Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“FENOMENOLOGI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampu :

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si.

Oleh :

Shela Ananda Putri (11190520000051)

Imroatus Sholehah (11190520000056)

Shifwah Risydah Daro’in (11190520000071)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021/1442 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan dari-Nya, tentu
kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa
semoga tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di hari akhir kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat Iman, Islam dan
Ihsan-Nya sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Metodologi Penelitian Kualitatif yang berjudul, “Fenomenologi”.

Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam pengerjaan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat menjadi makalah untuk pembelajaran dan pendidikan.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini.

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ciputat, 18 September 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomenologi pada awalnya merupakan kajian filsafat dan Sosiologi.
Penggagas utamanya, Edmund Husserl menginginkan fenomenologi akan melahirkan
ilmu yang lebih bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia, setelah sekian lama ilmu
pengetahuan mengalami krisis dan disfungsional. Kemudian fenomenologi
berkembang sebagai semacam metode riset yang diterapkan dalam berbagai ilmu
sosial, termasuk di dalamnya komunikasi, sebagai salah satu varian dalam penelitian
kualitatif dalam payung paradigma interpretif. Sejak diperkenalkan hingga saat ini
terdapat banyak ahli fenomenologi yang mempunyai interpretasi dan pemahaman
sendiri tentang fenomenologi.
Dengan demikian, fenomenologi secara sederhana dapat dipandang sebagai
sikap hidup dan sebagai metode ilmiah. Sebagai sikap hidup fenomenologi
mengajarkan kita untuk selalu membuka diri terhadap berbagai informasi dari manapun
berada, tanpa cepat-cepat menilai, menghukum atau mengevaluasi berdasarkan
prakonsepsi kita sendiri. Sebagai metode ilmiah, fenomenologi menunjukkan jalan
perumusan ilmu pengetahuan melalui tahap-tahap tertentu, dimana suatu fenomena
yang dialami manusia menjadi subjek kajiannya. Oleh karena itu, makalah ini akan
mengulas lebih dalam mengenai pendekatan fenomenologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fenomenologi?
2. Apa tujuan penelitian Fenomenologi?
3. Bagaimana penjelasan Fenomenologi sebagai metode penelitian kualitatif?
4. Apa saja Langkah-langkah penelitian kualitatif dengan metode Fenomenologi?
5. Apa saja jenis-jenis penelitian Fenomenologi?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
mahasiswa tentang pengertian fenomenologi, tujuan dari penelitian fenomenologi,
fenomenologi sebagai penelitian kualitatif, langkah-langkah penelitian kualitatif dan
jenis-jenis penelitian fenomenologi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fenomenologi
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani fenomenon yang memiliki arti
suatu yang tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia, biasa
dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan
fenomenon atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Dapat pula dikatakan bahwa
fenomenologi merupakan suatu pendekatan penelitian yang memiliki sifat perspektif
emic. Dengan kata lain, penelitian yang menggunakan perspektif dengan berdasarkan
apa yang dilihat dan didapatkan peneliti dari fakta fenomena asli yang diteliti, bukan
berdasarkan pada perspektif peneliti terhadap suatu fakta fenomen tersebut. Peneliti
menjelaskan keadaan fakta yang sebenarnya, apa adanya tanpa pertimbangan idealisme
peneliti sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fenomena memiliki
beberapa pengertian: 1) hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat
diterangkan serta dinilais ilmiah seperti fenomena alam; 2) orang (kejadian, benua, dan
sebagainya) yang menarik perhatian atau luar biasa sifatnya sesuatu yang lain; 3) fakta
atau kenyataan.1
Sementara itu, istilah fenomenologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia sebagai
ilmu yang mendahului filsafat.2 Dengan demikian, fenomenologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang membahas dan mengungkap kejadian kejadian (fenomena) yang
tampak. Fenomenologi menjelaskan kejadian yang tampak terebut dengan
mengungkapkan nilai ataupun makna yang terdapat dalam fenomena melalui metode
yang ilmiah dan rasional. Oleh karena itu, fenomenologi bukan hanya ilmu tentang
filsafat, melainkan juga sebagai suatu metode pendekatan yang dapat digunakan
peneliti dalam mengungkap suatu peristiwa, kejadian, dan fakta yang pada kehidupan
dan pengalaman manusia. Fakta atau peristiwa tersebut merupakan suatu yang tampak,
yang dapat ditangkap melalui pancaindra manusia. Tokoh yang memopulerkan
pendekatan fenomenologi adalah Edmund Husserl (1859-1938). Ia adalah pendiri
fenomenologi yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang dan manusia

