Anda di halaman 1dari 9

TUGAS WAWASAN PENDIDIKAN

Nama : Windi Rahmanda Fitri

NIM : 1306623013

Kelas : Fisika-A

Dosen Pengampu : Dr. Wisnu Djatmiko, M.T.

Berdasarkan hasil diskusi dari 4 anggota :

1. Natania Ramadhani (1306623001)


2. Kasih Gloria Helaha (1306623011)
3. Indah Cahyani (1306623012)
4. Windi Rahmanda Fitri (1306623013)

TUGAS 1 (BAHAN AJAR)

Diskusi Kasus 1 :

Kasus Bandar narkoba warga Negara asing yang divonis hukuman mati, bagaimana pendapat
Anda melihat pelaksanaan hukuman mati ini terhadap dari aspek konsep manusia dan
kemanusiaan serta HAM?

Tanggapan (NATANIA) :

Pelaksanaan hukum mati dilakukan atas dasar norma yang ada. Apabila seseorang melakukan
pelanggaran hukum pasti akan mendapatkan sanksi. Manusia memang berhak untuk hidup, tapi
bagaimana jika ia melakukan sebuah pelanggaran yang dapat merugikan banyak orang?
Hukumanlah jawabannya. Pada dasarnya hukum dan HAM dijunjung tinggi dikehidupan yang
berbangsa dan bernegara seperti Indonesia ini, namun masih saja banyak yang berbuat hal
negatif sehingga dirinya harus menanggung apa balasan yang telah dia lakukan. Narkoba
bukanlah hal yang sepele, satu orang mengedarkan mereka akan membuat sebuah tim yang
akan membuat narkoba itu sampai ditangan konsumen terus menerus jika pengedaran tetap
dilakukan. Eksekusi hukuman mati bagi bandar narkoba tidak bertentangan dengan hak asasi
manusia karena tidak bertentangan dengan Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik
(ICCPR) sehingga hukuman mati dapat diterapkan di Indonesia dan juga hukuman mati di atur
di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Itu artinya,
siapapun yang melakukan tindak kejahatan termasuk mengedarkan narkoba, tidak memandang
asal pelaku dari dalam ataupun luar negeri, jika ia sudah memasuki kawasan Indonesia maka
hukum akan tetap berlaku padanya. Mungkin hak asasi manusia akan dijadikan alasan untuk
beberapa pembela dari pelaku, namun sekali hukum akan tetap menjadi hukum untuk sebuah
keadilan. Hak asasi manusia merupakan hak untuk setiap manusia yang hidup, bahkan ia yang
sudah meninggal juga akan mendapat hak berupa dikuburkan dan diurus sebagaimana mestinya
sebelum dikebumikan. Hak ini bukan menjadi alasan mengapa seseorang tidak dihukum
apabila ia berbuat suatu tindakan kejahatan. Apabila kesalahan itu terjadi, maka harus siap
untuk mendapatkan sanksi ataupun hukuman seperti dalam norma NKRI. Walaupun hukum
Indonesia tumpul keatas tajam kebawah, kita sebagai manusia sebenarnya sama semua dimata
Tuhan, apabila hari ini seseorang yang terkenal dan memiliki jabatan tinggi melakukan tindak
pidana lalu tidak mendapatkan hukuman yang sesuai pasal UUD atau bahkan hukumannya
lebih ringan, kita harus tetap ingat bahwa ia juga manusia, ia pasti akan mati dan menanggung
hukuman langsung dari Tuhan nantinya. Maka dari itu, kita harus tetap waspada karena bisa
saja kita yang menjadi korban dan menjadi pelaku.

Tanggapan (KASIH) :

Persoalan hukuman mati melibatkan banyak sudut pandang dan nilai yang berbeda. Dalam
konteks konsep kemanusiaan dan kemanusiaan, ada yang menganggap hukuman mati
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan karena melanggar hak dasar hidup setiap
manusia. Dari perspektif hak asasi manusia, banyak organisasi dan aktivis menganggap
hukuman mati sebagai pelanggaran hak asasi manusia karena penerapannya seringkali tidak
adil dan dapat mengakibatkan eksekusi yang salah.

Namun di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa hukuman mati merupakan bentuk
keadilan yang tepat untuk kejahatan yang sangat serius, seperti peredaran narkoba, dimana
peredaran narkoba dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa negara masih
mempertahankan hukuman mati sebagai bagian dari sistem hukum mereka, sementara negara
lain telah menghapuskan atau menghentikan eksekusi.

