Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek Legal
Pendokumentasian” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan. Kami juga
berterima kasih kepada dosen kami yaitu Firdawsyi N. S.Kep., M.Kes yang telah
memberikan tugas ini dan telah membimbing kami. Kami berharap makalah ini dapat
berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya. oleh karena itu kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi kritik, saran dan usulan kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah kami di kemudianhari. Semoga makalah ini bermanfaat dan mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian intergl dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan
etika keperawatan .keperawatan sebagai bagaian intergral dari pelayanan kesehatan
ikut menentukan mutu daripelayanan kesehatan yang ada dimana keperawatan
memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehtan sebagai satu
kesatuan yang relatif,berkelanjutan ,koordinatif dan advokatif keperawatan sebagai
suatu profesi menekankan kepeda bentuk pelayanan profesional yang sesuai dengan
standar dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang
diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.
Aspek hukum diperlukan agar masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan,
memiliki jaminan perlindungan hukum. Aspek hukum atau dasar hukum praktik
keperawatan mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Berbagai
hukum nasional yang dijadikan sebagai acuan, kemudian dijabarkan dalam berbagai
konsep legal guna mengatur berbagai praktik keperawatan[ CITATION Ali10 \l 1033 ].
Elemen utama dalam praktik keperawatan adalah para pelaku atau subjek
keperawatan. Mereka adalah para tenaga kesehatan, para perawat, serta psien. Bagi
para tenaga kesehatan, serta perawat , secara ketat mereka harus bertanggung jawab
atas segala keputusan serta tindakannya. Hal ini sudah tercantum dalam aspek etik
serta aspek legal profesi keperawatan. Bahwa sudah menjadi kewajiban seorang
perawat untukmelaksanakan tugasnya secara profesional. Karena jika tidak, huku
akan bekerja, dan keteledoran itu tentu tidak bisa ditolerir di ranah hukum[ CITATION
Ali10 \l 1033 ].
Hukum adalah aturan tingkah laku yang ditetapkan dan diberlakukan oleh
pemerintahan suatu masyarakat atau dalam sebuah negara. Hukum juga dapat di
terapkan dengan asas yang tunggal dalam sebuah wilayah hukum pemerintahan.
Wilayah hukum pemerintahan tersebut misalnya saja kota, kabupaten, provinsi,
ataupun sebuah negara[ CITATION Ali10 \l 1033 ].
Hukum sifatnya memaksa, jadi siapapun yang berada dalam suatu wilayah
hukum tertentu, meu tidak mau terkena berbagai kewajiban hukum. Jika tidak
mematuhi hukum, siapapun akan terkena sanksi hukum yang sudah ditetapkan. Inilah
1
yang meyebabkan pertanggungjawaban menjadi konsep yang amat penting dalam
sebuah praktik keperawatan dan hukum[ CITATION Ali10 \l 1033 ].
Secara umum, hukum bertujuan untuk melindungi hak-hak publik. Inilah yang
menjadikan hukum sebagai standar perilaku yang bermanfaat untuk melindungi hak
publik. Hukum juga memungkinkan masyarakat untuk hidup bersama secara damai.
Di Indonesia sendiri ada dua jenis hukum yang berlaku. Mereka adalah hukum pidana
atau hukum publik, dan hukum perdata. Hukum pidana atau hukum publik mengatur
hubungan individu dengan pemerintah, sementara itu hukum perdata atau hukum sipil
mengatur hubungan antar manusia[ CITATION Ali10 \l 1033 ].
Jika dihubungkan dengan dokumentasi keperawatan, aspek hukum ini menjadi
hal yang tidak bisa dilupakan. Harus diingat bahwa dokumentasi keperawatan adalah
hal yang amat penting dalam sebuah pelayanan kesehatan kolaboratif dengan profesi
lain. Jika tidak ada dokumentasi keperawatan, maka jaminan hukum terhadap seluruh
subjek yang terlibat dala proses keperawatan ini tidak akan terlalu kuat. Jika tidak ada
dokumentasi keperawatan, maka tidak akan ada bukti kuat yang dapat digunakan
secara hukum, bila suatu saat salah satu subjek (dokter, perawat, tenaga kesehatan,
dan pasien serta keluarganya) merasa tidak puas pada proses pelayanan
keperawatan[ CITATION Ali10 \l 1033 ].
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implikasi hukum-hukum dalam dokumentasi?
2. Apa saja komponen-komponen umum data yang relevan menurut hukum?
3. Bagaimana pedoman untuk pencatatan data yang relevan menurut hukum?
4. Apa saja contoh situasi yang dapat memberi kecenderungan pada tuntutan
hukum?
