DISUSUN OLEH
NIM: 043284644
UNIVERSITAS TERBUKA
ILMU PEMERINTAHAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami tentang ilmu
pemerintahan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
Daftar Isi
BAB I .........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN ..........................................................................................................................................3
PENUTUP ................................................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu perihal Yang Diperintah?
2. Bagaimana cara memberikan pemahaman bagi yang diperintah dalam pengertian
Pelayanan Publik?
3. Apa itu perihal Pemerintah?
4. Bagaimana ruang lingkup Ilmu Pemerintahan?
5. Bagaimana hubungan ilmu pemerintahan dengan ilmu lainnya?
6. Bagaimana perkembangan Ilmu Pemerintahan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Pelayanan Publik (Jasa Publik)
Berdasarkan pemikiran tentang pelayanan publik tersebut maka dapat diketahui bahwa
dalam pelayanan (service) terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu pelayan (servant) dan
pelanggan (customer). Pelayan merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi kebutuhan
pelanggan (customer). Namun dalam pemerintahan istilah pelayan itu adalah organisasi
pemerintah, sedangkan pelanggan itu adalah masyarakat yang kedudukannya sebagai warga
negara. Pelayanan publik merupakan aktivitas aparatur pemerintah dalam tingkatan apapun
dalam jabatan apapun untuk memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung.
Penilaian terhadap kualitas pelayanan publik, antara lain dikemukakan oleh Fandi
Tjiptono (2000). Menurutnya, ada lima dimensi pokok untuk menilai kualitas pelayanan
publik, yaitu pertama, bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
dan saran komunikasi. Kedua, keandalan yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Ketiga, daya tanggap yaitu keinginan
para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang tanggap.
Keempat, jaminan mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat yang dapat
dipercaya, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. Kelima, empati meliputi
kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan
memahami kebutuhan para pelanggan.
4
a. Transparansi
Pemberian pelayanan publik harus bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas
Pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
c. Kondisional
Pemberian pelayanan publik harus sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efesiensi dan efektifitas.
d. Partisipasi
Mendorong peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, gender,
dan status ekonomi.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban
Pemberian pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Pada dasarnya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang
bersifat sederhada, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Oleh sebab itulah,
menurut Ibrahim (2008:19) setidaknya mengandung unsur-unsur dasar (asas-asas) antara
lain sebagai berikut:
a. hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik tersebut, harus jelas
dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak, sehingga tidak ada keragu-raguan
dalam pelaksanaannya.
b. Pengaturan setiap bentuk pelayanan harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan
kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efesiensi dan efektifitas.
c. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar dapat
memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Apabila pelayanan publik yyang diselenggarakan oleh instansi/lembaga
pemerintah/pemerintah yang bersangkutan berkewajiban “memberi peluang” kepada
5
masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dari asas-asas tersebut terlihat bahwa dalam pelaksanaan pelayanan publik ditujukan
kepada semua masyarakat termasuk masyarakat dengan kebutuhan khusus, pelayanan
publik yang terbaik adalah pelayanan yang dapat menjangkau semua elemen masyarakat.
Dengan keadaan tersebut pelayanan publik akan mempermudah masyarakat dalam
aktivitasnya.
B. Tujuan Pelayanan
Aspek yang menjadi dasar dalam pelayanan publik adalah melayani masyarakat sebaik-
baiknya dalam rangka membantu terkait dengan urusan administrasi kepemerintahan
dan/atau kebutuhan barang atau jasa publik. Tujuan 18 pelayanan publik semata-mata untuk
kepentingan masyarakat yang menerima pelayanan. Jika pelayanan baik, masyarakat akan
merasa puas atas diterimanya pelayanan yang diberikan. Kepuasan masyarakat menjadi
acuan baik dan buruknya pelayanan publik. Adapun dalam pasal 3 UU No.25 tahun 2009
disebutkan bahwa tujuan Undang-undang pelayanan publik adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban
dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
b. Terwujudnya sistem penyelenggraan pelayanan publik yang sesuai dengan asas-asas
umum pemerintah dan koperasi yang baik.
