Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dimana dalam Pasal 25 Deklarasi Umum Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan setiap orang berhak atas taraf
hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI,
2009).
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Bab III tentang Hak dan
Kewajiban Pasien dalam Pasal 8 menyatakan bahwa pasien mempunyai hak untuk
memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan
yang akan diterima maupun yang telah diterima oleh pasien dari tenaga kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan yang perlu diketahui oleh pasien. Sesuai dengan Pasal
45 Undang-Undang Praktek Kedokteran No. 24 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
memberikan batasan minimal informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien
mengenai diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan,
alternatif tindakan lain dan resikonya, resiko komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
Dunia kedokteran masa kini informasi merupakan hak asasi pasien karena
berdasarkan informasi itulah pasien dapat mengambil keputusan tentang suatu tindak
medis yang dilakukan terhadap diri pasien. Di pihak lain, memberikan informasi secara
benar kepada pasien merupakan kewajiban pokok seorang dokter yang sedang
menjalankan profesi. Selain berkaitan moral, serta norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat (Setiawan, 2009).
Hak-hak untuk memperoleh informasi merupakan hak asasi pasien yang paling
utama bahkan dalam tindakan khusus diperlukan Informed Consent (persetujuan tindakan
medis) (Notoatmodjo, 2010). Hubungan antara informed consent dan tindakan medis
yang akan dilakukan oleh dokter dapat dikatakan bahwa informed consent merupakan
komponen utama yang mendukung adanya tindakan medis tersebut (Setiawan, 2009)
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

1. Hak Asasi Manusia


a. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah bahwa sebagai anugerah dari Tuhan
terhadap makhluknya, hak asasi tidak boleh dijauhkan atau dipisahkan dari
dipisahkan dari eksistensi pribadi individu atau manusia tersebut. Hak
asasi tidak bisa dilepas dengan kekuasaan atau dengan hal-hal lainnya,
Bila itu sampai terjadi akan memberikan dampak kepada manusia yakni
manusia akan kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai
kemanusiaan. Walapun demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak
asasi manusia dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar
hak asasi orang lain. Memperjuangkan hak sendiri sembari mengabaikan
hak orang lain merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib
menyadari bahwa hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak
asasi orang lain, karena itulah ketaan terhadap aturan menjadi penting.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39
tahun 1999 tersebut sudah dijelaskan bahwa Hak Asasi Manusia
merupakan hak yang paling hakiki yang dimiliki oleh manusia dan tidak
dapat diganggu gugat oleh siapapun, oleh karena itu terhadap hak asasi
manusia negara sebagai pelindung warganya diharapkan dapat
mengakomodir kepentingan dan hak dari warga negaranya tersebut.
Hak Asasi Manusia (HAM) dipercayai memiliki nilai yang universal. Nilai
universal berarti tidak mengenal batas ruang dan waktu, nilai universal ini
yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk hukum nasional
diberbagai negara untuk dapat melindungi dan menegakkan nilai-nilai
kemanusiaan. Bahkan nilai universal ini dikukuhkan dalam instrumen
internasional, termasuk perjanjian internasional dibidang HAM. Namun
kenyataan menunjukan bahwa nilai-nilai HAM yang universal ternyata
dalam penerapannya tidak memiliki kesamaan yang seragam. Hak dalam
hak asasi manusia mempunyai kedudukan atau derajat utama dan pertama
dalam hidup bermasyarakat karena keberadaan hak asasi hakikatnya telah
dimiliki, disandang dan melekat dalam pribadi manusia sejak saat
kelahirannya. Seketika itu pula muncul kewajiban manusia lain untuk
menghormatiny.
b. Ciri Khusus Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan
hak-hak yang lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut :
a) Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan
atau diserahkan.
b) Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua
hak, apakah hak sipil atau hak ekonomi, sosial dan budaya.
c) Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat
manusia yang sudah ada sejak lahir.
d) Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya.
Persamaan adalah salah satu ide-ide hak asasi manusia yang mendasar.

