Anda di halaman 1dari 18

Kebutuhan Menjelang Ajal

Dosen Pengampul : Ns.Sri Suryanti,S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :

1. Nigar Fazrianty
2. Nur Fitriah Jami Auliyah

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Menjelang Ajal” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia di Jurusan Keperawatan Akademi
DIII Keperawatan Universitas MH. Thamrin.
Tema yang dikemukakan penulis tersebut dimaksudkan untuk memahami konsep dalam
pemenuhan kebutuhan menjelang ajal dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan menjelang ajal.
Permasalahan data-data yang di kemukakan dalam makalah ini penulis peroleh dari
internet dan buku-buku kepustakaan. Dengan usaha dan ketekunan akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
                                 
                                                                                 
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
A. Latar belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................... 1
C. Metode yang Digunakan ....................................................................................... 2
D. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II  PEMBAHASAN
A. Pengertian Menjelang Ajal ...................................................................................
B. Tahap-tahap Menjelang Ajal ..............................................................
C. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian .......................................... 
D. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian............................................
E. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal ..................................................
F. Macam macam Tingkat Kesadaran Pasien dan keluarga Terhadap Kematian.........
G. Bantuan yang dapat Diberikan ..........................................................
H. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Menjelang Ajal

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………..
B. Saran ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berjumpa dengan pasien yang menderita karena Terminal Ilness (penyakit yang tidak
tersembuhkan), merupakan hal yang umum bagi dokter yang merawat pasien
lanjut usia (lansia). Meskipun hal itu umum, namun tugas untuk menangani orang yang
sedang meninggal (menjelang ajal, sakaratul maut, sekarat, dying) tidak mudah.
Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayanan kesehatan untuk mencoba
menyelamatkan hidup mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan perawatan versus
penyembuhan. Pada situasi lain yang melibatkan kematian, perawat memiliki tugas legal
yang khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban hukum untuk menjaga orang yang
meninggal secara bermartabat. Penanganan yang salah untuk orang yang meninggal dapat
membahayakan emosional bagi orang yang selamat.
Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut dan
menegangkan. Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih kembali
martabatnya dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Perawat dapat
berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan mengintervensi dalam cara meningkatkan
kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan respek dan perghatian.
Peningkatan Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan
distres psikobiologis. Perawat memberi berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit
terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan,
mobilitas, dan fungsi psikologis.
B. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu :
1. Meningkatkan ilmu tentang praktek keperawatan terutama penanganan terhadap
pasien terminal.
2. Meningkatkan ilmu tentang praktek keperawatan terutama penanganan terhadap
pasien   terminal.
C. Metode yang Digunakan
Adapun metode yang digunakan penulis dalam membuat makalah ini  melalui study
pustaka sebagai berikut:
1. Mencari sumber data dan informasi dari internet yang berkaitan dengan tema.
2. Membaca dan mempelajari buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan tema
D. Pembatasan Masalah
Agar pembaca tidak menyimpang dalam penafsiran masalah yang di bahas,maka
penulis membatasi permasalahan yaitu tentang:
1. Pengertian Mejelang Ajal
2. Tahap-tahap Menjelang Ajal
3. Tipe-tipePerjalanan MenjelangKematian 
4. Tanda-tandaKlinis Menjelang Kematian 
5. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal 
6. Macam Tingkat Kesadaran/PengertianPasien dan Keluarganya Terhadap Kematian 
7. Bantuan yang dapat Diberikan 
8. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Menjelang Ajal
Penulis menyadari memiliki keterbatasan kemampuan akan pengetahuan, tenaga,
waktu, biaya dan sebagainya. Maka pembatasan masalah dapat membantu penulis dalam
pembuatan makalah, agar tidak menyimpang daritema yang dibahas.

