Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH BIROKRASI GOVERNANCE PUBLIK TENTANG

PERKEMBANGAN PARADIGMA BIROKRASI

Nama : Nurannisa Qadriani


Kelas : D Ilmu Administrasi Negara 22
Dosen : Dr. Novayanti Sopia Rukmana, S. Sos, M.Si.

Abstract
Within the domain of public administration, several paradigms have emerged and developed such
as new public administration, new public management and new public service. The word ‘new’ is
labeled to complement service standard of public administration which previously focused on
efficient, economical and coordinated management, as well as social equity. New public
administration emphasizes on the values of efficiency, productivity and business into public sectors
to enhance the existing circumstances of public bureaucracy which tended to be huge and over in
number, inefficient and lack in public service performance and less attentive to the development
and enhancement of public service. New public service refreshes the role of the government, which
in new public management perspective plays as facilitator, to be more on public services.
Mechanism to achieve the intended objectives is to establish coalition and partnership among the
government, private sectors and civil society, to suit the agreed necessities. The development of
these paradigms indicates that this discipline intensively and extensively undergoes self
enrichment in its research materials.

Pendahuluan

Terjadinya pergeseran dari paradigma satu ke paradigma lain, bukan tanpa sebab. Setiap kali
munculnya paradigma baru, tentu ada masalah dengan paradigma sebelumnya. Thomas
Khun1menjelaskan bahwa apabila sepanjang karya-karya yang dihasilkan (termasuk teori) yang
berakumulasi pada dukungan terhadap paradigma, maka ilmu pengetahuan tersebut berada pada
kondisi normal (normal science). Tetapi apabila di suatu masa ditemukan karya-karya yang
membuahkan penyimpangan yang tidak dapat dijelaskan dengan paradigma yang ada, maka
kondisi inilah disebut anomalies. Kondisi anomalies ini kemudian membuat orang tidak lagi
percaya pada paradigma yang ada dan berusaha membangun paradigma baru. Ketika orang mulai
tidak percaya dengan paradigma lama, dan berusaha menemukan/membangun dan beralih ke
paradigma baru, maka kondisi inilah yang oleh Thomas Khun (1993) disebut sebagai “Revolusi
Sains”.

Latar belakang
George Fredericksonmenjelaskan bahwa munculnya new public administration diawali
dengan beberapa kejadian seperti pada tahun 1960-an terjadi beberapa krisis secara bersamaan.
Pertama, krisis kekotaan bersumber dari suburbanisasi yang tidak bisa ditawar–yang didukung
pemerintahan. Kedua, krisis rasial amat erat berhubungan dengan krisis sebelumnya, untuk
sebagian berasal dari getoisasi (perkampungan di kota yang umumnya dihuni oleh penduduk dari
kelompok minoritas). Dengan memburuknya pusat-pusat kota, maka buruk pulalah lembaga
pelayanan masyarakat, tingkat pengangguran yang tak terkendali terutama di kalangan minoritas
dan sistem kesejahteraan terlalu menanggung beban yang berat.Ketiga, terjadi krisis energi diikuti
dengan krisis lingkungan, perawatan kesehatan, transportasi dan seterusnya dan semua krisis ini
telah mempengaruhi administrasi negara.

