Anda di halaman 1dari 18

PENELITIAN TINDAKAN

(ACTION RESEARCH)

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Metodologi Penelitian
dengan dosen pengampu

oleh:
Kelompok
Fakhri Farid Azhar NIM 1806738
Paulina Karunia Kaban NIM 1800578
Sarah Dwi Lestari NIM 1804223

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan karunia dan hidayah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penelitian
Tindakan (Action Research) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah yang kami buat adalah unuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Metodologi Penelitian yang diampu
oleh Dr. Tjutju Soendari, M.Pd dan Dr. Nia Sutisna, M.Si. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Penelitian
Tindakan bagi para pembaca dan hadirin pada saat presentasi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, perihal makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 16 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1.Latar Belakang...................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3.Tujuan Penulisan................................................................................................4
1.4.Manfaat Penulisan..............................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1.Konsep Dasar Penelitian Tindakan....................................................................5
2.2.Batasan dan ciri penelitian tindakan..................................................................5
2.3.Jenis Penelitian Tindakan...................................................................................6
2.4.Masalah dan rumusan masalah..........................................................................8
2.5.Teori dalam Penelitian Tindakan.....................................................................10
2.6.Metode dan rancangan tindakan......................................................................10
2.7.Teknik Analisis Data........................................................................................12
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1.Kesimpulan......................................................................................................16
3.2.Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian tindakan merupakan penelitian praktis yang didasarkan dan
dibuktikan dalam proses penelitian. Penelitian tindakan adalah kajian terhadap
situasi sosial sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas organisasi dan
kinerjanya.
Oleh sebab itu, dalam sebuah penelitian banyak sekali cara bagaimana untuk
melakukan sebuah penelitian, dan salah-satunya adalah penelitian tindakan.
Seperti menurut Carr& Kemmis (1986), penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan
praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka
dan terhadap situasi tempat praktik-praktik tersebut dilakukan.
Pada prosesnya Teknik penelitian ini lebih ke sejenis eksperimen dalam situasi
kehidupan yang nyata. Yang dieksperimenkan atau dicobakan adalah rencana
tindakan atau hipotesis tindakan. Masalah kemudian dijadikan hipotesis dan
dirancang untuk diuji dalam penelitian tindakan. Hipotesis itu perlu dirumuskan
agar peneliti memiliki landasan teoritis yang kuat dalam merumuskan hipotesis
tindakan. Dengan demikian, hipotesis tindakan yang akan diuji tidak sekadar
coba-coba.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan?


b. Apa saja jenis-jenis penelitian tindakan?
c. Bagaimana cara menetapkan masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian tindakan?
d. Bagaimana penggunaan teori dalam penelitian tindakan?
e. Bagaimana metode dan rancangan penelitian tindakan?
f. Bagaimana teknik analisis data dalam penelitian tindakan?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.
b. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan akan penelitian
tindakan
c. Sebagai salah satu bacaan yang dijadikan referensi dalam melakukan
penelitian
1.4 Manfaat Penulisan
a. Sebagai bahan referensi dalam meningkatkan pemahaman penelitian
tindakan secara komprehensif

4
b. Untuk menjadi bahan ajar dalam mata kuliah metodologi penelitian
dengan materi yang bersangkutan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penelitian Tindakan


Menurut Carr& Kemmis (1986), penelitian tindakan adalah suatu
bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-
pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman
mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat
praktik-praktik tersebut dilakukan. Kurt Lewin (Smith, 2007) yang diakui
sebagai pencipta “penelitian tindakan” menggambarkan penelitian
tindakan mencakup penemuan fakta, perencanaan, pengambilan tindakan,
evaluasi, dan perbaikan rencana.
Penelitian tindakan merupakan penelitian praktis yang didasarkan
dan dibuktikan dalam proses penelitian. Penelitian tindakan adalah kajian
terhadap situasi sosial sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas
organisasi dan kinerjanya. Penelitian tindakan bukan merupakan
penelitian kepustakaan yang mempelajari topik yang menarik. Bukan juga
penelitian untuk memecahkan masalah, tetapi penelitian untuk
menemukan pengetahuan tentang bagaimana melakukan perbaikan.
Penelitian tindakan bukan merupakan penelitian kepustakaan yang
mempelajari topik yang menarik, tetapi penelitian untuk menemukan
pengetahuan tentang bagaimana melakukan perbaikan. Penelitian tindakan
bukan penelitian untuk mempelajari mengapa kita mengerjakan sesuatu,
tetapi lebih pada bagaimana mengerjakan sesuatu lebih baik.