                                                                                   
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menjelang Ajal


Menjelang ajal adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya
atau disebut proses kematian. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang
parah/terminal, atau oleh kondisi lain yang berujung pada kematian.
B. Tahap-tahap Menjelang Ajal
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal
(dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya
terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti:
“Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?”.
Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang
palsu (biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal).
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan
segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
Timbul pemikiran pada diri klien, seperti:
“Mengapa hal ini terjadi dengan diriku?”
Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-
obyek yang dekat dengan klien, seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan
yang merawatnya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali
klien berkata:
“Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi
sarjana”.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin
banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang
disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu
kematian.Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-
reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal.
Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat, dsb.
C. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
Ada 4 tipe dari perjalanan proses kematian, yaitu:
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang
cepat dari fase akut ke kronik
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada
pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit
kronik dan telah berjalan lama.
D. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut
kembung, obstipasi, dsbg.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan
hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang
-kadang klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori
terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.
E. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal
1. Pupil mata melebar.
2. Tidak mampu untuk bergerak.
3. Kehilangan reflek.
4. Nadi cepat dan kecil.
5. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
6. Tekanan darah sangat rendah
7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
F. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis
Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-
perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical
Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total
2. tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan
3. tidak ada reflek
4. gambaran mendaftar pada ekg
G. Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap Kematian
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 tipe:
1. Closed Awareness/Tidak Mengerti
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan
tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal
ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan
keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung,
kapan sembuh, kapan pulang, dsbg.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi

Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan


segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.

3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka


Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan
adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun
dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang
dapat melaksanaan hal tersebut.
H. Bantuan yang dapat Diberikan
1. Bantuan Emosional
a. Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan
perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih
baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan
asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang
tidak masuk akal.
d. Pada Fase Depresi

Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari
pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan
Pada fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima
keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan
mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
a. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan, dsbg.
b. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan
sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai
dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik
diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan, karena
kondisi system sirkulasi sudah menurun
c. Membebaskan Jalan Nafas
sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen. Untuk
klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran
sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi
klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak ,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong
tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e. Nutrisi
 Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik.Dapat diberikan anti ametik untuk mengurangi nausea dan
merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein
serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia,
perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau
perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus.
f. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi.Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot
secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan
kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila
terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih
dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-
teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu
diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan
kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien
untuk membersihkan diri dan merapikan mdiri.
d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila
klien mampu membacanya.
4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual
a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-
rencana klien selanjutnya menjelang kematian
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2) Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit
dengan penyakit yang sama
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota  keluarga  pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien
b. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat :
1) Pasien kurang rensponsif.
2) Fungsi tubuh melambat.
3) Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
4) Rahang cenderung jatuh.
5) Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
6) Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
7) Kulit pucat.
8) Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas/ ketakutan  (individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
b. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan
stres ( tempat perawatan).
d. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian.
KRITERIA HASIL
1. Klien atau keluarga akan :
a. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan.
b.  Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi  normal,tanggung
jawab peran dan gaya hidup.
2. Klien akan :
a. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan.
b. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
c. Menyatakan kematian akan terjadi.
3. Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan:
a. Megungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
b. Mengungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat
perawatan.
c. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan
klien.
4. Klien akan mempertahankan praktik spritualnya yang akan
mempengaruhi  penerimaan terhadap ancaman kematian. Anggota keluarga akan
melakukan hal berikut : Mempertahankan  hubungan  erat yang efektif, yang
dibuktikan dengan cara berikut:
a. Menghabiskan waktu bersama klien.
b. Memperthankan kasih sayang, komunikasi terbuka dengan klien.
c. Berpartisipasi dalam perawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu, keluarga ) yang berhubungan dengan situasi
yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan
efek negative pada gaya hidup.
Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab,
peran dan gaya hidup.
Intervensi :
1.
Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :
a. Berikan  kepastian dan kenyamanan
b. Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan
empti, jangan menghindari pertanyaan
c. Dorong klien untuk mengungkapkan setiap
ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan
pengobatannya
d.   Identifikasi dan dukung mekanisme koping
efektif

