Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen Pembimbing : Annisa Maulana Majid, S.Kom., M.Kom.,

Disusun oleh kelompok 5 :


1. Devi Rahmania (312110206)
2. Dinda Amalia (312110571)
3. Kartika Tunggal Dewi (312110257)
4. Widiya Setiyaningrum (312110530)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
yang menjelaskan mengenai kedaulatan rakyat ini dapat tersusun hingga selesai walaupun banyak
kendalanya. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari teman-teman
semua terutama kelompok 5 atau pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena kita menyadari keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Cikarang, 15 Juni 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 3
A. Teori Kedaulatan Rakyat ....................................................................................................................... 3
B. Jenis-jenis Kedaulatan ........................................................................................................................... 4
C. Analisa Hukum Undang -Undang yang berkaitan dengan Kedaulatan rakyat ...................................... 5
D. Tantangan yang dihadapi Indonesia yang berkaitan Kedaulatan ......................................................... 7
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................... 10
B. Kritik dan Saran ................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedaulatan berasal dari bahasa Arab: “daulah”, yang artinya kekuasaan tertinggi.
Dalam bahasa Inggris kedaulatan //disamakan dengan kata “sovereignty”. Dalam bahasa
Latin kedaulatan diartikan sebagai “supremus” artinya yang tertinggi. Kedaulatan dari
berbagai bahasa itu dapat diartikan sebagai wewenang tertinggi dari suatu kesatuan politik.
Kedaulatan dalam negara diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak
berasal dari kekuasaan lainnya. Kedaulatan mempunyai dua pengertian, yaitu kedaulatan ke
dalam dan ke luar. Kedaulatan ke dalam adalah kedaulatan suatu negara untuk mengatur
segala kepentingan rakyatnya tanpa campur tangan negara lain. Dalam Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945, kedaulatan tersebut tampak pada tujuan Negara untuk: melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan kedaulatan keluar adalah
kedaulatan suatu negara untuk mengadakan hubungan atau kerjasama dengan negara-negara
lain demi kepentingan bangsa dan Negara. Kedaulatan keluar mengandung pengertian
kekuasaan untuk mengadakan atau kerjasama dengan negara lain. Hubungan dan kerjasama
ini tentu saja untuk kepentingan sosial. Ini berarti pula bahwa bahwa negara Indonesia
mempunyai kedudukan yang sederajat dengan negara lain. Dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 dinyatakan bahwa tujuan dibentuknya Pemerintah Republik Indonesia adalah
untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian pribadi,
dan keadilan sosial. Makalah singkat ini akan berupaya membahas kosepsi kedaulatan
negara RI ditinjau dari teori kedaulatan dan implementasinya dalam UUD NRI Tahun 1945.

1
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan mengenai teori kedaulatan rakyat !


2. Sebutkan jenis kedaulatan di Indonesia !
3. Sebutkan analisa hukum Undang -Undang yang berkaitan dengan kedaulatan rakyat !
4. Sebutkan tantangan yang dihadapi Indonesia yang berkaitan dengan kedaulatan dan
berikan contohnya!

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui tentang teori kedaulatan rakyat


2. Mengetahui jenis-jenis kedaulatan di Indonesia
3. Mengetahui tentang analisa hukum Undang-Undang yang berkaitan dengan kedaulatan
rakyat
4. Mengetahui tantangan yang dihadapi Indonesia yang berkaitan dengan kedaulatan
beserta contohnya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Kedaulatan Rakyat

Pada dasarnya, teori ini menjelaskan bahwa kedaulatan negara dipegang oleh rakyat.
Sehingga rakyat menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di negara bersangkutan. Munculnya
teori ini berangkat pada fakta begitu mutlaknya kekuasaan penguasa tunggal suatu negara.
Penguasa tunggal ini memiliki kecenderungan untuk memimpin dengan sekehendak hatinya
atau tanpa batas. Teori ini hadir untuk mengimbangi kekuasaan tunggal pemimpin negara.
Adapun teori kedaulatan rakyat kemudian diberi pengertian sebagai pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Teori ini akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya sistem demokrasi serta konsep Trias
Politika yang diutarakan oleh John Locke.

