Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TSAQOFAH ISLAMIYAH

Sistem Politik Yang Sesuai Dengan Ajaran Islam


Dosen Pengampu :
Ust. Mohammad Isman Almaududi, SEI, MM

Disusun oleh

kelompok 9 :

Khoirul Mu’thi 41802017


Nishrina Zahra N.A 41802021
Nur Shafa Jayanti 41802041

JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SEBI 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Pendahuluan ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Urgensi Politik Dalam Islam ............................................................................................ 5
B. Prinsip Dasar Politik Islam ............................................................................................... 5
C. Kemaslahatan Dalam Politik Islam .................................................................................. 6
D. Gender Dalam Politik Islam ............................................................................................. 6
E. Kepemipinan Dalam Politik Islam .................................................................................... 7
F. Sistem Syuro Dalam Islam................................................................................................ 7
BAB III ...................................................................................................................................... 9
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... Error! Bookmark not defined.10

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW Dan umatnya.
Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Sigit Pramono, SE, Ak, MSAcc. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam
SEBI.
2. Bapak Azis Budi Setiawan, SEI, MM. Selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik.
3. Ibu Nining Nurhasanah, SEI, MM. Selaku Dosen Pembimbing Manajemen Perbankan
Syariah 2018 B.

4. Bpk Mohammad Isman Almaududi, SEI, MM Selaku Dosen Mata Kuliah Tsaqofah
Islamiyah
5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya hasil Penelitian ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka di terima Allah SWT. Dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca, dengan
harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga karya ini
bermanfaat dan mendapaat ridha Allah SWT.

Depok, 29 November 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda.Namun, Islammemiliki
aturan politik yang bisa membuat negara itu adil.Dalam Al-Qur’anmemang aturan politik
tidak disebutkan, tetapi sistem politik pada jamanRasullullah SAW sangatlah baik.Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor yangmendorong masyarakatnya menjalankan syari’at Islam.

Indonesia adalah sebuah negara Islam terbesar di dunia, namun bila dikatakan negara
Islam, dalam prakteknya islam kurang di aplikasikan dalam sistem pemerintahan baik itu
politik maupun demokrasinya. Hal itu berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan
manusia di Indonesia, terutama pada sistem yang berlaku dalam pemerintahan Indonesia.
Contoh kecil adalah maraknya korupsi yang dikarenakan kurang transparannya pemerintahan
di indonesia. Hal tersebut di atas membuat penulis membahas tentang Islam dalam aspek
politik dan demokrasi dalam suatu negara dalam makalah ini.Disini kita akan membahas
tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji
berbagai informasi berdasarkan Al-Qur’an, Al Hadits dan sejarah sistem politik dimasa
Rasulullah SAW

B. Rumusan Masalah
Dari berbagai uraian yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, penulis tertarik untuk
mengangkat beberapa permasalahan dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa urgensi sistem Politik Islam
2. Apa prinsip-prinsip dasar politik Islam
3. Bagaimana kemashlahatan dalam politik islam
4. Apa gender dalam politik islam
5. Bagaimana kepemimpinan dalam politik islam
6. Bagaimana sistem syuro dalam politik islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Urgensi Politik Dalam Islam


Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya perangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau susunan yang teratur
dengan pandangan, teori, dan asas. Sedangkan, kata politik berasal dari bahasa latin yaitu
politicus yang berarti hubungan warga negara. Dalam bahasa arab politik diartikan dengan
siyasah yang artinya mengemudi, mengendalikan dan mengatur. Menurut Abdul Qadir
Zallum, menyatakan bahwa politik atau siyasah mempunyai makna mengatur urusan rakyat,
baik dalam maupun luar negeri. Politik dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat. Negara
adalah institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis sedangkan rakyat mengoreksi
pemerintah dalam melakukan tugasnya.
Politik dalam Islam menjurus pada kegiatan umat mengenai usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.
Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya:
"Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah
aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang
menolong." (AI Isra': 80)
Berdasarkan landasan tersebut para ulama' menyatakan bahwa:
"Allah menghapuskan sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan
Nya meIaiui al Qur'an"
Di sisi lain, terdapat persamaan makna antara kata hikmah dan politik. Sementara ulama
mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaan, atau kemampuan menangani suatu masalah,
sehingga mendatangkan manfaat atau menghindarkan mudharat.

