Anda di halaman 1dari 13

PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

PERIODE 1949-1959

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II

1. INTAN AERANI (KETUA)


2. HASTATA (SEKRETARIS)
3. HASMIANI PUTRI
4. LA ODE AMIRUDIN HALIM
5. NABILA NUR AGUSTIA SAMIL
6. RAHMAN JAYA
7. WA ODE MUTIA RAHA

SMA NEGERI 1 WANGI-WANGI


PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2022
KATA PENGANTAR
Puja-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah
kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa
shalawat serta salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi
Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan.
Dalam makalah ini penulis memasukkan beberapa hal utama tentang
“Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Periode 1949-1959" guna agar kita semua
dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang hal ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ashari Yahya, S.pd selaku guru
bidang studi PPKn karena berkat bimbingan dan pengarahan dari beliau sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini hingga selesai. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan sesuai dengan kata orang bijak,
tidak ada yang sempurna dalam hidup. Oleh karena itu, kritik dan saran dari segala
pihak kami terima dengan senang hati.

Pongo, 27 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i
KATA PEMGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I:
A. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
B.TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 2
1. Pengertian Demokrasi.......................................................................................... 2
2. Prinsip-Prinsip Demokrasi................................................................................... 3
3. Macam-Macam Demokrasi.................................................................................. 4
BAB II:
PEMBAHASAN..................................................................................................... 6
BAB III:
A. PENUTUP........................................................................................................... 9
1. Kesimpulan........................................................................................................... 9
2. Saran..................................................................................................................... 9
B. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

iii
1

BAB I: PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu demos yang
berart rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan sehingga demokrasi dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat. Kata ini kemudian diserap menjadi salah satu
kosa kata dalam bahasa Inggris yaitu democracy. Konsep demokrasi menjadi sebuah
kata kunci dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Kebanyakan orang mungkin sudah terbiasa dengan istilah demokrasi, tapi tidak
menutup kemungkinan masih ada yang salah dalam mempersepsikan istilah
demokrasi. Bahkan tidak hanya itu, konsep demokrasi bisa saja disalahgunakan oleh
para penguasa terutama penguasa yang otoriter untuk memperoleh dukungan rakyat
agar kekuasaannya tetap langgeng.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, demokrasi merupakan istilah politik
yang berarti pemerintahan rakyat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam sebuah
negara demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan
langsung oleh rakyat atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan
bebas.
Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya, rakyat dengan serta
merta mempunyai kebebasan untuk melakukan semua aktivitas kehidupan termasuk
aktivitas politik tanpa adanya tekanan dari pihak mana pun, karena pada hakikatnya
yang berkuasa adalah rakyat untuk kepentingan bersama. Dengan demikian, sebagai
sebuah konsep politik, demokrasi adalah landasan dalam menata sistem pemerintahan
negara yang terus berproses ke arah yang lebih baik. Dalam proses tersebut, rakyat
diberi peran penting dalam menentukan atau memutuskan berbagai hal yang
menyangkut kehidupan bersama sebagai sebuah bangsa dan negara.
Dalam pemerintahan yang demokratis, orang memiliki hak-hak dasar tertentu
yang tidak dapat diambil oleh pemerintah dari mereka,hak-hak ini diakui dan dijamin
secara internasional.Didunia ini terdapat macam-macam demokrasi. Setiap negara
mengartikan demokrasi dengan cara mereka masing-masing. Dengan berbagai
kondisi politik yang berbeda, kita dapat melihat gambaran besar pemerintahan
demokratis yang ada di seluruh dunia.
2