2.2 Batasan dan Ciri Penelitian Tindakan


Ada banyak aspek dalam penelitian tindakan yang mencirikan
keunikannya, menurut Johnson, 2008; Mertler & Charles, 2011; Mills,
2011; Schmuck,1997, ciri-ciri penelitian tindakan diantaranya adalah:
 Penelitian tindakan adalah sebuah proses yang melibatkan kerja sama para
pendidik untuk meningkatkan praktik proses belajar mengajar mereka
sendiri
 Penelitian tindakan berciri persuasif dan otoritatif
 Penelitian tindakan berciri kolaboratif; artinya, penelitian tindakan terdiri
atas para pendidik yang saling bercakap-cakap dan bekerja sama dalam
memberdayakan hubungan
 Penelitian tindakan mengembangkan refleksi kritis
 Penelitian tindakan merupakan sebuah pendekatan yang terencana dan
sistematis

6
 Penelitian tindakan merupakan sebuah proses yang bersiklus perencanaan,
pengambilan tindakan, observasi, dan refleksi
 Penelitian tindakan tidak bersifat kesimpulan pasti; hasil penelitian
tindakan tidak benar ataupun salah, namun lebih berupa solusi yang
didasarkan atas observasi yang membutuhkan pengawasan dan evaluasi
agar bisa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

2.3 Jenis Penelitian Tindakan


Jenis penelitian tindakan ditinjau dari tiga sudut pandang,
penelitian tindakan ditinjau dari perspektif jangkauan objek atau luas
kawasannya, penelitian tindakan dari jenis pelaksanaannya, dan penelitian
tindakan berdasarkan pengumpulan data. Berikut penjelasan ketiga jenis
penelitian tindakan ini:
a. Penelitian Tindakan Berdasarkan Luas Kawasan
Dilihat dari luas kawasannya, penelitian tindakan dapat dibagi ke
dalam empat jenis, yakni:
1. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru secara individu atau
disebut dengan individual teacher research
Penelitian guru secara individu atau yang lebih dikenal dengan
penelitian tindakan kelas biasanya terfokus pada isu tunggal yang dapat
diperoleh di dalam kelas. Isu yang dimaksud mancakup masalah
manajemen kelas, strategi pembelajaran, pengembangan bahan ajar, media
pembelajaran yang dugunakan, dan masalah yang berhubungan dengan
sistem evaluasi pembelajaran..Misalnya, seorang guru mengamati motivasi
belajar siswa sangat rendah walaupun telah menerapkan metode
kooperatif. Guru ini mengamati keadaan siswa dan menemukan bahwa
hampir semua siswa dalam kelas tersebut sangat antusias mendengarkan
musik pada jam-jam istirahat. Guru ini kemudian berpikir untuk
mengintegrasikan musik dalam pembelajaran dan melakukan penelitian
tindakan. Guru sebagai peneliti dapat melaksanakan dengan mudah seperti
mengumpulkan data dan melibatkan partisipasi siswa. Namun yang
menjadi kelemahan dari penelitian individu, bahwa hal itu tidak dapat
digunakan bersama dengan orang lain kecuali guru memilih untuk
mempresentasikan temuannya pada pertemuan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP).
2. Penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative action research
Penelitian tindakan kolaboratif dapat mencakup sedikitnya dua
orang guru atau kelompok guru dan orang lain yang tertarik dalam
menangani masalah yang terjadi dalam ruang kelas. Penelitian tindakan
yang bersifat kolaboratif tidak hanya dilakukan oleh beberapa orang guru
dari sekolah yang berbeda. Penelitian tindakan kolaboratif juga dapat
dilakukan oleh guru senior dan junior, pengawas sekolah dan kepala