B. Perinsip-prinsip Poitik Dalam Islam


Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama Agama Islam mengandung ajaran
tentang prinsip-prinsip dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan sistem politik
Islam. Prinsip-prinsip dasar sistem politik Islam yaitu sebagai berikut :
1. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Al-Mu’minun 52)
2. Keharusan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtidaiyah (As-Syura 38
dan Ali Imran 159)
3. Selalu amanah dan menetapkan hukum secara adil (An-Nisa 58)

5
4. Mentaati Allah SWT, Rasul SAW dan ulil amri (pemegang kekuasaan) (An-Nisa 59)
5. Mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat islam (Al-Hujarat 9)
6. Mempertahankan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi dan invasi (Al-Baqarah
190)
7. Mementingkan perdamaian daripada permusuhan (Al-Anfal 61 dan Al-Hujarat 13)
8. Meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan (Al-Anfal 60)
9. Menepati janji (An-Nahl 91)
10. Beredarnya harta pada seluruh lapisan masyarakat (Al-Hasyr 7)
Mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum seperti menyedikitkan beban (taqlil al-takalif),
berangsur-angsur (al-tadarruj), tidak menyulitkan (‘adam al-haraj)

C. Kemaslahatan Politik Dalam Islam


Politik profetik adalah politik kemaslahatan, politik yang berdasarkan ideologi dan nilai-
nilai Islam, dengan menjadikan kepentingan umat sebagai prioritas dan orientasi utama.
Politik kemaslahatan berorientasi kepada kebaikan bersama, kepentingan umum, bukan
kepentingan pribadi, dan orang perorang. Kemaslahatan adalah nilai-nilai positif dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

D. Genre Dalam Politik Islam


Pandangan ajaran dasar Islam terhadap wanita, yaitu Al-Qur’an menerangkan bahwa laki-
laki dan wanita diciptakan Allah dalam derajat yang sama. Tidak ada isyarat bahwa wanita
pertama (Hawa) yang diciptakan oleh Allah adalah suatu ciptaan yang mempunyai martabat
lebih rendah dari laki-laki pertama (Adam). Hal ini ditegaskan Al- Qur’an dalam surat An-Nisa’
ayat 1: “Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari jenis yang sama dan dari padanya Allah telah menciptakan pasangan dan pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan wanita yang banyak.” Ayat ini
merupakan penegasan, bahwa bahan untuk penciptaan manusia tidak ada perbedaan, baik
bahan yang digunakan untuk menciptakan wanita maupun laki-laki keduanya berasal dari
jenis yang sama.
Islam tidak mengenal diskriminasi antara kaum laki-laki dan wanita. Islam menempatkan
wanita sebagai mitra sejajar kaum laki-laki. Kalaupun ada perbedaan, maka itu adalah akibat
fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan agama kepada masing-masing jenis kelamin,
sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas
yang lain. Keduanya saling melengkapi dan bantu membantu dalam memerankan fungsinya
dalam hidup dan kehidupan. Hal ini telah ditugaskan Allah swt dalam surah An-Nisa’ ayat 32,
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu
lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka

6
usahakan dan bagi paea wanita pun ada bagian dari apa yang mereka yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Segala Sesuatu.”
Dari ayat di atas dapat ditarik pemahaman, bahwa Islam memproklamirkan kesetaraan laki-
laki dan wanita serta adanya integrasi antara keduanya dalam memerankan fungsinya masing-
masing (Yanggo, 2001, hal. 138).

