Anda di halaman 1dari 13

Nama : 1.

Annastasya Amalia Putri Bakhtiyar Warhany


(200710101172)
2. Anindya Dewangsya Aryamurti (200710101173)

3. Ramadhan Dwi Saputra (200710101155)

5. Rahmat Fatih Rosyidin (200710101073)

6. Shandy Maulana Abdillah (200710101236)

Mata Kuliah : Hukum Internasional

Dosen Pengampu : EKO MUKMINTO S.H., M.H.,

Judul Essay : Limitasi Hak Asasi Manusia Dalam Lingkup


Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat

Pendahuluan

Setiap manusia pasti memiliki hak yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Hak tersebut merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) yang melekat dari sejak
manusia itu lahir hingga wafat. Hal tersebut juga secara lengkap tercantum dalam
BAB XA UUD NRI 1945 tentang Hak Asasi Manusia. Seiring berkembangnya
zaman, peraturan-peraturan mengenai Hak Asasi Manusia semakin banyak
macamnya, termasuk negara yang ikut berperan dalam melaksanakan maupun
menjaga hak setiap manusia. Namun beberapa tahun belakangan, tepatnya sejak
diumumkan bahwa terdapat virus yang disebut dengan COVID-19 dan menjadi
sebuah pandemi di seluruh dunia, Hak Asasi Manusia kini dipertanyakan perihal
pembatasannya.

Karena pada fakta di lapangan, hak setiap manusia atas kebebasan berserikat,
berkumpul, serta hak kebebasan beragama dan berkeyakinan dibatasi oleh negara.
Salah satu produk dari pemerintah untuk membatasi mobilitas warga negaranya
adalah dengan diterapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan
PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Meskipun hal tersebut
termasuk dalam kategori derogable rights, namun tidak menutup kemungkinan
sebagian masyarakat merasa dirugikan oleh peraturan pemerintah karena kesulitan
untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup yang notabene dilakukan diluar rumah.
Oleh karena itu, essai ini dibuat untuk menjelaskan secara rinci tentang hal – hal
yang dapat membatasi Hak Asasi Manusia dan penerapannya di masa pandemi
COVID-19. Penulisan essay ini bertujuan untuk mengkaji tentang Limitasi Hak
Asasi Manusia dalam lingkup Kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

Pendahuluan

Setiap manusia pasti memiliki hak yang telah diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Hak tersebut merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) yang melekat dari
sejak manusia itu lahir hingga wafat. Hal tersebut juga secara lengkap tercantum
dalam BAB XA UUD NRI 1945 tentang Hak Asasi Manusia. Seiring
berkembangnya zaman, peraturan – peraturan mengenai Hak Asasi Manusia
semakin banyak macamnya, termasuk negara yang ikut berperan dalam
melaksanakan maupun menjaga hak setiap manusia. Namun beberapa tahun
belakangan, tepatnya sejak diumumkan bahwa terdapat virus yang disebut dengan
COVID-19 dan menjadi sebuah pandemi di seluruh dunia, Hak Asasi Manusia
kini dipertanyakan perihal pembatasannya. Karena pada fakta di lapangan, hak
setiap manusia atas kebebasan berserikat, berkumpul, serta hak kebebasan
beragama dan berkeyakinan dibatasi oleh negara. Salah satu produk dari
pemerintah untuk membatasi mobilitas warga negaranya adalah dengan
diterapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Meskipun hal tersebut
termasuk dalam pembatasan hak asasi manusia,, namun tidak menutup
kemungkinan sebagian masyarakat merasa dirugikan oleh peraturan pemerintah
karena kesulitan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup yang notabene
dilakukan diluar rumah. Oleh karena itu, esai ini ditujukan untuk mengkaji
limitasi ham dalam penerapan kebijakan PPKM ( Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat).