Dalam era globalisasi, perlu kita ketahui apa yang harus dilakukan sebagai warga
negara agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.
Kemajemukan masyarakat merupakan sebuah anugerah dimana bangsa Indonesia
harus memiliki sikap toleransi tinggi untuk hidup berdampingan dan dan tidak saling
menghancurkan. Oleh karena itu, demokrasi sebagai alat pemersatu bangsa harus
diketahui dan dimengerti oleh setiap warga negara guna terciptanya masyarakat yang
kritis dan mampu berperan aktif sesuai dengan tujuan serta fungsi masyarakat pada
umunya. Selalu terngiang dalam benak kita bahwa terjadi penyimpangan-
penyimpangan jabatan oleh politisi negara yang digunakan untuk memperkuat
kepentingan mereka masing-masing. Hampir setiap hari kasus dn skandal pejabat
negara terungkap dan hanya berakhir mengambang dan tak terselesaikan. Ironisnya,
dalam berbagai media masih banyak ditemui masyarakat yang merasa belum puas
dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan mereka tak mengerti bagaimana
cara menyampaikan aspirasinya.Kehidupan masyarakat tersebut menyiratkan bahwa
pelaksanaan demorasi yang ada di negara ini belum berjalan dengan optimal.
Demokrasi yang mencakup lima nilai dasar masyarakat Indonesia masih berjalan
pincang karena terlihat belum bisa terlaksana semuanya. Sebagai warga negara, tentu
kita yang merasakan dampak dan akibat kepincangan tersebut Oleh karena itu, perlu
kita untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk menanggulangi keberadaan
demokrasi Pancasila agar terus terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan Pancasila
itu sendiri.Maka, sangat menarik bila kita bahas tentang Pelaksanaan Demokrasi di
Indonesia saat ini agar kita mengerti secara sistematis pengertian demokrasi
Pancasila, keberadaannya, serta tanggung jawab kita dalam berperan aktif dalam
kehidupan berbangsa ini. Sehingga kita mampu mengerti apa yang harus kita lakukan
untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik serta terciptanya masyarakat
yang sejahtera.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan rumusan masalahnya, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959?
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Demokrasi
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (epistemologis) dan
istilah (terminologis). Secara epistemologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang
berasal dari bahasa Yunani yaitu ”demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu
tempat dan “cretein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
3

secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos adalah keadaan Negara di mana


dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat
dan oleh rakyat (Sulisworo dkk., 2012).
Menurut Wahyuddin (2022). berikut beberapa pengertian demokrasi menurut para
ahli antara lain:
a. Aristoteles, mengemukakan bahwa demokrasi ialah suatu kebebasan atau prinsip
demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga
negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun
mengatakan apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara
hidupnya, maka sama saja seperti budak.
b. Harris Soche, menjelaskan bahwa demokrasi ialah suatu bentuk pemerintahan
rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan
HAM bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari
setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
c. Abraham Lincoln, mengartikan demokrasi itu ialah pemerintah dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat.
d. Kranemburg, mengemukakan demokrasi sesuai dengan pengertian dasarnya
yakni memerintah rakyat.
e. Henry B. Mayo, menjelaskan dalam menjalankan sistem politik demokratis,
pemerintahan yang mengambil suatu kebijakan umum ditetapkan oleh
kebanyakan dari wakil rakyat dan diawasi secara efektif oleh masyarakat atau
rakyat.
2. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Menurut Wahyuddin (2022) prinsip demokrasi antara lain:
- Pengakuan hak asasi manusia.
- Pemisahaan atau pembagian kekuasaan (trias politika).
- Pemerintahan menurut hukum.
- Jaminan hak individu secara konstitusional, termasuk prosedurnya.
- Badan kehakiman yang bebas dan tidak memilih.
- Pemilihan umum yang bebas dan kebersamaan politik.
- Kebebasan mengemukakan pendapat
- Kebebasan berserikat dan berposisi.
- Pendidikan politik/kewarganegaraan (civil education).
4

