Anda di halaman 1dari 16

BAB 4

HAK ASASI MANUSIA

Ramadhan Gema Pratama


Farra Chintya Lubis
Suryati Iskandar Alam
Virginia Aqnes Matandung
Rosianti Citra Puspa Dewi
Christopher Edho Sanjoyo
Hairunnisa Nurmaulia Azis
Rayyando Ulul Albab
DEFINISI
Hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia, bersifat
universal dan langgeng. Oleh
karena itu, harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan dan tidak
boleh diabaikan, dikurangi atau
dirampas oleh siapapun

Manusia mempunyai hak-hak yang bersifat


kodratif dan universal. Hak-hak ini tidak dapat
dicabut oleh siapapun, dan tak dapat dipindah
tangankan dari manusia yang satu ke manusia
yang lain. Hak-hak itu adalah :
(1) Hak milik
(2) Hak kemerdekaan
(3) Hak hidup
SEJARAH
PERKEMBANGAN
HAM DI
INDONESIA
1) Pemikiran Pada Pendiri Negara Tentang HAM
Yang tidak menyetujui HAM dimasukkan dalam UUD
1945, anatara lain :
SOEKARNO SOEPOMO
HAM berdasarkan individualisme harus dikikis habis HAM bersifat individualistis, sehingga bertentangan
dengan faham negara kekeluargaan (negara
“Saya minta menangisi kepada tuan-tuan dan
integralistik)
nyonya-nyonya, buanglah sama sekali paham
individualisme itu, janganlah di masukan kedalam “Tadi dengan panjang lebar sudah diterangkan oleh
UUD kita yang di namakan “rights of the citizen” anggota soekarno bahwa, dalam pembukaan itu kita
sebagaimana yang dianjurkan Republik prancis itu telah menolak aliran pikiran perseorangan. Kita
adanya. Kita menghendaki keadilan sosial. Buat menerima akan menganjurkan aliran pikiran
apa groundwet menuliskan bahwa manusia bukan kekeluargaan. Oleh karena itu undang-undang dasar
saja mempunyai kemerdekaan suara, kemerdekaan kita tidak bias lain daripada pengandung system
memberi suara, mengadakan persidangan dan kekeluargaan. Tidak bias kita masukan dalam
rapat, jika misalnya tidak ada sosiale undang-undang dasar beberapa pasal-pasal tentang
rechtvaardigheid yang demikian itu kalua ia tidak bentuk menurut aliran-aliran yang bertentangan.
dapat mengisi perut yang mati kelaparan? Misalnya dalam UUD kita tidak bias memasukan
Groundwet yang berisi “droit des I’homme et du pasal-pasal yang tidak berdasarkan aliran
citoyen” itu, tidak bias menghilangkan kelaparannya kekeluargaan, meskipun sebetulnya kita ingin sekali
orang yang miskin yang hendak mati kelaparan. memasukkan, dikemudian hari mungkin, umpanya
Maka oleh karena itu jikalau kita betul-betul hendak negara bertindak sewenang-wenang. Akan tetapi
mendasarkan negara kita kepada paham jikalau hal itu kita masukan sebetulnya pada
kekeluargaan, paham tolong-menolong,paham hakikatnya UUD bertentangan dengan konstruksinya,
gotong-royong dan keadilan social, enyahkanlah hal itu sebagai konstruksi hukum tidak baik, jikalau
tiap-tiap pikiran, tiap-tiap paham individualism dan ada kejadian bahwa pemerintah bertindak sewenang-
liberalism daripadanya” wenang”
Yang menyetujui HAM dimasukkan dalam UUD 1945,
anatara lain :
MOHAMMAD HATTA MOHAMMAD YAMIN

