Anda di halaman 1dari 14

 

MAKALAH

PENELITIAN FENOMENOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif

Disusun Oleh :

M Nadratul Khoir

Dosen Pengampu:
Febri Giantara M.Pd.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH


KOTA PEKANBARU
2022 M / 1445 H

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapan kepada Allah SWT. Atas nikmat yang
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini penulis ajukan sebagai tugas metodologi penelitian pendidikan kualitatif dengan
judul “FENOMENOLOGI”.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis banyak menemukan masukan dari
berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang
ditentukan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

2. Bapak Febri Giantara M.Pd. sebagai pembimbing mata kuliah metodologi penelitian
pendidikan kualitatif yang telah memberi dukungan dan masukkan kepada penulis
3. Teman – teman yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan
kepada penulis.

Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat kepada pembaca.

2
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Fenomenologi
Paradigma Fenomenologi
Ciri – Ciri Penelitian Fenomenologi
Langkah-langkah Penelitian Fenomenologi
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bagi seorang pendidik, kegiatan belajar mengajar merupakan aktivitas
utama dalam kegiatan sehari-harinya. Dengan kegiatan belajar mengajar akan
terus memberikan pengalaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam
kegiatan belajar mengajar seorang pendidik diharuskan mampu menciptakan
suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua peserta
didik. Sebab suasana belajar yang kurang menggairahkan dan menyenangkan
bagi siswa biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar
yang kurang kondusif-produktif.

Bagi sebagian besar siswa, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam atau
kerap disebut SKI merupakan salah satu mata pelajaran yang agak kurang
menarik bagi diri siswa. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor proses
pembelajaran yang kurang menyenangkan dan kurang kreativitas seorang
guru dalam proses belajar mengajar ketika saat berinteraksi dengan siswa di
dalam kelas. Materi SKI yang karakteristiknya materi sejarah islam masa
lampau disampaikan atau bahkan diceritakan begitu saja dengan model
belajar bercerita. Model belajar seperti inilah yang membuat siswa hanya
duduk dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru sehingga
kreatifitas berfikir maupun tangkapan materi siswa kurang maksimal

Untuk menanggulangi rasa bosan pada siswa dan menimbulkan efek baru
dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), maka guru
dalam menyampaikan materi hendaknya mencoba untuk kreatif atau
melakukan inovasi baru dalam proses belajar mengajar seperti halnya
mengintegrasikan antara metode-metode pembelajaran yang inovatif yang
berbantuan media pembelajaran. Dengan menggunakan alat bantu media
pembelajaran, maka pembelajaran SKI akan lebih bisa mengvisualisasikan
konteks sejarah atau peristiwa yang sudah sangat lama menjadi lebih bisa
diterima dalam bentuk visualisasi maupun bentuk media yang lain yang
mudah dipahami atau mudah diterima dalam logika peserta didik. Untuk itu,
pemanfaatan media dalam pembelajaran SKI terutama di Madrasah Ibtidaiyah
sangat penting untuk di terapkan dalam proses pembelajaran di kelas

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Fenomenologi ?


2. Bagaimana paradigma fenomenologi terjadi?
3. Bagaimana ciri-ciri penelitian fenomenologi?
4. Bagaimana langkah-langkah penelitian fenomenologi?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Fenomenologi


2. Untuk mengetahui Bagaimana paradigma fenomenologi
3. Untuk mengetahui Bagaimana ciri-ciri penelitian fenomenologi
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penelitian
fenomenologi?

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Definisi Fenomenologi
Fenomenologi merupakan sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusiasebagai sebuah fenomena. Fenomenologi juga merupakan salah satu jenis metode
penelitiankualitatif, dimana metode ini untuk mengungkap esensi makna sekumpulan individu.
Fenomenologimenjadi metode penelitian yang dekat dengan filsafat dan psikologi.