3. Macam-Macam Demokrasi
Menurut Wahyuddin (2022) macam-macam demokrasi antara lain:
a. Atas Dasar Kehendak Rakyat
Menurut cara penyaluran kehendak rakyat demokrasi dibedakan atas:
- Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung adalah paham demokrasi yang mengikut sertakan setiap
warga negara dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum
negara.
- Demokrasi Tidak Langsung
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan. Penerapan demokrasi ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang
jumlah penduduknya banyak, wilayahnya luas, dan permasalahan yang dihadapinya
semakin rumit dan kompleks.
b. Atas Dasar Prinsip Ideologi
Berdasarkan paham ini terdapat dua bentuk demokrasi, yakni:
- Demokrasi Konstitusional
Demokrasi konstitusional adalah demokrasi yang didasarkan pada kebebasan atau
individualisme. Ciri khas demokrasi konstitusional adalah kekuasaan pemerintahnya
terbatas dan tidak diperkenankan banyak campur tangan dan bertindak sewenang-
wenang terhadap warganya. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi.
- Demokrasi Rakyat
Demokrasi rakyat disebut juga demokrasi proletar yang berhaluan Marxisme-
Komunisme. Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan yang tidak mengenal
kelas sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya kepada pemilikan pribadi tanpa
ada penindasan atau paksaan. Akan tetapi, untuk mencapai masyarakat tersebut dapat
dilakukan dengan cara paksa atau kekerasan.
- Demokrasi Pancasila
Berlaku di Indonesia yang bersumber dan tata nilai sosial dan budaya bangsa
Indonesia serta berasaskan musyawarah untuk mufakat dengan mengutamakan
keseimbangan kepentingan.
c. Atas Dasar yang Menjadi Titik Perhatiannya
Dilihat dari titik berat “Yang Menjadi Perhatiannya”, demokrasi dapat dibedakan:
- Demokrasi Formal (negara-negara liberal)
Adalah demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik tanpa
disertai upaya untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi.
5

- Demokrasi Material (negara-negara komunis)


Adalah demokrasi yang menitik beratkan pada upaya-upaya menghilangkan
perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan persamaan bidang politik kurang
diperhatikan dan bahkan kadang-kadang dihilangkan.
- Demokrasi Gabungan (negara-negara nonblok)
Adalah demokrasi yang mengambil kebaikan serta membuang keburukan dari
demokrasi formal dan demokrasi material.
6

BAB II. PEMBAHASAN


Periode kedua pemerintahan negara Indonesia merdeka berlangsung dalam
rentang waktu antara tahun 1949 sampai 1959. Pada periode ini terjadi dua kali
pergantian undang-undang dasar. Pertama, pergantian UUD 1945 dengan Konstitusi
RIS (Republik Indonesia Serikat) pada rentang waktu 27 Desember 1949 sampai
dengan 17 Agustus 1950. Dalam rentang waktu ini, bentuk negara kita berubah dari
kesatuan menjadi serikat, sistem pemerintahan juga berubah dari presidensil menjadi
quasi parlementer. Kedua, pergantian Konstitusi RIS dengan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 pada rentang waktu 17 Agutus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959.
Pada periode pemerintahan ini bentuk negara kembali berubah menjadi negara
kesatuan dan sistem pemerintahan menganut sistem parlementer. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pada periode 1949 sampai dengan 1959, negara kita
menganut demokrasi parlementer.
Masa demokrasi parlementer merupakan masa yang semua elemen demokrasinya
dapat kita temukan perwujudannya dalam kehidupan politik di Indonesia:
- Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang
sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen
ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya meskipun
pemerintahannya baru berjalan beberapa bulan, seperti yang terjadi pada Ir.
Djuanda Kartawidjaja yang diberhentikan dengan mosi tidak percaya dari
parlemen.
- Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan politisi pada
umumnya sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan
juga sejumlah media massa sebagai alat kontrol sosial. Sejumlah kasus jatuhnya
kabinet pada periode ini merupakan contoh konkret dari tingginya akuntabilitas
tersebut.
- Ketiga, kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-
besarnya untuk berkembang secara maksimal. Dalam periode ini, Indonesia
menganut sistem multipartai. Pada periode ini, hampir 40 partai politik terbentuk
dengan tingkat otonomi yang sangat tinggi dalam proses rekrutmen, baik
pengurus atau pimpinan partainya maupun para pendukungnya. Campur tangan
pemerintah dalam hal rekrutmen boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Setiap
partai bebas memilih ketua dan segenap anggota pengurusnya.
7