Tanggapan (INDAH) :
Menurut saya Eksekusi hukuman mati bagi bandar narkoba tidak bertentangan dengan hak asasi
manusia karena tidak bertentangan dengan Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik
(ICCPR) sehingga hukuman mati dapat diterapkan di Indonesia dan juga hukuman mati di atur
di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Memberikan
hukuman mati bagi Bandar Narkoba sesuai dengan ancaman Pasal 114 ayat (2) UndangUndang
Nomor 35 Tahun 2009 sudah tepat dan tidak melanggar Hak Asasi Manusia. Karena hukuman
mati yang dijatuhkan kepada satu orang yang merusak dan menghancurkan orang banyak itu
lebih baik daripada dia tetap hidup tapi kehancuran semakin besar bagi orang lain dalam suatu
negara. Penegakan hukuman mati bagi Bandar Narkoba harus dilakukan demi kepentingan
umat manusia yang lebih banyak dengan membunuh satu orang dapat menyelamatkan banyak
orang lainnya sehingga membunuh bandar narkoba artinya dapat mengayomi masyarakat
lainnya dari penyalahgunaan narkoba akibat peredarannya yang semakin meningkat.

Tanggapan (WINDI) : Pertanyaan ini membuka diskusi yang kompleks tentang pelaksanaan
hukuman mati dalam konteks konsep manusia, kemanusiaan, dan hak asasi manusia (HAM).
Yang dimana Hukuman mati telah menjadi topik kontroversial di banyak negara di seluruh
dunia. Di satu sisi, beberapa orang berpendapat bahwa hukuman mati adalah bentuk keadilan
yang diperlukan untuk kejahatan yang sangat serius, seperti perdagangan narkoba. Mereka
berargumen bahwa hukuman mati dapat menjadi efektif sebagai pembalasan yang setimpal dan
sebagai efek jera bagi orang lain yang mungkin mempertimbangkan untuk melakukan tindakan
serupa. Namun, di sisi lain, banyak pihak yang menentang hukuman mati dengan alasan
kemanusiaan. Mereka berpendapat bahwa mengambil nyawa seseorang, terlepas dari
kejahatannya, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan tidak sesuai dengan pandangan
kemanusiaan yang lebih luas. Konsep Manusia dan Kemanusiaan: Saya percaya bahwa setiap
individu memiliki nilai intrinsik yang harus dihormati, terlepas dari kesalahan atau tindakan
yang mereka lakukan. Hukuman mati, dengan mengambil nyawa seseorang sebagai bentuk
balasan atas tindakan mereka, bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan ini Hukuman
mati secara inheren melanggar hak asasi manusia, terutama hak atas kehidupan yang diakui
dalam berbagai instrumen HAM internasional. Penegakan hukuman mati tidak hanya
melanggar hak individu yang dihukum, tetapi juga mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang
mendasari prinsip-prinsip HAM. Saya mendukung seruan internasional untuk menghapuskan
hukuman mati di seluruh dunia, sejalan dengan pernyataan-pernyataan dari organisasi seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amnesty International.

Diskusi Kasus 2 :

Coba anda diskusikan tentang kondisi siswa yang membully guru baik yang dilakukan dalam
lingkungan sekolah maupun diluar sekolah sampai menggunakan medsos yang dampaknya
cukup besar terhadap hidup dan kehidupan guru tersebut sebagai manusia. Bagaimana
implementasi pendidikan sebagai suatu tindakan yang disengaja dan terencana yang dilakukan
oleh orang dewasa yang bertanggungjawab moral untuk membantu anak menjadi dewasa dan
mandiri.

Tanggapan (NATANIA) :

Membully merupakan sesuatu yang akan sangat berdampak negatif kepada si korban, mulai
dari sakit hati, rasa ingin membalas dendam, hingga pelaku bisa juga menjadi korban, bisa juga
korban akan bunuh diri. Pelaku bullying tidak mengenal usia, bahkan yang lebih muda bisa
menjadi pelaku. Kasus tersebut bisa saja dikarenakan oleh dua hal, mulai dari guru yang
berbuat suatu hal sehingga muridnya merasa dendam sampai membully guru tersebut, bisa jadi
juga memang murid tersebut tidak memiliki etika yang baik terhadap orang yang lebih tua,
termasuk kepada gurunya.

