Anda di halaman 1dari 4

3.

Jelaskan tentang kekhususan mengenai pemidanaan yang diatur dalam KUHPM jika
dibandingkan dengan KUHP

Jawab : Kekhususan mengenai pemidanaan yang diatur dalam KUHPM yang terdapat pada Buku
I, yaitu :

Pasal 1, “Untuk penerapan kitab undang-undang ini berlaku ketentuanketentuan hukum pidana
umum, termasuk bab kesembilan dari buku pertama Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
kecuali ada penyimpangan-penyimpangan yang ditetapkan dengan undang-undang” (Diubah
dengan UU No 9 Tahun 1947).

Pasal 2, “Terhadap tindak pidana yang tidak atercantum dalam kitab undang-undang ini, yang
dilakukan olehorang-orang yang tunduk pada kekuasan badan-badan peradilan militer,
diterapkan hukum pidana umum, kecuali ada penyimpangan-penyimpangan yang ditetapkan
dengan undang-undang” (Diubah dengan UU No 39 Tahun 1947).

Pasal 3, “Ketentuan-ketentusan mengenai tindakan-tindakan yang tercantum dalam Kitab


Undang-undang Hukum Pidana, yang dilakukan di atas kapal (schip) Indonesia atau yang
berhubungan dengan itu, diterapkan juga bagi tindakan-tindakan yang dilakukan di atas perahu
(vaartuig) Angkatan Perang atau yang berhubungan dengan itu, kecuali jika isi ketentuan-
ketentuan tersebut meniadakan penerapan ini, atau tindakan-tindakan tersebut termasuk dalam
suatu ketentuan pidana yang lebih berat” (Diubah dengan UU No 39 Tahun 1947).

Pada bab-bab tersebut tidak diatur dalam KUHP tetapi diatur dalam KUHPM. Tetapi
walaupun terdapat bab yang sama materinya pun berbeda da tidaklah sama isinya seperti halnya,
pada Bab I tentang Batas-Batas Berlakunya Ketentuan Pidana Dalam Perundang-Undangan ;

Pasal 4, “(Diubah dengan UU No 39 Tahun 1957) Ketentuan-ketentuan pidana dalam


perundang-undangan Indonesia, selain darip[ada yang dirumuskan dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, diterapkan kepada militer:

Ke-1, Yang sedang dalam hubungan dinas berada di luar Indonesia, melakukan suatu tindak
pidana di tempat itu;
Ke-2, Yang sedang di luar hubungan dinas berada di luar Indonesia, melakukan salah satu
kejahatan yang dirumuskan dalam kitabn undang-undang ini, atau suatu kejahatan jabatan yang
berhubungan dengan pekerjaannya untuk Angkatan Perang, suatu pelanggaran jabatan
sedemikian itu, atau suatu tindak pidana dalamn keadaan-keadaan sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 52 Kitab Undang-undang Hukum Pidana”.

Pasal 5, “(Diubah dengan UU No 39 Tahun 1947) Ketentuan pidana dalam perundang-undangan


Indonesia diterapkan bagi setiap orang, yang dalam keadaan perang, di luar Indonesia melakukan
suatu tindak pidana, yang dalam keadaan-keadaan tersebut termasuk dalam kekuasaan badan-
badan peradilan mliter”.

Sedangkan pada Bab II tentang Pidana dalam pidana-pidana utama tidak terdapat pidana
pokok seperti halnya yang terdapat dalam KUHP. Selain itu, dalam pidana-pidana tambahan ada
persamaan yaitu pencabutan hak-hak tertentu sedangkan tidak terdapat kesamaan pada hal yag
lain seperti halnya dalam KUHPM tidak mengatur tentang perampasan barang-barang tertentu
dan pengumuman putusan hakim.

Pasal 7 ;

(1) Untuk pidana-pidana utama dan pidana tambahan yang disebutkan pada nomor 3 dalam pasal
tersebut di atas, berlaku ketentuan-ketentuan pidana yang senama yang diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, sejauh mengenai pidana utama itu tidak ditetapkan
penyimpangan-penyimpangan dalam iitab undang-undang ini.

