Anda di halaman 1dari 2

Analisis Pelaksanaan Hukuman Mati terhadap Pelaku Kasus Narkoba

Anggota kelompok :
● Anggraini Puspita Sari (06)
● Nafisa Farras Paramesti (27)
● Zalfa Naila Khairan (34)
● Zulfika Nafish Maisyaroh (36)

Dampak dari eksekusi mati terhadap pengedar narkoba antara lain : memberikan rasa takut
bagi orang lain supaya tidak melakukan pelanggaran yang sama dan memberikan rasa aman bagi
setiap orang. Pelaksanaan eksekusi mati terhadap pengedar narkoba ternyata tidak melanggar
Hak Asasi Manusia. Pasal 28 G UUD 1945 menyatakan bahwa manusia berhak untuk
mendapatkan perlindungan, termasuk perlindungan dari kejahatan narkoba yang bisa tiba-tiba
mengancam nyawanya. Di dalam hal ini, tentu saja asas kepentingan umum harus ditegakkan
dan kepentingan khusus atau pribadi harus disingkirkan.

Efek jera yang ditimbulkan dari pelaksanaan eksekusi mati adalah penurunan terhadap
peredaran jumlah narkoba yang ada pada sebuah daerah karena eksekusi mati mencabut hak
untuk hidup seseorang yang sebagaimana seharusnya hak tersebut adalah tuhan yang dimana
memiliki kemampuan untuk menghentikkan hak untuk hidup seseorang. Secara logika dapat
dipastikan bahwa dengan pemberian hukuman mati ini akan menimbulkam rasa takut diantara
para pengedar narkoba sehingga mereka memilik rasa takut untuk melakukannya. Sehingga
apabila pengedar sudah merasa takut untuk melakukan aksinya maka jumlah narkoba yang
beredar pun akan semakin turun dan hal ini juga akan berdampak terhadap pengguna yang juga
akan ikut mengalami penurunan jumlah.

Hukuman mati ini menjadi masalah utama yang diperbincangkan apakah sesuai dengan
penegakkan Hak Asasi Manusia. Hal ini membuat beberapa asumsi dari masyarakat pro dan
kontra terhadap hukuman mati tersebut. Di satu sisi, masyarakat mendukung hukuman mati
tersebut sebagai bentuk ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. Agar bisa membuat efek jera
kepada si pelaku karena telah melakukan tindakan yang dapat membahayakan dirinya sendiri dan
di lingkungan masyarakat sekitar. Dan di sisi lain masyarakat menganggap bahwa hukuman mati
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Karena sebagai bentuk pembalasan dendam dan telah
menghilangkan nyawa seseorang. Namun, dapat kita lihat bahwa penyalahgunaan narkoba di
Indonesia terus meningkat. Hal ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus karena dapat mengancam
generasi muda untuk lebih baik kedepannya. Sehingga hukuman mati ini dianggap efektif untuk
melindungi masyarakat dari tindakan kejahatan yang serius. Maka dari itu, relevansi pelaksanaan
hukuman mati dalam penegakan hak asasi manusia mungkin bisa dipertimbangkan dengan lebih
baik.
Alternatif hukuman bagi pelaku penyalahgunaan narkoba selain hukuman mati yaitu dapat
melakukan hukuman seumur hidup. Hal tersebut terdapat dalam pasal 12 ayat (1) KUHP "Pidana
penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu". Maka dapat disimpulkan bahwa
pidana penjara seumur hidup yaitu pidana penjara selama terpidana masih hidup hingga
meninggal. Berbeda dengan hukuman mati, masyarakat yang kontra menganggap hukuman mati
tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan karena hukuman mati dianggap sebagai bentuk
pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Tujuan dari pidana penjara seumur hidup seperti yang
terdapat dalam UUD 1945 pasal 28A “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya". Yaitu terpidana tetap memiliki hak hidup selayaknya
Hak asasi manusia (HAM) yang melekat pada setiap orang. Namun, dia tetap perlu untuk
menjalani hukuman yang berat sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatan pidana yang
dilakukan agar para pelaku penyalahgunaan narkoba memiliki efek jera.

Anda mungkin juga menyukai