Kesadaran diri sangatlah penting untuk sebuah kasus, masalah dapat diselesaikan apabila
dengan cara yang baik. Peran orang tua juga sangat diperlukan untuk proses pendidikan
anaknya, guru merupakan peran kedua setelah keluarga, apabila antara guru dan murid
memiliki masalah hingga terjadi kasus bully kepada guru, sebaiknya guru meminta penjelasan
lebih kepada murid yang melakukan bully padanya. Jika murid tersebut sudah keras kepala
tidak ingin berdamai dan melanjutkan perbuatan tersebut, sebaiknya guru segera melapor
kepada kepala sekolah agar ia yang membuat keputusan nanti.

Tanggapan (KASIH) :

Diskusi kasus 2

Penindasan yang ditujukan kepada guru di dalam dan di luar lingkungan sekolah, termasuk
melalui media sosial, mempunyai dampak serius terhadap kesejahteraan dan kehidupan guru.
Guru, sebagai manusia, mempunyai hak untuk bekerja di lingkungan yang aman dan dihormati
oleh siswanya. Bullying dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, bahkan merusak harga
diri seorang guru.

Menerapkan pendidikan sebagai tindakan sadar dan terencana oleh orang dewasa yang
bertanggung jawab secara moral penting dilakukan untuk mengatasi masalah bullying
Tanggapan (INDAH) :

Menurut saya bullying terhadap guru dapat merusak reputasi mereka dalam lingkungan sekolah
dan masyarakat. Hal ini dapat mengganggu kinerja mereka dalam mengajar dan mengelola
kelas. Selain itu, bullying yang terjadi di media sosial juga dapat mempengaruhi kehidupan
pribadi guru dan hubungan interpersonal mereka di luar lingkungan sekolah. Untuk mencegah
kasus bullying terhadap guru, pendidikan dan pembinaan menjadi kunci. Orang dewasa yang
bertanggung jawab moral, termasuk orang tua, guru, dan staf sekolah, perlu melakukan
tindakan yang disengaja dan terencana untuk membantu anak-anak memahami pentingnya
empati, penghargaan terhadap orang lain, dan tanggung jawab atas tindakan mereka. Penting
bagi pendidikan untuk tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan
karakter dan nilai-nilai moral. Sekolah perlu memberikan pelatihan tentang pentingnya
menghormati dan menghargai semua anggota masyarakat sekolah, termasuk guru. Ini dapat
dilakukan melalui program-program seperti pelatihan anti-bullying, ceramah tentang
pentingnya kesetaraan dan penghargaan terhadap perbedaan, serta pembentukan komunitas
yang inklusif dan mendukung. Sekolah harus bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat
untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua anggotanya.
Komunikasi terbuka antara sekolah, orang tua, dan siswa penting untuk mendeteksi dan
menangani kasus bullying dengan cepat dan efektif. Implementasi pendidikan sebagai tindakan
yang disengaja dan terencana harus menjadi prioritas bagi setiap lembaga pendidikan. Hal ini
mencakup tidak hanya memberikan pengetahuan akademik, tetapi juga membentuk karakter,
nilai-nilai moral, dan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa untuk menjadi individu
yang bertanggung jawab, empatik, dan menghargai sesama.
Tanggapan (WINDI) :

Menurut pendapat saya situasi di mana siswa membully guru, baik di dalam maupun di luar
lingkungan sekolah, termasuk melalui media sosial adalah hal yang sangat mengkhawatirkan
dan memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan guru tersebut sebagai manusia. yang
dimana Bullying terhadap guru memiliki dampak yang merusak, baik secara psikologis, sosial,
maupun fisik.Implementasi Pendidikan sebagai tindakan yang disengaja yang dimana
pendidikan memainkan peran penting dalam mencegah perilaku bully dan membentuk
lingkungan sekolah yang aman dan empatik. Pertama, pendidikan tentang empati dan
kesadaran harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah. Ini membantu siswa memahami
dampak negatif dari perilaku bully dan mendorong mereka untuk berempati terhadap
pengalaman dan perasaan orang lain. Kedua, pengembangan keterampilan sosial yang sehat,
termasuk komunikasi yang baik dan penyelesaian konflik yang damai, membantu mengurangi
insiden bully dan menciptakan iklim sekolah yang positif. Ketiga, penegakan aturan dan sanksi
yang konsisten menunjukkan bahwa perilaku bully tidak akan ditoleransi dalam lingkungan
sekolah. Terakhir, pendidikan tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab
penting untuk mengajarkan siswa tentang etika online dan dampak negatif dari menyebarkan
konten yang merugikan secara emosional.