HAM perlu dimasukan dalam UUD 1945 untuk HAM perlu dimuat dalam UUD 1945 sebagai
menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh perlindungan kemerdekaan terhadap warga negara
negara terhadap warga negara (rechtstaat
machstaat) “Supaya aturan kemerdekaan warga negara
dimasukan dalam undang-undang dasar seluas-
“Sebab itu baiknya dalam salah satu pasal, luasnya. Saya menolak segala alasan alasan yang
misalnya pasal mengenai warga negara, disebutkan dimajukan untuk tidak memasukannya dan
juga di sebelah hak yang sudah diberikan seterusnya dapatlah saya memajukan beberapa
kepadanya misalnya tiap-tiap warga negara jangan alasan pula, selain daripada yang diamajukan oleh
takut mengeluarkan suaranya. Yang perlu anggota yang terhormat Drs. Moh. Hatta tadi. Segala
disebutkan di sini hak untuk berkumpul dan constitution lama dan baru diatas dunia berisi
bersidang atau menyurat dan lain-lain. Formulering- perlindungan aturan dasar itu, misalnya undang-
nya atau redaksinya boleh kita serahkan kepada undang dasar Dai Nippon, Republik philipina dan
panitia kecil. Tetapi tanggungan ini perlu untuk Republik tiongkok. Aturan dasar tidaklah berhubungan
menjaga, supaya negara kita tidak menjadi negara dengan liberalisme, melainkan semata-mata suatu
kekuasaan sebab kita mendasarkan negara kita keharusan perlindungan kemerdekaan yang harus di
atas kedaulatan rakyat” akui dalam undang-undang dasar”
2) Ketetapan MPR Tentang HAM Pada Masa Orde Baru
Secara garis besar usaha orde baru untuk mengimplementasikan HAM, dapat
dilihat dari aspek yuridis yang telah dikeluarkannya yaitu antara lain :

a. Dalam tahun 1966, MPR membentuk sebuah panitia dengan tugas menyusun sebuah
konsep HAM dan hak-hak warga negara, namun sayang konsep ini tidak pernah
disahkan
b. TAP MPR NO.II/1978 (tentang P4/Ekaprasetya). Dalam penjelasan mengenai sila
kemanusiaan tercantum, sebagai berikut : “Manusia diakui dan diperlakukan sesuai
dnegan harkat dan martabatnya sebgai makhluk tuhan YME, yang sama sederajat,
yang sama hak dan kewajibannya asasinya”
c. TAP MPR IV/ 1978 (tentang GBHN). Dalam usaha pembangunan hukum nasional
perlu di tingkatkan langkah langkah untuk penyusunan perundang-undangan yang
menyangkut hak dan kewajiban asasi warga negara dalam rangka mengamalkan
Pancasila dan ind 1945. Hal ini diulangi lagi dalam GBHN 1983

Dalam GBHN 1988, perumusannya diubah menjadi, sebagai berikut :


“Dalam usaha pembangunan hukum perlu ditingkatkan langkah-langkah untuk
mengembangkan dalam menegakan secara serasi hak dan kewajiban asasi warga
negara dalam rangka mengamalkan Pancasila dan UUD 1945”
PENGATURAN
DAN
KATEGORISASI
HAM
Delapan instrument internasional yang berkaitan dengan HAM :

1. Convetion on the Political Rights of Women (Konvensi Tentang Hak-Hak Politik


Perempuan) dan ditetapkan dalam UU No. 68 tahun 1958, berisi 3 Pasal.
2. Convetion on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Woman
(Konvensi Tetntang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita) dan
ditetapkan dalan UU No. 7 tahun 1984, berisi 6 Pasal.
3. Convention On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak) dan
ditetapkan dalam Keppres No. 36 tahun 1990, berisi 45 Pasal.
4. Convention Against Apartheid in Sport (Konvensi Anti-Apartheid dalam Olah Raga)
dan ditetapkan dalam Keppers No. 48 tahun 1993.
5. Convention Against Torture and Other Cruel, In Human or Degrading Treatment or
Punishment (Konvensi Menentang Penyiksa yang lain yang kejam, tidak Manusiawi
dan Merendahkan Martabat Manusia) dan ditetapkan dalam U No. 5 Tahun 1998,
berisi 33 Pasal.
6. Convetion on the Elimination of all Forms of Racial Discrimination (Konvensi Tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial) dan di tetapkan dalam UU No. 9
tahun 1999, berisi 25 Pasal.
7. International Convenant on Economic, social, and culture Rights (Konvenan
Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) ditetapkan dalam UU No. 11 tahun
2005.
8. International Convenant on Civil and Political Rights (Konvenan Internasional Hak
Sipil dan Politik) ditetapkan dalam UU No.12 tahun 2005.
Adapun tahap-tahap perkembangan HAM yang di kenal pada
saat ini, pada dasarnya dapat di kategorisasikan menjadi tiga
generasi (Davidson,1992), yaitu :

1. HAM Generasi I
Diwakili oleh Hak-hak Sipil dan Politik
2. HAM Generasi II
Diwakili oleh Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
3. HAM Generasi III
Diwakili oleh Hak Solidaritas
Hak-hak Sipil dan Politik (Generasi I)

Hak-hak bidang sipil mencakup, antara lain :


1. Hak untuk menentukan nasib sendiri
2. Hak untuk hidup
3. Hak untuk tidak dihukum mati
4. Hak untuk tidak disiksa
5. Hak untuk tidak ditahan sewenang-wenang
6. Hak atas peradilan yang adil

Hak-hak bidang politik, antara lain :


1. Hak untuk menyampaikan pendapat
2. Hak untuk berkumpul dan berserikat
3. Hak untuk mendapat persamaan perlakuan di depan hukum
4. Hak untuk memilih dan di pilih
Hak-hak Sosial, Ekonomi, dan Budaya (Generasi II)

Hak-hak bidang sosial dan ekonomi, antara lain :


1. Hak untuk bekerja
2. Hak untuk mendapat upah yang sama
3. Hak untuk tidak di paksa bekerja
4. Hak untuk cuti
5. Hak atas makanan
6. Hak atas perumahan
7. Hak atas kesehatan
8. Hak atas pendidikan

Hak-hak bidang budaya, antara lain :


1. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan
2. Hal untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
3. Hal untuk memperoleh perlindungan atas hasil karya cipta (hak cipta)
Hak Pembangunan (Generasi III)

Hak-hak bidang pembangunan, antara lain :


1. Hak- untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat
2. Hak untuk memperoleh perumahan yang layak
3. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai
KASUS-KASUS
HAM DI
INDONESIA
1. Peristiwa Trisakti

Peristiwa ini adalah peristiwa penembakan mahasiswa


Universitas Trisakti yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998. Hal
ini terjadi saat demonstrasi mahasiswa yang menuntut Soeharto
mundur dari jabatannya. Sebanyak 4 orang mahasiswa tewas
tertembak dan puluhan lainnya luka-luka saat melakukan unjuk
rasa
2. Kasus Pembunuhan Munir

Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah


menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Pria asal Malang ini
meninggal dunia pada tanggal 7 September 2004 di dalam
pesawat Garuda Indonesia ketika Munir sedang melakukan
perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Penyebab tewasnya
tidak diketahui, namun banyak berita yang menyebutkan ia
tewas diracun. Hingga kini belum ada titik temu mengenai kasus
pembunuhan Munir ini.
3. Peristiwa di Abepura, Papua

Salah satu contoh kasus pelanggaram HAM di Papua terjadi di


daerah Abepura pada tahun 2003. Saat itu pelanggaran HAM
yang dipicu oleh penyerangan Mapolsek Abepura. Setelah itu
terjadi penyisiran yang membabi buta terhadap pelaku yang
diduga melakukan penyerangan Mapolsek Abepura. Peristiwa
ini tercatat sebagai contoh pelanggaran HAM di Papua.

Anda mungkin juga menyukai