(2) Penyimpangan-penyimpangan ini berlaku juga bagi pidana-pidana utama yang disebutkan
dalam Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang diancamkan terhadap suatu tindak
pidana yang tidak diatur dalam kitab undang-undang ini.

Jika dibandingkan dengan KUHP, ada beberapa hal yang sama yang terdapat dalam KUHP
seperti pada Bab I mengatur tentang Batas-batas berlakunya Aturan Pidana dalam Perundang-
undangan dan Bab II mengatur tentang Pidana. Sedangkan pada bab yang lain ada perbedaan
dalam KUHPM yang tidak diatur dalam KUHP seperti, pada Bab III mengatur mengenai
Peniadaan, Pengurangan dan Penambahan Pidana ;
Pasal 33, “Untuk menerapkan Pasal 45 KUHP terhadap militer yang belum dewasa, maka
perintah Mahkamah supaya petindak diserahkan kepada orang tua, wali, atau pemeliharanya, jika
ia dalam dinas yang sebenarnya diganti dengan perintah hakim supaya petindak diserahkan
kepada Panglima/Perwira Komandan langsung”.

Pasal 36, “Apabila seorang militer yang dengan suatu melakukan kejahatan yang diancam
dengan pidana kurungan pada hukum pidana umum, merusak (schend) suatu kewajiban dinas,
tanpa mengurangi penerapan Pasal 52 KUHP, terhadap petindak dapat diancam pidana penjara
dengan maksimum yang sama lamanya dengan pidana kurungan yang ditentukan pada kejahatan
itu”.

Pasal 37, “Terhadap seorang militer yang selama penempatannya dalam disiplin yang keras
(tweedeklasse van militaire discipline) melakukan suatu kejahatan, dengan maksud supaya dia
dipecat dari dinas militer, maka jika pemecatan itu dijatuhkan, dengan mengingat ketentuan
Pasal 12 KUHP, maksimum ancaman pidana penjara sementara pada kejahatan itu ditambah
dengan separo dari lamanya masa dinas terpidana yang belum dipenuhi”.

Pasal 38, “Terhadap seorang atasan sebagai dimaksud dengan pasal 53 ayat 1 pada nomor 1 dan
2 sub a, yang dengan sengaja menyertai seorang bawahan dalam melakukan suatu kejahatan
bersenjata, maka dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 12 KUHP, maksimum diancam
pidana penjara sementara pada kejahatan itu ditambah dengan separonya”.

Bab IV mengatur mengenai Gabungan Tindak Pidana ;

Pasal 39, “Berbarengan dengan putusan penjatuhan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup, kecuali pidana-pidana yang ditentukan dalam Pasal 67 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, tidak boleh dijatuhkan pidana lainnya selain daripada pemecatan dari dinas militer
dengan pencabutan hak untuk memasuki Angkatan Bersenjata”.

Bab V mengatur mengenai Tindak Pidana Aduan Dalam Hukum Pidana Umum ;

Pasal 40, “Apabila salah satu kejahatan yang dirumuskan dalam Pasal-pasal 287, 293 dan 332
Kitab Undang undang Hukum Pidana dilakukan dalam waktu perang oleh orang yang tunduk
pada peradilan militer, maka penuntutannya dapat dilakukan karena jabatan”.
Bab VI mengatur mengenai Hapusnya Hak Penuntutan dan Pidana ;

Pasal 44, “Terhadap orang-orang yang tunduk kepada kekuasaan badan-badan peradilan militer,
yang dimaksud dengan pejabat sebagaimana disebutkan dalam pasal 82 ayat (1) KUHP, adalah
penguasa yang berhak menyerahkan perkara seseorang yang melakukan tindak pidana kepada
hakim militer”.

Kesimpulan dari beberapa hal tersebut adalah ada materi dalam KUHP yang diatur juga
dalam KUHPM seperti pasal-pasal tertentu saja, tetapi ada juga materi atau isi dari KUHP yang
tidak terdapat dalam kekhususan pemidanaan yang diatur dalam KUHPM.

Anda mungkin juga menyukai