KESIMPULAN :

KASUS 1

Pemberian hukuman mati bagi Bandar Narkoba merupakan salah satu bentuk keseriusan negara
terhadap penanganan kasus narkotika di negara ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa hukuman
mati di Indonesia masih merupakan dilema karena hak asasi manusia juga mengatur bahwa
setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan penghidupannya. Jika dilihat dari aspek hukum
pidana menurut Undang–Undang (UU) Narkotika juga berlaku hukuman mati, sedangkan
menurut HAM melindungi manusia secara utuh (demi tegaknya martabat manusia/human
dignity). Hukuman mati apakah pantas dijatuhkan kepada bandar narkoba sedangkan di sisi
lain negara mengakui hak hidup merupakan salah satu hak asasi manusia yang mutlak
dipertahankan dan dijaga demi keberlanjutan kehidupan umat manusia.

Berdasarkan 4 tanggapan di atas, dapat disimpulkan bahwa kasus bandar narkoba tidak
berpengaruh kepada HAM. Jika seseorang berada di Indonesia sekalipun ia WNA, maka itu
akan mendapat hukuman sesuai pasal UUD. HAM memang hak untuk semua manusia, namun
sekali hukum tetap hukum. Sebab berdasarkan undang-undang narkotika, jelas tercantum bahwa
hukuman maksimal adalah hukuman mati bagi pengedar narkoba.
KASUS 2

Terdapat dua macam bullying, yaitu bullying verbal dan non-verbal. Bullying verbal merupakan aksi
bullying berupa perkataan yang disengaja untuk menjelek-jelekkan atau menyakiti seseorang. Biasanya
berupa perkataan rasis, penghinaan fisik, atau ancaman secara terus menerus dan sering terjadi di media
sosial, yang dapat disebut dengan istilah cyberbullying.

Bullying non-verbal yang belakangan ini sering terjadi, merupakan aksi bullying berupa kekerasan fisik,
kekerasan sexual, sengaja mengambil atau merusak barang milik orang lain, dan perbuatan lain yang
bertujuan untuk merendahkan seseorang. Bullying verbal maupun non-verbal masih sering terjadi di
dunia Pendidikan. Tindak bullying terhadap guru ini bisa memberi dampak kepada pelaku ataupun
korban. Pelaku sudah pasti akan mendapat sanksi atas apa yang telah ia perbuat.

Perilaku seperti ini dapat dicegah sejak dini, misal pembekalan ilmu tentang bullying merusak masa
depan, dan lain-lain yang berkaitan dengan kasus ini. Peran orang tua dan guru sangatlah penting untuk
membangun generasi muda tanpa bullying. Bukankah lebih baik jika suatu masalah diselesaikan dengan
cara kepala dingin tanpa perdebatan dan dendam? Bukankah damai lebih baik daripada dendam yang
dikemudian hari akan memberi dampak atas itu?

TUGAS 2 (RUANG DISKUSI)