5. Bagaimana implikasi etik hukum?
2
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami tentang implikasi hukum-hukum dalam
dokumentasi
2. Mahasiswa mampu memahami tentang komponen-komponen umumdata yang
relevan menurut hukum
3. Mahasiswa mampu memahami tentang pedoman untuk pencatatan yang relevan
menurut hukum
4. Mahasiswa mampu memahami tentang contoh situasi yang dapat memberi
kecenderungan pada tuntutan hukum
5. Mahasiswa mampu memahami tentang implikasi etik hukum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selain aturan yang ada dalam hukum khusunya yang berkaitan dengan aspek
pendokumentasian maka diperlukan pengetahuan tentang arti hukum terhadap status
atau kondisi pasien. Artinya, gugatan pada umumnya menyangkut gangguan fisik.
Misalnya : peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kebakaran atau trauma,
dan penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai produk beracun. Disamping itu, gugatan
tidak hanya menyangkut ganguan fisik. Korban kejahatan dan korban akibat kelalaian
petugas kesehatan pun dapat diajukan ke pengadilan baik itu erdata atau pidana,
tergangtung kondisi penggugat.
Contoh tuntutan pidana :
4
Tuntutan pidana tentang pemerkosaan. Catatan perawat pada pemeriksaan dalam alat
kelamin (genetalia) dapat diajukan sebagai bukti dalam persidangan.
Contoh tuntutan perdata :
Seorang wanita menderita luka bakar serius karena ledakan kompor di rumah nya
kemudian menggugat pamrik kompor. Catatan di ruang rawat darurat tentang luka
bakar diakuisebagai bukti selama persidangan yang memberikan kesaksian tentang
luas atau derajat lika bakar,perawatan, dan pengobatan luka bakar.
Pembuatan catatan harus berdasarkan standar perawatan yang ditetapkan hukum
sebagai bentuk perlindungan diri yang sah dari gugatan hukum. Maka harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Legal (sah). Disahkan secara hukum
2. Kesalahan. Kerugian individu yang dapat di berikan ganti rugi menurut
hukum bisanya berupa sejumlah uang.
3. Kelalaian. Kegagalan mejalankan perawatan dengan baik atau wajar (yang
melampaui batas standar peraawatan yang ditetapkan oleh hukum)
4. Malpraktik. Kelalaian profesi atau kegagalan mematuhi standar perawatan
yang harus dijalankan oleh seorang profesional.
5. Standar perawatan. Standar peilaku perawatan yang harus dipatuhi oleh
seorang perawat profesional.
6. Kewajiban. Tuntutan hukum bagi seseorang untuk mematuhi standar
perawatan guna melindungi orang lain dari resiko gangguan yang tidak wajar
7. Pelanggaran. Kegagalan untuk menjalankan kewajiban.
8. Kelalaian kasual. Kelalaian yang menyebabkan gangguan nyata pada
seseorang.
9. Ganti rugi. Ganti rugi yang diminta melalui pengadilan oleh penderita
kecelakaan atau cedera karena kelalaian orang lain. Ganti rugi menunjukan
sejumlah uang sesuai tingkat gangguan yang diderita penggugat.
10. Liabilitas. Keputusan hukum bahwa seseorang bertanggung jawab atas
kegugatan pada orang lain dan diwajibkan untuk membayar ganti rugi.
5
B. Komponan-komponen Umum Data yang Relevan Menurut Hukum
1. Fisik, mental, kondisi, emosional : penilaian dan observasi keperawatan (tanda dan
gejala), asuhan keperawatan, harus relevan dengan status asuhan keperawatan, nilai
laboratorium kritis, informasi yang didapat dari peralatan pengawasan, tanda-tanda
vital[ CITATION Sub12 \l 1033 ].
1. Sadarilah konteks legal pengobatan keliru yang juga melibatkan para perawat
didalamnya. Sebagaian besar tindakan pengobatan yang keliru ini akan berakibat
pada luka dan penderitaan terhadap pasien. Elemen kritis dari akibat ini didasarkan
pada kondisi fisik pasien. Anggapan legal mengenai kondisi pasien dijelaskan
dengan detail pada bagian selanjutnya[ CITATION Sub12 \l 1033 ].
6
2. Masukan informasi penting mengenai kondisi dantingkah laku pasien. Catatan
medis dan pengobatan, asuhan keperawatan yang diberikan, dan kebutuhan untuk
perawatan lanjutan. Lakukan penilaian fisik dasar paling tidak satukali per shift.