Fenomenologi berasal dari kata Yunani “phenomenon”yang berarti menunjukkan


diri (toshow itself) (Conny, 2010). Fenomenologi berarti pengetahuan, dalam artian apa yang
persepsikanoleh seseorang, apa yang dirasa dan diketahui melalui kesadaran atau
pengalamannya. ReneDescartes mengatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu karena
mereka berfikir tentang haltersebut.
Pendekatan fenomenologi merupakan penelitian yang berusaha untuk
memahami maknaperistiwa serta interaksi pada manusia dalam situasi tertentu.
Penelitian
yangmenggunakanpendekatanfenomenologibermuladari“diam”(Subadi,2009). Ke
adaan “diam” merupakan upaya untuk menangkap apa yang dipelajari dengan
menekankan pada aspek-aspek subyektif dari perilakumanusia. Fenomenologi
berusaha untuk bisa masuk ke dalam dunia konseptual subyekpenyelidikannya
agar dapat memahami bagaimana ada apa makna yang disusun subyek tersebut
disekitar kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam hal ini peneliti
berusahamemahami subyek dari sudut pandang subyek itu sendiri, tetapi tidak
mengabaikan realitas yang adapada manusia.
SS
Para peneliti kualitatif menekankan pemikiran subyektik, karena menurut pandangannyadunia
itu dikuasai oleh angan-angan yang bersifat simbolis daripada konkret (Subadi, 2009).
Jikapeneliti menggunakan prespektif fenomenologi dengan paradigma definisi sosial biasanya
penelitianini bergerak pada kajian mikro.
Fenomenologi merupakan upaya untuk pemberangkatan dari metode ilmiah yang
berasumsibahwa eksistensi suatu realitas tidak orang ketahui dalam pengalaman yang dihayati
secara aktualsebagai data dasar suatu realitas. Fenomenologi juga mempelajari dan melukiskan
ciri-ciri insrinstikdari gejala sebagaimana gejala itu menyikapkan dirinya pada kesadaran.
Fenomenologi menjelaskanstruktur kesadaran dalam pengalaman manusia, pendekatan
fenomenologi berupaya membiarkanrealitas mengungkapkan dirinya sendiri secara alami
melalui pertanyaan pancingan, subjek penelitian dibiarkan menceritakan segala macam dimensi
pengalamannya berkaitan dengan sebuahfenomena / peristiwa (Hasbiansyah, 2009).

Penelitian dibiarkan menceritakan segala macam dimensi pengalamannya


berkaitan dengan sebuahfenomena / peristiwa (Hasbiansyah, 2009).Fenomenologi termasuk
pada pendekatan subjektif atau interpretif, istilah fenomenalogidapat digunakan sebagai istilah
generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yangmenempatkan kesadaran
manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakansosial. Menurut Watt
dan Berg, fenomena tidak tertarik manggkaji aspek-aspek kualitas dalam suatuperistiwa, tetapi
berupaya memahami tentang bagaimana orang melakukan sesuatu
pengalamanbeserta makna pengalaman
itu bagi dirinya. Fenomenologi berupaya menngungkapkan danmemahami realitas penelitian
berdasarkan perspektif subjek penelitian.
 

6
Namun dalam mencoba memahami perilaku, tindakan maupun pemikiran manusia tentu
sajaseorang peneliti dituntut secara fleksibel mampu menyesuaikan taraf pemikiran ilmiahnya
denganindividu yang lain secara simultan menjadi obyek dan subyek penelitian sebagai pihak
yangsekaligus melakukan pemaknaan terhadap tidakannya sendiri. Selanjutnya dalam proses
pemaknaantersebut terjadi suatu kesepakatan yang intinya tidak mau terjebak hanya pada
pemikiran ilmiahsosial tetapi lebih pada interpretasi terhadap kehidupan keseharian berdasarkan
kesepakatan kita sebagai peneliti dengan “obyek” penelitian yang sekaligus sebagai
subyek yang menginterpretasikandunia sosial dalam kerangka besar proses pencarian dalam
proses pemahaman terhadap konstruksimakna dari seuatu proses yang bernama
intersubyektivitas.
 