Penerapan Teori Kedaulatan Rakyat di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu negara yang mengadopsi teori kedaulatan rakyat. Hal
ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi:
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Lebih lanjut, kita dapat merujuk pada bunyi sila ke-5 Pancasila yang menyatakan:
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Sehingga, dari penjelasan teori dan dasar hukum di atas, dapat kita pahami bahwa
penerapan teori kedaulatan rakyat di Indonesia dapat dilihat dari adanya pembagian
kekuasaan di Indonesia, yakni kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kedaulatan
rakyat ini terlihat terutama dalam kekuasaan legislatif yang terdiri dari 3 lembaga yaitu
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), serta Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) sebagaimana dijelaskan dalam Makna Trias Politika dan
Penerapannya di Indonesia, dan juga pemilihan Presiden selaku pemegang kekuasaan
eksekutif yang dipilih langsung oleh rakyat. Jadi, perwujudan permusyawaratan perwakilan

3
yang diutarakan dalam Pancasila sila ke-5 tercermin dari ditunjuknya wakil-wakil rakyat
yang berfungsi untuk mewakili rakyat dalam menjalankan lembaga-lembaga negara.

B. Jenis-jenis Kedaulatan

Di bawah ini jenis-jenis kedaulatan, sebagai berikut:


1. Kedaulatan Tuhan
Kedaulatan Tuhan merupakan jenis kedaulatan yang bersumber dari Tuhan, yang
diberikan kepada raja atau juga pihak penguasa. Lantaran hal tersebut, raja dianggap
sebagai utusan Tuhan atau juga titisan dewa. Semua kebijakan yang dibuat penguasa itu
dianggap bersumber dari Tuhan. Oleh sebab itu, masyarakat itu diwajibkan untuk mau
mematuhi perintah penguasa.
2. Kedaulatan Raja
Kedaulatan raja merupakan sebuah kedaulatan negara yang berada di tangan raja.
Supaya negara tersebut dapat kuat serta kukuh, seorang raja harus memiliki kekuasaan
yang kuat serta tidak terbatas. Rakyat juga harus rela menyerahkan hak serta
kekukasaannya kepada sang raja.
3. Kedaulatan Negara
Dalam teori kedaulatan negara (staatssouvereniteit) menganggap negara sebagai
suatu badan hukum (rechtsperson) yang memiliki berbagai hak dan kewajiban serta dapat
melakukan perbuatan atau tindakan hukum, tidak ubahnya seperti seorang
(natuurlijkpersoon) yang menjadi pendukung hak dan kewajiban yang sekaligus dapat
melakukan perbuatan atau tindakan hukum.
Negara sebagai badan hukum tidak diwajibkan untuk tunduk kepada hukum
karena memiliki kekuasaan tertinggi di dalam kehidupan manusia sebagai anggota
masyarakat.
4. Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini, aturan hukum (rechts souvereiniteit) adalah otoritas tertinggi.
Kekuasaan negara harus didasarkan pada hukum, sementara hukum berasal dari rasa
keadilan dan kesadaran hukum.

4
Menurut teori ini, negara diharapkan menjadi negara hukum, yang berarti semua
tindakan pejabat negara dan orang-orang harus menurut hukum yang berlaku.
5. Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan rakyat merupakan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Rakyat
memberikan kekuasaannya kepada pemimpin untuk menjalankan roda pemerintahan
melalui perjanjian yang dikenal dengan istilah 'kontrak sosial'.
Pemimpin negara itu dipilih berdasarkan keinginan rakyat melalui perwakilan
yang duduk di dalam pemerintahan. Sebaliknya, pemimpin negara itu juga harus
melindungi hak rakyat serta menjalankan pemerintahan dengan baik dengan berdasarkan
aspirasi rakyat.

