Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH METODELOGI PENELITIAN KUALITATIF

“Action Research”
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian
Kualitatif

Dosen Pengampu:
Nasichah, M. A.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Nur Shofiah Hasan 11190520000043
Nurlaila Octavia 11190520000055
Shofwah Rusydah Daroin 11190520000070

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga pemakalah dapat menyusun makalah yang bertemakan “Action Research”
dengan baik.
Tidak lupa juga pemakalah ucapkan terimakasih kepada bapak Nasichah, M. A.
selaku dosen mata kuliah Metodelogi Penelitian Kualitatif serta semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Karena tanpa adanya bantuan, dorongan,
serta bimbingan dari kalian semua mungkin kendala yang pemakalah hadapi tidak dapat
pemakalah atasi dengan baik.
Pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan tugas atau materi makalah ini
tidak sedikit hambatannya dan masih banyak sekali kekurangan didalamnya. Baik dari
segi isi, penulisan, maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini selanjutnya, akan pemakalah
terima dengan senang hati. Demikian makalah ini pemakalah susun, semoga dapat
menjadi acuan pembelajaran bagi kita semua. Aamiin...

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang, 20 September 2021

Pemakalah

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode didalam penelitian sangatlah dibutuhkan untuk pengembangan hasil
penelitian yang memuaskan dan dapat menjadi bahan acuan dan pembelajaran bagi
orang lain juga. Didalam penyusunan naskah penelitian kita tidak hanya perlu tau
teorinya saja, namun perlu tau bagaimana penulisannya, sasarannya,
pengembangannya, dan banyak hal yang lainnya juga.
Didalam metode penelitian juga terdapat yang kualitatif dan kuantitatif, dan
kita juga mempelajari banyak hal didalamnya, tidak hanya seputar metode saja,
namun teori yang dikembangkan pun juga ada. Seperti halnya action research ini,
yang menggambarkan tentang penelitian tindakan atau kaji tindak yang
memecahkan masalah atau menemukan solusi dari setiap permasalahan. Penelitian
Tindakan juga meneliti tentang masalah yang terjadi di khalayak sasaran. Action
Research memang telah dikenal lama didalam lingkup penelitian. Model action
research adalah model penelitian yang menggunakan metode berpraktik dan
berteori, atau menggabungkan antara teori sekaligus juga melakukan praktek.
Action research digunakan dalam situasi nyata untuk berfokus pada pemecahan
masalah-masalah yang nyata.
Materi ini salah satu agar kita dapat menyusun naskah saat kita skripsian
nanti. Ini akan membantu serta menolong kita saat penyusunan nanti. Dengan salah
satu metode ini kita bisa mengembangkan tujuan, objek, serta materi yang akan
dipakai nantinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Action Research?
2. Apa Saja Proses Didalam Action Research?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip dari Action Research?
4. Bagaimana Penggunaan dari Action Research?
5. Apa Saja Jenis-Jenis dari Action Research?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Action Research


Ada berbagai nama yang dikenal dengan action research, seperti
partisipatory action research, collaborative inquiry, emansipatory research, dan
juga contextural action research. Semua istilah ini adalah nama lain atau sejenis
dengan action research. Dalam Bahasa Indonesia, terjemahan action research
adalah “penelitian Tindakan”, tapi ada juga yang menyebutnya dengan “kaji
tindak”.1
Pertama kali penelitian Tindakan dikenalkan oleh psikologis Pendidikan dan
seorang pendidik bernama Kurt Lewin. Lewin mengenalkan istilah action research
untuk menggambarkan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari penyelidikan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.2
Penelitian Tindakan atau Action Research adalah proses investigasi sistematis
yang memungkinkan orang menemukan solusi efektif untuk masalah nyata yang
dihadapi di kehidupan sehari-hari.3 Penelitian Tindakan juga meneliti tentang
masalah yang terjadi di khalayak sasaran. Pihak-pihak yang terlibat didalam
penelitian Tindakan ini dapat mendukung satu sama lain. Penelitian ini melibatkan
peneliti secara langsung dalam kegiatan penelitiannya.4
Action Research memang telah dikenal lama didalam lingkup penelitian.
Model action research adalah model penelitian yang menggunakan metode
berpraktik dan berteori, atau menggabungkan antara teori sekaligus juga melakukan
praktek. O’Brien menjelaskan perbedaan antara jenis penelitian ini dengan para
praktik professional, konsultan dan juga pemecah masalah sehari-hari. Perbedaan
utamanya terletak di penekanan pada penelitian atau kajian ilmiah. Peneliti action
research secara sistematis menyelidiki pertanyaan dan memastikan bahwa

