Anda di halaman 1dari 16

HAK ASASI MANUSIA, HAK PEREMPUAN, HAK REPRODUKSI & HAK ANAK

DALAM KAJIAN KEBIDANAN

Bd. Agnestya Nurul Fergita,S.Tr.Keb

A. Human Rights (Hak Asasi Manusia)


1. Pengertian Human Rights (Hak Asasi Manusia)
Hak asasi manusia merupakan hak dasar dan mutlak yang dimiliki setiap orang
karena ia adalah manusia. Hak asasi manusia merupakan hak-hak yang dimiliki
manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat. Dengan demikian hak
asasi manusia bukan berdasarkan hukum positip yang berlaku, melainkan berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya karena ia manusia. Hak asasi itu
tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara.
2. Tujuan Hak Asasi Manusia
Hak asasi bertujuan menjamin martabat setiap orang. Hak asasi memberikan
kekuatan moral untuk menjamin dan melindungi martabat manusia berdasarkan
hukum, bukan atas dasar kehendak, keadaan, ataupun kecenderungan politik tertentu.
Hak-hak dan kebebasan tersebut memiliki ciri-ciri yakni: tidak dapat dicabut atau
dibatalkan, universal, saling terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisahpisahkan.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki sekaligus hak atas
kebebasan, rasa aman, dan standar hidup yang layak.
3. Deklarasi Internasional
Deklarasi universal mengenai hak asasi rnanusia (DUHAM) atau universal
declaration of human right pada tahun 1948 mengandung prinsip-prinsip dasar
kemanusiaan, yakni menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. Karena itu
semua umat bangsa dan negara di muka bumi ini harusnya berkomitmen untuk
mengimplementasikannya.
Deklarasi Hak Asasi Manusia Pasal I menyatakan: "Semua orang dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal
dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan".
Sedangkan pada Pasal 2 dinyatakan: "Setiap orang berhak atas semua hak dan
kebebasan yang tercantum dalam pemyatarn ir-ri dengan tidak ada pengecualian
apapun, seperti kebebasan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, asal-
usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan
lainnya".
4. Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengertian HAM menurut Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999 adalah
seperangkat hal yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjungtinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap harkat dan
martabat manusia. Pasal 3 Undang-Undang tersebut secara tegas menyatakankan
sebagai berikut:
a. Setiap manusia dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama
dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam semangat persaudaraan.
b. Setiap orang berl,ak atas pengakuan dan jaminan perlindungan dan perlakuan
hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di
depan hukum.
c. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia tanpa diskriminasi.