c. Terpenuhnya penyelenggaraan pelayanan publik yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
Penekanan dalam pasal ini adalah memberikan kepastian hukum kepada masyarakat yang
menerima pelayanan. Dengan mewujudkan prinsip-prinsip pelayanan publik sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, memberikan konsekuensi hukum kepada siapa yang
memberikan pelayanan kepada siap yang menerima layanan. Unsur yang paling penting
dalam mewujudkan pelayanan publik yang baik dan berkualitas adalah kompetensi sumber
daya alam aparatur yang ditopang oleh intelektualitas yang tinggi serta perilaku yang baik.
7
Pemerintah memilki peran yang ditujukan dalam dua bidang, yaitu memberikan
pengarahan dan bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan kegiatan
masyarakat itu sendiri. Adapun peran yang disertai fungsi pemerintah terhadap
perkembangan masyarakat tergantung pada beberapa hal, antara lain filsafat hidup
masyarakat dan filsafat politik masyarakat tersebut. Sementara itu Ryaas Rasyid
mengemukakan bahwa fungsi pemerintahan terdiri dari fungsi-fungsi pelayanan (service),
pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Melayani publik adalah
fungsi pemerintah yang tidak lepas dari hakikat tujuan negara pada mulanya, yaitu mengatur
berbagai kepentingan masyarakat agar tidak terjadi benturan antara masyarakat itu sendiri.
Kemudian berkaitan dengan fungsi pemberdayaan, Taliziduhu Ndraha (2003)
mengungkapkan bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dalam arti empowering dan dalam arti
enabling. Dalam arti empowering, pemberdayaan, yaitu pemberian hak atau kesempatan
pada masyarakat untuk menyampaikan dan memperjuangkan aspirasinya atau menentukan
masa depannya, jadi bersifat politik. Dalam arti enabling, pemberdayaan, yaitu proses
belajar untuk meningkatkan ability, capacity, dan capability masyarakat untuk melakukan
sesuatu demi menolong diri mereka sendiri dan memberi sumbangan sebesar mungkin bagi
integritas nasional.
Wewenang pemerintah atau kewenangan adalah padanan dari kata authority, yaitu the
power or right delegated or given: the power of judge, act or command atau pengertian lain
dari wewenang adalah kekuasaan yang sah. Dalam kewenangan ada tipe wewenang yaitu
wewenang legal-rasional, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang karena diperolehnya
secara legal dan rasional yang biasanya didominasi oleh semangat formalistic-
impersonality. Wewenang inilah yang menjadi dasar dalam pemerintah yang mempunyai
kewenangan dalam kekuasaan. Namun Chester I. Barnard mengembangkan konsep baru
tentang wewenang. Barnad berpendapat bahwa batu ujian mutlak buat suatu bangunan
birokrasi adalah whether orders are accepted by those who receive them dan tidak pada
paradigma hierarchical, top to bottom model of authority atau semacamnya. Jadi, dalam
pengembangan konsep baru dari Chester I. Barnard yang penting bukan prinsip bahwa
bawahan harus mematuhi perintah atasan. Tetapi apakah bawahan bersedia menjalankan
tugas yang diperintahkan kepadanya, dan keadaan itu pun juga harus dibangun antarpihak
yang bersangkutan pemerintah dan yang diperintah atau bawahan.