7
sekolah, anatara praktisi pendidikan dan guru, bahkanantara stakeholder
dan guru atau kepala sekolah.
3. Penelitian tindakan sekolah atau school-wide action research
Penelitian tindakan sekolah terfokus pada isu umum untuk semua
tingkat dan rombongan belajar. Sebagai contoh, sekolah mungkin
memiliki kepedulian tentang kurangnya keterlibatan orangtua dalam
kegiatan, dan sedang mencari cara untuk menjangkau lebuh banyak
orangtua untuk dalam kegiatan, dan sedang mencari cara untuk
menjangkau lebih banyak orangtua untuk terlibat secara aktif dalam
memikirkan pengembangan sekolah atau proses pembelajaran yang
berarti. Keterlibatan dan kontribusi setiap individu dalam seluruh
komponen sekolah sangat penting untuk mengkaji sumber masalah dan
secara bersama-sama berupaya untuk mengkaji sumber masalah dan secara
bersama-sama berupaya untuk mengembakan proses dan membuat
komitmen perbaikan satu sama lain. Ketika hambatan itu diatasi, akan ada
rasa memiliki dan kebanggaan atas pencapaian prestasi yang dilakukan
dalam penelitian tindakan sekolah.
4. Penelitian tindakan distrik atau distric-wide action research
Penelitian distrik jauh lebih kompleks dari jenis penelitian
sebelumnya, dan menggunakan lebih banyak sumber daya. Objek
penelitian dapat menjangkau seluruh sekolah yang terdapat distrik atau
beberapa sekolah pada kabupaten. Pengumpulan data dari semua peserta
perlu dibuatkan komitmen, baik menyangkut masalah jenis tugas maupun
batasan waktu yang digunakan untuk pengumpulan data analisis data.
Hasil penelitian ini sangat berguna bagi kemajuan dan perkembangan yang
terdapat pada tingkat distrik dan kabupaten.
b. Penelitian Tindakan Berdasarkan Pelaksanaan
Berdasarkan strategi pelaksanaanya, penelitian tindakan dapat
diklasifikasi ke dalam dua jenis, yaitu: (1) penelitian tindakan praktis atau
practical action research; (2) penelitian tindakan partisipatori atau
participatory action research (Cresswell, 2008). Penelitian tindakan
praktis yang dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan praktik
pendidikan melalui studi sistematik terhadap persoalan yang bersifat lokal.
Adapun penelitian tindakan partisipatori yaitu suatu bentuk penelitian
yang berorientasi pada masalah sosial di masyarakat dengan penekanan
pada penelitian yang berkontribusi pada emansipasi untuk melakukan
perubahan dalam masyarakat.
Penelitian tindakan praktis mencakup proyek penelitian yang
berskala kecil, terfokus pada isu dan persoalan yang bersifat spesifik yang
dilakukan seorang guru secara individu, seperti dalam penelitian tindakan
kelas atau dapat dilakukan secara kolaboratif dalam tim pada suatu sekolah
dan sekolah-sekolah yang berada pada tingkat distrik.

8
Penelitian tindakan partisipatori yaitu penyelidikan terhadap isu
sosial yang melibatkan masyarakat, perusahaan, dan organisasi lainnya di
luar institusi pendidikan. Tujuan penelitian tindakan partisipatori yakni
untuk memperbaiki kualitas organisasi, masyarakat, dan kehidupan suatu
anggota keluarga (Stringer, 2007). Dengan kata lain, jenis penelitian
tindakan partisipatori diarahkan untuk menhkaji isu-isu sosial, ekonomi,
politik, dan status sosial dalam masyarakat.
c. Penelitian Tindakan Berdasarkan Pengumpulan Data
Ditinjau dari segi pengumplan datanya, penelitian tindakan dapat
dibagi ke dalam dua bagian, yaitu penelitian tindakan proaktif (proactive
action research) dan penelitian tindakan responsive (responsive action
research). Penelitian proaktif adalah jenis penelitian yang pengumpulan
dan analis datanya dilakukan sebelum diberikan tindakan. Adapun
penelitian tindakan responsive adalah jenis penelitian yang pengumpulan
data dan analisis dilakukan setelah diberikan tindakan sebelumnya
(Schmuck,1997). Artinya, dalam penelitian tindakan proaktif tindakan
lebih dulu dilakukan, kemudian diikuti dengan pengumpulan data dan
analisis data. Jika penelitian ini dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran, maka guru tersebut memulai penyelidikannya dengan
pemberian tindakan, lalu mengkaji dampak dari tindakan itu. Dalam
tindakan responsive, peneliti mendiagnosis situasi atau melakukan
kebutuhan, kemudian melakukan tindakan.
Walaupun kedua jenis penelitian tindakan proaktif dan responsif
berbeda dalam hal pemebrian tindakan, pengumpulan dan analisis data,
namun sama-sama mengikuti fase-fase sebagai berikut:
 Pendahuluan (initiation): pelaksana penelittian tindakan memulai
kegiatannya dengan merefleksi rencana tindakan yang hendak dilakukan,
atau menyelidiki serta mengkaji tindakan apa yang harus diambil lebih
dahulu sebelum dilakukan tindakan lainnya (Sagor, 2000).
 Pendektesian (detection): pelaksana peneliti tindakan memonitori atau
mengawasi dan menyesuaikan tindakan dari waktu ke waktu. Pendektesian
membutuhkan refleksi yang dilakukan mengiringi tindakan (Sagor, 2000)
 Penilaian atau pengesahan (judgment): pelaksana peniliti tindakan
mengumpulkan data tentang hasil belajar sebagai dampak dari tindakan
yang dilakukan dari bulan ke bulan, semester ke semester, atau dari tahun
ke tahun. Ketika mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa, peneliti
mengkaji dan memberi penilaian sehingga dapat memutuskan kelayakan
hasil yang diperoleh. Dalam Penelitian tindakan kelas (PTK), peneliti
mengukur kepantasan dengan mengumpulkan data tentang respons
subjektif siswa, seperti persepsi, konsep, perasaan, sikap, dan penilaian.