B. Woman Rights (Hak Perempuan)


1. Pengertian Hak Perempuan
Hak perempuan hak yang dimiliki oleh seorang perempuan, baik karena ia seorang
manusia maupun sebagai seorang perempuan, dalam khasanah hukum hak asasi
manusia dapat ditemui pengaturannya dalam berbagai sistem hukum tentang hak asasi
manusia. Dalam berbagai kajian dan pengaturan dari instrumen hukum nasional dan
hukum internasional, perempuan dimasukkan ke dalam kelompok rentan (vulnerable)
bersamasama dengan kelompok rentan lainnya seperti anak-anak, kaum minoritas,
pengungsi dan lainnya. Masuknya perempuan sebagai salah satu kelompok rentan
dalam HAM adalah karena berbagai kondisi sosial, budaya, ekonomi ataupun secara
fisik yang menyebabkan perempuan sebagai kelompok yang lemah dan tak terlindungi
dan karenanya berada dalam resiko dan bahaya mengalami kekerasan atau
pelanggaran hak oleh kelompok lainnya (Krisnalita, 2018).
2. Rekomendasi Internasional Terhadap Hak Perempuan
Berbagai hasil pertemuan dan kerangka aksi tersebut pada akhirnya juga telah
mendorong pemaknaan ulang terhadap instrumen-instrumen HAM yang telah
dihasilkan sebelumnya. Beberapa mekanisme HAM PBB yang berdasar kepada pada
perjanjian internasional melakukan adopsi dengan mengeluarkan komentar atau
rekomendasi umum untuk mengkaji ulang persamaan hak antara perempuan dan laki-
laki, yaitu (Handayani, 2020):
a. Komite HAM untuk Hak Sipil dan Politik mengeluarkan General Comment No. 28
(2000): Equality of Rights Between Men and Women tanggal 29 Maret 2000.
Melalui Komentar Umum ini, komite menegaskan bahwa setiap negara yang
sudah meratifikasi konvensi hak sipil dan politik, tidak saja harus mengadopsi
langkah-langkah perlindungan tapi juga langkah-langkah positf di seluruh area
untuk mencapai pemberdayaan perempuan yang setara dan efektif. Langkah ini
termasuk pula penjaminan bahwa praktek-praktek tradisi, sejarah, agama, dan
budaya tidak digunakan untuk menjustifikasi pelanggaran hak perempuan.
b. Komite tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
mengeluarkan General Recommendation No. 25 (2004) yang meletakkan kerangka
langkah-langkah khusus sementara (temporary special measures) untuk
penghapusan diskriminasi langsung dan tidak langsung (direct and indirect
discrimination) yang terjadi terhadap perempuan yang sangat mempengaruhi
penikmatan perempuan. Bagi komite, posisi perempuan yang kerapkali tidak
menguntungkan perlu disikapi dengan pendekatan persamaan hasil (equality of
result) sebagai tujuan dari persamaan secara substantif (substantive equality) atau
de facto tidak saja persamaan secara formal (formal equality).
c. Komite tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengeluarkan General
Comment No.16 (2005): The Equal Rights of Men and Womento Enjoyment of
All Economic, Social and Cultural Rights yang meletakkan kerangka tentang
persamaan (equality), non diskriminasi (non discrimination) dan langkahlangkah
sementara (temperature measure) yang menjadi acuan bagai para negara yang
terikat dengan Konvenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
3. Pengaturan Hukum Di Indonesia
Di Indonesia pengaturan tentang hak perempuan dapat ditemui dalam Pasal 45-51
UU No. 39 Tahun 1999 dan juga undang-undang lainnya yang berhubungan erta
dengan hak perempuan seperti UU No. 23 Tahun 2004 tentang Pemghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga. Selain itu Indonesia juga telah meratifikasi
sejumlah perjanjian internasional yang berkenaan dengan hak perempuan seperti:
Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against Women
(CEDAW) melalui UU No. 7 Tahun 1984. Secara kelembagaan, Indonesia juga telah
membentuk Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) melalui Peraturan Presiden No. 181 Tahun 1998 tanggal 9 Oktober 1998
yang kemudian diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005. Hak
perempuan sendiri mencakup berbagai jenis hak yang cakupannya cukup luas seperti:
a. Hak-hak di bidang politik
Hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dengan ikut serta dalam perumusan
kebijakan pemerintah dan pelaksanaan kebijakan; Hak untuk dipilih dan memilih
dalam pemilihan berkala yang bebas untuk menentukan wakil rakyat di
pemerintahan; dan Hak untuk ambil bagian dalam organisasiorganisasi
pemerintahan dan non pemerintahan dan himpunan– himpunan yang berkaitan
dengan kehidupan pemerintahan dan politik negara tersebut.
b. Hak-hak kewarganegaraan
Setiap perempuan mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kew
arganegaraan suatu negara ketika mereka dapat memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh peraturan perundangundangan di negara terkait.
c. Hak atas pendidikan dan pengajaran
Pendidikan adalah dasar yang paling penting bagi kehidupan manusia. Dengan
pendidikan seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya, baik dari kualitas
akal, pemikiran, perilaku hingga ekonomi, dan pendidikan tersebut tentunya
didapatkan dengan pengajaran. Pengajaran harus diberikan pada setiap orang
untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Oleh karena itulah
kemudian setiap manusia di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran, tidak terkecuali untuk semua perempuan. Setiap perempuan sama
halnya dengan setiap pria mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran.
d. Hak atas pekerjaan
Berkaitan dengan hak perempuan di bidang profesi dan ketenagakerjaan, terdapat
hak-hak yang harus didapatkan perempuan baik sebelum, saat, maupun sesudah
melakukan pekerjaan. Sebelum mendapat pekerjaan, seorang perempuan
mempunyai hak untuk diberikan kesempatan yang sama dengan pria untuk
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga mereka
perempuan harus dapat dilakukan seleksi terhadapnya tanpa ada diskriminasi apa
pun. Saat mendapat pekerjaan, seorang perempuan juga mempunyai hak-hak yang
harus dipenuhi, yaitu mendapatkan upah sesuai dengan pekerjaannya,
mendapatkan kondisi kerja yang aman dan sehat, kesempatan yang sama untuk
dapat meningkatkan pekerjaannya ke tingkat yang lebih tinggi termasuk juga hak
untuk mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya. Setelah
mendapat pekerjaan, tentunya ada saatnya ketika perempuan harus berhenti dan
meninggalkan pekerjaannya. Ketika pekerjaan itu berakhir, seorang perempuan
juga mempunyai hak untuk mendapatkan pesangon yang adil dan sesuai dengan
kinerja dan kualitas pekerjaan yang dilakukannya.
e. Hak di bidang kesehatan
Perlu diketahui lebih lanjut bahwa yang dimaksud dengan hak-hak perempuan di
bidang kesehatan adalah penjaminan kepada para perempuan untuk mendapatkan
perlindungan yang lebih dan khusus. Hal ini terutama akibat rentannya kesehatan
wanita berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Seorang wanita telah mempunyai
kodrat dari Tuhan Yang Maha Esa untuk mengalami kehamilan, menstruasi setiap
bulan, dan juga kekuatan fisik yang lebih lemah dibandingkan pria. Adanya hal-
hal tersebut inilah kemudian dirasakan perlu untuk melakukan perlindungan yang
lebih khusus kepada mereka perempuan.