Taliziduhu Ndraha (2003) mengemukakan bahwa apabila wewenang terkait dengan
tanggung jawab maka kewajiban terkait juga dengan hak (right), sedangkan hak berkaitan
8
pula dengan posisi (kedudukan). Dalam hubungan pemerintahan, hak pihak yang satu
merupakan kewajiban bagi pihak lain yang merasakan hak tersebut seperti masyarakat yang
memiliki kewajiban dan berhak juga mendapatkan hak nya sebagai warga negara. Hubungan
tersebut lahir sebagai akibat suatu konsensus, kesepakatan atau perjanjian. Misalnya
masyarakat yang kurang mampu dalam kebutuhan ekonomi kebanyakan berhak
mendapatkan perlakuan terhormat dan kepedulian dari kaum berada dan kaum bangsawan.
Pemerintah berkewajiban melayani masyarakat (layanan civil) karena statusnya sebagai
pemerintah yang memiliki kekuasaan nyata dan langsung.
Konsep tanggung jawab dapat ditinjau dari sektor publik dan sektor privat. Mengenai
tanggung jawab di sektor publik, Spiro sebagaimana dikutip oleh Taliziduhu Ndraha
memberikan arti responsibility sebagai accountability (perhitungan), sebagai obligation
(kewajiban), dan sebagai cause (penggerak, acts). Accountability menunjukkan sejauh mana
seorang pelaku pemerintahan terbukti mampu menjalankan tugas untuk perintah yang
diamanatkan kepadanya, menurut cara, alat, dan tingkat pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan; terlepas dari persoalan, apakah ia menyetujui perintah itu atau ia merasa
terpaksa, dipaksa, harus atau karena tiada pilihan; dam dalam pada itu ia harus menerima
risikonya.
Menurut UNDP, governance atau kepemerintahan memiliki tiga domain, yaitu negara
atau pemerintahan (state), sektor swasta atau dunia usaha (private sector), dan masyarakat
(society). Dari ketiga domain tersebut masuk kedalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
masyarakat. Sektor pemerintahan lebih banyak berkecimpung dan menjadi penggerak
aktivitas di bidang ekonomi. Sedangkan untuk sektor masyarakat merupakan obyek
sekaligus subyek dari pemerintah maupun sektor swasta, karena di dalam masyarakatlah
terjadi interaksi di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya.
9
pemikiran tentang apa yang disebut "politik" dan hubungannya dengan Ilmu Pemerintahan.
Salah satu pendapat yang dapat disetujui oleh berbagai ahli bahwa lapangan penyelidikan
Ilmu Pemerintahan adalah menyangkut tanggung jawab dan peranan yang menuntut adanya
keterlibatan yang sangat besar dari pemerintah untuk dapat meningkatkan kemakmuran
rakyat banyak. Menurut pendapat dari Soltau dan Gilchrist, ruang lingkup Ilmu
Pemerintahan meliputi pertama, pemerintahan menurut keadaannya sekarang. Kedua,
pemerintahan sebagaimana yang lalu. Ketiga, pemerintahan sebagaimana harusnya.
Selain pendapat tersebut di atas ruang lingkup Ilmu Pemerintahan menyangkut juga
pembuatan dan pelaksanaan dari keputusan politik menjadi kebajikan pemerintah. Pendapat
Aristoteles yang dikutip dari Prof. Dr.A. Hoogerwerf menyebutkan lingkup pemerintahan
adalah mempelajari bentuk-bentuk pemerintahan.
Ruang lingkup ilmu pemerintahan sebagai cabang ilmu politik yang dimana
perkembangan ilmu politik ditunjang oleh perhatian internasional, antara lain pada tahun
1948 UNESCO telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari metode, penelitian, dan
studi ilmu politik. Dalam pertemuan itu ditentukan, antara lain ruang lingkup ilmu politik
yang secara kebetulan menggunakan perkembangan ilmu pemerintahan karena ruang
lingkup yang disepakati oleh para peserta pertemuan UNESCO tersebut adalah berlaku juga
bagi ilmu pemerintahan. Hampir di seluruh daratan Eropa (kontinental) terutama di Negara
Belanda menganggap bahwa ilmu pemerintahan bersumber dan berasal dari ilmu politik,
kemudian berkembang perlahan-lahan menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Adanya
disiplin ilmu pemerintahan di Eropa yang bersumber dari ilmu politik, meningkatnya
perhatian bervagai pihak yang bertitik berat pada pengambilan kebijaksanaan pemerintah
yang berusaha untuk menganalisa masalah kebijaksanaan pemerintah. Hubungan ini
mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa ilmu pemerintahan dipandang sepenuhnya
sebagai bagian dari ilmu politik.