Pembahasan

1. Landasan Hukum tentang Limitasi HAM Dalam Penerapan PPKM


Pemerintah indonesia menetapkan negara indonesia berada dalam keadaan
darurat dalam menghadapi penyebaran virus COVID-19. dalam menanggapi
keadaan darurat tersebut pemerintah dalam negeri indonesia mengeluarkan
peraturan yang berisi pembatasan pembatasan dalam melakukan kegiatan
masyarakat. Hal tersebut diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 39
Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat
Coronavirus Disease 2019 Di Wilayah Jawa Dan Bali. Peraturan tersebut secara
jelas membatasi beberapa hak yang ada dalam hak asasi manusia. Banyak
masyarakat awam mengetahui bahwa hak asasi manusia tidak dapat dibatasi dan
direnggut bahkan oleh negara sekalipun. Namun, pada kenyataannya hak asasi
manusia dapat dibatasi atas dasar keadaan darurat. Hal tersebut diatur dalam Pasal
4 kovenan hak sipil dan politik. Dalam pasal 4 kovenan hak sipil dan politik
menyebutkan ;

a. Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa


dan keberadaannya, yang telah diumumkan secara resmi,
Negara-negara Pihak Kovenan ini dapat mengambil langkah
langkah yang mengurangi kewajiban-kewajiban mereka
berdasarkan Kovenan ini, sejauh memang sangat diperlukan
dalam situasi darurat tersebut, sepanjang langkah-langkah
tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban-kewajiban
lainnya berdasarkan hukum internasional dan tidak
mengandung diskriminasi semata-mata berdasarkan atas ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal-usul sosial

b. Pengurangan kewajiban atas pasal-pasal 6, 7, 8 (ayat 1 dan 2),


11, 15, 16 dan 18 sama sekali tidak dapat dibenarkan
berdasarkan ketentuan ini1.

Tidak hanya dalam kovenan hak sipil dan politik, pembatasan hak
asasi manusia juga beberapa kali diatur dalam peraturan yang berlaku di
negara Indonesia. Berikut adalah beberapa hukum positif yang mengatur
tentang pembatasan hak asasi manusia ;

a. Pasal 32 ayat (1) Konstitusi RIS 1949 yang berbunyi

“Peraturan-peraturan undang-undang tentang melakukan


hakhak dan kebebasan-kebebasan yang diterangkan dalam
bagian ini, jika perlu, akan menetapkan batas-batas hak-hak
dan kebebasan itu, akan tetapi hanyalah semata-mata untuk

menjamin pengakuan dan penghormatan yang tak boleh tiada


terhadap hak-hak serta kebebasan-kebebasan orang lain, dan
1 Osgar S Matompo, “Pembatasan Terhadap Hak Asasi Manusia Dalam Prespektif Keadaan
Darurat,” Jurnal media hukum 21, no. 1 (2014): 16.
untuk memenuhi syarat-syarat yang adil untuk ketentraman,
kesusilaan dan kesejahteraan umum dalam suatu persekutuan
yang demokrasi”2

b. Pasal 33 UUDS 1950 yang berbunyi;

“Melakukan hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang


diterangkan dalam bagian ini hanya dapat dibatasi dengan
peraturan-peraturan undang-undang semata-mata untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan yang tak boleh tiada
terhadap hak-hak serta kebebasan-kebebasan orang lain, dan
untuk memenuhi syarat-syarat yang adil untuk ketentraman,
kesusilaan dan kesejahteraan dalam suatu masyarakat yang
demokratis”

c. Pasal 28 j ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi;

“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib


tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”

d. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi


Manusia pasal 36 yang berbunyi;

“ Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang


wajib tunduk kepada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan
oleh Undang Undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis”

e. Pasal 73 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM yang berbunyi;

“Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini


hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang,
semata mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan

2 Mata Kuliah, Hak Asasi Manusia, dan DR ABDUL RAZAK, “PERBEDAAN HAM DIBAWAH UUD
1945 SEBELUM AMANDEMEN, KONSTITUSI RIS 1949, UUDS 1950, DAN UUD 1945 SETELAH
AMANDEMEN,” t.t.
terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain,
kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa”.3

Dalam peraturan peraturan diatas dapat dilihat bahwa Hak asasi


manusia yang merupakan ketetapan tuhan dan tidak dapat dihilangkan
sebenarnya dapat dibatasi dengan alasan dan peraturan yang jelas serta
demi keamanan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Hal tersebut
adalah langkah yang diambil oleh menteri dalam negeri dengan membuat
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Coronavirus
Disease 2019. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mencegah
meluasnya penyebaran virus covid 19 yang dapat mengganggu
kesejahteraan masyarakat bangsa Indonesia.