Tiga peristiwa yang terjadi antara tahun 1960-an dan 1970-an yang berpengaruh pada
masyarakat dan pemerintahan serta administrasi negara: perang Vietnam, kekacauan kota dan
perselisian rasial yang terus berlangsung dan skandal Watergate. Kebanyakan karyawan negara
tidak punya identitas dengan bidang administrasi negara, mereka lebih mengidentifikasikan diri
dengan lapangan profesi lain, dan menjadikan administrasi negara sebagai profesi kedua. Beberapa
peristiwa yang dijelaskan di ataslah yang kemudian mendorong lahirnya Administrasi Negara Baru
(New Public Administration)
Mengapa disebut baru?
Kata “baru/new” pada administrasi negara diperkenalkan oleh George Frederickson 3
,muncul pertanyaan apa yang baru dari administrasi negara yang dipelajari selama
ini?,dijelaskannya bahwa, kebaruan ada dalam cara kain itu ditenun, tak mesti dalam benang yang
digunakan. Kebaruan terletak pada argumen-argumen mengenai pemanfaatan yang tepat dari kain
itu – betapapun usangnya. Benangbenang dari tenunan administrasi negara sudah amat diketahui.
Herbert Kaufman dalam Frederickson juga menggambarkannya dengan sederhana sebagai
pengejaran nilai-nilai dasar ini: perwakilan, kompetensi yang secara politik netral, dan
kepemimpinan eksekutif.
Lebih lanjut Frederickson juga kemudian menjelaskan bahwa administrasi negara
sebelumnya memfokuskan diri pada manajemen yang efisien, ekonomis dan terkoordinir atas
instansi pelayanan. Dasar pemikiran untuk administrasi negara hampir senantiasa berupa
manajemen yang lebih baik (lebih efisien ataupun lebih ekonomis). Administrasi negara baru
menambahkan: “keadilan sosial (social equity) pada sasaran-sasaran dan dasar pemikiran klasik.
Administrasi negara yang konvensional atau pun klasik berusaha menjawab pertanyaan-
pertanyaan: (1) Bagaimana kita dapat menyediakan pelayanan yang lebih baik dengan sumberdaya
yang tersedia (efisiensi), atau (2) Bagaimana kita dapat mempertahankan tingkat pelayanan kita
sembari membelanjakan lebih sedikit uang (ekonomis)?. Administrasi negara baru menambahkan:
(3) Adakah pelayanan ini meningkatkan keadilan sosial? Administrasi negara baru menambahkan
konsep keadilan sosial. Ketimpangan sebagai wujud ketidakadilan, oleh karena itu perlu ada
perubahan, dan perubahan yang dilakukan perlu memberikan ruang partisipasi bagi publik.
Sebuah pertanyaan menarik yang disampaikan dan dijawabnya sendiri (Frederickson)
dalam uraian sebelumnya, “apanya yang baru?” kemudian dijawab, “cara menenun kainnya, bukan
benangnya, benangnya boleh usang”. Kalimat ini ingin menegaskan kembali bahwa nilai-nilai
dalam administrasi negara tidak berubah, tetapi hanya berlanjut. Diakuinya bahwa “keadilan
sosial” adalah sebuah nilai yang sama tuanya dengan lahirnya pemerintahan di dunia ini. Inilah
yang membuat Frederickson tidak sependapat dengan pergeseran paradigma yang dikemukakan
oleh Thomas Khun. Keberatan Frederickson menunjukkan bahwa pergeseran paradigma di dalam
administrasi negara hanya berkenaan dengan penekanan nilai pada masingmasing perspektif,
bukan perubahan/pergantian nilai dan nilai-nilai sebelumnya dianggap tidak berlaku. Bagi penulis
pergeseran perspektif dalam administrasi negara adalah sebuah strategi baru dengan mengemas
nilai-nilai lama/yang sudah ada sesuai dengan persoalan kenegaraan, kemasyarakatan pada saat
itu.
Keadilan sosial, sebuah nilai yang dimunculkan kembali dan dianggap baru berkenaan
dengan kondisi kehidupan pada saat itu, dimana terjadi ketimpangan, ketidak-adilan, tertutupnya
ruang partisipasi publik dalam pengambilan kebijakan negara dan berbagai kondisi lain yang
menunjukkan ketidak-adilan. Strategi mengedepankan nilai keadilan sosial dalam mengatasi
masalah ketika itulah yang memunculkan perspektif baru dalam administrasi negara yang
dinamakan “New Public Administration”.

PENUTUP
Pergeseran paradigma dalam perkembangan ilmu administrasi negara menjadi pertanda
bahwa ilmu bersangkutan sedang memperkaya diri dengan substansi kajiannya baik secara intensif
maupun secara ekstensif. Secara intensif, pengembangan teori-teori baru di dalam lingkup
administrasi negara guna mendukung tetap eksisnyasebuah paradiga atau kemudian menggeser
paradigma yang ada ke paradigma baru. Secara ekstensif, sebuah ilmu publik senantiasa
mengadopsi teori-teori disiplin ilmu lain guna menjelaskan fenomena yang terjadi dalam lingkup
administrasi negara seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, psikologi sosial, ilmu hukum, dan
lain sebagainya. Upaya ekstensif ini bukannya sebagai pertanda ilmu administrasi negara tidak
memiliki teori dan para pakar di bidang ilmu ini tidak memiliki kemampuan untuk
mengembangkan sebuah teori, tetapi karena ilmu administrasi negara adalah sebuah ilmu lintas
disiplin yang digunakan untuk kepentingan publik/sebuah negara. Apakah kemudian ilmu ini tidak
memiliki lokus dan fokus yang jelas? Jelas, tetapi memang dia dilahirkan untuk kondisi yang
demikian.

DAFTAR PUSTAKA
Denhardt J. V. and R. B. Denhardt,The New Public Service: Serving, not Steering,
New York, M.E. Shape, 2003

Etzioni Amitai, Organisasi-Organisasi Modern, Universitas Indonesia (UI-Press) dan


Pustaka Bradjaguna, Jakarta, 1985

Frederickson George, H. Administrasi Negara Baru, LP3ES, Jakarta, 2003

Hoadley, Mason H,Quo Vadis Administrasi Negara Indonesia, Graha Ilmu


Yogyakarta, 2006

Ihalauw John JOI, Bangun Teori, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1985

Kartasasmita, Ginandjar, Revitalisasi Administrasi Publik Dalam Mewujudkan


Pembangunan Berkelanjutan, Makalah, Disampaikan pada Acara Wisuda
ke 44 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta, 2007
Keban Yermias T. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Teori, Konsep dan
Isu, Edisi 2, Penerbit Gavamedia, Yogyakarta, 2008

Khun Thomas, S.Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Penerbit PT Remaja


Rosdakarya, Bandung, 1993

Anda mungkin juga menyukai