Ilmu pemerintahan dianggap sebagai administrasi negara, permasalahan ini menjadi
perdebatan karena sulit dicari perbedaan antara kedua disiplin ilmu pengetahuan tersebut.
Namun berkaitan dengan hal ini, Inu Kencana berpendapat bahwa untuk membedakan dan
mencari benang merah antara ilmu pemerintahan dengan administrasi negara melalui
berbagai teknik pendekatan (technical approach). Menurutnya, ilmu pemerintahan lebih
berakibat pada pendekatan legalistik, empirik di lapangan, dan formalistik. Sedangkan ilmu
administrasi negara lebih kepada pendekatan ekologikal, organisasional, struktural,
fungsional, situasional, normatif, dan interdisiplin. Sebenarnya ilmu pemerintahan lebih luas
10
ruang lingkupnya daripada ilmu politik dan ilmu administrasi negara, bahkan ilmu
pemerintahan memiliki cabang-cabang, seperti politik dan admnistrasi negara itu sendiri.
Ilmu pemerintahan sebagai ilmu pemerintahan merupakan ilmu terapan karena
mengutamakan segi penggunaan dalam praktik, yaitu dalam hala hubungan antara yang
memerintah (penguasa) dengan yang diperintah (rakyat). Rakyat lebih diartikan sebagai
keseluruhan dari warga suatu negara yang mempunyai hak pilih. Masyarakat adalah yang
harus dibina dan dilayani oleh administrasi setempat. Sedangkan penduduk adalah penghuni
negeri tertentu yang harus diinventarisasi. Bagaimanapun juga pada gilirannya akan menjadi
suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena kebutuhan akan adanya ilmu
pemerintahan itu sendiri yang menuntut eksistensinya.
11
Hubungan antara administrasi negara dengan ilmu pemerintahan ini juga dikemukakan
oleh Inu Kencana dengan mengutip pendapat Apter dan Waldo. Menurutnya, sebagaimana
diketahui pemerintah memegang peranan sentral dalam pembangunan nasional, yaitu dalam
menentukan kebijaksanaan umum atau publik. Inu Kencana berpendapat bahwa proses
pelaksanaannya yang juga disebut bussiness side pemerintahan dinamakan administrasi
negara atau dapat juga disebut administrasi pemerintahan. Dengan demikian, menurut Inu
Kencana terlihat bahwa menetapkan kebijaksanaan adalah fungsi politik yang dijalankan
pemerintahan dan pelaksanaannya fungsi administrasi yang dijalankan oleh pemerintah.
Jadi, dapat disimpulkan Ilmu pemerintahan hadir sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri, namun sangat erat hubungan dengan administrasi negara, karena
memiliki objek yang sama yaitu “ negara”. Juga, Administrasi Negara meliputi
implementasi kebijakan pemerintah. Administrasi Negara adalah manajemen dan
organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya mencapai tujuan pemerintahan.
Hubungan ilmu pemerintahan dengan hukum tata negara yang telah dikemukakan oleh
Inu Kencana bahwa yang membedakan ilmu pemerintahan dengan hukum tata pemerintahan
dapat dilihat dari sudut pandang masing-masing, yaitu jika ilmu pemerintahan cenderung
lebih mengkaji hubungan-hubungan pemerintah, dalam arti perhatian utama adalah pada
gejala yang timbul pada peristiwa pemerintah itu sendiri maka hukum tata negara cenderung
mengkaji hukum, serta peraturan yang telah ditegaskan dalam hubungan tersebut.