2. Penerapan Kebijakan PPKM Menurut Prinsip - Prinsip Sirracusa

Sebenarnya negara mempunyai wewenang untuk membatasi hak-hak


warga negaranya namun hanya dalam keadaan darurat, dan tentunya hak-hak yang
dapat dibatasi tersebut harus selain dari derogable rights yang merupakan inti sari
dari Hak Asasi Manusia itu sendiri seperti yang disebutkan dalam UUD NRI 1945
Pasal 28 I Ayat (1) hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun. Selain itu, dalam pembatasan derogable rights tadi juga
harus mengikuti petunjuk dari yang telah disebutkan lebih lanjut dalam Pasal 28 J
Ayat (2) dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang undang dengan maksud semata
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai nilai, agama, keamanan, ketertiban umum dalam suatu masyarakat
yang demokratis.
Berangkat dari pasal-pasal tadi, maka dapat kita hubungkan bahwasannya
derogable rights yang mana selain dari yang telah disebutkan Pasal 28 I seperti
kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpendapat (Pasal 28 E Ayat 3) atau hak
untuk berkomunikasi (Pasal 28F), ataupun hak atas harta benda (Pasal 28G) dapat
dibatasi, dengan ketentuan sepanjang hal tersebut sesuai dengan
pembatasanpembatasan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang.
Lebih lanjut mengenai pembatasan keadaan darurat ini tidak serta merta dapat
langsung dijalankan, melainkan ada beberapa faktor yang harus dipenuhi. Hal
tersebut diatur dalam International Covenant on Civil and Political Rights

3 Ibid, hlm 6-7


(Konvenan internasional hak sipil dan politik) yang telah diratifikasi oleh
pemerintah Indonesia menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 sehingga

lahirlah Prinsip-Prinsip Siracusa dari konvensi tersebut. Prinsip ini dihasilkan oleh
sekelompok ahli hukum internasional yang bertemu di Siracusa, Italia pada April
dan Mei 1984 yang isinya sebagai berikut:

1. Diatur Berdasarkan Hukum


Pembatasan ini tidak dapat dilaksanakan apabila tidak didasari oleh hukum
nasional dan juga hukum ini tidak boleh semena-mena membatasi hak-hak
warga negara tanpa alasan yang jelas. Hukum ini pun harus terbuka dan
dapat diakses oleh masyarakat.4

2. Diperlukan Masyarakat yang Demokratis


Untuk menetapkan pembatasan ini, maka masyarakat yang merasakan
imbasnya secara langsung harus dapat memberikan pendapat mereka
terlebih dahulu mengenai pembatasan tersebut. Selain itu hal ini dapat
mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pemerintah terhadap
rakyatnya yang kemudian dapat berujung rusaknya demokrasi di negara
tersebut.

3. Untuk Melindungi Kepentingan Umum


Negara harus menjamin bahwa pembatasan yang akan dilakukan
merupakan untuk kepentingan dan kebaikan seluruh masyarakat. Negara
juga harus bertanggung jawab atas hak asasi yang akan dibatasinya.

4. Untuk Melindungi Kesehatan Publik


Kesehatan masyarakat dapat digunakan Negara sebagai dasar untuk
membatasi hak-hak tertentu yang memungkinkan negara mengambil
tindakan untuk menangani ancaman serius terhadap kesehatan populasi
atau anggota individu dari populasi. Namun klausul ini hanya dapat
diberlakukan dengan dibarengi adanya instruksi dari World Health
Organization (WHO).

