Anda di halaman 1dari 12

SIYASAH DUSTURIAH

(ISLAM DAN NEGARA)

Disusun Oleh:
Edo Surya Saputra 2011150124
Yogi Sastra Wijaya 2011150140

Dosen Pengampu:
Aneka Rahma. S.sy,M.H

PRODI HUKUM TATA NEGARA (HTN)


FAKULTAS SYARIAH
UIN FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
            Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun
materil,sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
            Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah yang berjudul “ISLAM
DAN NEGARA” ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-
kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal penyajiannya, untuk itu
besar harapan kami kepada Dosen dan teman-teman untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun guna lebih menyempurnakan makalah kami dilain waktu.
            Harapan paling besar dari penyusunan makalah ini adalah mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang
lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari
judul makalah kami ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang ada.

Bengkulu, 5 Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------

A. Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------
B. Rumusan Masalah-------------------------------------------------------------------
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan dan bentuk negara islam---------------------------------------------------
B.  Bentuk pemerintahan negara islam------------------------------------------------
C.  Teori tujuan negara------------------------------------------------------------------
D. Teori kewajiban negara--------------------------------------------------------------
E. Unsur-unsur negara pembentukan-------------------------------------------------
F. Unsur-unsur negara islam-----------------------------------------------------------
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan--------------------------------------------------------------------------
DAFTAR FUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Namun, Islam telah
memiliki sistem politik yang disebut dengan fiqh siyasah. Di mana tujuan dari aturan
fiqh siyasah tersebut merupakan salah satu instrumen untuk mewujudkan negara
yang adil dan terpenuhinya hak-hak rakyat. Instrumen fiqh siyasah dalam sistem
negara Islam sebetulnya refleksi atas perbedaan dari beberapa firqoh dan perbedaan
pendapat. Pada gilirannya, membuat satu dimensi utuh yang sudah menjadi
keharusan adanya sistem yang mengikat dalam kelembagaan bangsa dan negara.
Mendefinisikan sistem politik Islam merupakan cara untuk mewujudkan
tatanan masyarakat madani, dalam rangka mewujudkan peradaban lengkap yang
mampu membedakan antara agama dengan negara.2 Di titik inilah Islam bukan
hanya sekedar teologi atau moralitas, tapi sebuah sistem menyeluruh yang tidak
dikotomikan antara yang sifatnya profan dan sakral, kekal dan temporal, spiritual dan
mistik, baik dan buruk, namun Islam mengatur semua aspek kehidupan.
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam,
pada prakteknya, menuntut pemeluk agama agar mengimplementasikan fiqh siyasah
secara komprehensif dalam sistem negara dan pemerintahan.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa tujuan dan Bagaimana bentuk negara islam?
B. Bagaimana  bentuk pemerintahan negara islam?
C. Apa saja teori tujuan negara?
D. Apa saja teori kewajiban negara?
E. Apa saja nsur-unsur negara?
F. Apa saja unsur-unsur negara islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Dan Benuk Negara Islam

Kiai Afifudin menyebutkan, buku karyanya itu intinya menekankan kehadiran


sebuah negara bukanlah sebuah tujuan, tetapi alat untuk mencapai tujuan. Tujuan
negara menurut Islam, katanya, sama dengan tujuan syariat itu sendiri, yaitu
terwujudnya kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat."Itu merupakan tujuan
syariat sekaligus tujuan kehadiran suatu negara," ucapnya."Sekali lagi, kehadiran
negara bukanlah suatu tujuan, akan tetapi sarana meraih tujuan," Ia mengemukakan,
di dalam Alquran maupun hadis tidak akan ditemukan ajaran-ajaran tentang bentuk
negara dan sistem pemerintahan. Kaum Muslimin bebas untuk memilih bentuk
negara tertentu dan memilih sistem pemerintahan tertentu sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada di wilayahnya.

Kiai Afifudin menyebutkan, yang ada dalam Islam adalah prinsip-prinsip


umum yang apabila ditegakkan hingga terwujudlah negara Islam. "Prinsip-prinsip
tersebut adalah musyawarah, kesetaraan, kebebasan (yang tidak melanggar nilai-nilai
Islam) dan keadilan," katanya. Sementara Dr Nurul Ghufron menyampaikan, bahwa
seakan-akan selama ini dikatakan bahwa Islam sangat terlambat atau bahkan
dianggap tidak "update", tidak "now". Dialektika quran dan hadist, lanjut dia, selalu
hadir bersama realitas kekinian, bertolak belakang dari itu ada juga kelompok-
kelompok yang menganggap bahwa Indonesia adalah negara "thaghut" karena tidak
menamai dirinya sebagai negara Islam.

Sebenarnya negara ini sudah menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan


Islam. Misalnya saja dengan adanya mekanisme "check and balance" rakyat bisa
mengawasi kerja aparatur negara, dan bahkan antarlembaga negara pun saling
mengawasi, serta negara juga menempatkan warga negaranya pada posisi yang
setara, Selain itu, mekanisme pembentukan undang-undang pun dilakukan dengan
bermusyawarah, seperti dalam hal pemberantasan minuman keras, dan DPR
merumuskannya dengan mengambil materi substansi dari Alquran dan hadis, melalui
mekanisme musyawarah yang tujuannya untuk kemanfaatan bagi masyarakat.
Sesungguhnya buku Kiai Afifuddin Muhajir tersebut hadir pada waktu yang
tepat, yaitu saat orang-orang sekuler meminta serta memaksa agama (Islam)
dikeluarkan dari ketatanegaraan, dan disisi lain sebagian kalangan Islam yang
meminta Islam dijadikan format dari seluruh ketatanegaraan, Dia menyarankan, agar
ke depannya buku yang dihasilkan dari kumpulan makalah KH Afifuddin untuk
menjawab keresahan dalam pertanyaan, bisa dirumuskan menjadi sebuah buku
khusus yang terstruktur yang membahas secara khusus tentang ketatanegaraan dalam
perspektif Islam serta juga pada bidang spesifik ketatanegaraan yang semakin
kompleks dan detail.

B. Bentuk pemerintahan negara islam

Islam adalah sistem yang sempurna. Di dalamnya terdapat aturan yang


mengatur segala bentuk interaksi antar sesama manusia, seperti sistem sosial,
ekonomi, politik, dsb. Aturan-aturan semacam ini meniscayakan adanya negara yang
akan melaksanakan dan menerapkan aturan-aturan tersebut kepada manusia. Islam
telah menetapkan sistem yang khas bagi pemerintahan. Islam juga telah menetapkan
sistem yang khas untuk mengelola pemerintahan. Di samping itu, Islam menuntut
seluruh hukum syara (Islam) kepada rakyatnya.

Negara Islam adalah negara yang bersifat politis. Negara Islam tidak bersifat
sakral. Kepala negaranya tidak dianggap memiliki sifat-sifat orang suci. Negara yang
dimaksud di sini adalah Khilafah Islamiyah yang dikepalai oleh Khalifah, yang
kadang-kadang disebut sebagai amirul mukminin, sulthan, atau imam.

Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia


untuk menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke
segenap penjuru dunia. Menegakkan Khilafah hukumnya wajib bagi seluruh kaum
muslimin. Melaksanakan kewajiban ini sebagaimana melaksanakan kewajiban lain
yang telah dibebankan Allah SWT kepada kaum muslimin, adalah suatu keharusan
yang menuntut pelaksanaan tanpa tawar-menawar lagi dan tidak pula ada kompromi.
Melalaikannya adalah salah satu perbuatan maksiat yang terbesar dan Allah akan
mengazab para pelakunya dengan azab yang sangat pedih.

Dalil mengenai kewajiban menegakkan Khilafah dalam Al Quran,


bahwasanya Allah SWT telah memerintahkan Rasulullah saw untuk menegakkan
hukum di antara kaum muslimin dengan hukum-hukum yang telah diturunkan-Nya.
Allah SWT berfirman:

“Maka putuskanlah perkara di antara manusia dengan apa yang Allah turunkan, dan
janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu.” (TQS. Al Maidah: 48)

“Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil Amri
di antara kamu sekalian.” (TQS. An Nisaa: 59)

C. Teori tujuan negara

Setiap negara mempunyai tujuan tertentu. Tujuan negara inilah yang menjadi
pedoman bagaimana negara itu disusun serta bagaimana kehidupan rakyatnya diatur.
Dilain pihak, fungsi negara penekanannya pada aspek dinamika negara dengan segala
aktivitas, peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan negara. Teori tujuan negara
dapat digolongkan menurut jamannya, yaitu:

1. Teori tujuan negara yang dikelompokkan sebagai teori tua adalah:

a. Teori tujuan negara dari Lord Shang

Lord Shang hidup pada abad ke-4 B.C. ia seorang Perdana Menteri
pemerintahan Tiongkok, berasal dari daerah Yang, karena itu teorinya disebut
juga “Teori Shang Yang”. Buku hasil karyanya yang terkenal dalam bahasa
inggris dinamakan “ A Clasical of the Chinese School of Law”. Pendapat-
pendapat dari Lord Shang itu dipaparkan oleh Prof. Denyvendak dalam
bukunya yang bernama “Book Lord of Shang”.

Menurut Lord Shang tujuan utama dari negara adalah satu


pemerintahan yang berkuasa penuh terhadap rakyat dengan jalan 20
melemahkan dan membodohkan rakyat. Teori ini didasarkan atas pendapat
bahwa menurut Lord Shang pada setiap negara selalu terdapat dua subjek
yang saling berhadapan dan saling bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat,
artinya kalau rakyat yang kuat, kaya dan pintar, maka negara akan lemah,
sedangkan sebaliknya bila rakyat lemah, bodoh dan miskin, negara akan kuat.
Ia menyatakan bahwa dalam bahasa asing “a week people means a strong
state and a strong state means a weak people. There fore a country, wich has
the right way, a concerned with weaking people” (rakyat lemah berarti negara
kuat dan negara kuat berarti rakyat lemah. Dari itu nagara mempunyai tujuan
yang betul, hendaklah bertindak melemahkan rakyat). Tujuan ini hanya bisa
dicapai dengan hanya menyiapkan militer yang kuat, berdisiplin dan bersedia
menghadapi segala kemungkinan. Di balik itu, kebudayaan adalah merupakan
neraka, apabila dalam suatu negara terdapat hal-hal yang berikut ini, yakni
adat istiadat, musik, nyanyian, sejarah, kebaikan, moral kesusilaan, hormat
pada orang tua, kewajiban persaudaraan, kebijaksanaan, maka raja tidak akan
dapat lagi mengerahkan rakyat, bencana kehancuran negara tidak bisa
dihindarkan. Sebaliknya menurut Lord Shang korbankanlah “kebudayaan
rakyat”, untuk kekuasaan negara. Jika kita telaah teori ini, jelas tujuan yang
dikemukakan sangat rendah sekali, karena kekuasaan yang besar dari negara
itu digunakan untuk membodohkan rakyat dan memiskinkan rakyat, padahal
secara moral bahkan secara asasi negara seharusnya melindungi rakyat.

b. Teori tujuan negara dari Niccol Machiavelli.

Teori Machiavelli tentang tujuan negara dikemukakan dalam bukunya


“II Princip” (Kepala Negara). Menurut Machiavelli, tujuan negara adalah
untuk memupuk kekuasaan guna mencapai kemakmuran rakyat, Pemerintah
atau Raja sebagai teknik memupuk dan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan
raison d’etere dari negara. Obsesinya terhadap “negara absolut” suatu hal
yang mutlak.

Dalam usaha memupuk kekuasaan, raja atau pemimpin negara harus


mempunyai sifat-sifat sebagai harimau, singa atau sifat-sifat sebagai kancil.
Raja harus mempunyai sifat-sifat harimau agar ditakuti oleh rakyat dan
musuh-musuhnya yang lebih lemah. Bersifat sebagai kancil yang cerdik, licik
agar dapat menguasai rakyat dan menerobos lubang-lubang jaring atau
perangkap yang dipasang oleh lawan-lawan politiknya yang lebih kuat.
Negara boleh mengadakan perjanjian dengan negara-negara lain, tetapi tidak
perlu mentaati perjanjian itu, yang penting rakyat tidak dirugikan dan
kesejahteraan bisa dicapai.
c. Teori tujuan negara dari Dante.

Dante adalah seorang ahli filsafat (filosof) dan penyair. Hidup antara
tahun 1265-1321, kelahiran kota Florence di Italia. Sebagai penyair ia juga
mempunyai pengaruh politik di negaranya, Dante seorang anti Paus dan
berpendirian Paus hanya berdaulat dalam bidang kerohanian saja, sekalipun
diakuinya bahwa negara juga bertugas menganjurkan keagamaan.

Teori Dante mengenai tujuan negara, ditulis dalam bukunya yang


berjudul”Die Monarchia” dimana dikatakan bahwa tujuan negara adalah:
“menciptakan perdamaian dunia”. Dengan jalan menciptakan undang-undang
yang seragam bagi seluruh umat manusia. Kekuasaan sebaliknya berada
ditangan raja atau berpusat ditangan raja atau kaisar, supaya perdamaian dan
keamanan terjamin. Menurut Dante, perlu dihindari setiap peperangan dan
perpecahan guna memperoleh ketentraman. Dan secara tersirat sesungguhnya,
tujuan negara bagi Dante adalah menciptakan “Kerajaan Dunia”

2. Teori tujuan negara yang dikelompokan kedalam teori modern, antara lain
adalah:

a. Teori Imanuel Kant.

Imanuel Kant adalah seorang filosof bangsa Jerman, hidup antara


tahun 1724-1804, ia menulis dalam bukunya yang berjudul “Mataphysische
Afangsrunde” (Ajaran Metafisika dalam Hukum).

Menurut Imanuel Kant, “manusia dilahirkan sederajat dan segala


kehendak, kemauan dalam masyarakat negara harus melalui dan didasarkan
dengan undang-undang”. Peraturan-peraturan hukum harus pula dirumuskan
dan harus menjadi dasar pelaksana pemerintahan, di samping itu ia
memandang bahwa perlu adanya pemisahan kekuasaan, seperti diajarkan oleh
Montesquieu (Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudisial), dalam
kepustakaan dikatakan bahwa Imanuel Kant yang memberi nama ajaran
Montesquieu tentang “pemisahan kekuasaan” (separation of power) itu
dengan nama “Trias Politika”. Jadi tujuan negara menurut Imanuel Kant
adalah: menegakkan hak-hak dan kebebasan warga negara atau kemerdekaan
individu. Untuk menjamin kebebasan individu berupa jaminan perlindungan
HAM harus diadakan pemisahan kekuasaan seperti Trias Politika.

D. Teori kewajiban negara

a. Wajib menaati hukum dan pemerintahan.


b. Wajib ikut serta bela negara.
c. Wajib menghormati HAM orang lain.
d. Wajib tunduk ke pembatasan sesuai undang-undang.
e. Wajib ikut serta dalam pertahanan negara.
f. Wajib ikut serta dalam pendidikan dasar.

E. Unsur-unsur negra pembentukan


1. Rakyat
RakyatIndoonesia memiliki rakyat yang tinggal dalam wilayah, rakyat
indonesia ini terdiri dari warga negara dan warga negara asing yang tinggal di
indonesia.Rakyat yang memiliki hak dan kewajiban dalam berbagai bidang,
misalnya dalam bidang politik, pendidikan, hukum, dan maasih banyak lagi,
warga negara juga mempunya hak untuk memilih wakil rakyat.
2. Wilayah
UUD Negara RI tahun 1945, pasal 25A menjelaskan "Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang.
Dari penjelasan diatas, Indonesia memiliki wilayah untuk tempat tinggal
rakyatnya. Wilayah ini juga digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah. Pasal
diatas menjelaskan Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki daratan dan
laut.
3. Pemerintah yang berdaulat
Pemerintah di indonesia dibagi menjadi tiga yaitu lembaga eksekutif,
yudikatif, dan legeislatif. Pemerintah juga menjadi lembaga yang menjalankan
pemerintahan negara.
Dalam UUD tahun 1945 pasal 1 ayat 1 berbunyi, negara indonesia ialah
negara kesatuan yang berbentuk republik. Bunyi pasal tersebut menjelaskan
negara menjalankan prinsip kedaulatan rakyat yang dilakukan melalui pemilu.
4. Pengakuan dari negara lain
Negara indonesia diakui oleh negara lain. Pengakuan dari negara lain artinya
indonesia mempunyai kedudukan yang sama dangan lain. Indonesia juga
melakukan hubungan kerja sama dengan negara lain.

F. Unsur-unsur negara islam


a. Ummat Islam (Muhajirin dan Anshar) sebagai rakyat
b. Hukum Islam (Konstitusi) sebagai undang-undang yang dita’ati
c. Madinah sebagai daerah yang didiami
d. Rasulullah sebagai Kepala Negara yang dita’ati.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Negara Islam adalah negara yang bersifat politis. Negara Islam tidak bersifat
sakral. Kepala negaranya tidak dianggap memiliki sifat-sifat orang suci. Negara yang
dimaksud di sini adalah Khilafah Islamiyah yang dikepalai oleh Khalifah, yang
kadang-kadang disebut sebagai amirul mukminin, sulthan, atau imam.

B. DAFTAR FUSTAKA
Abdul Aziz Thaba, Islam Dan Negara Dalam Politik Orde Baru, Jakarta: Gema Insani
Pres,1996
Adang Muchtar Ghazali, Perjalanan Politik Umat Islam dalam Lintasan Sejarah, Bandung :
Pustaka Setia, 2004.
Adian Husaini, Soeharto1998 , Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Agus Subarson, Analisis Kebijakan Publik, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Ahmad Hasimi, Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia,
Al Ma’arif, 1989.
Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Masyarakat Kenegaraan, Jakarta: LP3ES,
1985.
Ahmad Syafi’i Ma’arif, Islam dan Pancasila sebagai Dasa Negara, Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia, 2006
Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Politik di Indonesia pada Masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1960), Yogyakarta: PT Pustaka Parama Abiwara,
1988

Anda mungkin juga menyukai