenologi menggunakan pengalaman secara langsung untuk
memahami dunia. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa dengan
cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki
orang yang bersangkutan.
Tradisi fenomenologi memfokuskan perhatianya terhadap
pengalaman sadar seorang individu. Teori komunikasi yang masuk dalam
tradisi fenomenologi berpandangan bahwa manusia secara aktif
menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat
memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung
dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat
kuat pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia.
Pendukung teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman
indivvidu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar daripada
hipotesa penelitian sekalipun.

3
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang
mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam
filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang
mempelajari arti daripada fenomena ini. Istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 1777), seorang filsuf
Jerman. Dalam bukunya Neues Organon (1764) ditulisnya tentang ilmu
yang tak nyata.
Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian kualitatif
yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman
hidup manusia (sosiologi). Pendekatan fenomenologi hampir serupa
dengan pendekatan hermeneutics yang menggunakan pengalaman hidup
sebagai alat untuk memahami secara lebih baik tentang sosial budaya,
politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Penelitian ini
akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dangan memahami inti
pengalaman dari suatu fenomena. Peneliti akan mengkaji secara mendalam
isu sentral dari struktur utama suatu objek kajian dan selalu bertanya "apa
pengalaman utama yang akan dijelaskan informan tentang subjek kajian
penelitian".
Peneliti memulai kajiannya dengan ide filosofikal yang
menggambarkan tema utama. Translasi dilakukan dengan. memasuki
wawasan persepsi informan, melihat bagaimana mereka melalui suatu
pengalaman, kehidupan dan memperlihatkan fenomena serta mencari
makna dari pengalaman informan. Sebagai sebuah arah baru dalam
filsafat, fenomenologi dimulai oleh Edmund Husserl (1859-1938), untuk
mematok suatu dasar yang tak dapat dibantah, ia memakai apa yang
disebutnya metode fenomenologis, la kemudian dikenal sebagai tokoh
besar dalam mengembangkan fenomenologi. Namun istilah fenomenologi
itu sendiri sudah ada sebelum Husserl. Istilah fenomenologi secara
filosofis pertama kali dipakai oleh J.H. Lambert (1764), Dia memasukkan
dalam kebenaran (alethiologia), ajaran mengenai gejala (fenomenologia).

4
Maksudnya adalah menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-ciri
bayangan objek pengalaman inderawi (fenomen).
Edmund Husserl memahami fenomenologi sebagai suatu analisis
deskriptif serta introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk
kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung: religius, moral, estetis,
konseptual, serta indrawi. Perhatian filsafat, menurutnya, hendaknya
difokuskan pada penyelidikan tentang Labenswelt (dunia kehidupan) atau
Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Penyelidikan ini hendaknya
menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandaikan
praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.
Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi
termasuk bagian dari individu individu yang ada saling memberikan
pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses
berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog.
Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam
tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili
suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat
memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai. Pada
dasamya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan
untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan
oleh Littlejohn bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk
mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi
bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah
pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.
Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif
menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas
sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses
aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia.
Dengan kata lain pemahaman adalah suatu tindakan kreatif, yakni tindakan
menuju pemaknaan.

5
Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah
realitas. Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam
sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu
yang penting, absah, dan masuk akal.
Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa
yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial
atau epistimologis yang panjang.
Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang
dialami dalam kesadaran. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang
dalam membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh
karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan
makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau
gejala. Artinya fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial
yang menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai
fokus untuk memahami tindakan sosial.
Berdasar asumsi ontologis, penggunaan paradigma fenomeologi
dalam memahami fenomena atau realitas tertentu, akan menempatkan
realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang
sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik
yang dinilai relevan oleh para aktor sosial. Secara epistemologi, ada
interaksi antara subjek dengan realitas akan dikaji melalui sudut pandang
interpretasi subjek. Sementara itu dari sisi aksiologis, nilai, etika, dan
pilihan moral menjadi bagian integral dalam pengungkapan makna akan
interpretasi subjek.
Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi
termasuk bagian dari individu- individu yang ada saling memberikan
pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses
berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog.
Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam
tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili

6
suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat
memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.
Tradisi fenomenologi menurut Creswell adalah: "Where as
biography reports the life of a single individual, a phenomenological study
describes the meaning of the live experiences for several individuals about
a concept or the phenomenom". Dengan demikian, studi dengan
pendekatan fenomenologis berupaya untuk menjelaskan makna
pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala,
termasuk di dalamnya konsep diri atau pandangan hidup mereka sendiri.
Fenomenologi juga merupakan metode dan filsafat. Sebagai metode,
fenomenologi membentangkan langkah-langkah yang harus diambil
sehingga kita sampai pada fenomena yang murni. Fenomenologi
mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen
sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri menyingkapkan diri kepada
kesadaran. Fenomenologi juga memberi pengetahuan yang perlu dan
esensial mengenai apa yang ada. Dengan demikian fenomenologi dapat
dijelaskan sebagai metode kembali ke benda itu sendiri (Zu den Sachen
Selbt), dan ini disebabkan benda itu sendiri merupkan objek kesadaran
langsung dalam bentuk yang murni
B. Konsep Dasar
Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-
situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat
dipengaruhi oleh pandangan Edmund Husserl dan Alfred Schultz.
Pengaruh lainnya berasal dari Weber yang memberi tekanan pada
verstehn, yaitu pengertian interpretatif terhadap pemahaman manusia.
Fenomoenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu
bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologis
memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk mengungkap
pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan oleh kaum
fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka

7
berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subyek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana
suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa
dalam kehidupannya sehari-hari. Para fenomenolog percaya bahwa pada
makhluk hidup tersedia pelbagai cara untuk menginterpretasikan
pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian
pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.
C. Prinsip Dasar Fenomenologi
Stanley deetz (dalam littlejohn, 1999:200) menyimpulkan tiga
prinsip dasar dalam fenomenologi yaitu pengetahuan, makna dan bahasa.
Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak. disimpulkan
dari pengalaman tetapi ditemukan secara langsung dari pengalaman yang
disadari "conscious experience". Contoh. untuk mendapatkan nilai yang
bagus dari dosen saya harus rajin baik masuk kuliah, mengerjakan tugas
dan tentu saja mempunyai hubungan yang baik dengan dosen pengasuh
mata kuliah. Hal ini bukan saya simpulkan secara tidak sadar dari
pengalaman-pengalaman tetapi saya temukan langsung dari pengalaman
yang saya sadari.
Makna dari sesuatu tergantung dari apa kegunaan sesuatu tersebut
dalam kehidupan individu. Dengan kata lain, bagaimana hubungan kita
dengan sesuatu ditentukan oleh apa makna sesuatu tersebut dalam
kehidupan kita. Contoh, komputer jinjing (laptop) bagi seorang anak-anak
berfungsi sebagai alat permainan games, bagi seorang mahasiswa berguna
untuk mengetik tugas dan browsing internet, tetapi bagi seorang pialang
saham laptop adalah sarana untuk bermain valas dalam memperoleh
penghasilan.
Bahasa adalah sarana makna. Kita mengalami dan memaknai dunia
sosial kita melalui bahasa yang kita gunakan untuk mendefinisikan dan
mengekspresikan dunia sosial tersebut. Contoh, kita bisa dengan mudah
mengatakan bahwa sesuatu benda mempunyai makna tertentu dari label-
label yang melekat padanya seperti ikan itu adalah binatang yang hidup di

8
air walaupun tidak semua yang hidup di air itu adalah ikan. Contoh
lainnya adalah televisi misalnya adalah suatu kotak (walaupun tidak semua
televisi berbentuk kotak) yang mempunyai layar berfungsi menyiarkan
gambar-gambar hidup berupa hiburan, berita atau yang lainnya bahkan
dari tempat yang jauh dan seterusnya.
D. Jenis-Jenis Tradisi Fenomenologi
Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam
keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi memandang manusia
secara aktif mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga mereka
dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan
langsung dengan lingkungannya. Titik berat tradisi fenomenologi adalah
Pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada
pengalaman subyektifnya. Adapun varian dari tradisi Fenomenologi ini
adalah sebagai berikut:
1. Fenomonelogi Klasik
Dipelopori oleh Edmund Husserl penemu Fenomenologi Modern.
Husserl percaya kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan
pengalaman, tapi seseorang harus bagaimana pengalaman seseorang
bekerja. Dengan kata lain kesadaran akan pengalaman dari setiap
individu adalah jalur yang tepat untuk memahami realitas. Hanya
melaui kesadaran dan perhatian maka kebenaran dapat diketahui.
Seseorang harus mengesampingkan segala pemikiran dan kebiasaan
untuk melihat pengalaman lain untuk dapat mengetahui sebuah
kenyataan. Pada alur ini dunia hadir dengan sendirinya dalam alam
sadar seseorang. Dalam artian menurut Husserl seseorang dapat
memaknai suatu pengalaman secara objektif dengan tanpa membawa
pemahaman orang itu sebelumnya terhadap pengalaman itu dalam
artian harus objektif.
2. Fenomenologi Persepsi
Berlawanan dengan Husserl yang membatasi fenomenologi pada
objektivitas Marleu Ponty menjelaskan manusia adalah kesatuan dari