Proses pemaknaan diatas ini membentuk sistem relevansi yang menjalankan
proses intraksidengan lingkuangan. Dengan kata lain, pembentukan sistem relevansi dalam
proses interaksi sosialini dapat dijadiakan elemen pembentuk tujuan dalam setiap tindakan sosial
yang dilakukan olehindividu (Nidito, 2013).

B. Paradigma Fenomenologi

Sejarah awal mula munculnya filsafat fenomenologi berkembang pada abad ke-15 dan ke-
16.Pada masa itu, terjadi perubahan besar dalam diri manusia tentang perspektif dirinya di dunia
ini.Pada abad sebelumnya, manusia selalu memandang segala hal dari sudut pandang
Ketuhanan.Selanjutnya, terjadilah gelombang besar modernitas pada kala itu yang mengubah
sudut pandangpemikiran tersebut. Para filsuf banyak yang menolak doktrin-doktrin Gereja dan
melakukan gerakanreformasi yang disebut sebagai masa pencerahan.
 
Paradigma ini muncul karena timbulnya pemikiran manusia terhadap subjektivitas.
Yangdimaksud dengan subjektivitas di sini bukanlah antonim dari kata objektivitas. Subjek yang
dimaksud merupakan makna “aku” yang ada dalam diri manusia yang menghendaki,
bertindak, danmengerti. Menurut Suseno manusia hadir ke dunia sebagai subjek yang memiliki
kesadaran diri, takhanya hadir sebagai benda di dunia ini, melainkan sebagai subjek yang
berpikir, berefleksi, danbertindak secara kritis dan bebas (Mujib, 2015).
 
Pendekatan ini lebih menekankan rasionalisme dan realitas budaya yang ada. Hal ini
sejalandengan penelitian etnografi yang menitikberatkan pada pandangan warga setempat.
Realitasdipandang lebih penting dan dominan dibanding teori melulu. Fenomenologi
berusaha memahamibudaya lewat pandangan pemilik budaya atau pelakunya. Fenomenologi,
ilmu bukan values free,bebas nilai dari apapun, melainkm values bound, memiliki hubungan
dengan nilai. Aksioma dasarfenomenologi adalah:
1. Kenyataan ada dalam diri manusia baik sebagai individu maupun kelompok selalubersifat
majemuk atau tersusun secara kompleks, dengan demikian hanya bisa ditelitisecara holistik dan
tidak terlepas-lepas
2. Hubungan antara peneliti dan subyek inkuiri saling mempengaruhi, keduanya sulitdipisahkan
3. Lebih ke arah pada kasus-kasus, bukan untuk menggeneralisasi hasil penelitian
4. Sulit membedakan sebab dan akibat, karena situasi berlangsung secara simultan
5. Inkuiri terikat nilai, bukam values free
 
Metode kualitatif Fenomenologi berlandaskan pada empat kebenaran, yaitu
kebenaranempirik sesuai, kebeneran empirik trasenden. Atas dasar cara mencapai kebenaran ini

7
fenomenologimenghendaki kesatuan antara subyek peneliti dengan pendukung obyek
penelitian. Keterlibatansubyek peneliti di lapangan dan pengghayatan fenomena yang dialami
menjadi salah atu ciri utama.Seperti dikatakan Moleong (1988:78) bahwa pendekatan
fenomenologi berusaha memahami artiperistiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang
biasa dalam situasi-situasi tertentu. Penelitifenemenologi tidak berasumsi bahwa peneliti
mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yangsedang diteliti