- Keempat, sekali pun pemilihan umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada
1955, tetapi pemilihan umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip
demokrasi. Kompetisi antarpartai politik berjalan sangat intensif dan fair, serta
yang tidak kalah pentingnya adalah setiap pemilih dapat menggunakan hak
pilihnya dengan bebas tanpa ada tekanan atau rasa takut.
- Kelima, masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar
mereka tidak dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga negara dapat
memanfaatkannya dengan maksimal. Hak untuk berserikat dan berkumpul dapat
diwujudkan dengan jelas, dengan terbentuknya sejumlah partai politik dan
organisasi peserta pemilihan umum. Kebebasan pers juga dirasakan dengan baik.
Demikian juga dengan kebebasan berpendapat. Masyarakat mampu
melakukannya tanpa ada rasa takut untuk menghadapi risiko, sekalipun
mengkritik pemerintah dengan keras. Sebagai contoh adalah yang dilakukan oleh
Dr. Halim, mantan Perdana Menteri, yang menyampaikan surat terbuka dan
mengeluarkan semua isi hatinya dengan kritikan yang sangat tajam terhadap
sejumlah langkah yang dilakukan Presiden Soekarno.
- Keenam, dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah memperoleh
otonomi yang cukup bahkan otonomi yang seluas-luasnya dengan asas
desentralisasi sebagai landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan
kekuasaan antara pemerintah pusat pemerintah daerah.
Keenam indikator tersebut merupakan ukuran dalam pelaksanaan demokrasi pada
masa pemerintahan parlementer. Akan tetapi, pelaksanaan tersebut tidak berumur
panjang. Demokrasi parlementer hanya bertahan selama sembilan tahun seiring
dengan dikeluarkannya dekrit oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 yang
membubarkan Konstituante dan kembali kepada UUD 1945. Presiden menganggap
bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia
yang dijiwai oleh semangat gotong royong sehingga beliau menganggap bahwa
sistem demokrasi ini telah gagal mengadopsi nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa demokrasi parlementer
mengalami kegagalan? Banyak sekali para ahli mencoba menjawab pertanyaan
tersebut. Dari sekian banyak jawaban tersebut, ada beberapa hal yang dinilai tepat
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
- Pertama, munculnya usulan presiden yang dikenal dengan konsepsi Presiden
untuk membentuk pemerintahan yang bersifat gotong royong yang melibatkan
8

semua kekuatan politik yang ada termasuk Partai Komunis Indonesia. Melalui
konsepsi ini Presiden membentuk Dewan Nasional yang melibatkan semua
organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan. Konsepsi Presiden dan Dewan
Nasional ini mendapat tantangan yang sangat kuat dari sejumlah partai politik
terutama Masyumi dan Partai Syarikat Islam. Mereka menganggap bahwa
pembentukan Dewan Nasional merupakan pelanggaran yang sangat fundamental
terhadap konstitusi negara karena lembaga tersebut tidak dikenal dalam
konstitusi.
- Kedua, Dewan Konstituante mengalami jalan buntu untuk mencapai kesepakatan
merumuskan ideologi nasional, karena tidak tercapainya titik temu antara dua
kubu politik, yaitu kelompok yang menginginkan Islam sebagai ideologi negara
dan kelompok lain yang menginginkan Pancasila sebagai ideologi negara. Ketika
voting dilakukan, ternyata suara mayoritas yang diperlukan tidak pernah tercapai.
- Ketiga, dominannya politik aliran sehingga membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan konflik. Akibat politik aliran tersebut, setiap konflik yang terjadi
cenderung meluas melewati batas wilayah yang pada akhirnya membawa dampak
yang sangat negatif terhadap stabilitas politik.
- Keempat, basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah. Struktur sosial yang
dengan tegas membedakan kedudukan masyarakat secara langsung tidak
mendukung keberlangsungan demokrasi. Akibatnya, semua komponen
masyarakat sulit dipersatukan, sehingga hal tersebut mengganggu stabilitas
pemerintahan yang berdampak pada begitu mudahnya pemerintahan yang sedang
berjalan dijatuhkan atau diganti sebelum masa jabatannya selesai.
9