1
Barnawi & Jajat Darojat, “Penelitian Fenomenologi Pendidikan: Teori dan Praktik”. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2018), hlm. 101
2
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)., hlm. 410-411
dapat mencapainya. Adapun inti pemikiran fenomenologi menurut Husserl adalah
untuk menemukan pemikiran yang benar seseorang harus “kembali pada benda-
benda”.3

B. Tujuan Penelitian Fenomenologi


Rose, Beeby & Parker (1995, dalam Streubert & Carpenter, 2011)
mengungkapkan bahwa tujuan dari penelitian dengan pendekatan fenomenologi adalah
untuk mengembangkan makna pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam mencari
kesatuan makna dan mengidentifikasi inti fenomena dan menggambarkan secara akurat
dalam pengalaman sehari-hari.4
Secara umum, penelitian psikologis fenomenologis bertujuan untuk
mengklarifikasi situasi yang dialami dalam kehidupan seseorang sehari-hari (Giorgi &
Giorgi, 2008). Menurut Husserl, bahwa tujuan fenomenologi adalah “kembali pada
realitasnya sendiri” (Abidin, 2002:7). Tujuan penelitian dengan pendekatan
fenomenologi adalah menemukan makna dan hakikiat dari pengalaman, bukan sekedar
mencari penjelasan atau mencari ukuran-ukuran realitas. (Kuswarno, 2009: 36-38).
Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari penampakan, dengan intuisi dan
refleksi dalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna ini yang pada akhirnya
membawa kepada ide, konsep, penilaian dan pemahaman hakiki.

C. Memilih Fenomenologi Sebagai Metode Penelitian Kualitatif


Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik dari gejala
sebagaimana gejala itu menyingkapkan dirinya pada kesadaran (Bagus, 2002: 236).
Metode yang digunakan adalah deksriptif, dan bertujuan mengungkap intensionalitas,
kesadaran, dan “dunia-kehidupan” (Kuper dan Kuper, ed., 1996: 749). Sebagai metode,
fenomenologi merupakan persiapan bagi setiap penyelidikan di bidang filsafat dan
bidang ilmu pengetahua positif. Satu-satunya alat untuk itu adalah bahasa.
Fenomenologi menjelaskan fenomena dan maknanya bagi individu dengan
melakukan wawancara pada sejumlahh individu. Temuan ini kemudian dihubungkan

3
Barnawi & Jajat Darojat, “Penelitian Fenomenologi Pendidikan: Teori dan Praktik”. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2018), hlm. 101
4
Ance M. Siallagan dkk, “Penelitian Kualitatif: Fenomenologi”, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2015),
hlm. 6.
dengan prinsip-prinsip filosofis fenomenologi. Studi ini diakhiri dengan esensi dari
makna (Creswell, 1998: 40).
Dalam memahami fenomena, fenomenologi memiliki metode atau langkah.
Pertama, meliahat fenomena sebagai esensi, sebagai fenomena murni. Fenomenolog
melakukan reduksi. Yakni semacam abstraksi, melihat sesuatu dan menutup mata untuk
hal lain. Reduksi yang pertama adalah menghadap sesuatu fenomena sebagai hal yang
menampakkan diri dan tidak melihat hal itu sebagai hal yang ada. Reduksi yang kedua
adalah kita melihatnya sebagai sesuatu yang umum. Reduksi yang ketiga adalah kita
menutup mata untuk hal yang berhubungan dengan kebudayaan. Reduksi yang terakhir,
reduksi transcendental, adalah bahwa fenomena dilihat dari segi supra individual
sebagai objek untuk suatu subjek umum.
Suatu fakta yang diteliti dalam perspektif fenomenologi bersifat subjektif, yakni
berdasarkan penuturan para subjek yang mengalami fakta atau fenomena yang
bersangkutan. Bagaimana mengatasi subjektivitas si subjek yang diteliti atau peneliti
itu sendiri? Objektivitas dalam fenomenologi berarti membiarkan fakta berbicara
dengan dirinya sendiri. Hal ini bisa dilakukan melalui epoche idan eiditik. Epoche
adalah proses dimana si peneliti menangguhkan atau menunda penilaian terhadap
fakta/fenomena yang diamatinya walaupun ia telah memiliki prakonsepsi atau penilaian
tertentu sebelumnya terhadap fenomena itu. Biarnlah fenomena itu berbicara apa
adanya, tanpa intervensi penilaian baik-buruk, positif-negatif, bermoral-tidakbermoral,
dsb. dari si peneliti. Eiditik adalah memahami fenomena melalui pemahaman atas
ungkapan-ungkapan atau ekspresi-ekspresi yang digunakan subjek. Dalam hal ini,
peneliti melakukan empati, mencoba untuk memasuki wilayah pengalaman pemikrian
subjek melalui proses imajinatif.5
Fenomenologi sebagai suatu metode penelitian memiliki beberapa keuntungan
atau kelebihan. Pertama, sebagai metode keilmuan, fenomenologi dapat
mendeskripsikan dan menggambarkan suatu fenomena secara apa adanya tanpa
memanipulasi data di dalamnya. Dalam kondisi ini, kita sebagai peneliti harus
mengesampingkan terlebih daulu pemahaman kita tentang agama, adat, dan ilmu
pengetahuan agar pengetahuan dan kebenaran yang ditemukan benar-benar objektif.
Kedua, metode ini memandang objek kajiannnya sebagai sesuatu yang utuh dan tidak