9
mental dan fisik yang mengartikan atau mempersepsikan dunia.
Seseorang mengetahui berbagai hal hanya melalui hubungan seseorang
ke berbagai hal tersebut. Sebagaimana pada umumnya manusia,
seseorang dipengaruhi oleh dunia akan tetapi seseorang juga
mempengaruhi dunia terhadap pengalaman tersebut. Berbagai hal tidak
bertahan dan berdiri sendiri terlepas dari bagaimana mereka dikenal,
melainkan orang
orang memberi arti kepada berbagai hal di dunia, dan pengalaman
fenomenologi adalah suatun hal yang subjective.
3. Fenomenologi Hermeneutik
aliran ini selalu dihubungkan dengan Martin Heidegger dengan
landasan filosofis yang juga biasa disebut dengan Hermeneutic of
dasein yang berarti suatu "interpretasi untuk menjadi". Yang paling
utama bagi Heidegger adalah pengalaman tak dapat terjadi dengan
memperhatikan dunia. Menurut Heidegger pengalaman sesuatu tak
dapat diketahui melalui analisa yang mendalam melainkan pengalaman
seseorang yang mana diciptakan dengan penggunaan bahasa dalam
keseharian. Apa yang nyata dan apa yang yang sekedar pengalaman
melalui penggunaan bahasa.
E. Contoh Kasus
Kasus balita yang kecanduan merokok masih terus terjadi. Di
Kalimantan Barat, ada balita balita berusia 2,9 tahun bernama SL asal
Dusun Nirwana, Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, sejak tiga
bulan terakhir menjadi pecandu rokok. Menurut Pinah, kebiasaan anaknya
itu mulai timbul karena faktor ayahnya, Sapi'i, yang biasa merokok di
depan anaknya. Dia menceritakan, tanpa sepengetahuan kedua
orangtuanya, SL mengambil rokok ayahnya yang biasa terletak di atas
meja dan menghisapnya sendiri. Pinah juga mengaku sudah kewalahan
memenuhi kebutuhan rokok SL. Pasalnya, dalam sehari SL bisa
menghabiskan setengah bungkus rokok. Mulai dari rokok filter, mild,
kretek hingga "longlat" juga diisap oleh SL.

10
Melihat kondisi SL, menimbulkan keprihatinan bagi Ketua Tim
Penggerak PKK Kabupaten Kubu Raya, Rosalina Muda Mahendrawan.
Rosalina sendiri mengaku akan mencari jalan keluar untuk menghilangkan
kebiasaan SL yang senang merokok. Dia menyatakan akan berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Kubu Raya untuk memberikan pengertian secara
langsung kepada orang tua SL, dan menggunakan jasa psikolog anak
untuk menghilangkan kebiasaan anak tersebut.
Analisis
Dari 3 prinsip yang di kemukakan oleh Stanley Deetz dari kasus di
atas dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Pengetahuan berdasar pengalaman sadar: Pengetahuan SL tentang
rokok bermula dari faktor ayahnya, Sapi'i, yang biasa merokok di
depan anaknya, SL mengambil rokok ayahnya yang biasa terletak di
atas meja dan menghisapnya sendiri. Orang mengetahui pengalaman
atau peristiwa dengan mengujinya secara sadar melalui perasaan dan
persepsi yang cara dimiliki orang bersangkutan.
b. Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu pada hidup seseorang
bagi orang dewasa yang perokok, rokok adalah sesuatu yang di
konsumsi untuk pelengkap saja, tetapi SL memaknai bahwa rokok
adalah kebutuhan yang harus di penuhi "Waktu itu sudah kami marahi,
tapi saat rokoknya diambil dia menangis dan tidak mau berhenti.
Setelah diberi, baru dia diam, sampai sekarang masih seperti itu, dan
kami juga bingung untuk menghentikannya, jadi kami biarkan saja,"
tutur Pinah. makna konseptual itu bisa berupa imajinasi, pikiran,
hasrat, ataupun perasaan-perasaan spesifik, ketika orang mengalami
dunianya secara personal (Wattimena, 2009).
c. Bahasa adalah kendaraan makna kita mengetahui suatu objek, dan
dengan bagaimana cara kita menyampaikan suatu makna objek
tersebut. Dari contoh kasus diatas, seorang anak yang berinisial SL,
kita dapat melabelkan SL sebagai anak berumur 2,9 tahun, SL seorang
anak di bawah umur pecandu rokok, SL terbiasa merokok karena
melihat ayahnya yang merokok.

11
ВАВ III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tradisi
fenomenologi memfokuskan perhatianya terhadap pengalaman sadar
seorang individu. Teori komunikasi yang masuk dalam tradisi
fenomenologi berpandangan bahwa manusia secara aktif
menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat
memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung
dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat
kuat pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia, dan
kami ingin mengkaitkan fenomena selfie sebagai tradisi fenomenologi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Littlejohn, Stephen W. Foss, Karen A. Teori Komunikasi. 2009. Jakarta: Salemba


Humanika.

Denzin K. Norman dan Lincoln 5. Yvonna, Handbook of Qualitative Moustakas,


Clark. Phenomenological Research Methods. (California: Research,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

Moustakas, Clark. Phenomenological Research Methods. (California: SAGE


Publications, 1994)

Littlejohn, S. W. Theories of Human Communication 6th Edition. (Belmont, CA:


Wadsworth. N/A, 1999)

Kuswara Engkus. Tradisi Fenomenologi pada Penelitian Komunikasi Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.56/DIKTI/Kep/2005.
http://desiesyworlds.blogspot.co.id/2011/12/teori-komunikasi-bab-iii
tradisi.html

Kualitatif: Sebuah pengalaman akademis. Jurnal Mediator Vol.7 No.1

http://wahyu-dewanto.blogspot.co.id/2015/03/fenomenologi.html

http://rosaliapw.blogspot.co.id/2013/10/studi-kasus-teon

komunikasi-tradisi.html http://gysugianto.blogspot.co.id/2015/02/tradisi-
fenomenologi-sertafenomena.html

13

Anda mungkin juga menyukai