5. Untuk Melindungi Moral Publik


Negara harus menunjukkan bahwa pembatasan itu memang sangat penting
bagi terpeliharanya nilai-nilai mendasar komunitas. Dalam hal ini negara
memiliki diskresi untuk menggunakan alasan moral masyarakat. Namun

4 Veronica Sianipar Agnes, Eddy Mulyono, dan Rosita Indrayati, “TINJAUAN YURIDIS
PERLINDUNGAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN
2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN,” t.t.
klausul ini tidak boleh menyimpang dari maksud dan tujuan Kovenan
Sipol.

6. Untuk Melindungi Keamanan Nasional


Negara dapat melakukan pembatasan ini apabila eksistensi bangsa,
integritas wilayah, atau kemerdekaan politik terancam oleh kekerasan.

Namun Negara tidak diperbolehkan menggunakan klausul ini sebagai


alasan untuk memberlakukan pembatasan yang tidak jelas dasarnya apa
atau demi kepentingan segelintir orang.5

7. Untuk Melindungi Hak dan Kebebasan Orang Lain


Apabila terjadi suatu konflik antar hak, maka Negara harus
memprioritaskan hak dan kebebasan yang paling mendasar (hak non
derogable). Adapun klausul ini tidak boleh digunakan negara sebagai cara
untuk melindungi rezim yang berkuasa dari kritik dan opini masyarakat.

Adapun sebelum diberlakukannya pembatasan-pembatasan ini, menurut


Jimly Asshiddiqie harus ada asas-asas yang melandasi dikeluarkannya
status hukum keadaan darurat. Asas-asas itu adalah sebagai berikut:
A. Asas Deklarasi
B. Asas Legalitas
C. Asas Komunikasi
D. Asas Kesementaraan
E. Asas Keistimewaan Ancaman
F. Asas Proporsionalitas
G. Asas Intangibility
H. Asas Pengawasan6

Dengan adanya PPKM ini tentunya seluruh masyarakat merasakan dampaknya


dan sudah kewajiban Negara untuk mengimbangi pembatasanpembatasan tadi
dengan memberikan jaminan pemenuhan hak asasi lainnya yang dibutuhkan
secara mendasar dan sehari-hari oleh warganya dengan prinsip nondiskriminasi,
partisipatif, pemberdayaan, dan akuntabel. Contohnya dengan memberikan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi UMKM-UMKM yang terdampak

3. Penerapan Kebijakan PPKM di Indonesia

5 Ibid, hlm 6.
6 Os Matompo, Loc.Cit.Hlm 66
Dalam penerapan PPKM, Pemerintah menggunakan dasar aturan Immendagri
No 39 tahun 2021 Tentang Pemberlakuan Pembatasan kegiatan Masyarakat Level
4, Level 2, dan Level 2 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali.
Dalam aturan ini, terdapat beberap substansi yang dapat dipahami sebagai
implementasi pembatasan hak asasi manusia terhadap masyarakat. Namun hal ini
dilakukan untuk dapat menyelamatkan hak dan nyawa orang lain dari wabah
pandemi COVID-19. Contoh aturan yang termaktub dalam Immendagri ini yang
dilakukan yang membatasi hak asasi manusia untuk kebaikan bersama adalah

penerapan sanksi pidana bagi masyarakat yang melanggar PPKM7. Aturan ini
termaktub dalam diktum kelima belas yang berisi bahwa “Setiap orang dapat
dikenakan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran dalam rangka pengendalian
wabah penyakit menular berdasarkan”:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 212 sampai dengan Pasal 218
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan;
dan
4. Peraturan Daerah Peraturan Kepala Daerah; serta
5. Ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Penerapan sanksi pidana bagi masyarakat pelanggar kebijakan PPKM