Adanya hubungan yang erat antara ilmu pemerintahan dengan geografi karena faktor-
faktor yang berdasrkan geografis, seperti perbatasan strategis (strategic frontier), desakan
penduduk (population pressures), daerah kepualauan (sphere of infuence), dan lain-lain
sangat mempengaruhi ilmu pemerintahan. Dengan adanya faktor-faktor tersebut turut
mempengaruhi corak hidup dan kebiasaan penduduknya yang pada gilirannya turut
mempengaruhi sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara. Adapun
implementasinya yaitu, negara kepulauan karena terpisah-pisah maka untuk efisiensi kerja,
dalam system pemerintahannya sebaiknya dilaksanakan desentralisasi. Negara kontinental
mudah dilaksanakan pengawasan dan transportasi relatif lebih mudah maka dalam sistem
pemerintahannya sebaiknya dilaksanakan sentralisasi. Negara yang penduduknya homogen
cenderung untuk melaksanakan sentralisasi, sedangkan yang penduduknya heterogen
cenderung melaksanakan desentralisasi.
Membicarakan disiplin ilmu pemerintahan secara filsafat akan menimbulkan berbagai
pertanyaan antara lain. Bagaimana seharusnya sifat sitem pemerintahan yang terbaik dalam
12
mencapai tujuan negara dan seorang pejabat pemerintahan harus bertindak untuk
keselamatan negara dan warganya. Demikian pada bidang pemerintahan yang membahas
persoalan-persoalan pemerintahan dengan pedoman pada suatu sisitem nilai (value system)
dan norma-norma tertentu.
13
menghasilkan produk pemikiran. Tahap ketiga, perkembangan ilmu manajemen
pemerintahan merupakan pengetahuan. Pengetahuan dalam arti bahwa ilmu manajemen
adalah sesuatu pengetahuan yang disusun secara logis dan sistematis dengan
memperhitungkan sebab-akibat, serta dapat ditranformasikan dari satu orang ke orang lain.
Tahap keempat, ilmu manajemen pemerintahan dipelajari oleh disiplin ilmu yang terlebih
dahulu lahir dan kemudian membentuk suatu disiplin ilmu yang bersangkutan. Hal ini
merupakan embrio dari ilmu tersebut sehingga melahirkan ilmu baru. Contohnya, ilmu
pemerintahan yang kemudian melahirkan ilmu manajemen pemerintaha. Tahap kelima,
lahirnya ilmu manajemen pemerintahan yang mandiri didukung penyelidikan atau
penelitian. Penelitian dalam arti didisplin ilmu manajemen pemerintahan didukung
penelitian akurat yang menghasilkan pemikiran sistematis dan obyek pengetahuan formal
baru di antara sejumlah obyek pengetahuan formal lain, dengan tahapan melalui kegiatan
sangat tepat untuk dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat dikembangkan konsep
pemeikiran sistematis sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun teori yang dapat
digunakan sebagai alat eksplanasi dan prediksi, sehingga dapat berfungsi sebgai
pengetahuan dan disebut sebagai disiplin ilmu yang mandiri. Tahap keenam, hasil
pengamatan ilmu manajemen pemerintahan dapat digunakan oleh ilmu lain. Artinya, produk
suatu pengamatan ilmu manajemen pemerintahan dapat digunakan oleh disiplin ilmu lain
sebagaimana ilmu manajemen pemerintahan menggunakan ilmu lain. Tahap ketujuh, ilmu
manajemen pemerintahan dapat dipelajari atau dikaji sebagai bidang kajian ilmiah di
perguruan tinggi setingkat sarjana (S1), master (S2) dan doktor (S3) ilmu manajemen
pemerintahan.