Ruang Lingkup Argumen Fenomenologi

Para pakar mendukung versi argumen fenomenologi yang sudah direkonstruksi dan
menyimpulkan bahwa, “fakta-fakta sosial tertentu dimunculkan oleh makna-makna agen.
Faktanyabahwa konsep sosial mengandung arti eksistensi objektif dari suatu hal, dan kondisi-
kondisisubjektif sebuah agen, berarti konsep-konsep tersebut mempunyai implikasi-implikasi
eksternal.Fakta sosial yang dijelaskan oleh makna itu sendiri menimbulkan keterbatasan,
kebanyakanfenomena sosial terdiri dari berbagai sifat-sifat eksternal dan objektif. Makna
mencakup pengakuanbahwa seseorang memiliki status khusus, dan hasil kajian menjelaskan
bahwa kecenderungandiantara ilmuwan sosial mengabaikan implikasi eksternal itu.

Sifat –  Sifat Yang Relevan dengan Fenomenologi

 Adapun sifat-sifat dasar penelitian kualitatif yang relevan dengan metode fenomenologiyaitu
sebagai berikut :
1. Menggali nilai-nilai dalam pengalaman dan kehidupan manusia.
2. Fokus penelitian adalah pada keseluruhan, bukan pada per bagian yang membentukkeseluruhan
itu.
3. Tujuan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman, bukan
sekedarmencari penjelasan dan mencari ukuran-ukuran dari realitas.
4. Memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama melalui
wawancaramendalam, baik formal maupun informal.
5. Data yang diperoleh adalah dasar bagi pengetahuan ilmiah untuk memahami perilakumanusia.
6. Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan, dan komitmen pribadi
daripenliti.
7. Melihat pengalaman dan perilaku sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik
itukesatuan antara subjek dan objek, maupun antara bagian dan keseluruhannya
(Koeswara,2009).

C. Ciri – Ciri Penelitian Fenomenologi

Sifat-sifat penelitian kualitatif tersebut akan sejalan dengan ciri-ciri penelitian


fenomenologi,yaitu sebagai berikut :
1. Fokus pada sesuatu yangnampak, kembali kepada yang sebenarnya (esensi), keluar
darirutinitas, dan keluar dari apa yang diyakini sebagai kebenaran dan kebiasaan
dalamkehidupan sehari-hari.

8
2. Fenomenologi tertarik dengan keseluruhan, dengan mengamati esentitas dari
berbagaiperspektif sampai didapat pandangan yang esensi dari pengalaman atau fenomena
yangdiamati.
3. Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari apa yang terlihat, dengan intuisi dan
refleksidalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna ini yang pada akhirnya membawa
kepadaide, konsep, penilaian, dan pemahaman yang hakiki.
4. Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau
menganalisisnya.Sebuah deskripsi fenomenologi akan sangat dekat dengan
kealamiahan (tekstur, kualitas, dansifat-sifat penunjang) dari sesuatu. Sehingga
deskripsikan akan mempertahankan fenomenaitu apa adanya, dan menonjolkan
sifat alamiah dan makna di
baliknya.Selainitu,deskripsi juga akan membuat fenomena hidup dalam terma ya
ng  akurat dan lengkap. Dengan katalain, sama hidupnya antara yang
tampak dalam kesadaran dengan yang tampak oleh pancaindra.
5. Fenomenologi berakar pada pertanyaan-pertanyaan yang langsung berhubungan
denganmakna dari fenomena yang diamati. Dengan demikian, peneliti fenomenologi akan
sangatdekat dengan fenomena yang diamati.
6. Integrasi dari sebuah subjek dan objek. Presepsi penelitian akan sama dengan apa yangdilihat
dan didengarnya. Dimana pengalaman tentang suatu tindakan akan membuat objekmenjadi
subjek, dan subjek menjadi objek.
7. Investigasi yang dilakukan dalam kerangka intersubjektif, realitas adalah suatu bagian
dariproses secara keseluruhan.
8. Data yang diperoleh (melalui berfikir, intuisi, refleksi, dan penilaian) menjadi bukti-buktiutama
dalam penilitian ilmiah.
9. Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus dirumuskan dengan sangat hati-hati. Setiap kataharus
dipilih, dimana kata yang terpilih adalah kata yang paling utama, sehingga dapatmenunjukkan
makna yang utama pula (Farid, Adib 2018).