c. Macam-macam Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu
gugat oleh siapapun.ada bermacam-macam hak asasi manusia yaitu :
a)Hak-hak asasi pribadi atau personal rights, yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak,
dan sebagainya. hak-hak asasi pribadi ini sebagai berikut : Hak kebebasan
untuk bergerak, berpergian, dan berpindah-pindah tempat, hak kebebasan
untuk memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan, dan
kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing.
b) Hak-hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk memiliki
sesuatu, membeli, dan menjual serta memanfaatkannya. Hak-hak asasi
ekonomi ini sebagai berikut : hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli,
hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak,hak kebebasan memiliki
sesuatu dan hak memiliki atau mendapatkan pekerjaan yang layak.
c)Hak-hak asasi politik atau political rights yaitu hak untuk ikut serta
dalam pemerintahan, hak pilih ( dipilih dan memilih dalam suatu
pemilihan umum), hak untuk mendirikan partai politik dan sebagainya.
Hak-hak asasi politik ini sebagai berikut : hak untuk memilih dan dipilih
dalam suatu pemilihan, hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan, hak
membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya,
dan hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi. d) Hak-hak
asasi untuk mandapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan , yaitu hak yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan
pemerintahan atau rights of legal equality. Hak-hak asasi hukum sebagai
berikut : hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS), dan hak
untuk mendapatkan layanan dan perlindungan hukum. e) Hak-hak asasi
sosial dan kebudayaan atau social and culture rights yaitu hak untuk
memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan
sebagainya. Hak-hak asasi sosial budaya ini sebagai berikut : hak
menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan
pengajaran, dan hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan
bakat dan minat. f) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara
peradilan dan perlindungan atau procedural rights yaitu peraturan dalam
penahanan, penangkapan, penggeledahan, peradilan dan sebagainya. Hak-
hak asasi peradilan ini sebagai berikut : hak mendapatkan pembelaan
hukum dipengadilan. Dan hak persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di muka hukum.
d. Hak Asasi Manusia dan pelayanan Kesehatan
a) Hak Atas Kesehatan Kesehatan
merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkin setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1)
UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Karena itu
kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan.
Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara
kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu
memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat
dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa
memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa
menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta
mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan
demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati
sepenuhnya kehidupan sebagai manusia.
Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai
kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah
diakui secara internasioal. Hak atas kesehatan meliputi hak untuk
mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang sehat, hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus terhadap
kesehatan ibu dan anak. Pasal 25 Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) menyatakan: Setiap orang berhak atas taraf
kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan,
sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang
diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit,
cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-
keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan
yang terjadi diluar kekuasaannya. Ibu dan anak berhak
mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak, baik
yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus
menikmati perlindungan sosial yang sama. Jaminan hak atas
kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal 16
Desember 1966, yaitu bahwa negara peserta konvenan tersebut
mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang
dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik dan mental. Perlindungan
terhadap hak-hak Ibu dan anak juga mendapat perhatian terutama
dalam Konvensi Hak Anak. Instrumen internasional lain tentang
hak atas kesehatan juga terdapat pada Pasal 12 dan 14
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan, dan ayat 1 Deklarasi Universal
tentang Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan Gizi. Pada
lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 9
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan bahwa: Setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.
Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia,
sejahtera, lahir dan batin. Setiap orang berhak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Jaminan atas hak memperoleh derajat
kesehatan yang optimal juga terdapat dalam pasal 4 UU Nomor 23
Tahun 1992 tentang kesehatan.
b) Kewajiban Pemerintah
Landasan utama bahwa perlindungan HAM merupakan kewajiban
pemerintah adalah prinsip demokrasi bahwa sesungguhnya
pemerintah diberi amanah kekuasaan adalah untuk melindungi
hak-hak warga negara. Terlebih lagi dengan konsep negara
kesejahteraan (welfare state) sebagai konsep negara modern telah
memberikan kekuasaan lebih besar pada pemerintah untuk
bertindak. Kekuasaan ini semata-mata adalah untuk memajukan
dan mencapai pemenuhan hak asasi manusia. Pemerintah tidak lagi
hanya menjaga agar seseorang tidak melanggar atau dilanggar
haknya, namun harus mengupayakan pemenuhan hak-hak tersebut.
Demikian pula dengan hak atas kesehatan, merupakan kewajiban
pemerintah untuk memenuhinya.
Kewajiban Pemerintah untuk memenuhi hak atas kesehatan
sebagai hak asasi manusia memiliki landasan yuridis internasional
dalam Pasal 2 ayat (1) Konvensi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Kewajiban
pemerintah ini juga ditegaskan dalam Pasal 8 UU HAM. Dibidang
kesehatan, Pasal 7 UU Kesehatan menyatakan bahwa pemerintah
bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Pasal 9 UU Kesehatan menyatakan
bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

e. Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan


a) Pengertian Hak dan Kewajiban
Menurut Prof. Dr. Notonegoro hak adalah suatu kekuasaan untuk
menerima atau melakukan sesuatu yang seharusnya diterima atau
dilakukan. Dalam hal ini, tidak dapat dilakukan atau diterima oleh
pihak lain. Sedangkan kewajiban adalah sebagai kewajiban untuk
memberikan sesuatu yang harus diberikan dari bagian tertentu.
Dalam hal ini tidak dapat diberikan oleh pihak lain dan dapat
digugat dengan kuat jika tidak puas. Kewajiban juga diartikan
sebagai sesuatu yang harus dilakukan. (Siti Zikrina Farahdiba,
et.al, 2021 : 838
Menurut Prof. R.M.T. Sukamto Notonagoro, hak adalah suatu
kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang seharusnya
diterima atau dilakukan. Dalam hal ini tidak dapat dilakukan dan
diterima oleh pihak lain. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu
yang perlu dilakukan oleh beberapa pihak dan dapat digugat secara
paksa oleh pihak yang berkepentingan. Kewajiban dapat timbul
karena adanya keinginan untuk diri sendiri dan orang lain.
Kewajiban ini dapat timbul dari hak yang dimiliki oleh orang lain

b). Pengertian Tenaga Kesehatan

Berdasarkan UU RI No 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan


pasal 1 bahwa Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
Kesehatan

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang


Tenaga Kesehatan, pasal 11 :

(1) Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:

a. Tenaga medis;

b. Tenaga psikologi klinis;

c. Tenaga keperawatan;

d. Tenaga kebidanan;

e. Tenaga kefarmasian;

f. Tenaga kesehatan masyarakat;


g. Tenaga kesehatan lingkungan;

h. Tenaga gizi;

i. Tenaga keterapian fisik;

j. Tenaga keteknisian medis;

k. Tenaga teknik biomedika;

l. Tenaga kesehatan tradisional; dan

m. Tenaga kesehatan lain.

a. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan


Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan, Bab IX hak dan kewajiban tenaga kesehatan :
Pasal 57 : Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak: a.
Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur
operasional; b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari
penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya; c. Menerima imbalan
jasa; d. Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral,
kesusilaan, serta nilainilai agama; e. Mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan profesinya; f. Menolak keinginan penerima pelayanan
kesehatan atau pihak lain yang bertentangan dengan standar profesi, kode
etik, standar pelayanan, standar prosedur operasional, atau ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan g. Memperoleh hak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 58 : (1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:
a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi,
standar
b. pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi
serta kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan;
b. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau
keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan;
d. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan
e. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dan hurul d hanya berlaku bagi Tenaga Kesehatan yang
melakukan pelayanan kesehatan perseorangan.
Pasal 59 : (1) Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama kepada
Penerima Pelayanan Kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan/atau
pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
(2) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilarang
menolak Pene rima Pelayanan Kesehatan dan/atau dilarang meminta uang
muka terlebih dahulu
Bagian Keempat Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar
Prosedur Operasional : Pasal 66 :
(1) Setiap Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban
untuk mematuhi Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar
Prosedur Operasional.
(2) Standar Profesi dan Standar Pelayanan Profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk masingmasing jenis Tenaga Kesehatan ditetapkan oleh
organisasi profesi bidang kesehatan dan disahkan oleh Menteri.
(3) Standar Pelayanan Profesi yang berlaku universal ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
(4) Standar Prosedur Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional diatur dengan
Peraturan Menteri.
d. Hak dan Kewajiban Pasien
Menurut Permenkes No 4 Tahun 2018
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan,
baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
3. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan
dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. -4-
4. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
5. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
6. Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah pimpinan yang
bertanggung jawab
menyelenggarakan fasilitas pelayanan kesehatan. 7. Pemerintah Pusat
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 8. Pemerintah Daerah adalah
kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom. 9. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang
membidangi pelayanan kesehatan. 10. Menteri adalah Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Daftar Pustaka
PERMENKES NO 4 Tahun 2018
Farahdiba, S.Z., et.al. (2021). Tinjauan pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945. Jurnal
Kewarganegaraan, 5 (2), 838 Undang - Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. Diakses tanggal 28
Februari2023dari https://ktki.kemkes.go.id/info/sites/default/files/UU
%20Nomor%2036%20Tahu n%202014%20tentang%20Tenaga
%20Kesehatan.pd

Anda mungkin juga menyukai