9
2.4 Masalah dan Rumusan Masalah
The first stage in action research is clarifying the problem of
concern (frankkel jack R; Wallen Norman E). Langkah pertama dalam
penelitian tindakan adalah memperjelas apa yang menjadi masalah dalam
penelitian. Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan
yang terjadi, antara teori dengan praktik, antara perencanaan dengan
pelaksanaan, antara aturan dengan pelaksanaan. Sutrisno Hadi (1978)
menyatakan bahwa,”Masalah adalah kejadian yang menimbulkan
pertanyaan kenapa dan kenapa.” Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa masalah merupakan area yang menjadi perhatian
peneliti, kondisi yang ingin diperbaiki, atau suatu kesulitan yang ingin
dieliminasi/dihilangkan. Maka dari itu, penelitian tindakan diharapkan
dapat menemukan masalah yang benar dan tindakan yang benar.
Tindakan yang tepat adalah tindakan yang dapat memperbaiki
situasi kerja menjadi lebih baik. Dengan demimkian, situasi setelah ada
tindakan harus lebih baik dari situasi sebelumnya. Tindakan dikatakan
efektif dan efisien apabila tindakan tersebut dilaksanakan akan
memperbaiki situasi, dan dinyatakan gagal jika hanya membuat situasi
dalamkondisi tetap, atau tidak ada kemajuan.tindakan dinyatakan
berfungsi negatif jika tindakan tersebut membuat kemunduran situasi.
Indikator masalah yang benar adalah penting, faktual, efek ganda,
cara pemecahannya, dan dinyatakan dalam kalimat yang jelas. Masalah
dikatakan penting apabila tidak dipecahkan maka akan sangat
mengganggu proses dan hasil kerja, tetapi apabila masalah tersebut
dipecahkan dengan tindakan tertentu, maka akan dapat meningkatkan
perbaikan proses dan hasil kerja. Masalah yang baik harus faktual, artinya
masalah tersebut harus dibuktikan dalam bentuk data yang valid. Suatu
masalah dinyatakan masalah yang baik apabila bersifat multiple effect,
artinya apabila masalah tersebut dipecahkan akan memberikan beberapa
dampak positif. Masalah yang ditetapkan harus diusahakan ada
pemecahannya. Apabila masalah tidak ditemukan cara pemecahannya,
maka masalah tersebut jangan diangkat sebagai masalah penelitian.
Masalah penelitian pun harus dinyatakan dalam kalimat yang jelas, tidak
menimbulkan berbagai penafsiran bagi orang lain yang membaca.
Terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena
setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan penelitian yang akan
dicarikan jawabannya melalui penelitian. Terdapat beberapa bentuk
rumusan masalah dalam penelitian tindakan, yaitu rumusan masalah
deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
a. Rumusan masalah deskriptif