E. Kepemimpinan Dalam Politik Islam


Menurut para pemikir muslim, keberadaan pemimpin adalah sebuah
keharusan (wajib/fardhu) (al-Mawardi, 2006: 5; Ibn Khaldun, tt: 190; Salabi,
1984: 29). Kewajiban itu didasarkan pada ijma’ (consensus) para sahabat dan
tabi’in (para cende- kiawan setelah masa sahabat). Namun para pemikir muslim
berbeda pendapat tentang sumber argumentasi kewajiban itu. Sebagian
berpendapat, kewajiban adanya kepemimpinan di- dasarkan pada argumentasi
rasional (aqli) belaka, bukan bersumber dari syariat. Sementara sebagian lainnya
meng- anggap kewajiban itu berasal dari ketentuan syariat (agama) (al-
Mawardi, 2006: 5).
Ibn Khaldun menjelaskan, kelompok pertama (aqli), berpen- dapat bahwa
yang membuat jabatan itu wajib menurut rasio adalah kebutuhan manusia pada
organisasi dan ketidakmung- kinan mereka hidup secara sendiri-sendiri. Salah
satu akibat logis dari adanya organisasi (masyarakat) adalah munculnya silang
pendapat dan tanazu’ (perselisihan). Selama tidak ada penguasa/pemimpin
yang bisa mengendalikan silang pendapat itu, maka selama itu pula akan
selalu timbul keributan dan kekacauan, yang selanjutnya akan
mengakibatkan hancur dan musnahnya umat manusia.
Namun pendapat ini disanggah oleh Ibn Khaldun. Menurut- nya, ada silang
pendapat dan tanazu’ (perselisihan) tidak mesti dihilangkan dengan
kepemimpinan. Keduanya bisa dihilangkan dengan banyak cara, seperti adanya
pemimpin selain juga dengan ikhtiar pada masyarakat untuk menghindari
perselisihan dan perilaku dhalim, atau juga dengan adanya syariat. Dengan
demikian, Ibn Khaldun menegaskan bahwa kewajiban mendiri- kan
kepemimpinan bersumber dari syariat melalui ijma’ (Ibn Khaldun, tt:191-192).

perkataan para salaf al-salih, antara lain: 1) perkataan Abu Bakar saat
wafatnya Rasul, “Sesungguhnya Muhammad telah melalui jalannya, dan agama
ini tetap harus ada yang mendirikannya (menjaganya)” dan 2) perkataan Umar
bin Khattab: “Tidak ada Islam kecuali dengan jamaah (komu- nitas), tidak ada
jamaah (komunitas) kecuali dengan imarah (kepemimpinan), dan tidak ada
kepemimpinan kecuali dengan ketaatan” (Salabi, 1984: 29). Meski adanya
kepemimpin meru- pakan kewajiban syar’i berdasar ijma’, namun kewajiban itu
bersifat kifayah (fardh kifayah) seperti halnya kewajiban berji- had dan
menuntut ilmu. Artinya, apabila ada ahli yang telah mendirikannya, maka
gugurlah kewajiban seluruh masyarakat (al-Mawardi, 2006: 6).