Tanggapan kasus 3
Tindakan yang dilakukan oleh Dosen A bisa dipandang sebagai tindakan yang tegas dan
memiliki tujuan mendidik, namun juga dapat dipandang sebagai tindakan yang emosional dan
berpotensi merugikan orang lain tergantung pada sudut pandangnya.
Di satu sisi, Dosen A memiliki alasan yang cukup kuat untuk merasa frustrasi dan marah.
Mahasiswa yang tidak hadir tanpa pemberitahuan dan izin, serta menggunakan jam kuliah
untuk mengerjakan tugas dari dosen lain, adalah pelanggaran terhadap tata tertib dan etika
akademik yang seharusnya dijaga. Tindakan Dosen A untuk menegur mahasiswa dan menolak
mereka masuk kelas bisa dipandang sebagai upaya untuk menegakkan disiplin dan
mempertahankan standar akademik yang tinggi.
Namun, di sisi lain, cara Dosen A menangani situasi tersebut bisa dikritik karena terkesan
emosional dan keras. Penolakan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
menjelaskan alasan ketidakhadiran mereka dan langsung menolak mereka masuk kelas tanpa
memberi kesempatan untuk klarifikasi, serta memberikan sanksi yang keras tanpa memberi
kesempatan untuk dialog, bisa membuat mahasiswa merasa tidak dihargai dan merasa
terpinggirkan. Selain itu, pengaduan yang dilakukan oleh mahasiswa kepada dekan bisa
mengindikasikan bahwa tindakan Dosen A telah memicu ketidakpuasan yang signifikan di
antara mahasiswa.
Jadi, meskipun tindakan tegas Dosen A dapat dipahami sebagai upaya untuk menegakkan
disiplin akademik, namun jika tidak disertai dengan pendekatan yang lebih empatik dan
dialogis, tindakan tersebut dapat memicu konflik dan merugikan hubungan antara dosen dan
mahasiswa, serta memperburuk citra Dosen A di mata mahasiswa dan pihak lainnya. Oleh
karena itu, dalam menangani situasi semacam ini, penting bagi dosen untuk tetap tenang,
memberikan kesempatan untuk klarifikasi, dan mencari solusi yang konstruktif tanpa
mengabaikan kepentingan akademik yang harus dipertahankan.

PENUGASAN 1
Carilah minimal 2 jurnal mengenai Pendidikan dan Karakter Pendidik. Kemudian buatlah
sintesis (rangkuman) maksimal 1 halaman berdasarkan jurnal-jurnal tersebut!
RANGKUMAN JURNAL