10
Rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah penelitian yang
menanyakan nilai atau keadaan sebelum ada tindakan, proses selama
tindakan, dan nilai setelah ada tindakan.
Rumusan masalah deskriptif:
1) Seberapa tinggi nilia Bahasa Indonesia Kelas 11 SMK Mudajaya
sebelum diajarkan metode diskusi? (Rumusan masalah sebelum
tindakan)
2) Bagaimanakah langkah-langkah menerapkan metode pembelajaran
diskusi kelompok diKelas 11 SMK Mudajaya? (Rumusan masalah
selaman tindakan dilaksanakan)
3) Bagaimanakah respon munrid kelas 11 SMK Mudajayaselama
diajarkan metode diskusi kelompok? (rumusan masalah selama
tindakan dilaksanakan)
4) Seberapa tinggi nilia Bahasa Indonesia kelas 11 SMK Mudajaya
setelah diajarkan metode diskusi? (Rumusan masalah setelah
tindakan dilaksanakan)
b. Rumusan masalah komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
menanyakan perbandingan atau perbedaan atau persamaan nilai setelah
dan sebelum ada tindakan.
Rumusan masalah komparatif:
1) Adakah perbedaan respon siswa Kelas 11 SMK mudajaya sebelum
pembelajaran dengan metode diskusi dan metode ceramah?
2) Adakah perbedaan nilai siswa kelas 11 smk mudajaya sesudah dan
sebelum diajar dengan metode diskusi?
c. Rumusan masalah asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh rumusan masalah
asosiatif:
1) Apakah metode diskusi dapat meningkatkan kreativitas siswa?
2) Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa setelah belajar
dengan metode jigsaw?
3) Apakah dengan tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar
dan hasil belajar?

2.5 Teori dalam Penelitian Tindakan


Teori dalam penelitian tindakan disesuaikan dengan judul/pokok
permasalahan dalam penelitian yang diambil, misalnya penelitian mengenai
penerapan metode diskusi dalam pembelajaran, maka teori yang digunakan
adalah teori tentang konsep metode diskusi dalam pembelajaran. Menurut
Wiersma (1986), teori adalah kumpulan generalisasi yang dapat digunakan
untuk menjelaskan berbagai fenomena, teori menyediakan konsep-konsep

11
yang relevan dan asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan untuk membantu
pertanyaan peneliti dalam memberikan makna terhadap data.
Teori dinilai sangat penting dalam penelitian tindakan, pentingnya
kegunaan teori dalam penelitian tindakan dapat disebutkan sebagai berikut:
 Sebagai acuan dalam pengkajian suatu masalah
 Sebagai dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian
 Sebagai dasar dalam merumuskan hipotesis
 Sebagai informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis
 Untuk mengetahui siapa saja peneliti lain dan pengguna di bidang
yang sama.

2.6 Metode dan Rancangan Tindakan


Penelitian tindakan adalah sejenis eksperimen dalam situasi
kehidupan yang nyata. Yang dieksperimenkan atau dicobakan adalah
rencana tindakan atau hipotesis tindakan. Masalah kemudian dijadikan
hipotesis dan dirancang untuk diuji dalam penelitian tindakan. Hipotesis
itu perlu dirumuskan agar peneliti memiliki landasan teoritis yang kuat
dalam merumuskan hipotesis tindakan. Dengan demikian, hipotesis
tindakan yang akan diuji tidak sekadar coba-coba.
Coast (2002) mengemukakan bahwa penelitian tindakan terdiri dari
plan, act, observe, dan reflect. Setiap penelitian berangkat dari masalah,
dan dalam penelitian tindakan, masalah tersebut adalah masalah praktis
yang dimiliki oleh pelaku kerja, misalnya guru, pengawas, dan kepala
sekolah. Maka, pelaku kerja melakukan penelitian terhadap masalah yang
dihadapinya. Dengan masalah yang dihadapinya, terciptalah pertanyaan
penelitian dan hipotesis penelitian. Hipotesis tersebut selanjutnya akan
diuji melalui empat tahap secara siklus.
 Plan (Rencana)
Berdasarkan hipotesis atau pertanyaan penelitian, peneliti
melakukan perencanaan untuk membuktikan hipotesis tersebut.
Perencanaan tersebut meliputi tindakan apa yang akan dilakukan, di mana
dilakukan, langkah-langkah melakukan, bagaimana dilakukan, berapa
lama dilakukan, siapa yang melakukan, siapa yang terlibat dalam
pelaksanaan tindakan, suumber daya apa yang diperlukan, dan bagaimana
evaluasi proses dan hasil yang akan dilakukan.
Setelah peneliti menyusun rencana tindakan secara lengkap,
kemudian rencana itu divalidasi oleh ahli, yakni orang-orang yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi dari peneliti dan sesuai dengan bilang
yang diteliti untuk dimintakan komentar dan saran-saran perbaikan
rencana dengan jumlah ahli minimal 3 orang
 Act (Pelaksanaan)