C. Analisa Hukum Undang -Undang yang berkaitan dengan Kedaulatan rakyat

Ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 (sebelum amandemen)


menyatakan: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Keanggotaan MPR sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
ditambah utusan-utusan daerah-daerah dan golongan menurut aturan yang ditetapkan
dengan Undang-undang. MPR ditempatkan sebagai lembaga negara yang tertinggi (Die
Gezamte Staatgewalt liege allein bei der Majelis). Lembaga tersebut dianggap sebagai
penjelmaan seluruh Indonesia (Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes). MPR
memiliki kewenangan untuk menetapkan UUD, GBHN, mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden. Presiden merupakan mandataris MPR, yang wajib 4 menjalankan setiap
putusan MPR. Presiden tidak sejajar (neben), akan tetapi berada dibawah (untergeordnet)
MPR. Kedudukan Presiden sejajar/neben dengan DPR, sehingga antara kedua lembaga
tersebut harus bekerjasama dalam penyusunan undang-undang. Pada amandemen ketiga
UUD NRI 1945, yang dilaksanakan pada tahun 2001, ketentuan Pasal 1 ayat (2)
diamandemen menjadi: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-undang Dasar.” Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa Kedaulatan Rakyat
dilaksanakan oleh lembagalembaga negara yang kewenangannya ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar. Pasal ini menunjukkan bahwa dalam negara Indonesia, rakyatlah
yang berkuasa menurut undang-undang dasar. Kekuasaan rakyat sepenuhnya

5
dipercayakan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Hal ini berarti
MPR, DPR, dan DPD, sama-sama merupakan lembaga Negara yang memiliki kekuasaan
legislatif.
Badan-badan perwakilan rakyat yang melaksanakan kedaulatan rakyat menurut
peraturan perundang-undangan, terdiri dari badan perwakilan tingkat pusat dan daerah,
meliputi: 1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), 2) Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), 3)Dewan Perwakilan Daerah (DPD), 4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi (DPRD Provinsi), 5) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota (DPRD
Kabupaten/Kota), dan 6) Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Prinsip-Prinsip Kedaulatan Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam
UUD NRI Tahun 1945, yaitu:
1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik {Pasal 1 ayat (1)}.
2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
{Pasal 1 ayat (2) }
3) Negara Indonesia adalah negara hukum {Pasal 1 ayat (3)}
4) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UUD. MPR
melantik Presiden dan/atu Wakil Presiden. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (Pasal 3).
5) Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
(Pasal 7C)
6) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri itu diangkat dan
diberhentikan oleh presiden. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemeritahan. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian Negara diatur
dalam undang-undang. (Pasal 17).

6
D. Tantangan yang dihadapi Indonesia yang berkaitan Kedaulatan

1. Keanekaragaman Bangsa
Tidak dapat dipungkiri, keberagaman dalam masyarakat bisa menjadi salah satu
sumber konflik. Misalnya perselisihan yang dilatarbelakangi oleh ras, suku, agama, dan
lain sebagainya. Jika tidak ditangani dengan baik, maka keberagaman masyarakat akan
menimbulkan perpecahan nasional.
Kesenjangan sosial yang besar menunjukkan adanya ketidakstabilan ekonomi atau
pertumbuhan ekonomi yang belum dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat
Indonesia.
Hal ini dapat memecah masyarakat ke dalam golongan-golongan tertentu. Selain
itu kesenjangan juga dapat menciptakan kecemburuan sosial yang berpotensi menjadi
sumber konflik.
2. Tantangan Intoleransi
Intoleransi adalah tindakan yang tidak toleran atau tidak memiliki tenggang rasa.
Contoh dari intoleransi ini sering dihubungkan dengan kepercayaan atau praktik agama
lain. Dalam beberapa sumber, fakta menyebutkan bahwa tindak intoleransi beragama di
Indonesia meningkat. Intoleransi ini sesungguhnya merupakan buah dari kelalaian anak
bangsa untuk menjaga nilai, menjaga panji, menjaga semangat Pancasila yang merupakan
buah dari kesepakatan bersama.
3. Intervensi asing
Intervensi asing ini bisa mewujud dalam banyak hal, termasuk konflik teritori atau
wilayah. Salah satu contohnya adalah masalah Natuna. Selalu ada kapal asing, baik milik
pemerintah atau swasta, yang memasuki teritori tanpa izin. Ini sama artinya mereka tidak
mengakui kedaulatan Indonesia di wilayah tersebut.
4. Persoalan Korupsi
Dalam berbagai kesempatan disebutkan bahwa korupsi adalah musuh bersama
bahkan disebut sebagai kejahatan yang luar biasa (extraordinary crimes). Berbagai upaya
yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah, memperberat hukuman, memperkuat
KPK, dsb. seakan-akan tidak mempan, tidak menjadi efek jera bagi para pelakunya.
Undang-Undang KPK yang baru yang walaupun telah disahkan oleh DPR/MPR RI tetapi