f. Hak untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum


Sebelum dikenalnya hak-hak atas perempuan dan keberadaan perempuan yang
sederajat dengan pria, perempuan selalu berada di bawah kedudukan pria. Hal ini
seringkali terlihat terutama pada keadaan dimana perempuan untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu harus mendapatkan persetujuan atau di bawah
kekuasaan pria. Keadaan inilah yang kemudian menimbulkan kesadaran bagi para
perempuan bahwa setiap perempuan mempunyai kedudukan yang sama dengan
laki-laki di mata hukum, sehingga kemudian muncul salah satu hak perempuan
lainnya yang diakui baik di tingkat internasional maupun nasional.
g. Hak-Hak Perempuan dalam Ikatan/Putusnya Perkawinan
Dalam sebuah perkawinan adakalanya dimana pasangan suami istri terpaksa harus
melakukan perceraian atau yang disebut dengan putusnya perkawinan. Atas
putusnya perkawinan ini setiap pihak dari perkawinan mempunyai hak dan
kewajiban yang sama terutama jika atas perkawinannya menghasilkan anakanak.
Selain itu, kedua belah pihak juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat
bagian harta bersama dengan persentase yang adil.

C. Reproductive Rights (Hak Reproduksi)


1. Pengertian Hak Reproduksi
Reproduksi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk “membuat
kembali” Dalam kaitannya dengan kesehatan, reproduksi diartikan sebagai
kemampuan seseorang memperoleh keturunan (melahirkan). Menurut WHO dan
ICPD, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek
fisik, mental, dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau ganggguan
segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses
reproduksi itu sendiri.
Menurut Mariana Amiruddin, defenisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan
metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan
reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan
perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi
dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.
2. Perempuan dan Hak Reproduksinya
Secara kodrati perempuan mengemban fungsi reproduksi umat manusia yang
utamanya meliputi mengandung, melahirkan dan menyusui anak (Mas'udi, 1997).
Begitu pentingnya fungsi reproduksi bagi kelangsungan generasi manusia, sehingga
seharusnya lebih banyak perhatian yang diberikan berkaitan dengan fungsi reproduksi
perempuan. Pada kenyataannya masalah reproduksi perempuan belum mendapat
perhatian yang semestinya. Hal ini mengakibatkan banyak perempuan yang tidak
menyadari mereka mempunyai hak-hak yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya.
Hak reproduksi adalah hak-hak yang harus dijamin pemenuhannya karena fungsi
reproduksinya.
Hak reproduksi sebenamya sudah dimulai sejak proses pemilihan calon suami.
Kaum perempuan berhak memilih dan menentukan calon suamiyang akan menjadi
partnemya dalam melakukan proses reproduksi. Pada masa sekarang ini, mungkin
sebagian besar kaum perempuan sudah menikmati hak ini, dalam arti mereka tidak
lagi harus terpaksa menerima calon suami yang disodorkan pada mereka. Sistem
perjodohan yang sering dirasakan merugikan kaum perempuan sudah tidak banyak
terjadi. Dalam kehidupan berumah tangga, kaum perempuan tidak dapat dilepaskan
dari perannya sebagai pelaksana fungsi reproduksi. Dalam menjalankan fungsinya itu,
kaum perempuan mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan meliputi:
a. Hak jaminan keselamatan dan kesehakn. mengingat resiko besar pada perempuan
dalam menjalankan fungsi reproduksi, mulai dari menstruasi, hubungan seksual,
mengandung, metahirkan sampai menyusui.
b. Hakjaminan kesejahteraan, tidak hanya selama proses vital reproduksitapi jugadi
luar masa-masa itu, dalam statusnya sebagai istri dan ibu.
c. Hak mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan perempuan khususnya
yang berkaitan dengan proses reproduksi.
3. Aturan Internasional terhadap Hak Kesehatan Reproduksi
a. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights)
1948
1) Hak kebebasan mencari jodoh dan membentuk keluarga,
2) Perkawinan harus dilaksanakan atas dasar suka sama suka (Pasal 16).
3) Hak kebebasan atas kualitas hidup untuk jaminan kesehatan dan keadaan yang
baik untuk dirinya dan keluarganya (Pasal 25).
b. The International United Nations Conference on Population and Development
(ICPD), Cairo, 1994
Hak-Hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Untuk memastikan bahwa informasi yang menyeluruh dan faktual serta