Karakteristik Fenomenologi
Fenomenologi merupakan suatau metode penelitian yang mempunyai beberapa
karakteristik,yaitu sebagai berikut :
1. 1.Deskripsi. Tujuan fenomenologi adalah deskripsi fenomena, dan bukan
menjelaskanfenomena. Dalam hal ini peneliti menyelediki/ mempelajari suatu makna bagi
manusia,bukan hanya berasumsi (Yusuf, 2014).
2. Reduksi. Reduksi adalah sebagai suatu proses dimana asumsi dan prasangka tentangfenomena
ditunda, agar meminimalisir prasangka-prasangka tersebut tidak mencemarideskripsi/ hasil
pengamatan.
3. Esensi. Esensi adalah makna inti dari pengalaman individu dalam fenomena
tertentusebagaimana adanya. Pencarian esensi, tema esensial atau hubungan-hubungan
esensialdalam fenomena apa adanya akan melibatkan eksplorasi fenomena dengan
menggunakanproses imaginasi secara bebas guna untuk menangkap makna yang
sesungguhnya dari apayang diteliti.
4. Intensionalitas. Fenomenologi menggunakan dua konsep neosis dan noema
untukmengungkapkan intensionalitas. Intensionalitas mengacu sebagai korelasi antara noema
danneosis yang mengarahkan interpretasi terhadap pengalaman. Neoma adalah
pernyataanobyektif dari perilaku atau pengalama sebagai realitas, sedangkan neosis adalah
refleksisubyektif (kesadaran) dari pernyataan yang obyektif tersebut. Dalam pandangan ini

9
bahwa realitas itu apa adanya, tidak ada ide apapun mengenai realitas. Interrelasi antara
kesadarandengan realitas itulah yang dissebut intensionalitas (Sudarsyah, 2013)
5. KeterarahanKeterarahan maksudnya bahwa apa yang kita teliti haruslah yang
kita kenal melaluikesadaran kita. kalau objek penelitian kita terkait dengan
pengalaman orang lain, makapartisipan dalam penelitian harus memiliki
pengalaman tersebut dan juga bersedia untukmembagikan pengalaman itu.
Peneliti tidak akan mendapatkan informasi yang akurat daripartisipasi yang tidak
memiliki pengalaman tentang objek yang hendak diteliti. Karena itu,terkait
dengan pemilihan partisipasi mereka harus memiliki pengalaman dan informasi
yangkaya tentang objek penelitian yang hendak diteliti
6. Keunikan ManusiaMetode fenomenologi memusatkaan perhatiannya pengalaman
partisipasipan, setiapmanusia memiliki pengalaman yang unik dan berbeda-beda. Manusia
memberi arti padadunianya atas caranya sendiri, memahami manusia berarti mengerti
pengalamannya secaralangsung. Metode fenomenologi berusaha untuk memahami seperti apa
pengalaman yangdihidupi,
bukan sekedar reaksi orang atas pengalaman tersebut.Metode fenomologididasarkan juga
pada suatu keyakinan bahwa setiap manusia adalah penentuan diri, masin g-masing orang
menafsirkan dunianya atas cara yang khusus 

D. Langkah-langkah Penelitian Fenomenologi


Desain penelitian fenomenologi, sama seperti halnya penelitian kualitatif yang lain,
yangmana tidak sekaku peniliaian kuantitatif. Dalam artian penelitian fenomenologi lebih fleksibel
danmungkin juga dapat berubah pada waktu dilapangan, apabila ditemukan hal-hal baru dan
prinsipiel.