5
O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan
Komunikasi”, Mediator. Vol. 9, No. 1 (Juni 2018), hlm. 170-171.
terpisah dengan objek lain. Artinya, pendekatan ini menekankan pada pendekatan yang
holistic dan tidak parsial sehingga diperoleh pemahaman yang utuh tentang suatu objek.
Dari beberapa kelebihan tersebut, studi fenomenologi juga memiliki masalah, Masalah
tersebut diungkapkan oleh Sohn dkk (2017) yang menyatakan bahwa banyak peneliti
kontemporer yang mengklaim menggunakan pendekatan fenomenologi tetapi pada
kenyataannya mereka jarang menghubungkan metode tersebut dengan prinsip dari
filosofi fenomenologi. Hal itulah yang seharusnya diperbaiki oleh para peneliti
fenomenologi dewasa ini.6

D. Langkah-langkah Penelitian Kualitatif Dengan Metode Fenomenologi


Dalam (Gronewald, 2004) ada beberapa langkah dalam penelitian
fenomenologi diantaranya:7
1. Pertama, peneliti berusaha memahami partisipan menurut kerangka berpikir
mereka tanpa pengaruh dari siapapun. Peneliti mengumpulkan data melalui
wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari partisipan.
2. Kedua, analisa, dimana peneliti harus memahami maksud dari penjelasan
partisipan seperti : makna, keterkaitan, dan tujuan dari ungkapan partisipan.

Sedangkan menurut Streubert (1991, dalam Streubert & Carpenter, 2003),


langkah penelitian fenomenologi terdiri dari: menjelaskan fenomena partisipan yang
akan diteliti, buat prakiraan dari peneliti, kehati-hatian dalam membaca transkrip
wawancara, meninjau kembali hal-hal yang belum terkaji, memahami hubungan kata-
kata penting, mengembangkan kerangka pikir terhadap fenomena, setelah dianalisa
kembalikan kepada partisipan untuk validasi, mengkaji literatur yang berkaitan, lalu
menyebarkan hasil penelitian kepada orang lain.8

E. Jenis-jenis Penelitian Fenomenologi


Spiegelberg (1975, dalam Streubert & Carpenter, 2003), menetapkan jenis
penelitian fenomenologi yang terdiri dari enam - elemen penting, yaitu: descriptive

6
Helaluddin, “Mengenal Lebih Dekat dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah Penelitian Kualitatif”
(Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin, 2018), hlm. 8-9.
7 Budhi Mulyadi, Studi Fenomenologi: Pengalaman Anak Jalanan Laki-Laki Dalam Menjalani Masa Puber.

(Depok: Universitas Indonesia 2009), h 28.