Menurut Budi Supriyatno terdapat dua sistem manajemen pemerintahan, yaitu: pertama,
manajemen pemerintahan yang berorientasi kepada sistem kontinental dengan ciri seperti
pemusatan kekuasaan ditangan eksekutif, terdapat dominasi otoritasi nasional,
profesionalisme aparat pemerintah, memisahkan secara psikologis dari rakyat biasa,
tanggung jawab pemerintah kepada peradilan administratif dan kecenderungan sentralistik.
Kedua, manajemen pemerintahan yang orientasinya kepa Anglo Saxon, lebih
memperlihatkan kemandirian masyarakat regional dan lokal, partisipasi masyarakat yang
luas dalam kegiatan pemerintahan, tanggung jawab sistem administrasi kepada bagian
legislatif, tanggung jawab pegawai peradilan biasa dan sifatnya lebih desentralisasi.
Jika manajemen pemerintahannya baik maka pemerintahannya pun baik. Sebaliknya, jika
manajemen pemerintahannya jelek karena banyak korupsi, menyimpang dari norma-norma
14
sosial, hanya mementingkan diri sendiri atau sekelompok partai/golongan, pemerintahannya
pun akan rapuh. Karena itu, baik buruknya pemerintahan sangat tergantung pada bagaimana
mengelola “tata pemerintahannya” atau manajemen pemerintahan.
Adapun perbedaan antara ilmu pemerintahan dan ilmu manajemen pemerintahan yang
dapat dilihat dari segi hakikatnya, yaitu pertama, dilihat dari pengertian obyek material.
Obyek material ilmu pemerintahan adalah pemerintahan di suatu negara. Kemudian obyek
material ilmu manajemen pemerintahan adalah tata kelola pemerintahan di suatu negara.
Kedua, memiliki pengertian obyek formal yang berbeda, obyek formal ilmu pemerintahan
adalah hubungan antara penguasa pemerintahan dengan rakyatnya dalam kaitan
kewenangan dan pelayana. Sedangkan obyek formal ilmu manajemen pemerintahan adalah
tata kelola pemerintahan dalam kaiatan pelayanan kepada masyarakat dan pengusaha dalam
kaitan kewenangan. Ketiga, dalam bentuk metode pembelajaran, dalam ilmu pemerintahan
menggunakan metode filosofi, metode historis, metode eksperimen, dan metode deskriptif.
Sedangkan dalam ilmu manajemen pemerintahan menggunakan filosofi, metode historis,
metode eksperimen, dan metode deskriptif. Keempat, ajaran pemerintahan adalah ajaran
tentang kewenangan pemerintahan dan ajaran manajemen pemerintahan adalah ajaran
tentang tata kelola pemerintahan. Kelima, ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana
melaksanakan pemerintahan secara efektif dan efisien dari pemerintahan tertinggi sampai
pemerintahan terendah, yaitu desa/kelurahan. Sedangakan ilmu manajemen pemerintahan
mengajarkan bagaimana mengatur dan mengelola pemerintahan secara efektif dan efisien
dari pemerintahan tertinggi samapai pemerintahan desa/kelurahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang memepelajari bagaimana melakasanakan koordinasi
dan kemampuan memimpin untuk menyelesakan segala permaslahan dalam obyek-obyek
yang menjadi pokok pembicaraan dalam pemerintahan dan Negara.
Ilmu pemerintah merupakan salah satu pedoman dalam setiap Negara manapun yang
bersifat membagun oleh karena itu, ilmu pemerintahan cenderung mengkaji ilmu
pemerintahan sebagi ilmu terapan yang mana perlu meperbanyak hubungan dengan ilmu
15
lainnya, baik itu yang mencakup ilmu sosial lain terutama yang memiliki obyek materialnya
Negara, yaitu Ilmu Politik, Administrasi Negara, Hukum Tata Negara dan Negara sendiri
yang semuanya itu “mengacu pada ruang lingkup ilmu pemerintahan”.
DAFTAR PUSTAKA
16
17