12
Setelah rencana tindakan telah divalidasi dan dinyatakan valid,
maka selanjutnyarencana tersebut dilaksanakan dan diuji oleh peneliti
untuk membuktikan hipotesis penelitian menggunakan media yang telah
disiapkan. Pelaksanaan rencana tindakan ini merupakan inti dari proses
pengujian tindakan.
 Observe (Pengamatan)
Selama pelaksanaan, peneliti melakukan pengamatan terhadap
keterlibatan objek dalam pelaksanaan tindakan, proses pelaksanaan
tindakan, hasil tindakan, respok subjek selama dan setelah tindakan, dan
analisis data untuk menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan, apakah
sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
 Reflect (Refleksi)
Refleksi adalah melakukan review terhadap apa yang telah
dilakukan dan hasil yang dicapai dikatikan dengan standar dan norma yang
ada. Bila pelaksanaan berjalan sesuai rencana, hasil sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan maka pengujian tindakan pada siklus pertama ini
dinyatakan berhasil meningkatkan kinerja. Pengujian dilanjutkan pada
siklus kedua dengan kegiatan yang sama, bila dalam pengujian siklus
kedua hasilnya tidak jauh berbeda, maka tidak dilakukan refleksi yang
mendalam dan dilanjutkan pada siklus ketiga. Bila hasil pengujian pada
siklus ketiga tidak berbeda jauh dengan hasil pengujian pertama dan
kedua, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan yang direncanakan sangat
konsisten dapat meningkatkan kinerja. Karena tindakan sangat konsisten
dalam meningkatkan kinerja, maka dapat dinyatakan kinerja tersebut
efektif.
Tetapi, apabila pengujian tindakan tidak berhasil, maka peneliti
perlu merenung, untuk mencari jawaban mengapa tindakan yang dirancang
dan sudah sesuai teori dan pengalaman tersebut tidak berhasil
meningkatkan unit kerja, peneliti perlu mencari tahu adakah yang salah
dalam emoat kegiatan tersebut? Apakah rencanatindakannya yang salah?
Atau pelaksanaan tindakan yang salah? Atau refleksi yang salah? Atau
diagnosis yang salah? Atau penetapan permasalahannya yang salah, atau
semnuanya yang salah.

2.7 Teknik Analisis Data


Bogdan dan Biklen (2007: 159) mengatakan, analisis data adalah
proses pencarian dan persiapan terhadap transkripsi data yang telah
dikumpulkan yang membantu proses penelitian. Sementara Chambliss
dan Schutt (2013: 155) menyatakan bahwa analisis data sebagai teknik
statistik yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis data.
Dalam penelitian tindakan, data permasalahan dianalisis dalam ukuran
kulitatif dan kuantitatif.

13
 Analisis Data Kualitatif
Bagian ini menyediakan beberapa teknik analisis data kualitatif
yang biasa dilakukan dalam penelitian tindakan. Pada prinsipnya tidak
ada perbedaan khusus antara analisis data kualitatif dalam penelitian
tindakan dan penelitiannya. Data kualitatif sederhana yang dikumpulkan
perlu dianalisis secara kualitatif dengan berbagai cara. Bogdan dan Biklen
(2007) menyarankan, bahwa dalam menganalisis data kualitatif perlu
dilanjutkan dengan interpretasi dengan baik dan penuh kehati-hatian untuk
mendapatkan temuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Menafsirkan pada kegiatan mengembangkan ide dan pandangan tentang
temuan dan menghubungkannya dengan literatur dan konsep yang lebih
luas dari pengalihan data mentah. Menyelesaikan analisis, menyusun,
membagi, menyelesaikan, menyintesis, dan membuat pola. Hampir sama
dengan pandangan di atas, Stake (2010) meminta begitu setelah
mengumpulkan data kualifikasi, perlu melakukan analisis dan sintesis.
Lebih jauh, dalam melakukan analisis data kualitatif dalam penelitian
tindakan, Koshy (2005: 113) menyarankan untuk menggunakan tiga
proses analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu:
(1) reduksi data; (2) tampilan data; (3) gambar kesimpulan/verifikasi.
1. Reduksi Data
Dilihat dari segi bahasa, kata reduksi berarti pengurangan, susutan,
penurunan, atau potongan. Jika dikaitkan dengan data, yang dimaksud
dengan reduksi adalah pengurangan, susutan, atau pemotongan data tanpa
mengurangi esensi yang ada di dalamnya. Dengan demikian, reduksi data
merujuk kepada proses menyeleksi, memusatkan, menyingkirkan, dan
mengorganisasi data untuk disimpulkan dan diverifikasi. Data yang
dikumpulkan oleh seorang peneliti kualitatif harus mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya sampai data itu mencapai titik jenuh.
2. Penyajian Data
Penyajian data (data display) mencakup berbagai jenis tabel,
grafik, bagan, matriks, dan jaringan. Tujuannya adalah untuk membuat
informasi terorganisir dalam bentuk yang tersedia, dapat diakses, dan
terintegrasi, sehingga para pembaca dapat melihat dengan mudah apa yang
terjadi tentang sesuatu yang sesuai dengan pemenuhan datanya. Analisis
data kualitatif memerlukan kejelian tersendiri untuk menganalisisnya,
termasuk dalam menyajikan data. Kekeliruan dalam menyajikan data dapat
berakibat kekaburan informasi yang disampaikan sehingga temuan yang
seharusnya menjadi fokus penyelidikan tidak terdeskripsi dan tersajikan
secara baik.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah terakhir setelah mereduksi dan menyajikan data yaitu
menarik kesimpulan dan verifikasi. Dua langkah sebelumnya merupakan

