Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK 1

Shang Alan (B011181451)


Ashar Ramadhan M (B011181470)
Nur Adiva Faradiba (B011181379)
Raodah Fitri Ramadhani (B011181529)
Andi Siti Safira A (B011181585)

Sejarah Perlindungan Varietas Tanaman


Pada tahun 1961, oleh beberapa negara di dunia telah disepakati dalam satu konvensi
internasional tentang perlindungan varietas tanaman. Persetujuan internasional itu termuat
dalam International Convention for the Protection of Varieties of New Varieties of Plants, yang
dikenal dengan UPOV. UPOV merupakan akronim dari Union Internationale Pour La
Protection Des Obtentions Vegetable.
Di Indonesia perlindungan tentang varietas tanaman sudah dimulai sejak tahun 1990
yakni dengan diterbitkannya UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Kemudian tahun 1992, terbit lagi UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman disusul dengan terbitnya UU No. 16 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman disusul dengan terbitnya UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan
dan Tanaman. Kesemua peraturan perundang-undangan itu hanya mengatur secara parsial (dan
tersirat) tentang perlindungan varietas tanaman. Baru kemudian pada tahun 2000, melalui UU
No. 29 Tahun 2000, Indonesia memiliki undang-undang yang sudah agak lebih rinci yang
mengatur tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
Latar belakang lahirnya UU Varietas Tanaman di Indonesia, tidak terlepas dari tuntutan
dan sekaligus sebagai konsekuensi Indonesia atas keikutsertaan sebagai negara penanda tangan
kesepakatan GATT/WTO 1994, yang salah satu dari rangkaian persetujuan itu memuat tentang
kesepakatan TRIPs. Persetujuan itu mengisyaratkan setelah ratifikasi, Indonesia harus
menyelaraskan peraturan perundangundangan bidang HKI-nya dengan persetujuan TRIPs,
yang salah satu di dalamnya termasuk perlindungan Varietas Baru Tanaman.
Ruang Lingkup PVT
Subjek PVT
Menurut Pasal 5 UU PVT, pemegang hak PVT adalah pemulia atau orang atau badan
hukum, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak PVT dari pemegang hak PVT
sebelumnya. Apabila suatu varietas dihasilkan berdasarkan perjanjian kerja, maka pihak yang
memberi pekerjaan itu adalah pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan lain antara kedua
pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia. Jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan
pesanan, maka pihak yang memberi pesanan itu menjadi pemegang hak PVT, kecuali
diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia.

Objek PVT
Indonesia sebagai negara agraris dan berkembang, serta salah satu negara di dunia yang
memiliki banyak keanekaragaman hayati berupa sumber plasma nutfah dan dapat
dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul masa depan yang sangat mendukung
pembangunan ekonomi sektor pertanian pada khususnya dan pembangunan nasional pada
umumnya.
Salah satu hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yaitu varietas baru
tanaman melalui pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode yang
secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Pemuliaan tanaman dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan varietas
tanaman yang lebih baik serta dapat digunakan oleh petani dengan menguntungkan. Kegiatan
pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara guna memenuhi kebutuhan pangan nasional
melalui hasil pemuliaannya.

Dasar Hukum
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
adalah:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara Tahun 1989
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3398) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor
30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3680);
3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations convention
on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang
Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3556);
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the
World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia),
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3564).
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
7. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888).
Jangka Waktu

• Waktu Perlindungan PVT


Jangka waktu perlindungan varietas tanaman di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Jangka waktu 20 tahun untuk tanaman semusim.
2. Jangka waktu 25 tahun untuk tanaman tahunan.
Jangka waktu perlindungan diberikan terhitung sejak tanggal pemberian hak perlindungan
varietas tanaman.
Cara Memperoleh Hak
A. Berikut prosedur permohonan Hak Perlindungan Varietas Tamanan (PVT)
1. Pemohon mengajukan permohonan Hak PVT beserta dokumen persyaratannya ke
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Perizinan Pertanian (PVTPP).
2. Pusat PVTPP melakukan verivikasi dokumen permohonan paling lambat 30
hari kerja dan dapat diperpanjang 3 bulan.
3. Apabila permohonan dinyatakan lengkap dan benar pusat PVTPP menerbitkan
perlindungan sementara.
4. Permohonan hak PVT diumumkan selama 6 bulan di website Pusat PVTPP di papan
pengumuman.
5. Apabila tidak ada keberatan dari masyarakat sampai selesainya masa pengumuman,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan substantif (uji BUSS) oleh pemeriksa
PVT. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menanam varietas kandidat berdampingan
dengan varietas pembandingnya di lapangan. Pengamatan dilakukan terhadap seluruh
karakteristik tanaman tersebut berdasarkan Panduan Pelaksanaan uji BUSS sesuai
dengan jenis tanamannya.
6. Apabila varietas memenuhi unsur BUSS, diterbitkanlah sertifikat Hak PVT, apabila
tidak memenuhi BUSS, permohonan ditolak.