1 Hasan, Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4, No. 8, Oktober 2009, h. 178
2 Ilham Akbar, Kajian Teoritis dari Aspek Manfaat Penggunanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi

Tenaga Pendidik Serta Tantangan Seputar Penelitian Tindakan, Jurnal Linier, Vol. 2, No. 4, Oktober 2018
3 Ilham Akbar, Kajian Teoritis dari Aspek Manfaat Penggunanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi

Tenaga Pendidik Serta Tantangan Seputar Penelitian Tindakan, Jurnal Linier, Vol. 2, No. 4, Oktober 2018
4 Arkunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 90

3
intervensi didasari pada penalaran teoritis. Sebagian waktu peneliti action research
digunakan untuk mengeksplorisasi alat metodologi yang cocok untuk
permasalahannya. Sedangkan para praktik professional, konsultan atau pemecah
masalah sehari-hari tidak mengikuti aturan penelitian atau pembelajaran ilmiah.5

B. Proses Action Research


Suwarsih mengemukakan ada 4 langkah yang harus dilakukan dalam proses
penelitian Tindakan, yaitu:6
1. Rencana
Kegiatan dalam penyusunan rencana diawali dengan perumusan masalah
yang sedang dihadapi sehari-hari. Kemudian dilanjut dengan mengidentifikasi
kasus yang akan di tindak (action) dan menetapkan Tindakan yang diambil
dalam pemecahan masalah yang telah dikemukakan.
Rencana Tindakan yang nantinya akan dilaksanakan hendaknya bersifat
fleksibel agar dapat disesuaikan karena perubahan atau pengaruh tak terduga
nantinya. Didalam proses perencanaan para praktisi hendaknya bekerja sama
dalam suatu diskusi untuk menyatukan tujuan yang akan mengacu untuk
menganalisis dan meningkatkan pemahaman serta Tindakan yang akan diambil
nantinya.
2. Tindakan
Tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya hendaknya dirancang
dengan matang sehingga menjadikan peneliti bertindak lebih efektif. Tindakan
ini dapat membantu para praktisi untuk mengatasi masalah yang terjadi dan
memberi wewenang untuk mengambil Tindakan yang tepat dan berhasil.
3. Observasi
Menurut Surwasih fungsi observasi adalah mendokumentasikan pengaruh
Tindakan. Observasi juga harus direncanakan agar memiliki dasar
dokumentasi.

5 Hasan, Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4, No. 8, Oktober 2009, h. 178-179
6 Mansurdin dan Yurnetti. Penelitian Tindakan (Action Research) dan Aplikasinya di Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan (LPTK), (Padang, Juli 1999), h. 8-10

4
Observasi bersifat responsif, terbuka pandangan dan juga pikirannya.
Hasil dari observasi ini bisa langsung digunakan untuk melakukan suatu
analisis, perlukah dilakukan Tindakan perbaikan atau perubahan pada siklus
berikut.
4. Refleksi
Menurut Suwarsih, refleksi adalah mengingat dan merencanakan kembali
Tindakan yang telah tercantum didalam observasi. Refleksi mempunyai aspek
evaluatif dan meminta peneliti Tindakan agar menimbang pengalamannya
untuk menilai apa pengaruh dari permasalahan yang timbul memang
diinginkan dan memberikan saran atau solusi tentang cara-cara
meneruskannya.