7
F. Syuro Dalam Islam

Ibnu ‘Athiyah mengatakan, “Syura merupakan aturan terpenting dalam syari’at dan
ketentuan hukum dalam Islam” [Al Muharrar al-Wajiz]. Apa yang dikatakan oleh beliau
mengenai syura benar adanya karena Allah ta’ala telah menjadikan syura sebagai suatu
kewajiban bagi hamba-Nya dalam mencari solusi berbagai persoalan yang membutuhkan
kebersamaan pikiran dengan orang lain. Selain itu, Allah pun telah menjadikan syura sebagai
salah satu nama surat dalam al-Quran al-Karim. Kedua hal ini cukup untuk menunjukkan
betapa syura memiliki kedudukan yang penting dalam agama ini.
Amir al-Mukminin, ‘Ali radhiallahu ‘anhu juga pernah menerangkan manfaat dari syura.
Beliau berkata, “Ada tujuh keutamaan syura, yaitu memperoleh solusi yang tepat,
mendapatkan ide yang brilian, terhindar dari kesalahan, terjaga dari celaan, selamat dari
kekecewaan, mempersatukan banyak hati, serta mengikuti atsar (dalil) [Al Aqd al-Farid hlm.
43].
Urgensi dan faedah syura banyak diterangkan oleh para ulama, diantaranya imam Fakhr
ad-Din ar-Razy dalam Mafatih al-Ghaib 9/67-68. Secara ringkas beliau menyebutkan bahwa
syura memiliki faedah antara lain adalah sebagai berikut :
a. Musyawarah yang dilakukan nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan para sahabatnya
menunjukkan ketinggian derajat mereka (di hadapan nabi) dan juga hal ini membuktikan
betapa cintanya mereka kepada beliau dan kerelaan mereka dalam menaati beliau. Jika beliau
tidak mengajak mereka bermusyawarah, tentulah hal ini merupakan bentuk penghinaan
kepada mereka.
b. Musyawarah perlu diadakan karena bisa saja terlintas dalam benak seseorang pendapat
yang mengandung kemaslahatan dan tidak terpikir oleh waliy al-amr (penguasa). Al Hasan
pernah mengatakan,
َ ‫أَ َم ِر ِه ْم ِِل َ ْر‬
َ ‫ش ِد ُهد ُوا ِإ َّل قَ ْوم تَش‬
‫َاو َر َما‬

“Setiap kaum yang bermusyawarah, niscaya akan dibimbing sehingga mampu melaksanakan
keputusan yang terbaik dalam permasalahan mereka” [Al Adab karya Ibnu Abi Syaibah
1/149].
c. Al Hasan dan Sufyan ibn ‘Uyainah mengatakan, “Sesungguhnya nabi diperintahkan
untuk bermusyawarah agar bisa dijadikan teladan bagi yang lain dan agar menjadi sunnah
(kebiasaan) bagi umatnya”
d. Syura memberitahukan kepada rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan juga para
penguasa setelah beliau mengenai kadar akal dan pemahaman orang-orang yang
mendampinginya, serta untuk mengetahui seberapa besar kecintaan dan keikhlasan mereka
dalam menaati beliau. Dengan demikian, akan nampak baginya tingkatan mereka dalam
keutamaan

8
BAB III

KESIMPULAN

Islam adalah agama yang kaffah islam adalah Rahmat lil alamin, dari permasalahan yang
besar hingga kecil sekecil ujung kukupun sudah di atur oleh islam, bahkan politkpun sudah di
contohkan oleh para anbiya dan shabiyyah di zamannya.

Islam adalah agama yang adil yang tidak membeda-bedakan antara laki-laki maupun
perempuan, semua sudah diatur tergantung hisabnya masing-masing. Menurut para pemikir
muslim, keberadaan pemimpin adalah sebuah keharusan (wajib/fardhu). politik yang
berdasarkan ideologi dan nilai-nilai Islam, dengan menjadikan kepentingan umat sebagai
prioritas dan orientasi utama. Politik kemaslahatan berorientasi kepada kebaikan bersama,
kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi, dan orang perorang

Dan Syuro dalam politik dibutuhkan karena dalam syuro/musyawarah dapat


menyatukan suatu pendapat, akan mengurangi perselisihan dan juga akan
menghasilkan suatu pendapat terbaik.Syuro pun telah dilakukan pada zaman
Rasulullah SAW.
Musyawarah yang dilakukan nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan para sahabatnya
menunjukkan ketinggian derajat mereka (di hadapan nabi) dan juga hal ini membuktikan betapa
cintanya mereka kepada beliau dan kerelaan mereka dalam menaati beliau. Jika beliau tidak
mengajak mereka bermusyawarah, tentulah hal ini merupakan bentuk penghinaan kepada
mereka.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9849419/SISTEM_POLITIK_DALAM_ISLAM
https://www.researchgate.net/publication/324865518_KEPEMIMPINAN_DALAM_PERSPEKT
IF_PEMIKIRAN_POLITIK_ISLAM
Media.neliti.com
http://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2010/12/24/1381/urgensi-agama-dalam-
politik.html

10

Anda mungkin juga menyukai