14
dasar pijakan dalam mengambil kesimpulan dan verifikasi data. Secara
sederhana, penarikan kesimpulan berarti proses penggabungan beberapa
penggalan informasi untuk mengambil keputusan.
Penarikan kesimpulan bukanlah sesuatu yang diperoleh secara
sederhana, melainkan melalui proses ilmiah yang panjang. Dalam
penelitian tindakan sebagai salah satu penelitian aplikasi yang secara
proaktif dan respontif langsung diarahkan pada upaya perbaikan,
peningkatan, atau perubahan mengharuskan penelitian secara jeli mencatat
dan mengecek semua perubahan yang terjadi dengan menggunakan teknik
atau penarikan kesimpulan.
 Analisis Data Kuantitatif
Dalam penelitian tindakan, unsur kualitatif jauh lebih dominan dari
pada aspek kuantitatifnya. Namun, bukan berarti penelitian tindakan tidak
dapat dianalisis dengan kuantitatif. Sebagai suatu penelitian ilmiah, para
peneliti sering menggabungkan dua analisis data kulitatif dan kuantitatif.
Pada umumnya, analisis data kuantitatif banyak diarahkan pada kuantitatif
statistik deskriptif.
Secara sederhana, yang didukung dengan statistik deskriptif adalah
prosedur matematis biasa (tunggal, sederhana) yang menyajikan data
dengan jalan meringkas dan mengoreksi jumlah data numerik yang besar
data numerik (Mertler, 2012). Matematis sederhana yang dimaksud
mencakup tiga kategori dasar, yakni :
a) Tendensi Sentral
Tendensi sentral merupakan nilai angka tertinggi yang digunakan
untuk menggambarkan nilai rata-rata dari keseluruhan kumpulan skor
(Gall dan Borg, 2003). Pengambilan nilai rata-rata dari suatu objek yang
diukur dilakukan dengan pertimbangan adanya kesulitan yang luar biasa
jika menghitung setiap data. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran yang
efektif dengan menggunakan tiga cara, yakni : (1) Menghitung rata-rata
(mean); (2) Nilai tengah (median); (3) Nilai yang sering muncul (modus).
Pertama, nilai rata-rata adalah rata-rata aritmetik dari semua skor
yang diperoleh individu dalam sampel (Djaali dan Muljono, 2004 :43).
Rata-rata dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan skor pada satu
kumpulan data, dibagi dengan jumlah data pada kumpulan itu.
Kedua, Median didefinisikan sebagai skor khusus dalam kumpulan
data yang memisahkan distribusi seluruh data dalam bagian yang sama
(Mertler, 2012). Bagian ini yang sama maksudnya adalah 50% berada di
bawah median dan 50% berada di atas median, yang disusun bilangan
kecil di sebelah kiri sampai ke bagian terbesar ke sebelah kanan.
Ketiga, modus merupakan ukuran tendensi sentral yang memiliki
frekwensi paling banyak dalam distribusi skor (Gall dan Borg, 2003: 132).
Untuk dapat memahami nilai modus dalam suatu distribusi skor tunggal,

