Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH HUKUM DAN HAM

KASUS HAM DAN ANALISIS

Dosen Pengampu:

Humiati, SH., M.Hum

Disusun oleh:

Arum Putri Perdanasari (2174201001590)

FAKULTAS HUKUM SEMESTER IV-B

UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN

2023/2024
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
menyimpulkan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) yang menyebabkan
kematian pada ratusan anak Indonesia telah melanggar hak asasi manusia (HAM). "Terdapat
sejumlah pelanggaran hak asasi manusia atas kasus Gangguan Ginjal Progresif Atipikal
(GGAPA) pada anak di Indonesia," bunyi salah satu poin kesimpulan penyelidikan Komnas
HAM diterbitkan Sabtu (11/3).

Pelanggaran HAM atas kasus ini di antaranya hak untuk hidup, hak kesehatan, hak
memperoleh keadilan, hak atas kesejahteraan, hak atas jaminan sosial, hak atas informasi, hak
konsumen dan pelanggaran terhadap prinsip bisnis dan hak asasi manusia. Komnas HAM
menemukan total 326 kasus GGAPA pada anak di Indonesia sepanjang tahun 2022 sampai
pada 5 Februari 2023 di 27 Provinsi di Indonesia.

Mereka juga mengatakan GGAPA yang terjadi pada anak di Indonesia disebabkan keracunan
senyawa EG/DEG dalam produk obat sirop. Komnas HAM juga menyoroti kurang dan
lambatnya informasi publik terkait munculnya kasus GGAPA ini. Terlebih lagi, mereka
menilai terdapat hambatan dalam proses penegakan hukum.

"Proses pengawasan sistem kefarmasian (produksi dan distribusi obat) tidak dilakukan secara
efektif dan koordinasi yang buruk antar lembaga otoritatif dan industri dalam sistem
pelayanan kesehatan dan kefarmasian," bunyi temuan Komnas HAM. Komnas HAM juga
menyimpulkan pemerintah dianggap tidak transparan dan tanggap dalam proses penanganan
kasus GGAPA di Indonesia.

"Terutama dalam memberikan informasi yang tepat dan cepat kepada publik dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan serta meminimalisir/mencegah bertambahnya korban," bunyi
salah satu poin kesimpulan Komnas HAM. Komnas HAM juga berkesimpulan adanya
kesengajaan mengubah bahan baku tambahan obat yang tidak sesuai label dan
peruntukannya. Sehingga menyebabkan keracunan disertai kematian terhadap ratusan anak
oleh industri farmasi.

"Ini merupakan perbuatan melawan hukum atau tindak pidana," kata Komnas HAM. Dari sisi
pengawasan, Komnas HAM berpendapat kebijakan dan tindakan pengawasan terhadap sistem
kefarmasian (produksi dan peredaran obat) tidak dilakukan secara efektif oleh pemerintah.

Hal ini kemudian menyebabkan keracunan disertai kematian dan dampak lanjutan terhadap
ratusan anak-anak. "Tata kelola kelembagaan dan koordinasi antar instansi pemerintah yang
memiliki otoritas dalam pelayanan kesehatan dan pengawasan obat dalam penanganan kasus
GGAPA tidak efektif dan belum maksimal serta tidak memperhatikan kepentingan terbaik
bagi anak," bunyi salah satu kesimpulan Komnas HAM.

Melihat itu, Komnas HAM memberikan rekomendasi kepada Presiden Joko Widodo
mengakui bahwa negara telah melakukan pembiaran atau tindakan tindak efektif atas kasus
ini. "Mengakui bahwa negara melakukan pembiaran (tindakan tindak efektif) sehingga
mengakibatkan hilangnya hak untuk hidup dan hak atas kesehatan bagi setidaknya 326 anak
di Indonesia," bunyi salah satu poin rekomendasi Komnas HAM.

Komnas HAM juga merekomendasikan adanya regulasi khusus mengatur tentang sistem
kefarmasian di Indonesia (RUU Kefarmasian). Mereka juga merekomendasikan perubahan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, salah satunya terkait
penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Salah satu substansi penting yaitu belum adanya pengaturan terkait kondisi darurat
kesehatan yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular sebagai KLB," kata Komnas HAM.

Baca artikel CNN Indonesia "Komnas HAM Temukan Pelanggaran HAM di Kasus Gagal
Ginjal Akut Anak" selengkapnya di
sini: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230311141034-12-923736/komnas-ham-
temukan-pelanggaran-ham-di-kasus-gagal-ginjal-akut-anak
ANALISIS

Asas-asas Dasar Hak Asasi Manusia

     Asas-asas dasar Hak Asasi Manusia meliputi :

1.      Asas Universal (Universality)

Universalitas hak berarti bahwa hak bersifat umum, tidak dapat  berubah atau hak dialami
dengan cara yang sama oleh semua orang.

2.      Asas Martabat Manusia (Human Dignity)

Hak asasi merupakan hak yang melekat dan dimiliki setiap manusia. Asas ini ditemukan pada
pikiran setiap individu tanpa memperhatikan ras, umur, budaya, bahasa, etnis, keyakinan
seseorang yang harus dihargai dan dihormati sehingga hak yang sama dan sederajat dapat
dirasakan semua orang dan tidak digolongkan berdasarkan tingakatan hirarkis.

3.      Asas Kesetaraan (Equality)

Asas kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang melekat pada setiap
manusia. Secara spesifik pasal 1 menyatakan bahwa : setiap umat manusia dilahirkan
merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya

4.      Asas Non-Diskriminasi (Non-Discrimination)

Asas ini memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena
faktor-faktor luar, misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau
pandangan lainnya.