BAB III: PENUTUP


A. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959 menganut sistem
demokrasi parlementer. Pada periode 1949-1959 adalah periode kedua pemerintahan
Indonesia setelah kemerdekaan. Pada periode ini Indonesia mengalami dua kali
pergantian Undang-Undang Dasar.
Pertama, pergantian UUD 1945 dengan konstitusi RIS (Republik Indonesia
Serikat) dengan rentang waktu 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950. Bentuk negara
Indonesia berubah dari kesatuan serikat. Sistem pemerintahan berubah dari
presidensil menjadi quasi parlementer. Kedua, pergantian Konstitusi RIS dengan
Undang - Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 dengan rentang waktu dari 17
Agustus 1950 - 5 Juli 1959. Pada periode ini, bentuk negara kembali berubah menjadi
negara kesatuan. Sistem pemerintahan menganut sistem parlementer.
Pelaksanaan demokrasi pada periode 1949 - 1959 disebut masa kejayaan
demokrasi Indonesia karena beberapa alasan yaitu:
1. Lembaga perwakilan rakyat atau disebut parlemen memiliki peranan tinggi
dalam proses politik negara.
2. Pemegang jabatan dan politisi umumnya memiliki pertanggungjawaban yang
tinggi.
3. Partai memiliki peluang yang besar untuk berkembang.
4. Pemilihan umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
5. Masyarakat dapat merasakan hak-hak dasar dan tidak dikarungi sama sekali.
6. Daerah memperoleh otonomi yang cukup.
2. Saran
Sebagai masyarakat Indonesia,tentunya kita perlu bangga memiliki sistem
demokrasi yang mampu mengayomi masyarakat majemuk Indonesia. Namun, agar
demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampir mengerti apa yang harus kita
lakukan sebagai warga negara yang baik dengan sadar akan hak dan kewajiban
terhadap negara.
Sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya pendidikan demokrasi harus
dilakukan terhadap berbagai lapisan masyarakat. Pemikiran tua, dimana banyak rasa
takut akan beraspirasi dan merasa lemah dihadapan pemerintah perlu dihilangkan
10

guna kemajuan bersama. Sehingga keberhasilan akan tercipta saat melihat rakyat dan
pemerintah dapat berinteraksi secara langsung dengan hal-hal baru yang sesuai
dengan norma dan persatuan serta kesatuan.
B. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. “Macam-Macam Demokrasi di Berbagai Negara Beserta
Penjelasannya”. Melalui artikel “Liputan6.com”:
https://m.liputan6.com/news/read/3869615/macam-macam-demokrasi-di-
berbagai-negara-beserta-penjelasannya. Diakses 27 Oktober 2022

Chamim, A. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan; Menuju Kehidupan yang


Demokratis dan Berkeadaban. Yogyakarta: majelis Diklitbang PP Muhamadiyah
Dahl, R. 1992. Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Darmawan, C. 2002. Pergumulan Demokrasi; Beberapa Catatan Kritis. Bandung:
Pustaka Aulia Press
Gaffar, A. 2004. Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Huntington, S. P. 1997. Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti
Mardiana, S., Sindi, A. P., Siti, A., Iqbal, M. & Deri, F. 2020. Pelaksanaan
Demokrasi di Indonesia pada PEriode 1949-1959. [Makalah]. Jambi: SMA 7
Sarolangun
Sulisworo, D., Wahyuningsih. & Baegaqi, A. 2012. Bahan Ajar: Demokrasi. Hibah
Materi Pembelajaran Non Konvensional 2012. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan

Wahyuddin, H. 2022. “Demokrasi”. Melalui artikel “Sumber Belajar Kemdikbud”:


https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Demokrasi/t87zx-
xl4lj_files/OEBPS/Text/pembelajaran1.xhtml. Diakses 27 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai