Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU DOSEN PENGAMPU

Ilmu Negara Muammar Alkadafi, S.Sos., M.Si

ILMU NEGARA

Di Susun Oleh :

MUHAMMAD HASRIL
(NIM. 12070517041)

ADMINISTRASI NEGARA 2/G


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2021/1442 H
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Negara dan juga untuk teman-teman/khalayak ramai sebagai bahan penambahan ilmu
pengetahuan serta infomasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan saya dan semaksimal mungkin.
Namun, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini
memohon kitik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen mata
kuliah Ilmu Negara yang saya harapkan sebagai bahan koreksi untuk saya.

Waalaikumsalam warahmatullahimwabarrakatuh

Pekanbaru, 25 Juni 2021

Muhammad Hasril

1
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................1

Daftar Isi..................................................................................................2

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................3

Bab II Pembahasan

A. Tujuan Negara.................................................................................4
B. Bentuk Negara.................................................................................5
C. Pemisahan Kekuasaan Negara........................................................6
D. Adanya Negara Gagal.....................................................................7

Bab III Penutup

A. Kesimpulan.....................................................................................10

Daftar Pustaka.........................................................................................11

2
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Negara adalah insititusi yang dibentuk oleh kumpulan orang-orang yang hidup
dalam wilayah tertentu dengan tujuan sama yang terikat dan taat terhadap perundang-
undangan serta memiliki pemerintahan sendiri”. Negara dibentuk atas dasar
kesepakatan bersama yang bertujuan untuk mengatur kehidupan anggotanya dalam
memperoleh hidup dan memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mengatur bagaimana
anggota masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya sebagai warga negara, negara
memberikan batasan-batasan dalam wujud aturan dan hukum. Dan setiap negara
memiliki bentuk-bentuk tersendiri. Negara adalah suatu wilayah dipermukaan
bumiyang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan
suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu
di wilayah tersebut, dan berdiri secara independen. Syarat primer sebuah negara adalah
memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.
Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan
anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan negara menurut para pakar kenegaraan?
2. Jelaskan bentuk negara! Mengapa Indonesia memilih menjadi negara Kesatuan?
3. Jelaskan tentang pemisahan kekuasaan negara! Kenapa harus ada pemisahan
kekuasaan ?
4. Mengapa ada negara gagal? Apa indikator-indikator negara gagal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan negara
2. Untuk mengetahui bentuk negara dan alasan Indonesia menjadi negara kesatuan
3. Untuk mengetahui pemisahan kekuasaan dalam negara
4. Untuk mengetahui indikator-indikator negara gagal

3
Bab II
Pembahasan
A. Tujuan Negara
Secara umum, tujuan negara dibagi menjadi 2, antara lain: 1) mengatur
penghidupan negara dengan sebaik-baiknya, 2) mengatur dan menyelenggarakan
pemerintahan. Dengan melaksanakan dua hal tersebut, tujuan negara dapat tercapai
dengan baik. Dalam hal ini, tujuan negara akan dipengaruhi oleh tata nilai sosial sesuai
budaya, kondisi geografis, sejarah, dan politik. Berikut ini pendapat beberapa tokoh
yang mengemukakan pendapatnya tentang tujuan negara.
1. Plato
Menurut Plato, tujuan negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, baik
sebagai makhluk individu maupun sosial.
2. Roger H. Soltau
Menurut Roger H. Soltau, tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang
serta mengungkapkan daya cipta yang sebebas-bebasnya.
3. Harold J. Laski
Menurut Harold J. Laski, tujuan negara adalah menciptakan keadaan yang di dalamnya,
rakyat dapat mencapai keinginan-keinginannya secara maksimal.
4. Aristoteles
Aristoteles mengemukakan bahwa tujuan dari negara adalah kesempurnaan warganya
yang berdasarkan atas keadilan. Keadilan memerintah harus menjelma di dalam negara,
dan hukum berfungsi memberi kepada setiap manusia apa sebenarnya yang berhak ia
terima.
5. Socrates
Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang
brsifat objektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia. Tugas negara
adalah untuk menciptakan hukum, yang harus dilakukan oleh para pemimpin, atau para
penguasa yang dipilah secara saksama oleh rakyat.
6. John Locke
Tujuan negara menurut John Locke adalah untuk memelihara dan menjamin
terlaksananya hak-hak azasi manusia.yang tertuang dalam perjanjian masyarakat.
7. Niccollo Machiavelli

4
Tujuan negara menurut Niccollo Machiavelli adalah untuk mengusahakan
terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketentraman. Jadi dengan demikian kalau
dahulu tujuan negara itu selalu bersifat kultural, sedangkan menurut Niccollo
Machiavelli tujuan negara adalah semata-mata adalah kekuasaan.
8. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, untuk mengetahui tujuan negara maka terlebih dahulu
mengetahui tujuan manusia, yaitu kemuliaan yang abadi. Oleh karena itu negara
mempunyai tujuan yang luas, yaitu memberikan dan menyelenggarakan kebahagiaan
manusia untuk memberikan kemungkinan, agar dapat mencapai hidup tersusila dan
kemuliaan yang abadi, yang harus di sesuaikan dengan syarat-syarat keagamaan.
9. Benedictus Spinoza
Tujuan negara menurut Spinoza adalah menyelenggarakan perdamaiaan, ketenteraman
dan menghilangkan ketakutan. Untuk mencapai tujuan ini, warga negara harus menaati
segala peraturan dan undang-undang negara, ia tidak boleh membantah, meskipun
peraturan atau undang-undang negara itu sifatnya tidak adil dan merugikan.

B. Bentuk Negara
Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah:
negara kesatuan (Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi).
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan
satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi kedalam 2 macam sistem pemerintahan
yaitu: Sentral dan Otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sisitem sentralisasi adalah pemerintahan yang langsung
dipimpin oleh pemerintahan pusat, sementara pemerintahan daerah di bawahnya
melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat. Model pemerintahan Orde Baru di
bawah pemerintahan presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem
pemerintahan model ini.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk memgurus urusan pemerintahan diwilayah
sendiri. Sisitem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem

5
pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan paske Orde Baru di Indonesia
dengan sistem otonomi khusus dapat dimasukan kedalam model ini.
2. Negara Serikat
Negara serikat atau Federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari
beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara
bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri.
Setelah memnggabungkan dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut
melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya kepada Negara
Serikat. Penyerahan kekuasaan dari negara-negara bagian kepada nagara serikat
tersebut dikenal dengan istilah limitatif (satu demui satu) dimana hanya kekuasaan
yang diberikan oleh negara-negara bagian saja (delagated powers) yang menjadi
kekuasaan Negara Serikat. Namun pada perkembangan selanjutnya, negara serikat
mengatur hal yang bersifat strategis seperti kebijakan politik luar negeri, keamanan
dan pertahanan negara.

Mengenai alasan mengapa Indonesia memilih bentuk negara kesatuan akan dipaparkan
secara ringkas pada bagian penjelasan berikut.
 Untuk menjawab tantangan cultural diversity yang secara inheren dimiliki oleh
bangsa Indonesia.
 Agar dapat memiliki pemerintahan yang bersifat sentralisasi, namun juga dapat
mendistribusikan kekuasaannya pada setiap daerah yang ada.
 Menyesuaikan dengan kondisi realitas di Indonesia.
 Sebagai upaya untuk menyatukan berbagai perbedaan identitas yang ada.

C. Pemisahan Kekuasaan Negara


Sejarah kekuasaan di dalam negara sudah ada sejak berabad-abad silam. Para ahli,
termasuk John Locke dan Montesquieu, telah memaparkan teori dan rumusan mengenai
macam-macam kekuasaan negara. Pembagian kekuasaan dalam pemerintahan suatu
negara diperlukan untuk mencegah terjadinya kekuasaan absolut atau mutlak seperti
yang berlaku dalam sistem pemerintahan monarki atau kerajaan. Miriam Budiardjo
dalam Dasar-dasar Ilmu Politik (2007) mengungkapkan bahwa kekuasaan adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya melakukan tindakan-
tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya.

6
 Teori Kekuasaan Negara Menurut John Locke
John Locke, dikutip dari buku bertajuk Pembahagian Kekuasaan Negara (1962)
karya Ismail Suny, membagi kekuasaan negara menjadi tiga, yaitu:
1. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang.
2. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, termasuk mengadili
setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
3. Federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.

 Teori Kekuasaan Negara Menurut Montesquieu


Pendapat John Locke agak berbeda dengan pandangan Montesquieu tekait macam-
macam kekuasaan negara. Montesquieu tidak memasukkan kekuasaan federatif
melainkan dijadikan satu dari kekuasaan eksekutif. Adapun kekuasaan negara menurut
Mostesquieu terdiri dari:
1. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang.
2. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.
3. Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang, termasuk
mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.

D. Negara Gagal

Negara gagal adalah negara yang dianggap gagal memenuhi persyaratan dan tanggung


jawab dasar suatu pemerintahan berdaulat. Tidak ada kesepakatan umum tentang
definisi negara gagal. Definisi negara gagal menurut Fund for Peace sering digunakan
untuk mencap suatu negara yang memiliki ciri-ciri berikut:
 Kehilangan kontrol atas wilayahnya sendiri, atau monopoli pengerahan pasukan fisik
sah di wilayahnya
 Tergerusnya kewenangan yang sah dalam pembuatan keputusan bersama
 Tidak mampu menyediakan layanan publik
 Tidak mampu berinteraksi dengan negara lain sebagai anggota penuh komunitas
internasional
Ciri-ciri yang umum dari suatu negara gagal adalah pemerintah pusatnya sangat lemah
atau tidak efektif sampai-sampai kekuasaan praktis di sebagian besar wilayahnya begitu
kecil; buruknya layanan publik; korupsi dan tindak kejahatan yang meluas; adanya

7
pengungsi atau perpindahan penduduk tak terkendali; dan memburuknya ekonomi
secara tajam.

Indikator-Indikator Negara Gagal

Indikator Sosial
01. Tekanan Demografis: Tekanan kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi terhadap
pasokan pangan dan sumber daya yang mendukung kehidupan lainnya. Tekanan dari
pola pemukiman penduduk, termasuk sengketa perbatasan, kepemilikan atau hunian
lahan, akses transportasi, dan kedekatan terhadap bahaya lingkungan.
02. Pergerakan besar besaran Pengungsi: kekerasan atau penindasan yang menyebabkan
kekurangan makanan, kekurangan air bersih, persaingan lahan, dan kekacauan yang
dapat menjadi masalah kemanusiaan dan keamanan yang lebih besar, baik di dalam
negeri dan antar negara.
03. Warisan Dendam dan keluahan Kelompok tertentu: Ketidakadilan yang baru saja
terjadi atau di masa lalu yang usianya puluhan tahun. Termasuk kekejaman yang
dilakukan dengan impunitas terhadap kelompok-kelompok komunal dan / atau
kelompok masyarakat tertentu oleh otoritas negara, atau oleh kelompok-kelompok
dominan. Eksklusi politik yang dilembagakan. Pengkambinghitaman kelompok yang
diyakini telah memperoleh kekayaan, status atau kekuasaan, dibuktikan dalam
munculnya radio "kebancian", stereotip, dan retorika politik nasionalisme.
04. Pelarian warga negara yang kronis dan berkelanjutan: banyak warga negara yang
melarikan diri ke luar negeri. Pertumbuhan komunitas pengasingan ataupun expat.

Indikator Ekonomi
05. Pembangunan Ekonomi yang tidak merata kesegala lini: ditentukan oleh
ketidaksetaraan berbasis kelompok, atau kesenjangan persepsi, dalam pendidikan,
pekerjaan, dan status ekonomi. Juga diukur dengan tingkat kemiskinan berbasis
kelompok, tingkat kematian bayi, tingkat pendidikan.
06. Penurunan Ekonomi yang tajam: diukur oleh penurunan ekonomi progresif
masyarakat secara keseluruhan (menggunakan; pendapatan per kapita, GNP, utang
luar negeri, tingkat kematian anak, tingkat kemiskinan, kegagalan bisnis.). Penurunan
harga komoditas secara tiba-tiba, devaluasi atau ambruknya mata uang nasional dan
pertumbuhan pasar gelap, termasuk penyelundupan narkoba, dan pelarian modal.
Kegagalan negara untuk membayar gaji pegawai pemerintah dan angkatan bersenjata

8
atau untuk memenuhi kewajiban keuangan lainnya untuk warga negaranya, seperti
pembayaran pensiun.

Indikator Politik
07. Kriminalisasi dan/atau delegitimasi negara: korupsi endemik dan resistensi terhadap
transparansi, akuntabilitas dan representasi politik. Termasuk hilangnya kepercayaan
terhadap institusi negara.
08. Penurunan Pelayanan Publik yang berkelanjutan; Hilangnya fungsi utama negara
dalam melayani warganya, termasuk kegagalan dalam proteksi terhadap terorisme dan
kekerasan, dan menyediakan layanan pubik seperti, kesehatan, pendidikan, sanitasi,
dan transportasi.
09. Pelanggaran HAM yang luas: pemerintahan otoriter, diktator atau militer di mana
lembaga-lembaga konstitusional dan demokratis dimanipulasi. Meningkatnya tahanan
politik atau pembangkang. Penyalahgunaan hak-hak hukum, politik dan sosial,
termasuk individu, kelompok atau lembaga kebudayaan (misalnya, pelecehan
terhadap pers, politisasi peradilan, penggunaan internal militer untuk tujuan-tujuan
politik, represi terhadap lawan politik)
10. Aparatur Keamanan sebagai "Negara dalam Negara": munculnya pengawal Praetoria
atau elit yang beroperasi dengan kekebalan hukum. Munculnya milisi swasta yang
disponsori negara atau didukung negara yang meneror lawan-lawan politik, atau
warga sipil yang dipandang bersimpati kepada oposisi. Sebuah "tentara dalam tentara"
yang melayani kepentingan militer atau politik yang dominan. Munculnya milisi
saingan, pasukan gerilya atau tentara swasta dalam perjuangan bersenjata atau
kampanye kekerasan yang berlarut-larut melawan pasukan keamanan negara.

9
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Secara umum, tujuan negara dibagi menjadi 2, antara lain: mengatur penghidupan
negara dengan sebaik-baiknya, mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan. Dengan
melaksanakan dua hal tersebut, tujuan negara dapat tercapai dengan baik. Bentuk
negara yang terpenting ialah: negara kesatuan (Unitarianisme) dan negara serikat
(Federasi). Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat,
dengan satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Negara
serikat atau Federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa
negara bagian dari sebuah negara serikat.

Sejarah kekuasaan di dalam negara sudah ada sejak berabad-abad silam. Para
ahli, termasuk John Locke dan Montesquieu, telah memaparkan teori dan rumusan
mengenai macam-macam kekuasaan negara. Pembagian kekuasaan dalam
pemerintahan suatu negara diperlukan untuk mencegah terjadinya kekuasaan absolut.
Ciri-ciri umum dari suatu negara gagal adalah pemerintah pusatnya sangat lemah atau
tidak efektif, buruknya layanan public, tindak kejahatan yang meluas, adanya
perpindahan penduduk tak terkendali, dan memburuknya ekonomi secara tajam.

10
Daftar Pustaka

S. T, Kansil, Ilmu Negara (umum dan indonesia), Jakarta: Pradya Paramita, 2004.
http://blog.ub.ac.id/juuaaannnn/2014/11/11/tujuan-negara-menurut-para-ahli/
https://tirto.id/macam-teori-kekuasaan-negara-menurut-john-locke-montesquieu-gaF5
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_gagal
http://syahyutivariabel.blogspot.com/2012/06/indikator-negara-gagal-failed-states.html

11

Anda mungkin juga menyukai