merupakan penerapan doktrin proportional necessity dan juga doktrin self
preservation yang menjelaskan tentang apabila adanya bahaya seperti bahaya
bencana alam, kecelakaan dahsyat, atau wabah penyakit atau pandemi yang
dapat menimbulkan kepanikan. Presiden dapat mengeluarkan suatu aturan
yang dapat mengatasi berbagai hambatan hukum, kebijakan strategis, dan
berbagai subsatnsi dari sektor fiskal, keuangan, ketatanegaraan, moneter dan
administrasi publik lain8. Dengan tujuan untuk dapat memulihkan kembali
kondisi seperti semula.
Senada dengan nama peraturannya, kebijakan ini juga mengatur
pembatasan kegiatan sosial masyarakat. dalam diktum keempat dijelaskan
bagaiamana pelaksanaan kegiatan sektor esensial dan non esensial. Salah satu
contoh kegiatan yang diatur adalah pembatasan jam operasional supermaket,
hypermarket, pasar tradisional, toko kelontong dan pasar swalayan yang
dibatas sampai pukul 21.00 dan dengan kapasitas 50% (lima puluh persen)
saja. Hal ini juga termasuk dalam membatasi ham seseorang, namun yang
ingin dicapai dengan implementasi kebijakan ini ialah untuk mengembalikan

7 Nurria Maskurin Ulfa, Diyan Isnaeni, dan M Taufik, “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP
PELANGGARAN PROTOKOL KESEHATAN COVID-19 DI KABUPATEN TRENGGALEK” 27 (2021): 15. 8
“Dampak Covid-19, Presiden Disarankan Keluarkan Maklumat atau Perppu,” Hukumonline.com,
diakses 12 September 2021,
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5e7a2b903eb16/dampakcovid-19--presiden-
disarankan-keluarkan-maklumat-atau-perppu/.
kondisi darurat seperti semula dan menyelamatkan banyak jiwa masyarakat.
Memang pastinya akan terjadi implikasi dengan diterapkannya peraturan
tersebut, implikasi yang terjadi adalah menurunnya penghasilan UMKM dan
juga mengancam eksistensi UMKM di Indonesia sebagai salah satu penopang
perekonomian di Indonesia. Menurut Akumindo ( Asosiasi UMKM di
Indonesia) Berkaca pada pada kebijakan sebelum PPKM yakni Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB), sekitar 30 juta unit UMKM berhenti operasi
atau bangkrut maka dapat diperkirakan bahwa akan terjadi hal yang sama pada
UMKM dengan diterapkannya PPKM. Hal tersebut nyatanya bukan omong

kosong belaka, pada masa PPKM penghasilan UMKM nyatannya turun anjlok
sampai 80% (delapan puluh persen ). Menurut ikhsan sebagai salah satu
pemilik UMKM, dia mengalami penurunan omzet 80 persen imbas dari
perpanjangan kebijakan PPKM level 4 di Jawa dan Bali. Ia juga
menambahkan meskipun terdapat solusi untuk berjualan secara online, namun
solusi tersebut hanya dapat meningkatkan 10-15 persen omzetnya saja8.
Dampak dari penurunan omzet tersebut adalah para pemilik UMKM harus
merumahkan beberapa pekerjanya karena tidak dapat menggaji mereka.
Apaila hal ini terjadi tanpa ada respon yang baik dari pemerintah maka yang
akan terjadi akan meingkatkan jumlah pengangguran di Indonesia. Namun
kebijakan PPKM juag tak lupa untuk mengatur tentang bantuan sosial yang
dapat diberikan untuk masyarakat, pedagang, pemilik UMKM untuk
menunjang kebutuhan sehari-hari mereka.
Beberapa bansos yang dikucurkan pemerintah untuk masyarakat adalah
diskon tarif listrik, Bantuan Subsidi Tunai (BST), PKH ( Program keluarga
Harapan), BLT Dana Desa, Kartu Prakerja, dan Kartu Sembako. Dengan
penganggaran dana sekitar Rp 39,19 trilliun yang secara total anggaran
program Pemulihan Ekonomi Nasional telah naik sebesar Rp 55,21 trilliun
dari 699,43 trilliun meningkat menjadi Rp 744,75 trilliun 9. Dengan adanya
bansos ini diharapkan masyarakat dapat bertahan dalam menghadapi pandemi
COVID-19. Meskipun realisasi bansos pada bulan juli menurut Menko Bidang
Perekonomian Aialangga Hartanto masih dalam proses yakni, bansos berupa
program keluarga harapan (PKH) telah terealisasi Rp 5,15 trilliun untuk 7,44
juta KPM (keluarga Penerima Manfaat), lalu program kartu sembako telah
terelaisasi 9,4 trilliun untuk 15,67 juta KPM, sementara untuk program
bantuan langsung tunai masih terealisasi 1,48 trilliun untuk 2,18 juta KPM dan