Waspadalah terhadap perubahan status pasien, khususnya yang menunjukkan
adanya tanda-tanda kemunduran dan hasil-hasil yang tidak diharapkan. Catatlah
sinopsis singkat mengenai komunikasi dokter dengan perawat, lengkap dengan
perintah yang harus dijalankan dan intervensi keperawatan yang dilakukan. Tulis
juga waktu yang digunakan untuk observasi, kejadian, dan aktivitas secara akurat
sehingga tidak ada keraguan tentang rangkaian kejadian yang ada dalam
pertanyaan[ CITATION Sub12 \l 1033 ].
3. Tunjukkan bukti yang akurat dan nyata tentang proses keperawatan. Juga perlu
dilibatkan sejarah pasien yang relevan, penilaian fisik keperawatan, diagnosis
keperawatan, rencana dan intervensi perawatan ( dari dokter dan perawat), hasil,
dan evaluasi. Masukkan pula informasi terkait mengenai informasi pelaksanaan
dan penyerahan untu melakukan kelanjutan keperawatan[ CITATION Sub12 \l 1033 ].
a. Pasien yang memiliki masalah kesehatan kompleks seperti pasca operasi, pasien
yang membutuhkan perawatan intensif, dan pasien yang memiliki infeksi serius.
7
D. Contoh Situasi yang Dapat Memberi Kecenderungan Pada Tuntutan Hukum
Ada beberapa situasi yang bisa memberi kecenderungan pada tuntunan hukum
dalam pendokumentasi keperawatan, yaitu:
1. Kesalahan administrasi pengobatan
Contoh : Kesalahan pemberian obat ketika di dalam administrasi pengobatan.
2. Kelalaian dalam mengangkat /mengecek benda asing setelah operasi
Contoh: Kesalahan pada saat melakukan operasi kasa masih terdapat di
dalamnya.
3. Mengakibatkan klien mengencam luka
Contoh: Kesalahan dalam pemakaian alat medis sehingga mengancam luka
terhadap klien.
4. Pelanggaran hak privasi, pelanggaran seseorang untuk tidak diganggu dan
masalah pribadi tertentu tidak dibeberkan kepada umum
Contoh: Mengambil foto anak yang cacat secara diam diam.
5. Pemberhentian obat oleh perawat
Contoh: Perawat menghentikan terapi obat tanpa sepengetahuan dokter.
6. Penginaan, merugikan nama baik orang lain dengan menyebar berita bohong
mengenai dia kepada pihak ketiga
Contoh: Membuka aib klien kepada oarang lain.
7. Tidak memperhatikan teknik anti septik yang diharuskan
8. Tidak mengikuti peraturan dan prosedur yang diharuskan
8
“perawat lupa melakukan pemantauan cairan 6 jam sehingga pasien
mengalami syok dan akhirnya meninggal.
2. Tidak memenuhi standar praktik keperawatan
Standar keperawatan telah ditentukan oleh organisasi keperawatan
atau dewan keperawatan. Mereka menata aturan atau batasan bagi praktik
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, baik praktik
keperawatan individu, kelompok, maupun rumah sakit. Yang bertujuan
memberikan batasan pada profesi perawat tentang ruang lingkup praktik
keperawatan. Contohnya: “pasien meninggal setelah diberi obat oleh perawat
tanpa meminta resep dokter.”
3. Adanya hubungan sebab akibat terjadinya cedera
Seseorang dikatakan ceroboh bila dalam menjalankan tindakan dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem dalam tubuh seperti adanya luka dan
lain sebagainya. Contohnya: “pasien mengalami luka pada rektuk akibat
tindakan pengeluaran feses secara manual oleh perawat.”
4. Kerugian yang actual (hasil lalai)
Perawat dalam menjalankan perannya pada pelaksana tindakan, selalu
berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien. Sangat
memungkinkan tuduhan dalam tindakannya tersebut berakibat merugikan
secara nyata. Dengan demikian, tindakan tersebut menunjukkan kecerobohan
yang memungkinkan tuduhan atau pada luka dijatuhkan tuntutan. Contohnya:
“ pasien mengalami infeksi pada luka pasca operasi akibat kelalaian perawat
yang tidak merawat luka secara teratur.”
9
yang akurat akan membantu dalam pemecahan masalah yang membutuhkan
dokumentasi yang objektif dalam situasi apapun[ CITATION Ser10 \l 1033 ].
2. Menjaga kerahasiaan (privasi pasien). Hal ini dilakukan dalam praktik perawatan.
Pencatatan tentang pelayanan kesehatan merupakan suatu jaminan kerahasiaan
dan keakuratan asuhan keperawatan. Perawat berperan penting dalam menjaga
kerahasiaan dan keamanan pencatatan kesehatan pasien. Dalam penyiapan
pencatatan harus berhati-hati karena kegiatan tersebut dijadikan jaminan
kepercayaan. Kegiatan tersebut antara lain mengeluarkan informasi data pasien,
nama pasien, alamat, tanggal masuk dan data klinis[ CITATION Ser10 \l 1033 ].
3. Moral perjanjian, merupakan suatu pertimbangan etik yang digunakan dalam
melaksanakan dokumentasi keperawatan. Yang termasuk dalam moral perjanjian
adalah etik perizinan yang mencakup; perizinan yang tak lansung seperti
pengambilan darah, perizinan langsung seperti pasien dengan kemauannya sendiri
datang ke rumah sakit dan perizinan yang perlu pemberitahuan seperti pasien
perlu membuat keputusan yang rasional sebelum menentukan keputusan, pasien
perlu tindakan harus ada penjelasan terlebih dahulu[ CITATION Ser10 \l 1033 ].
Sedangkan hal yang perlu diperhatikan dalam perizinan atau perjanjian yang sesuai
dengan standar dokumentasi keperawatan adalah[ CITATION Ser10 \l 1033 ]:
1. Surat perjanjian yang telah diterima harus diarsipkan pada tempat yang tepat
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Surat perjanjian harus
mencantumkan tanggal, waktu, prosedur, tanda tangan yang lengkap dan jelas
serta beberapa format yang memuat atau mencatat sejumlah adanya alergi sesuai
keadaan pasien saat itu.
2. Jika persetujuan diberikan secara lisan maka fakta harus disaksikan dan dicatat
oleh dokter dan perawat serta harus ada saksi lain. Dapat juga berupa rekaman.
3. Catatan perkembangan pasien harus memuat pernyataan tentang penjelasan yang
telah diberikan, termasuk media apa yang digunakan, tanggal dan waktu surat
perjanjian tersebut ditandatangani [ CITATION Ser10 \l 1033 ].
Dalam kaitan aspek legal dan standar keperawatan perlu dijembatani dengan
manajemen keperawatan.Salah satu manajemen yang harus dipahami adalah
manajemen kasus. Manajemen kasus adalah sistem yang dirancang sebagai proses
kontinu identifikasi dan penyelesaian masalah dengan tujuan mempengaruhi biaya
dan kualitas populasi klien tertentu [ CITATION Ser10 \l 1033 ].
10
Manajemen kasus mengalami pengembangan, perkembangan manajemen kasus
dipengaruhi oleh[ CITATION Ser10 \l 1033 ]:
1. Perubahan pada pendekatan pelayanan kesehatan yang lebih berorientasi kepada
konsumen.
2. Pembayaran prospektif yang mengubah kecepatan lingkup dan finansial dari
pemberian pelayanan kesehatan.
3. Makin meningkatnya pendidikan konsumen perawatan kesehatan sehingga
penghargaan perawatan akan lebih meningkat.
4. Kenyataan bahwa tekhnik yang berhasil dimasa lampau tidak lagi layak secara
finansial [ CITATION Ser10 \l 1033 ].
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan berperan penting dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan berperan penting dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.dalam penting dalam upaya peningkatan mutu,seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar,yaitu mulai dari pengkajian
sampai evaluasi berikut sampai dokumentasi. Dokumentasi legal yang isinya
merupakan kondisi perkembangan klien biasanya dituliskan dalam bentuk chart. Chart
memuat segala proses dan perkembangan klien yang dituliskan secara akurat. Chart
mempunyai dua fungsi yaitu.sebagai penyedian data mengenai klien dan merupakan
laporan yang dapat menjaga standar pelayanan.
B. Saran
Memberikan masukan kepada pelaksana pelayanan kesehatan untuk dapat
mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan sistem berbasis
teknologiterutamaPendokumentasian asuahan keperawatan berbasis teknologi ini juga
dapat memacu kemajuan perawat, tenaga kesehatan lain. Rumah sakit memiliki daya
saing yang tinggi karena dapat mengurangi resiko kesalahan asuhan keperawatan
sehingga meningkatkan kualitas keselamatan klien. Sistem dokumentasi
keperawatanmerupakan sistem yang baikjika diterapkan di Indonesia karena lebih
efisien, banyak tindakan keperwatan yang membutuhkan waktu yang lama, ini
tentunya mengurangi waktu perawat dalam menulis dan membuat perawat lebih
caring terhadap klien namun ini menjadi tantangan bagi perawat dalam memenuhi
kebutuhan klien berbagai hambatan yang dapat dialami seperti sumber daya manusia,
perlunya pelatihan dan sistem pelayanan dirumah sakit dalam penggunaan sistem
informasi manajemen.
12
DAFTAR PUSTAKA
13