7
masih meninggalkan persoalan yang perlu dipastikan lebih jauh. Timbulnya protes dari
elemen masyarakat dalam pasal-pasal tertentu tidak terlepas dari semangat agar bangsa
ini terbebaskan dari cengkeraman korupsi. Hanya saja, dalam berbagai analisis bahwa
persoalan kita adalah kompleks. Praktik nepotisme, lemahnya penegakkan hukum,
wibawa hukum yang merosot, rendahnya komitmen moral, rendahnya peran hati nurani
menjadi pemicu utama terjadinya praktik-praktik korupsi ini. Tidak heran bila Binoto
Nadapdap menulis buku dengan judul “Korupsi Belum Ada Matinya”. Kapan matinya?
Ini merupakan pertanyaan untuk dijawab oleh seluruh anak bangsa.
5. Tantangan Radikalisme
Radikalisme pada umumnya diartikan sebagai paham yang menghendaki
terjadinya perubahan signifikan dalam bidang politik dan juga sosial. Pendekatan yang
dipakai dengan cara ekstrim/kekerasan yang berpotensi terjadinya konflik. Bentuk
perwujudan dan gerakan radikalisme bervariasi. Dalam tulisan Ahmad Jainuri dikatakan
bahwa radikalisme dari perspektif pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai,
ide, dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang dinilainya sebagai yang paling
benar dan menganggap yang lain salah. Ia sangat tertutup, biasanya sulit berinteraksi dan
hanya saling berbicara dengan kelompoknya sendiri. Orang yang memiliki pandangan
seperti ini biasanya tidak menerima pemikiran orang lain, selain pikiran dan
kelompoknya sendiri. Otoritas pengetahuan yang dimilikinya dikaitkan dan diperoleh dari
figur tertentu yang dinilai tidak dimiliki oleh orang lain. Karena itu, biasanya kaum
radikal tidak menerima figur lain sebagai sumber rujukan pengetahuannya. Dalam dialog
biasanya ia tidak ingin memahami keanekaragaman pendapat yang dimiliki orang lain,
tetapi ingin menyatukan pandangan yang berbeda itu dengan pandangan dan pendapat
menurut standar diri sendiri, bahkan dengan memaksakan kehendak. Pada sisi lain,
radikalisme tindakan dan gerakan ditandai oleh aksi ekstrem yang harus dilakukan untuk
mengubah suatu keadaan seperti yang diinginkan. Contoh dalam bidang politik seperti
tindakan makar, revolusi, demonstrasi, dan protes sosial yang anarkis.
6. Tantangan Terorisme
Achmad Jainuri menulis bahwa istilah teror dan terorisme telah menjadi idiom
ilmu sosial yang sangat populer pada dekade 1990-an dan awal 2000-an sebagai bentuk
kekerasan atas nama agama. Meskipun sesungguhnya terorisme bukanlah sebuah istilah