C. Prinsip-Prinsip Action Research


Menurut Richard Winter dalam buku Rory O’Brien (1998) yang terdapat
enam ringkasan komprehensif didalam prinsip-prinsip utama Action Research yang
tak lain ialah diantaranya:7
1. Kritis-Reflektif (Reflexive critique)
Didalam prinsip reflektif-kritis gunanya untuk memastikan seseorang
dalam berpikir secara lebih dalam di berbagai isu dan proses, serta dapat
menjelaskan berbagai interpretasi, bias, asumsi, dan juga hubungan yang
justifikasinya dirancang. Maka dengan cara inilah catatan-catatan praktis
dapat meningkatkan pertimbangan yang teoritis juga.
2. Kritis-Dialogis (Dialectical critique)
Fenomena telah dikonsepkan secara dialogis, dimana kritik-dialogis
sangat diperlukan dalam memahami sekumpulan hubungan yang diantara
fenomena dan konteks, serta diantara elemen-elemen yang terbentuk dari
fenomena tersebut. Elemen kunci tersebut untuk memfokuskan perhatian
pada fenomena yang ia merupakan bagian dari bentukan yang tidak stabil,
atau yang bertentangan satu sama lain. Karena perubahan sangat mudah
dilakukan disaat ada kesadaran yang perlu perubahan bersama-sama. Hal ini

7Hasan, Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No. 8, 2009, Hal. 181-182

5
memang sulit dilakukan pada saat elemen-elemen yang ada malah cenderung
pada status quo.
3. Kolaborasi Sumber Daya (Collaborative Resource)
Partisipan dalam proyek action research sendiri ialah para anggota
peneliti. Prinsip kolaborasi sumber dayaa ini menganggap bahwa tiap ide
individu yang ada merupakan sumber daya yang sangat signifikan didalam
pembuatan kelompok pemaknaan analisis, yang telah dinegosiasi diantara
para partisipan yang ada. Hal ini mencegah dominasi pencetus/pemegang ide
di awal, dan sangat memungkinkan adanya pengumpulan informasi yang
sangat dalam baik di satu sudut pandang ataupun berbagai sudut pandang
yang berbeda.
4. Resiko
Proses dalam perubahan sangat berpotensi untuk merubah cara-cara
dalam melakukan sesuatu yang sebelumnya dilakukan. Hal ini menimbulkan
ketidaknyamanan psikologis diantaranya para pelaksana/pihak yang terkait.
Salah satu ketaakutan yang utama ialah datang dari resiko yang adanya
pembatasan ego yang ditimbulkan dari hasil diskusi terbuka terhadap
interpretasi, ide, serta penilaian dari seseorang. Inisiator penelitian tindakan
akan menggunakan hal ini untuk mengatasi berbagai hal ketakutan dan
mengundang partisipasi dengan menekankan bahwa mereka juga akan
diikutsertakan sebagai pelaku dalam proses yang sama dan apapun hasil yang
akan didapat nantinya, akan menjadi pembelajaran dalam proses ini.
5. Struktur yang Plural (Plural Structure)
Hal alami dalam penelitian adalah pembentukan dengan berbagai macam
pandangan, komentar, kritik, yang mengarah pada berbagai hal interpretasi
dan juga tindakan. Penyelidikan struktur plural ini memerlukan teks yang
plural juga dalam pelaporannya. Hal ini ada beberapa catatan yang dibuat
dengan jelas terhadap komentar kontradiksi yang rentang pilihannya untuk
pelaksanaan dalam tindakan. Karena itu, laporan lebih digunakan sebagai
pendukung didalam pembahasan yang berkelanjutan diantara para
kolaborator sebagai sebuah kesimpulan final di suatu fakta.
6. Teori, Praktik, Perubahan (Theory, Practice, Transformation)

6
Bagi peneliti action research, teori memberikan informasi dalam praktik,
dan praktik juga menghasilkan pengembangan teori dan keduanya
berkelanjutan. Didalam beberapa rancangan, tindakan seseorang dapat
didasarkan atas asumsi, teori, dan hipotesis yang dianut, serta setiap hasil
yang diamati kemuadian akan membentuk pengembangan teoritis. Keduanya
merupakan aspek yang saling terkait dalam proses perubahan. Proses ini
bergantung dari para peneliti dalam membuat justifikasi teoritis pada
tindakan-tindakan yang diambil dan mengembangkan dasar justifikasi
tersebut. Terapan praktik berikutnya digunakan untuk menganalisis
selanjutnya dalam siklus perubahan yang secara berkelanjutan diganti dengan
penekanan pada teori dan praktik sekaligus.