8 “Tak Sanggup Bertahan di Masa PPKM karena Omzet Anjlok 80 Persen, Asosiasi UMKM Minta
Bantuan Uang Tunai untuk Makan,” VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan, diakses 12
September 2021, https://voi.id/ekonomi/73236/tak-sanggup-bertahan-di-masa-ppkm-
karenaomzet-anjlok-80-persen-asosiasi-umkm-minta-bantuan-uang-tunai-untuk-makan.
9 Kompas Cyber Media, “Ini Ragam Bansos yang Bisa Anda Dapat Selama PPKM Level 4 Halaman
all,” KOMPAS.com, 27 Juli 2021,
https://money.kompas.com/read/2021/07/27/110800826/iniragam-bansos-yang-bisa-anda-
dapat-selama-ppkm-level-4.
juga bantuan susbsidi upah serta Program Banpres Produktif Usaha Mikro
(BPUM) juga sudah mulai berjalan10.

Kesimpulan

Dalam menanggapi keadaan darurat dalam menghadapi penyebaran Virus


COVID-19 pemerintah dalam negeri Indonesia mengeluarkan peraturan yang
terdapat pembatasan-pembatasan dalam melakukan kegiatan masyarakat. Hal
tersebut diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021
Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Corona Virus
Disease 2019 di wilayah Jawa dan Bali. Peraturan tersebut secara jelas membatasi
beberapa hak yang ada dalam Hak Asasi Manusia. Banyak masyarakat awan yang
mengetahui bahwa Hak Asasi Manusia tidak dapat dibatasi dan direnggut bahkan
oleh negara sekalipun. Namun, pada kenyataannya Hak Asasi Manusia dapat
dibatasi atas dasar keadaan darurat.

Sejak masuknya Virus Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2


(SARS-CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan sebutan COVID-19 di Indonesia
pada awal bulan Maret tahun 2020 silam, pemerintah telah mengeluarkan banyak
kebijakan demi memutus mata rantai penularan virus ini dan salah satunya adalah
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau yang sekarang disebut
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dimana dalam
kebijakan ini membatasi kegiatan-kegiatan tertentu dalam masyarakat seperti
meliburkan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan,
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, dan pembatasan moda
transportasi. Dengan adanya PPKM ini tentunya seluruh masyarakat merasakan
dampaknya dan sudah kewajiban Negara untuk mengimbangi