5.      Asas tidak dapat dicabut (Inalienability)

Asas ini menyatakan bahwa hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan
dipindahkan.

6.      Asas tidak bisa dibagi (Indivisibility)

Pengabaian pada satu hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak
setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar mereka bisa
menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan.

7.      Asas Saling berkaitan dan bergantung (Interrelated and Interdependent)

Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya, baik secara
keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, hak atas pendidikan atau hak atas informasi
adalah saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu pelanggaran HAM saling berkaitan
sehingga hilangnya satu hak dapat mempengaruhi hak lainnya.
8.      Asas Tanggung jawab negara (State Responsibility)

Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati dan
melindungi hak-hak asasi manusia. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-norma
hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM. Seandainya mereka
gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk
mengajukan tuntutan secara layak sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan
yang kompeten atau adjudikator (penuntut) lain yang sesuai dengan aturan dan prosedur
hukum yang berlaku.

Asas-asas Dasar Hak Asasi Manusia terdapat dalam beberapa Pasal, diantaranya yaitu :

Pasal 2

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan
dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Pasal 3

(1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat
serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
dalam semangat persaudaraan.

(2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil
serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum.

(3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa
diskriminasi.

Pasal 4

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

Pasal 5                                               

(1) Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh
perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan
hukum.
(2) Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan yang
objektif dan tidak berpihak.

(3) Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan
dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.

Pasal 6

(1) Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat
hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan Pemerintah.

(2) Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras
dengan perkembangan zaman.

Pasal 7

(1) Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan forum
internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum Indonesia
dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima negara Republik
Indonesia.

(2) Ketentuan hukum internasional yang telah diterima negara Republik Indonesia yang
menyangkut hak asasi manusia menjadi hukum nasional.

Pasal 8

Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi
tanggung jawab Pemerintah.

PELAKSANAAN HAM DI BIDANG KESEHATAN

Dalam pelayanan kesehatan terdapat aturan yang telah dibuat dan mendapat izin dari
pemerintah sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, seperti
yang terdapat di dalam pasal 30 ayat (1), (2) dan (3).

1. Pasal 30 ayat (1) : Fasilitas Pelayanan Kesehatan, menurut jenis pelanyanannya terdiri
Pelayanan Kesehatan Perseorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

2. Pasal 30 ayat (2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagamana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan
kesehatan tingkat ketiga.

3. Pasal 30 ayat (3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh pihak pemerintah, pemerintah daerah dan swasta. Fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan
di bidang kesehatan, dalam hal demikain fasilitas pelayanan kesehatan akan memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih
dahulu, dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik swasta maupun pemerintah
wajib untuk melayani pasien tanpa memandang siapa pasien tersebut. Hal ini seperti yang
terdapat dalam undang-undang, yang melarang bagi siapa saja yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan membeda-bedakan pasien dalam keadaan darurat untuk menolak pasien atau
meminta uang muka sebagai jaminan. Pelayanan kesehatan adalah kegiatan dengan
melakukan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam pelayanan
kesehatan perseorangan sesuai dengan pasal 30 ayat (1) adalah ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Sedangkan
pelayanan kesehatan masyarakat adalah ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Pelayanan kesehatan ini
adalah mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibandingkan kepentingan
lainnya.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggungjawab, aman,
bermutu dan merata serta nondiskriminatif. Dalam hal ini pemerintah sangat bertanggung
jawab atas pelayanan kesehatan, serta menjamin standar mutu pelayanan kesehatan. Dengan
demikian sangat jelaslah bahwa dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan pemerintah sangat
peduli dengan adanya ketentuan-ketentuan yang berlaku menurut Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan maka hak-hak pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan
tersebut dapat terlindungi.

4. Pasal 28 A : Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

5. Pasal 28 B ayat (1) : Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.

     Pasal 28 B ayat (2) : Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

6.  Pasal 28 H ayat (1) : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.

Pasal 28 H ayat (3) : Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Kasus gagal ginjal bagi anak perlu dilihat dalam kacamata hukum, anak yang menjadi korban
perlu dilindungi. Hal ini sejalan dengan Pasal 1 angka 12 jo. Pasal 4 UU No.23 tahun 2002
tentang perlindungan anak, dimana hak anak bagian dari HAM yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, dan pemerintah.

Bagi pelaku usaha produsen dan penyedia obat cair yang diduga mengandung etilen glikol
dan detilen glikol yang menjadi detterent effect yang mengakibatkan kasus gagal ginjal.
Berdasarkan Pasal 188 ayat (3) jo Pasal 196 UU Kesehatan menyatakan, setiap orang dengan
sengaja memproduksi dan mengedarkan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak penuhi
persyaratan keamanan di pidana paling lama 10 tahun dan denda 1 milyar rupiah.
Hal tersebut juga tertuang pada Pasal 8 jo. Pasal 62 UU No.8 tahun 1999 tentang kesehatan,
perihal pertanggungjawaban perusahaan farmasi atas kerugian materiil dan immateril atas
kerugian yang terjadi dengan pidana maksimal 5 tahun dan denda paling banyak 2 Milyar
Rupiah.

Beberapa solusi diantaranya:

Pertama perlindungan komprehensif dan efektif serta pemulihan bagi korban yang alami
gagal ginjal serta fasilitas kesehatan yang memadai dengan melibatkan orang tua, keluarga,
dan masyarakar;

Kedua pemerintah harus menyiapkan substitusi obat cair yang aman bagi kesehatan ginjal
anak.

Terakhir melakukan penyelidikan bagi produsen penyedia obat cair yang diduga mengandung
etilen glikol dan detilen glikol.

Anda mungkin juga menyukai