D. Penggunaan Action Research


Dikutip dari Jurnal Ekonomi dan Bisnis oleh Hasan (2009). Action research
digunakan dalam situasi nyata untuk berfokus pada pemecahan masalah-masalah
yang nyata. Hal ini dapat juga digunakan oleh ilmuwan sosial untuk penelitian awal,
khususnya dalam merancang pertanyaan penelitian yang tepat. Sesuai dengan
prinsip-prinsipnya, sering kali metode ini dipilih ketika kondisi yang dihadapi
membutuhkan fleksibilitas, keterlibatan orang terkait dalam penelitian, atau
perubahan harus dilakukan dengan cepat dan menyeluruh.8
Action research ini juga dapat digunakan oleh para praktisi yang ingin
meningkatkan pemahamannya terkait praktik yang dilakukan, ataupun aktivis
perubahan sosial yang melaksanakan sosialisasi tindakan atau program, dan
akademisi yang diminta oleh pengambil keputusan karena adanya suatu masalah
yang perlu action research, namun kurang menguasai pengetahuan metodologis
terkait dengan masalah tersebut. Dengan kata lain, action research digunakan untuk
menyelesaikan masalah praktis yang dijumpai dalam organisasi atau komunitas
dengan mengikut sertakan para pihak terkait dengan menggunakan pendekatan
ilmiah untuk mencapai perbaikan dan perubahan yang diinginkan.9

8 Hasan, Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No. 8, 2009, Hal. 182.
9 Hasan, Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat,

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No. 8, 2009, Hal. 182.

7
E. Jenis-Jenis Action Research
O’Brien (1983) dalam jurnal ekonomi bisnis oleh Hasan (2009) membagi
jenis action research menjadi empat aliran besar yang dikenal pada pertengahan
tahun 1979-an. Ke-empat aliran ini antara lain:10
1. Traditional action research
Pada aliran ini cenderung konservatif, biasanya mempertahankan status
quo pada struktur kekuatan dan kekuasaan organisasi. Metode ini diambil dari
yang biasa digunakan oleh Kurt Lewin yaitu “bapak” action research dalam
organisasi yang sering digunakan dalam hal pengembangan Organisasi,
Kualitas Kehidupan Kerja, dan Sistem Sosial-Teknik seperti sistem informasi
dan demokrasi organisasi.
2. Contextural Action Research (Action Learning)
Aliran ini disebut Contextural karena mencoba menyusun kembali
hubungan struktural diantara para pelaku dalam suatu lingkungan sosial;
melibatkan semua pihak dan stakeholders yang terkait (domain based); tiap
partisipan memahami kerja keseluruhannya (holographic); dan menekankan
bahwa partisipan bertindak sebagai perancang proyek dan anggota peneliti.
3. Radical Action Research
Fokus aliran ini adalah emansipasi (pembebasan) dan mengatasi
ketidakseimbangan kekuasaan. Aliran ini berakal dari dialektikal-
materialisme marxis yang cenderung radikal dan revolusioner. Partisipatory
Action Research tergolong dalam jenis ini.
4. Educational Action Research
Aliran ini ditulis oleh John Dewey, seorang filusuf pendidikan besar
Amerika pada tahun 1920-1930-an. John percaya bahwa seorang pendidik
harus terlibat dalam pemecahan masalah komunitasnya. Pada praktiknya,
biasanya fokus pada pengembangan kurikulum, pengembangan profesional,
dan menerapkan pembelajaran dalam konteks sosial. Aliran ini sering
digunakan dalam proyek kerja penelitian tindakan perguruan tinggi, dengan