8
baru, tetapi teror dan terorisme telah muncul sepanjang sejarah kehidupan umat manusia.
Lebih lanjut Jainuri menjelaskan bahwa terorisme bagian dari gerakan radikalisme yang
paling mutakhir di abad ini telah mencapai puncak ancaman peradaban. Pada tahun 1980,
CIA (Central Intelligence Agency) mendefinisikan terorisme sama dengan ancaman atau
penggunaan kekerasan untuk tujuan politik yang dilakukan oleh individu atau kelompok
atas nama atau menentang pemerintah yang sah, dengan menakut-takuti masyarakat yang
lebih luas dari pada korban langsung teroris.
7. Tantangan Kemiskinan
Menurut data dan persentase penduduk miskin di Indonesia per Maret 2017
mencapai 27,77 juta. Secara terperinci disebutkan bahwa angka tersebut bertambah 6,90
ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,7 juta orang
(10,70 persen). Kemiskinan terjadi bukan hanya karena kekurangan sumber daya alam,
tetapi juga karena faktor sumber daya manusia yang sangat terbatas dalam pengetahuan
dan ketrampilan mengelola sumber daya alam.
Hal ini, tentu menyangkut dimensi pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Karena itu, memang persoalan keindonesiaan kita adalah persoalan kompleks. Dapat
dikatakan, kondisi ini telah menahun dan terbiarkan selama berpuluh-puluh tahun
lamanya. Indonesia dengan kekayaan alamnya yang luar biasa tetapi masih saja
berhadapan dengan kemiskinan. Karena itu, perlu introspeksi diri secara jujur tentang
keindonesiaan dan berbenah agar keluar dari petaka kemiskinan.
8. Dalam membangun integrasi nasional, menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa
Indonesia selalu dihadapkan pada ancaman yang contohnya seperti gerakan
pemberontakan atau separatis
9. Tantangan seperti upaya pemberantasan KKN, hambatan yang contohnya dilihat dari
beragamnya budaya yang memicu perbedaan pola pikir dan yang terakhir ialah gangguan
seperti masuknya ideologi yang mengancam ideologi bangsa.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedaulatan berasal dari bahasa Arab: “daulah”, yang artinya kekuasaan tertinggi.
Dalam bahasa Inggris kedaulatan //disamakan dengan kata “sovereignty”. Dalam bahasa
Latin kedaulatan diartikan sebagai “supremus” artinya yang tertinggi. Kedaulatan dari
berbagai bahasa itu dapat diartikan sebagai wewenang tertinggi dari suatu kesatuan
politik.
Jimly Asshiddiqie mengungkapkan 5 teori kedaulatan negara, antara lain:[1]
1. Teori kedaulatan Tuhan;
2. Teori kedaulatan raja;
3. Teori kedaulatan negara;
4. Teori kedaulatan rakyat;
5. Teori kedaulatan hukum
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengadopsi teori kedaulatan rakyat. Hal
ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi:
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Lebih lanjut, kita dapat merujuk pada bunyi sila ke-5 Pancasila yang menyatakan:
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga apa yang kami diskusikan dapat
menambah rasa syukur kita kepada Allah swt dan menambah pengetahuan kami. Adapun
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu kami
sempurnakan.Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan kami ucapkan terima kasih .

10
DAFTAR PUSTAKA

http://lab.pancasila.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/Konsep-Kedaulatan-Rakyat-dalam-
Undang-Undang-Dasar-Negara-Republik-Indonesia-Tahun-1945-Oleh-Dr.-Sutoyo-S.H.-
M.Hum_..pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/a/teori-kedaulatan-rakyat-dan-penerapannya-di-indonesia-
lt6253d44134e73
https://www.bola.com/ragam/read/4524498/pengertian-jenis-sifat-bentuk-dan-kedaulatan-
menurut-uud-1945
https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Partisipasi-Publik-dalam-Pembentukan-
PERPU%20344.pdf
https://www.iainpare.ac.id/opini-tantangan-tantangan-persatuan-bangsa/
https://roboguru.ruangguru.com/question/berilah-contoh-ancaman-gangguan-hambatan-dan-
tantangan-yang-bisa-mengancam-keutuhan-dan_QU-9XHSBC5A
https://www.iainpare.ac.id/opini-tantangan-tantangan-persatuan-bangsa/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/tantangan-dalam-menjaga-keutuhan-nkri-
1v0ydOEVlv6/full

11

Anda mungkin juga menyukai