beraneka jenis pelayanan pemeliharaan kesehatan reproduksi, termasuk
perencanaan keluarga, tersedia, terjangkau, dapat diterima, dan cocok untuk
semua pemakai.
2) Untuk memungkinkan dan mendukung keputusan sukarela dan bertanggung
jawab dalam hal kehamilan dan metode keluarga berencana pilihan mereka
dan metode lain pilihan mereka dalam hal pengaturan kesuburan yang tidak
bertentangan dengan hukum serta mempunyai informasi, pendidikan dan cara
memperolehnya.
3) Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi yang mengalami
perubahan sepanjang siklus hidup dan melakukan hal itu dengan cara yang
peka terhadap keanekaragaman keadaan masyarakat setempat.
4. Aturan Nasional terhadap Hak Kesehatan Reproduksi
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against
Women/CEDAW)
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia dalam Pasal 49 ayat (3) Hak khusus yang melekat pada diri wanita
dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
1) Pasal 81 ayat (1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan
sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua pada waktu haid.
2) Pasal 82 ayat (2) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat
selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5
(satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan atau bidan.
3) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak
memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
1) Pasal 71
(1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki
dan perempuan.
(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1) Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan
2) Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual dan
kesehatan sistem reproduksi.
(3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2) Pasal 72 Setiap orang berhak:
a) Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman,
serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.
b) Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi,
paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang
tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma agama.
c) Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat
secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
d) Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan
reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi
1) Pasal 1 Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
2) Pasal 8
(1) Setiap perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan ibu untuk
mencapai hidup sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sedini mungkin dimulai dari masa remaja sesuai dengan perkembangan
mental dan fisik.
(3) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diselenggarakan melalui:
a) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja;
b) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Hamil, Persalinan, dan
Sesudah Melahirkan;
c) pengaturan kehamilan, pelayanan kontrasepsi dan kesehatan seksual;
dan
d) Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi.
3) Pasal 26 ayat (1) Setiap perempuan berhak menjalani kehidupan seksual yang
sehat secara aman, tanpa paksaan dan diskriminasi, tanpa rasa takut, malu, dan
rasa bersalah.
5. Hak Perempuan Pada Masa Hamil
a. Hak untuk mendapatkan pelayananan komprehensif
b. Hak dalam pengambilan keputusan
c. Hak mendapatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
d. Hak memperoleh gizi
e. Hak mendapatkan pelayanan secara pribadi dan dihormati
f. Hak menerima pelayanan senyaman mungkin
g. Hak mengatakan pandangan dan pendapatnya
h. Hak mendapatkan keterangan tentang kondisinya, mendiskusikan setiap masalah
yang dialaminya
i. Hak mendapat jaminan kesehatan
j. Hak bekerja tanpa dilarang
k. Hak memilih dan memutuskan tentang kesehatanya dan asuhan yang harus
tercapai
6. Hak Perempuan menurut ICM (2017)
a. Hak untuk dapatkan layanan persalinan dari bidan yang terampil dan kompeten
b. Hak Bayi untuk memiliki Ibu yang sehat dan teredukasi baik
c. Hak untuk dihormati sebagai manusia
d. Hak atas keselamatan tubuhnya
e. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi
f. Hak untuk mendapatkan informasi kesehatan terkini
g. Hak untuk berpartisipasi aktif dalam pembuatan keputusan atas layanan kesehatan
yang diterima dan menawarkan informed consent
h. Hak untuk kerahasiaan
i. Hak untuk memilih tempat dimana dia akan bersalin