B. Permohonan hak PVT dapat dilakukan oleh:


1. Pemulia;
2. Orang atau badan hukum yang mempekerjakan pemulia atau yang memesan varietas
dari pemulia;
3. Ahli waris;
4. Penerima lebih lanjut hak atas varietas tanaman yang bersangkutan; atau
5. Konsultan PVT.

Permohonan sebagaimana dimaksud yang pemohonnya tidak bertempat tinggal atau


berkedudukan tetap di wilayah Indonesia, harus melalui konsultan PVT di Indonesia selaku
kuasa.
Konsultan PVT sebagaimana dimaksud harus :
a. terdaftar di Pusat PVT;
b. menjaga kerahasiaan varietas dan seluruh dokumen permohonan hak PVT, sampai
dengan tanggal diumumkannya permohonan hak PVT yang bersangkutan.

Pegawai Pusat PVT selama masih dinas aktif hingga selama 1 (satu) tahun sesudah pensiun
atau berhenti karena sebab apapun dari PPVT atau orang yang karena penugasannya bekerja
untuk dan atas nama PPVT, dilarang mengajukan permohonan hak PVT, memperoleh hak PVT
atau dengan cara apapun memperoleh hak atau memegang hak yang berkaitan dengan PVT,
kecuali bila pemilikan hak PVT diperoleh karena warisan. Untuk memperoleh hak PVT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, pemohon wajib menyampaikan surat permohonan
dengan membayar biaya yang telah ditetapkan
PVT sekurang-kurangnya memuat :
a. tanggal, bulan dan tahun surat permohonan;
b. nama lengkap dan alamat pemohon;
c. nama lengkap dan kewarganegaraan pemulia serta nama ahli waris yang ditunjuk;
d. nama varietas;
e. deskripsi varietas yang mencakup asal-usul atau silsilah, ciri-ciri morfologi,dan sifat-
sifat penting lainnya;
f. gambar dan/atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan untuk
memperjelas deskripsinya

Dalam hal permohonan hak PVT diajukan oleh :


a. orang atau badan hukum selaku Konsultan PVT harus disertai surat kuasa
khusus dengan mencantumkan nama dan alamat lengkap kuasa;
b. ahli waris harus disertai dokumen bukti ahli waris; atau
c. penerima lebih lanjut hak atas varietas yang bersangkutan disertai bukti
penerimaan hak

Dalam hal yang dimohonkan PVT adalah varietas transgenik, maka deskripsinya harus
juga mencakup uraian mengenai penjelasan molekuler varietas yang bersangkutan dan
stabilitas genetik dari sifat yang diusulkan, sistem reproduksi tetuanya, keberadaan kerabat
liarnya, kandungan senyawa yang dapat mengganggu lingkungan dan kesehatan manusia serta
cara pemusnahannya apabila terjadi penyimpangan, dengan disertai surat pernyataan aman
bagi lingkungan dan kesehatan manusia dari instansi yang berwenang. Setiap permohonan hak
PVT hanya dapat diajukan untuk satu varietas.
Permohonan hak PVT dengan menggunakan hak prioritas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Diajukan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penerimaan
pengajuan permohonan hak PVT yang pertama kali di luar Indonesia;
b. Dilengkapi salinan surat permohonan hak PVT yang pertama kali dan disahkan oleh
yang berwenang di negara dimaksud pada butir a paling lambat 3 (tiga) bulan;
c. Dilengkapi salinan sah dokumen permohonan hak PVT yang pertama di luar negeri;
d. Dilengkapi salinan sah penolakan hak PVT, apabila hak PVT dimaksud pernah ditolak.
Sumber :
- Krisna Setyowati, Pokok-pokok Peraturan Perlindungan Verietas Tanaman. Jakarta,
2001. Hlm 39.
- Pasal 4 UU 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
- http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/teknologi-pertanian/48-hki/pvt/113-
persyaratan-permohonan-pvt
- https://www.merdeka.com/peristiwa/6-prosedur-pengajuan-sertifikat-hak-
perlindungan-tanaman.html

Anda mungkin juga menyukai