 
 Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penelitian fenomonologi, yait
u sebagai berikut :
1. Intuiting. Peneliti secara total memahami fenomena yang diteliti. Peneliti
menggalifenomena yang ingin diketahui dari informan menganai
pengalamannya bekerja. Dalam halini peneliti menghindari kritik, evaluasi atau
opini tentang hal-hal yang disampaikan olehpartisipan dan menekankan pada
fenomena yang diteliti, sehingga mendapatkan gambaranyang sebenarnya. Pada
langkah intuiting ini peneliti sebagai instrument dalam proseswawancara.
2. Analyzing. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi arti dari fenomena yang
telah digali danmengekplorasi hubungan serta keterkaitan antara data dengan
fenomena yang ada, data yangpenting dianalisis secara seksama. Dengan
demikian peneliti mendapatkan data yangdiperlukan untuk memastikan suatu
kemurnian dan gambaran yang kuat.
3. Phenomenological Describing. Peneliti mengkomunikasikan dan memberikan
gambarantertulis dari elemen kritikal yang didasarkan pada pengklasifikasian
dan pengelompokanfenomena. Tujuan tahap ini adalah mengkomunikasikan arti
dan makna pengalama

Langkah-Langkah Penelitian Dengan Menggunakan Fenomenologi Husserl

10
Gambaran secara mendetail tentang elemen-elemen fenomenologi, gambaran
tersebut belummerupakan langkah-langkah terstuktur yang mudah diikuti oleh seperti
pemula. Langkah-langkahtersebut meliputi :
1. Menentukan fenomena yang diingin diteliti dan peran peneliti dalam penelitian
tersebut.Menentukan fenomena yang menjadi fokus penelitian memerlukan
beberapa pertimbangan,antara lain keefektifan fenomenologi Husserl untuk
menghasilkan pemahaman yang lebihbaik tentang fenomena.
2. Pengumpulan data adalah proses pengumpulan data meliputi proses pemilihan
partisipasiatau sampel dan metode pengumpulan data. Pada umumnya,
fenomenologi menggunakanteknik purposeful sampling. Dimana setiap orang
yang mempunyai pengalaman tentangfenomena yang sedang diteliti berhak
untuk menjadi partisipasipan.
3. Perlakuan dan analisis data merupakan analisis data didahului dengan proses
transkiripsihasil wawancara secara verbatim atau apa adanya. Setia transkip
diberi identitas, diperiksakeakuratnya, dan dianalisis. Terdapat bermacam-
macam prosedur analisi yang dianggapcocok dan sesuai seperti metode yang
meliputi membaca traskip berulang-ulang untuk dapat menyatu dengan data,
mengekstrak pertanyaan-pertanyaan spesifik, memformulasi maknadari
pernyataan spesifik, dan memvalidasi deskripsi lengkap dengan cara
memberikandeskripsi kepada partisipan.
4. Studi literatur adalah proses analisis data selesai maka peneliti melakukan studi
literatursecara mendalam untuk mengetahui hubungan dan posisi hasil penelitian
terhadap hasil-hasilpenelitian yang telah ada
5. Mempertahankan kebenaran hasil penelitian seperti halnya penelitian kuantitatif,
penelitianini juga menurut adanya validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian
kualitatif pada umumnyavalidatas dan rehalibitas dikenal sebagai credibility,
auditability, and fittingness.
6. Pertimbangan etik yang harus diperhatikan meliputi pemberian informsi tentang
sifatpenelitian, keikutsertaan yang bersifat sukarela, ijin untuk merekam
interview, kearahasiaanidentitas partisiapasipan baik pada rekaman, transkip,
maupun pada deskripsi lengkap

Kelebihan dan Kelemahan FenomenologiKelebihan Fenemonologi

Adapun kelebihan fenemenologi dalam melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut :


1. Fenomenologi akan mampu menjelaskan sesuatu dari realitas subyektif
2. Sebagai metode penelitian sosial yang pada awalnya telah didasari teori
kefilsafatan yangdikembangkan oleh Hegel, Husserl, Scheller, Schutz, dan
Berger.
3. Fenomenologi digunakan sebagai alat analisis terhadap fenomena sosial.
4. Fenomenologi dan realisme metaphisik mengakui adanya kebenaran empirik
etik yangmemerlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan serta
berargumentasi. Akal budidisini mengandung makna bahwa kita perlu
menggunakan kriteria lebih tinggi lagi darisekedar truth or false.
5. Fenomenologi pada aplikasinya bahwa peneliti dalam berilmu pengetahuan
tidak dapat lepasdari pandangan moralnya, baik taraf mengamati,
menghimpun data, menganlisis data,ataupun dalam membuat kesimpulan.