D. Hak Anak
1. Konvensi Hak Anak
Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan perjanjian internasional yang kemudian
diratifikasi oleh setiap negara, kecuali Somalia dan Amerika Serikat. Hingga tahun
1996, KHA telah diratifikasi oleh 187 negara (Caroline, 2012). Konvensi ini terdiri
dari 54 pasal dimana isinya merupakan bagian dari perwujudan hak terhadap anak
yang wajib dilaksanakan oleh negara yang meratifikasinya. Indonesia sendiri telah
meratifikasi KHA pada tanggal 25 Agustus 1990 melalui Keputusan Presiden Nomor
36 Tahun 1990.
2. Asas hak- hak anak yang tercantum dalam Mukadimah Deklarasi Hak Anak-Anak
a. Anak-anak berhak menikmati seluruh hak yang tercantum di dalam deklarasi ini.
Semua anak tanpa pengecualian yang bagaimanapun berhak atas hak-hak ini,
tanpa membedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pendapat di bidang politik atau dibidang lainnya, asal usul atau tingkatan sosial,
kaya atau miskin, keturunan atau status , baik dilihat dari segi dirinya sendiri
maupun dari segi keluarganya.
b. Anak-anak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus, dan harus
memperoleh kesempatan dan fasilitas yang dijamin oleh hukum dan sarana lain
sehingga secara jasmani, mental, akhlak rohani sosial, mereka dapat berkembang
dengan sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermartabat.
c. Sejak dilahirkan, anak-anak harus memiliki nama dan kebangsaan.
d. Anak-anak harus mendapat jaminan mereka harus tumbuh dan berkembang
dengan sehat. Untuk maksud ini, baik sebelum maupun sesudah dilahirkan, harus
ada perawatan dan perlindungan khusus bagi si anak dan ibunya. Anak-anak
berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan.
e. Anak- anak yang tumbuh cacat dan mental atau berkondisi sosial lemah akibat
suatu keadaan tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakuan
khusus.
f. Agar supaya kepribadiannya tumbuh secara maksimal dan harmonis, anak-anak
memerlukan kasih sayang dan pengertian. Sedapat mungkin mereka harus
dibesarkan di bawah asuhan dan tanggung jawab orang tua mereka sendiri, dan
bagaimanapun harus agar mereka tetap berada dalam suasana yang penuh kasih
sayang, sehat jasmani dan rohani. Anakanak di bawah usia lima tahun tidak
dibenarkan terpisah dari ibunya. Masyarakat dan penguasa yang berwenang,
berkewajiban memberikan perawatan khusus kepada anak-anak yang tidak miliki
keluarga dan kepada anak yang tidak mampu. Diharapkan agar pemerintah atau
fihak yang lain memberikan bantuan pembiayaan bagi anak-anak yang berasal dari
keluarga besar.
g. Agar supaya kepribadiannya tumbuh secara maksimal dan harmonis, anak-anak
memerlukan kasih sayang dan pengertian. Sedapat mungkin mereka harus
dibesarkan di bawah asuhan dan tanggung jawab orang tua mereka sendiri, dan
bagaimanapun harus agar mereka tetap berada dalam suasana yang penuh kasih
sayang, sehat jasmani dan rohani. Anakanak di bawah usia lima tahun tidak
dibenarkan terpisah dari ibunya. Masyarakat dan penguasa yang berwenang,
berkewajiban memberikan perawatan khusus kepada anak-anak yang tidak miliki
keluarga dan kepada anak yang tidak mampu. Diharapkan agar pemerintah atau
fihak yang lain memberikan bantuan pembiayaan bagi anak-anak yang berasal dari
keluarga besar.
h. Dalam keadaan apapun anak-anak harus didahulukan dalam menerima
perlindungan dan pertolongan.
i. Anak-anak harus dilindungi dari segala penyia-nyiaan, kekejaman dan penindasan.
Dalam bentuk apapun, mereka tidak boleh menjadi “bahan perdagangan”. Tidak
dibenarkan memperkerjakan anak-anak dibawah umur, dengan alasan apapun,
mereka tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat merugikan kesehatan
atau pendidikan mereka, maupun yang dapat mempengaruhi perkembangan tubuh,
mental atau akhlak mereka.
j. Anak-anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk
diskriminasi lainnya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat yang penuh
pengertian, toleransi dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta
persaudaraan semesta dan dengan penuh kesadaran tenaga dan bakatnya harus