Karakter adalah keutuhan seluruh perilaku psikis hasil pengaruh faktor endogen dan faktor
eksogen, yang terpatri dalam diri dan membedakan individu atau kelompok individu yang satu
dari yang lainnya, serta menjadi determinan perilaku seseorang dalam penyesuaiannya dengan
lingkungan. Karakter adalah sesuatu yang terlihat, merupakan bentuk perilaku konkrit, atau
penerapan dari moral. Di tangan para pendidik profesional, peserta didik diajarkan untuk
menjadi generasi yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, mandiri, cendikia, inovatif dan
antisipatif. Karakter terdiri dari sifatsifat baik sebagai bentuk dari perilaku yang terlihat.
Seorang individu harus mengetahui, memiliki keinginan, dan melakukan hal yang baik agar
tercipta kebiasaan baik di pikiran, di hati, dan di perilaku. Pendidikan karakter perlu niat– minat
–dukungan pembelajaran seperti, kejujuran, disiplin, komitmen, tanggung jawab, dapat
dipercaya harus didarah dagingkan/diinternalisasikan harus di habit kan ke dalam setiap diri
individu di semua lini. Pendidikan karakter tidak hanya dikemas dan disajikan di dalam kelas,
diajarkan di kelas, lalu diuji dan kemudian dinyatakan lulus, selanjutnya dianggap selesai.
Pendidikan karakter juga tidak hanya dilakukan oleh seorang guru. Bandingkan dengan The
New International Webster’s Student Dictionary of the English Language yang mengemukakan
istilah karakter berarti tanda atau cap. Sebagai perbandingan, Ensiklopedia.
Ensiklopedia Indonesia menyatakan bahwa karakter merupakan ‘keseluruhan dari segala
macam perasaan dan kemauan yang menampak keluar sebagai kebiasaan pada cara bereaksi
terhadap dunia luar, dan pada ideal-ideal yang diidam-idamkan’. Karakter merupakan pancaran
dari keadaan batin seseorang yang tampak dalam bentuk perilaku sehari-hari terkait dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan alam. Karakter mempengaruhi pertimbangan
dan pengambilan keputusan etis dan moral. Pendidikan Anak Usia Dini sampai dengan
Pendidikan Tinggi. Ada pula yang menggunakan sebutan akhlak dan untuk yang baik disebut
akhlak mulia. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa istilah karakter mengandung arti sifat-
sifat atau kebiasaan-kebiasaan dalam diri dan kehidupan seseorang yang sudah begitu tertanam
serta berurat berakar, serta telah menjadi ciri khas diri. Cara membina karakter tidak dapat lagi
dilakukan melalui hafalan, dogma atau indoktrinasi, namun harus lebih memperhatikan
perilaku yang tak langsung dapat diamati dan bersifat intrinsik. Berorientasi pada
pengembangan memandang peserta didik sebagai bibit-bibit yang punya potensi keunggulan
yang beragam atau berbeda-beda. Mereka bukan bibit yang seragam atau sejenis, mereka terdiri
dari perbedaan individu yang satu dengan yang lainnya dan harus diakui sebagai sumber
potensi kreatifnya. Agama memberi perhatian yang sangat besar kepada pembentukan karakter,
karena menurut pandangan agama karakter dapat dibentuk sejak dini, perhatiannyapun dalam
hal ini diarahkan sejak dini, bahkan ada yang berpendapat sejak janin masih di dalam
kandungan ibu. Demikian juga kedekatan ibu-bapak sejak kelahirannya, suasana kehidupan
rumah tangga serta lingkungan sosial pada saat kanak-kanak dan remaja, serta keteladanan,
semuanya mempunyai andil besar dalam pembentukan karakter seseorang. Karakter terbentuk
melalui perjalanan hidup seseorang. Karakter baik merupakan persyaratan agar kompetensi
yang dimiliki oleh seseorang dipakai secara bijaksana. Kompetensi hanya akan menjadi
kekayaan dan membawa manfaat bagi orang banyak apabila kompetensi tersebut disertai
dengan karakter yang baik dan benar.
Sebaliknya, orang berkompetensi tinggi namun karakternya tidak baik dan benar cenderung
akan memakai kompetensinya untuk hal-hal yang merugikan masyarakat. Tidak ada istilah
terlambat guna pembentukan karakter. Memang, untuk melakukan perubahan karakter bagi
orang dewasa, dibutuhkan sekian banyak hal, namun tidak demikian halnya dengan kanak
kanak dan remaja. Proses pembentukkan karakter pada sesorang dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan, sering juga disebut faktor bawaan atau
faktor endogen atau nature dan oleh faktor lingkungan atau eksogen atau nurture. Jati diri yang
kuat hanya bisa terbentuk kalau seseorang membangun karakter –Watak – jiwa yang tangguh,
yang di dalamnya terkandung konsistensi, integritas dan dedikasi, loyalitas dan komitmen
secara vertikal maupun secara horizontal. Untuk itu dibutuhkan komitmen, ketekunan,
keuletan, proses, metode, waktu, dan yang terpenting adalah keteladanan, sehingga dapatlah
dikatakan bahwa pelajaran pendidikan karakter terbaik ialah hidup itu sendiri, bukan
pembelajaran intelektual. Pembentukan watak dan pendidikan karakter tidak akan berhasil
selama antara ketiga lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan harmonisasi.
Dengan knowing the good anak terbiasa berpikir hanya yang baik-baik saja. Tersedianya guru
yang kompeten dan berkarakter merupakan kunci keberhasilan penerapan model 9 Pilar
Karakter, dan bagi sekolah-sekolah yang ingin menerapkan model ini, IHF mewajibkan para
gurunya untuk mengikuti training terlebih dahulu, karena dengan training ini guru dipersiapkan
untuk mempunyai paradigma, sense of mission, dan spirit membara untuk menjadi guru yang
berkarakter. Untuk menyiapkan guru yang kompeten, maka guru perlu dibekali seperangkat
teori yang praktis, terutama bagaimana mengalirkannya di dalam kelas. Selain kondisi yang
menyenangkan, para guru harus mempunyai pengetahuan keterampilan mengajar,
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, mampu memilih dan menggunakan media
pembelajaran yang up to date, sehingga belajar benar-benar menjadi joyfull learning. Pendidik
tidak pelit memberikan pujian/penghargaan terhadap peserta didiknya yang berprestasi dan
menumbuhsuburkan nilainilai yang baik. Kewajiban pendidiklah yang menerapkan character-
based approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang ada di samping mata pelajaran – mata
pelajaran khusus seperti pelajaran Agama, Pancasila, kebaikan, anak-anak diharapkan
mencintai kebaikan. Dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan, maka
akan tercipta lingkungan yang kondusif untuk tumbuhkembangnya peserta didik yang
berkarakter.

Referensi jurnal:
E. Handayani Tyas 2016, PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENDIDIK YANG
BERKARAKTER Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas
Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Handoko Santoso 2016, PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KARAKTER, PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas
Muhammadiyah Metro

Anda mungkin juga menyukai