10
Hasan, Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No. 8, 2009, Hal. 183-184.

8
guru-guru dan siswa sekolah dasar dan menengah pada program-program
pengembangan komunitas (sekolah).
Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis oleh Hasan (2009), dikutip dalam sumber
referensi lain disebutkan beberapa jenis action research dengan cirinya antara
lain:11
1. Traditional Action Research yaitu, penyelesaian masalah secara kolaboratif
antara peneliti dan yang diteliti.
2. Participatory Action Research yaitu, partisipasi dalam sebuah komunitas
untuk mengubah sebagian dari situasi atau struktur sosialnya.
3. Action Learning yaitu, pendekatan pembelajaran (learning) untuk mengatasi
sebuah masalah dalam organisasi, memfokuskan diri pada proses belajar
tanpa harus benar-benar ‘riset’.
4. Action Science yaitu, sama seperti action learning, tetapi fokus pada
‘theories-in-use’ dalam setiap individu di suatu organisasi.
5. Development Action Inquiry yaitu, pengembangan dari action science,
penggunaan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, menekankan pada
pengembangan individu agar dapat secara kolaboratif menyelesaikan masalah
bersama.
6. Cooperative Inquiry, dikenal juga sebagai ‘research with people’ dan bukan
‘research on people’. Semua orang adalah peneliti dan penekanannya adalah
pada kerjasama meneliti.
7. Clinical Inquiry. Jenis aliran ini khusus untuk konseling, pekerja sosial,
konsultan pengembangan organisasi, yang ‘masuk’ ke dalam situasi dan
kondisi organisasi yang ditelitinya.

11Hasan, Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4 No. 8, 2009, Hal. 184.

9
KESIMPULAN

Dalam Bahasa Indonesia, terjemahan action research adalah “penelitian


Tindakan”, tapi ada juga yang menyebutnya dengan “kaji tindak”. Penelitian Tindakan
atau Action Research adalah proses investigasi sistematis yang memungkinkan orang
menemukan solusi efektif untuk masalah nyata yang dihadapi di kehidupan sehari-hari.
Peneliti action research secara sistematis menyelidiki pertanyaan dan memastikan bahwa
intervensi didasari pada penalaran teoritis. Sebagian waktu peneliti action research
digunakan untuk mengeksplorisasi alat metodologi yang cocok untuk permasalahannya.
Suwarsih mengemukakan ada 4 langkah yang harus dilakukan dalam proses
penelitian Tindakan, yaitu: rencana, tindakan, observasi, dan juga refleksi.
Menurut Richard Winter dalam buku Rory O’Brien (1998) yang terdapat enam
ringkasan komprehensif didalam prinsip-prinsip utama Action Research yang tak lain
ialah diantaranya: Kritis-Reflektif (Reflexive critique), Kritis-Dialogis (Dialectical
critique), Kolaborasi Sumber Daya (Collaborative Resource), Resiko, Struktur yang
Plural (Plural Structure), Teori, Praktik, Perubahan (Theory, Practice, Transformation).
Action research digunakan dalam situasi nyata untuk berfokus pada pemecahan
masalah-masalah yang nyata. Hal ini dapat juga digunakan oleh ilmuwan sosial untuk
penelitian awal, khususnya dalam merancang pertanyaan penelitian yang tepat. Action
research digunakan untuk menyelesaikan masalah praktis yang dijumpai dalam
organisasi atau komunitas dengan mengikut sertakan para pihak terkait dengan
menggunakan pendekatan ilmiah untuk mencapai perbaikan dan perubahan yang
diinginkan.
O’Brien (1983) dalam jurnal ekonomi bisnis oleh Hasan (2009) membagi jenis
action research menjadi empat aliran besar yang dikenal pada pertengahan tahun 1979-
an. Ke-empat aliran ini antara lain: Traditional action research, Contextural Action
Research (Action Learning), Radical Action Research, Educational Action Research.
Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis oleh Hasan (2009), dikutip dalam sumber referensi
lain disebutkan beberapa jenis action research dengan cirinya antara lain: Traditional
Action Research, Participatory Action Research, Action Learning, Action Science,
Development Action Inquiry, Cooperative Inquiry, Clinical Inquiry.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hasan. 2009. Action Research: Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi


Permasalahan Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 4 No. 8.
Akbar, Ilham. 2018. Kajian Teoritis dari Aspek Manfaat Penggunanaan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Bagi Tenaga Pendidik Serta Tantangan Seputar Penelitian
Tindakan. Jurnal Linier. Vol. 2, No. 4. Oktober.
Arkunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Mansurdin dan Yurnetti. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research) dan Aplikasinya
di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Padang. Juli.

11

Anda mungkin juga menyukai