3.4 Implementasi
Diagnosa I
1.   Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
a.      Memberikan kepastian dan kenyamanan.
b       Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.
c       Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang
berhubungan dengan pengobotannya.
d.      Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif.
2.   Mengkaji tingkat ansientas klien. Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau
sedang.
3.   Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka.
4.   Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku koping positif.
5.   Memberikan dorongan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi seperti paduan
imajines dan pernafasan relaksasi.
Diagnosa II
1.   Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan,
diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa
berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
2.   Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti memberikan
keberhasilan pada masa lalu.
3. Memberikan dorongan pada klien  untuk mengekpresikan atribut dari yang positif.
4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua
pertanyaan dengan jujur.
Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan
dan dukungan.
Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang
empati.
2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan
dan kekhawatiran.
3. Menjelaskan akan lingkungan dan peralatan itu.
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan
memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan keperawatan.
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber lainnya.
Diagnosa IV
1. Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik atau ritual keagamaan
atau spiritual yang diizinkan bila ia memberikan kesempatan pada klien untuk melakukannya.
2. Mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan
praktik religius atau spiritual klien.
3. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien dan
dapat dilaksanakan.
4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur
kunjungan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : alqur’an dan ulama bagi yang
beragama islam
3.5 Evaluasi
a). Klien
1. Klien merasa nyaman (bebas dari rasa sakit) dan mengekpresikan perasaannya pada
perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal dan klien sadar bahwa setiap apa
yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya.
b). Keluarga Klien:
1.   Keluarga dapat mengekspresikan perasaan-parasaan, seperti : sedih, marah,
kehilangan, dll.

1. Dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman emosionalnya.


2. Dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya.
3. Dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa penyakit terminal adalah suatu
penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian
bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang
kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
Perawatan pasien yang akan meninggal tetap harus dilakukan. Perawatan yang
komprehensif tentang orang yang menjelang ajal sangat jarang menuntut lebih dari
manajemen symptom yang hati-hati dan – perhatian terhadap kebutuhan dasar fisik pasien –
secara perorangan – sebagai pribadi — dan keluarganya. Di samping menangani manajemen
symptom, intervensi perawatan paliatif dan hospis dapat ditujukan untuk menolong seseorang
untuk mencapai perasaan beres dalam dimensi social dan relas antar pribadi, untuk
membangun atau memperdalam perasaan bermakna dan menemukan perasaan keunikan
mereka sendiri dalam makna hidup.
Yang paling mendasar adalah, perawat dapat melayani dengan cara menghadirkan diri
secara penuh. Mungkin kita tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan eksistensial tentang
hidup dan kematian lebih daripada orang yang sedang meninggal. Mungkin kita tidak dapat
mengurangi semua perasaan menyesal dan takut menghadapi ketidaktahuan. Namun, bukan
tugas kita untuk menjawab semua masalah itu. Tugas utama seorang perawat adalah berdiri di
samping pasien, terus menerus menyediakan perawatan fisik dan psikososial yang diperlukan,
sementara itu pasien sendiri berjuang untuk mencari jawabannya.
B. Saran
Hal yang paling diperlukan dalam penanganan pasien dalam fese terminal adalah
pendekatan secara moral, social dan spiritual. Peran utama perawat dalam keadaan ini
ditekankan pada kemampuan untuk mempersiapkan pasien secara utuh dalam menerima
keadaanya dan mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian secara damai.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990.


Asuhan Keperawatan pada Pasien/Klien yang tidak ada Harapan Sembuh, Jilid IV,
Edisi I. Jakarta
<http://herdylover.wordpress.com/2009/10/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-terminal/>
[diakses tanggal 27 Maret 2010]
<http://julianto10.blogspot.com/2009/07/konsep-keadaan-terminal-menjelang-ajal.html>
[diakses tanggal 27 Maret 2010]
<http://nursemuslim.wordpress.com/2008/11/30/37/> [diakses tanggal 27 Maret 2010]
[diakses tanggal
27 Maret 2010]

Anda mungkin juga menyukai