8 Budhi Mulyadi, Studi Fenomenologi: Pengalaman Anak Jalanan Laki-Laki Dalam Menjalani Masa Puber.

(Depok: Universitas Indonesia 2009), h 28.


phenomenology, phenomenology of essences, phenomenology of appearance,
constitutive phenomenology, reductive phenomenology, dan heurmeneutic.9
1. Penelitian descriptive phenomenology (fenomenologi deskriptif)
Pada penelitian ini peneliti dapat mengeksplorasi, menganalisa, dan menjelaskan
fenomena dari pengalaman nyata suatu fenomena secara rinci, luas, dan mendalam.
2. Phenomenology of essences (fenomenologi esensi) Meliputi penyelidikan data
melalui tema-tema umum dan penetapan pola yang saling berhubungan dari fakta
fenomena.
3. Phenomenology of appearance (fenomenologi pemunculan)
Penelitian ini meliputi penyelidikan yang memfokuskan terhadap cara munculnya
fenomena.
4. Constitutive phenomenology (fenomenologi konstitusif) Pada fenomenologi
konstruktif ini mempelajari fenomena sebagai suatu penetapan kesadaran kita.
Fenomena dibentuk berdasarkan kesadaran kita sebagai lanjutan dari kesan pertama
terhadap gambaran yang menyeluruh.
5. Reductive phenomenology (fenomenologi reduksi)
Dimana peneliti mereduksi bias individu, asumsi individu, dan mengabaikan
keyakinan individu peneliti agar memperoleh deskripsi yang murni dari suatu
fenomena yang sedang dalam penelitian.
6. Heurmeneutic phenomenology (fenomenologi hermeunetik)
Digunakan untuk mengeksplorasi hubungan dan arti pengetahuan dan kontekstual
masing-masing fenomena. Pada medodelogi ini bisa memungkinkan Meningkatnya
kepekaan terhadap kesadaran manusia.

9
Budhi Mulyadi, Studi Fenomenologi: Pengalaman Anak Jalanan Laki-Laki Dalam Menjalani Masa Puber.
(Depok: Universitas Indonesia 2009), h 28-29.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. fenomenologi merupakan suatu pendekatan penelitian yang memiliki sifat
perspektif emic. Dengan kata lain, penelitian yang menggunakan perspektif dengan
berdasarkan apa yang dilihat dan didapatkan peneliti dari fakta fenomena asli yang
diteliti, bukan berdasarkan pada perspektif peneliti terhadap suatu fakta fenomen
tersebut.
2. Tujuan penelitian dengan pendekatan fenomenologi adalah menemukan makna dan
hakikiat dari pengalaman, bukan sekedar mencari penjelasan atau mencari ukuran-
ukuran realitas.
3. Fenomenologi sebagai suatu metode penelitian memiliki beberapa kelebihan
Pertama, sebagai metode keilmuan, fenomenologi dapat mendeskripsikan dan
menggambarkan suatu fenomena secara apa adanya tanpa memanipulasi data di
dalamnya. Kedua, metode ini memandang objek kajiannnya sebagai sesuatu yang
utuh dan tidak terpisah dengan objek lain.
4. Langkah dalam penelitian fenomenologi diantaranya: Pertama, peneliti berusaha
memahami partisipan. Kedua, analisa, dimana peneliti harus memahami maksud
dari penjelasan partisipan.
5. Jenis penelitian fenomenologi yang terdiri dari enam - elemen penting, yaitu:
descriptive phenomenology, phenomenology of essences, phenomenology of
appearance, constitutive phenomenology, reductive phenomenology, dan
heurmeneutic
DAFTAR PUSTAKA

Darojat, Jajat & Barnawi, 2018 “Penelitian Fenomenologi Pendidikan: Teori dan Praktik”. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Hasbiansyah, O. 2018. “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik dalam Ilmu Sosial dan
Komunikasi”. Mediator. 9(1): 170-171

Helaluddin. 2018. “Mengenal Lebih Dekat dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah Penelitian
Kualitatif”. Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin.

Mulyadi, Budhi. 2009. Studi Fenomenologi: Pengalaman Anak Jalanan Laki-Laki Dalam Menjalani
Masa Puber. Depok: Universitas Indonesia.

Siallagan, Ance M dkk. 2015. “Penelitian Kualitatif: Fenomenologi”. Medan: Universitas Sumatera
Utara.

Anda mungkin juga menyukai