10 Kompas Cyber Media, “PPKM Level 4 Diperpanjang Lagi, Bagaimana Realisasi Pencairan
Bansos?,” KOMPAS.com, 3 Agustus 2021,
https://money.kompas.com/read/2021/08/03/081000126/ppkm-level-4-diperpanjang-
lagibagaimana-realisasi-pencairan-bansos-.
pembatasanpembatasan tadi dengan memberikan jaminan pemenuhan hak asasi
lainnya yang dibutuhkan secara mendasar dan sehari-hari oleh warganya dengan
prinsip nondiskriminasi, partisipatif, pemberdayaan, dan akuntabel. Penerapan
sanksi pidana bagi masyarakat pelanggar kebijakan PPKM merupakan penerapan
doktrin proportional necessity dan juga doktrin self preservation yang
menjelaskan tentang apabila adanya bahaya seperti bahaya bencana alam,
kecelakaan dahsyat, atau wabah penyakit atau pandemi yang dapat menimbulkan
kepanikan. Presiden dapat mengeluarkan suatu aturan yang dapat mengatasi
berbagai hambatan hukum, kebijakan strategis, dan berbagai subsatnsi dari sektor
fiskal, keuangan, ketatanegaraan, moneter dan administrasi publik lain . Dengan
tujuan untuk dapat memulihkan kembali kondisi seperti semula. Senada dengan
nama peraturannya, kebijakan ini juga mengatur pembatasan kegiatan sosial
masyarakat. dalam diktum keempat dijelaskan bagaiamana pelaksanaan kegiatan
sektor esensial dan non esensial. Salah satu contoh kegiatan yang diatur adalah
pembatasan jam operasional supermaket, hypermarket, pasar tradisional, toko
kelontong dan pasar swalayan yang dibatas sampai pukul 21.00 dan dengan
kapasitas 50% (lima puluh persen) saja.

Daftar Pustaka

Jurnal

• Osgar S Matompo, “Pembatasan Terhadap Hak Asasi Manusia Dalam


Prespektif Keadaan Darurat,” Jurnal media hukum 21, no. 1 (2014): 16.
• Mata Kuliah, Hak Asasi Manusia, dan DR ABDUL RAZAK,
“PERBEDAAN HAM DIBAWAH UUD 1945 SEBELUM
AMANDEMEN, KONSTITUSI RIS 1949, UUDS 1950, DAN UUD 1945
SETELAH AMANDEMEN,” t.t
• Veronica Sianipar Agnes, Eddy Mulyono, dan Rosita Indrayati,
“TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM HAK ASASI
MANUSIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013
TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN,” t.t
• Nurria Maskurin Ulfa, Diyan Isnaeni, dan M Taufik, “PENEGAKAN
HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PROTOKOL KESEHATAN
COVID-19 DI KABUPATEN TRENGGALEK” 27 (2021): 15

Situs Web

• “Dampak Covid-19, Presiden Disarankan Keluarkan Maklumat atau


Perppu,” Hukumonline.com, diakses 12 September 2021,
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5e7a2b903eb16/dampak-
covid19--presiden-disarankan-keluarkan-maklumat-atau-perppu/.
• “Tak Sanggup Bertahan di Masa PPKM karena Omzet Anjlok 80 Persen,
Asosiasi UMKM Minta Bantuan Uang Tunai untuk Makan,” VOI -
Waktunya Merevolusi Pemberitaan, diakses 12 September 2021,
https://voi.id/ekonomi/73236/tak-sanggup-bertahan-di-masa-ppkm-
karenaomzet-anjlok-80-persen-asosiasi-umkm-minta-bantuan-uang-tunai-
untukmakan
• Kompas Cyber Media, “Ini Ragam Bansos yang Bisa Anda Dapat Selama
PPKM Level 4 Halaman all,” KOMPAS.com, 27 Juli 2021,
https://money.kompas.com/read/2021/07/27/110800826/ini-ragam-
bansosyang-bisa-anda-dapat-selama-ppkm-level-4.

• Kompas Cyber Media, “PPKM Level 4 Diperpanjang Lagi, Bagaimana


Realisasi Pencairan Bansos?,” KOMPAS.com, 3
Agustus 2021,
https://money.kompas.com/read/2021/08/03/081000126/ppkm-level-
4diperpanjang-lagi-bagaimana-realisasi-pencairan-bansos-
Peraturan Perundang-undangan

• International Covenant on Civil and Political Rights (Konvenan


Internasional Hak Sipil Dan Politik)
• UUD NRI 1945
• Konstitusi RIS 1949
• UUDS 1950
• UU No. 12 Tahun 2005
• Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
• UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
• Inmendagri No. 15 Tahun 2021 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat Darurat Corona Virus Disease 2019 Di Wilayah Jawa
Dan Bali

Anda mungkin juga menyukai