11
6. Fenomenologi bukan hanya menampilkan teori dan konseptualisasi yang
sekedar berisi
anjuran atau imperatif, melainkan mengangkat “makna etika” dalam berteori
dan berkonsep.
7. Fenomenologi mampu mengkaji makna dan proses pada setiap fenomena
sebagai realitassubjektif.
8. Fenomenologi menghendaki adanya sejumlah interpretasi dari individu
sebagai subjekpenelitian, dan selanjutnya menghendaki interpretasi terhadap
interpretasi-interpretasi ituoleh peneliti sampai bisa masuk ke dalam dunia
makna dan dunia konseptual subjekpenelitian.

Kelemahan Fenemonologi

Adapun kelemahan-kelamahan teori fenomenologi, yaitu sebagai berikut :


1. Husserl mengatakan bahwa fenomenologi menjauhkan diri dari perhatian
pada strukturbahasa yang akrab didalam filsafat analisis Anglo-Saxon.
2. Didalam fenomenologi, realitas hanya berupa penampilan dan pengalaman
hanya dapatmemahami realitas melalui indra-indra.
3. Masih ada beberapa aspek problematik tentang aksi yang dianggap sebagai
perilakubermakna subjektif ayng perlu penyempurnaan
4. Metodologis Scheler “pembelaan ketidak berpihakan” dianggap tidak jelas
dalam penelitianfenomenologi.
5. Pengetahuannya untuk mengkaji dunia makna dirancang sebagai suatu
instrumen elitpenguasa yang bersifat manipulasi, padahal dunia makna tidak
bisa dimanipulasi

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fenomenologi dalam pelaksanaannya berusaha untuk mengungkapkan,
mempelajari serta memahami suatu fenomena yang sesuai konteksnya
yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tatanan
“keyakinan” individu yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam
memahami dam mempelajari harus didasari oleh sudut pandang,
paradigma dan keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan
sebagai subjek yang mengalami fenomena tersebut secara langsung (first
hand experience). Dapat dikatakan pula, penelitian fenomenologi berusaha
untuk mengungkapkan dan menjabarkan makna secara psikologis dari
suatu pengalaman hidup individu terhadap suatu fenomena melalui
penelitian yang mendalam dengan cara wawancara dan observasi dalam
hal pengalaman kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti

B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga
bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi
banyak orang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H. S. (2016).Fenomenologi agama: pendekatan fenomenologi


untuk memahami agama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan,20(2), 271-304.

Asih, I. D. (2009). Fenomenologi Husserl: Sebuah cara “kembali ke


fenomena”.Jurnal Keperawatan Indonesia,9(2).

Auliyah, R. (2014).Studi Fenomenologi Peranan Manajemen Masjid At-Taqwa


dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bangkalan.Kompetensi
(Competence: Journal of ManagementStudies),8 (1).

Endraswara, S,. (2009).Metodologi Penelitian Foklor.DeepublishFandi, M. A,.


(2011).

Fandy, M,. (2011).Teori-Teori Dalam Sosiologi Hukum.Deepublish

Farid, M, &, Adib, M,. (2018).Fenomenologi: Dalam Penelitian Ilmu


Sosial.Deepublish

Haleluddin. (2018).Mengenal Lebih Dekat Dengan Pendekatan Fenomenologi :


Sebuah PenelitianKualitatif.

14

Anda mungkin juga menyukai