15
kita tidak perlu menggunakan rumus tertentu, cukup dengan melihat skor
yang sering muncul.
b) Penyebaran
Jika pengukuran tendensi sentral menunjukkan kesamaan atau
kekhususan skor dari kelompok data, maka pengukuran penyebaran
menunjukkan skor yang berbeda dalam suatu kumpulan data. Istilah lain
yang sering digunakan yaitu variabilitas, yaitu jumlah skor distribusi
tentang rata-rata atau pengukuran tendensi sentral lainnya. Menurut
Mertler (2012: 166) tersedia dua macam pengukuran penyebaran: (1)
rentang (range) dan (2) simpangan baku (standar deviasi).
Pertama, rentang dihitung dengan pengurangan skor terendah dalam
satu kumpulan data dari skor yang tertinggi, atau dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Rentang = Skor Tertinggi -Skor Terendah

Kedua, simpangan baku terdiri dari pengukuran terhadap sejauh


mana skor dalam distribusi menyimpang atau memiliki selisih dari rata-
rata (Gall dan Borg, 2003). Untuk menghitung simpangan baku dapat
dilakukan dengan dua cara: (1) dengan mencari nilai deviasi atau selisih
masing-masing skor masing-masing dari nilai rata-rata; (2)
mengkuadratkan masing-masing nilai deviasi ini kemudian
menjumlahkan-kannya yang hasilnya disebut jumlah kuadrat (Djaali dan
Mulono, 2004: 54).
c) Hubungan
Analisis data statistik dalam hubungannya dengan tendensi sentral
dan penyebaran merupakan deskripsi skor dalam suatu variabel tunggal.
Untuk menganalisis hubungan antara dua atau lebih variabel harus
menggunakan statistik korelasional, atau oleh lebih banyak ahli sebagai
koefisien konversi. Koefisien interaksi digunakan untuk mengukur arah
(jalur) atau tingkat hubungan antara dua variabel. Misalnya mengukur
perhatian peserta didik di dalam ruang kelas dan prestasi akademiknya.
Untuk Menghitung Arah dan kekuatan hubungan antara dua variabel dapat
dilihat dalam rentang koefisien untuk nilai -1,00 + 1,00. Arah atau jalur
hubungan ini dapat diterjemahkan dengan nilai positif atau negatif dalam
skala. Sedangkan untuk melihat kekuatan hubungan dapat menentukan
dengan besarnya nilai koefisien, di mana hubungan yang kuat
dipertimbangkan seb agai hubungan yang dihargai lebih dari ± 0,80, dan
hubungan yang lemah berarti nilai yang semakin meningkat antara -0,20
dan 0,00.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian tindakan mencakup penemuan fakta, perencanaan,
pengambilan tindakan, refleksi, dan perbaikan rencana. Penelitian tindakan
adalah penelitian untuk menemukan pengetahuan tentang bagaimana
melakukan perbaikan dan bagaimana mengerjakan sesuatu lebih baik.
Penelitian tindakan merupakan sebuah proses yang melibatkan kerja sama
para pendidik untuk meningkatkan praktik proses belajar mengajar yang
berciri persuasif, otoritatif, kolaboratif, mengembangkan refleksi kritis,
dan terencana serta sistematis.
Jenis penelitian tindakan ditinjau dari tiga sudut pandang, yakni
penelitian tindakan ditinjau dari perspektif jangkauan objek atau luas
kawasannya, penelitian tindakan dari jenis pelaksanaannya, dan penelitian
tindakan berdasarkan pengumpulan data. Langkah pertama dalam
penelitian tindakan adalah memperjelas apa yang menjadi masalah dalam
penelitian. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masalah
merupakan area yang menjadi perhatian peneliti, kondisi yang ingin
diperbaiki, atau suatu kesulitan yang ingin dieliminasi/dihilangkan. Maka
dari itu, penelitian tindakan diharapkan dapat menemukan masalah yang
benar dan tindakan yang benar.
Teori dalam penelitian tindakan disesuaikan dengan judul/pokok
permasalahan dalam penelitian yang diambil, teori menyediakan konsep-
konsep yang relevan dan asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan untuk
membantu pertanyaan peneliti dalam memberikan makna terhadap data.
Dalam penelitian tindakan, data permasalahan dianalisis dalam ukuran
kulitatif dan kuantitatif.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, seorang peneliti dalam penelitian
tindakan diharapkan merancang dan melaksanakan penelitian secara
maksimal dan komprehensif agar mendapatkan hasil perbaikan yang
optimal. Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
akan memperbaikinya dengan berpedoman pada banyak sumber serta
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung: Penerbit


Alfabeta

Ivankova, Nataliya. 2015. Mixed Methods Applications in Action Research.


California: United States of America

Mertler, Craig A. 2011. Action Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

18

Anda mungkin juga menyukai