diabdikan kepada sesama manusia.
3. Pengaturan Hak Anak di Indonesia
a. Hak Sipil dan Kebebasan
Hak memperoleh identitas, mempertahankan identitas, kebebasan berskpresi,
kebebasan berpikir, beragama, dan berhati nurani, kebebasan berserikat,
perlindungan atas kehidupan pribadi, memperoleh informasi yang layak, serta
perlindungan dari aniaya dan perenggutan kemerdekaan. Dalam implementasi
KHA yang menjadi prioritas Indonesia adalah memastikan seluruh warga negara
Indonesia memiliki identitas sejak lahir yaitu melalui kepemilikan akta kelahiran.
b. Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
Di dalam Perpres Nomor 36 Tahun 1990 dijelaskan bahwa pengasuhan anak
menitik beratkan pada kemampuan orangtua, keluarga dan lingkungan untuk
menjaga tumbuh kembang anak secara optimal dan perlindungan dari kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya. Artinya, yang memberikan
pengasuhan pertama adalah orang tua dan keluarga, kemudian lingkungan.
c. Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar
Dalam UUD 1945 Pasal 34 Ayat 3 dijelaskan “Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak”. Intinya adalah memastikan akses layanan publik bagi semua anak tanpa
terkecuali termasuk anak dengan disabilitas seperti berhak atas pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi, jaminan sosial dan standar hidup
layak dalam hal fisik, mental, spiritual, moral dan sosial, termasuk hak anak.
Negara memberikan bantuan kepada orang tua/wali agar mereka bisa memenuhi
hak anak dengan baik.
d. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Budaya
Memastikan anak Indonesia mengenyam pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
dengan fasilitas yang memadai, mendorong kehadiran anak di sekolah dan
menurunkan tingkat putus sekolah. Selama mengenyam pendidikan, anak
dilindungi agar terhindar dari hal-hal yang merugikan selama di sekolah. Oleh
karena itu, pemerintah wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai dan
ramah anak.
e. Perlindungan Khusus
Perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh anak
dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap
ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya (UU
Nomor 35 Tahun 2014). Perlindungan khusus diperuntukkan bagi mereka yang
ada dalam kategori memerlukan perlindungan khusus.
Terdapat 15 kategori anak yang memerlukan perlindungan khusus (AMPK) sesuai
dengan UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak antara lain:
1) Anak yang berada dalam situasi darurat
2) Anak yang berhadapandengan hukum (ABH)
3) Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan terisolasi
4) Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
5) Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika
dan zat adiktif lainnya
6) Anak yang menjadi korban pornografi
7) Anak dengan HIV/AID’S
8) Anak korban penculikan, penjualan dan/atau perdagangan
9) Anak korban kekerasan fisik dan/ atau psikis
10) Anak korban kejahatan seksual
11) Anak korban jaringan terorisme
12) Anak penyandang disabilitas
13) Anak korban perlakuan salah dan penelantaran
14) Anak dengan perilaku sosial menyimpang
15) Aak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi
orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Hermawan Bangun. 2020. Hak Perempuan dan Kesetaraan Gender dalam Perspektif
Filsafat Hukum. Jurnal Pandecta :UNNES

Dede Kania. 2015. Hak Asasi Perempuan dalam Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia.
Jurnal Konstitusi

Dr. Marcia Soumokil, M. PH. 2020. Peran Bidan Dalam Implementasi Women Centered Care
(Asuhan Yang Berpusat Pada Perempuan). IPAS Indonesia.

Louisa Yesami Krisnalita. 2018. Perempuan, Ham Dan Permasalahannya Di Indonesia. Jurnal
Binamulia Hukum

Miwa Patnani.1999. Perempuan dan Hak Reproduksi. Majalah Psikologi : UMS

Nabella Puspa Rani. 2017. Perlindungan Hak Reproduksi Perempuan di Provinsi Riau. Jurnal
Mahkamah

Sari Priyanti & Agustin Dwi Syalfina. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga
Berencana. Penerbit CV Kekata Group : Surakarta

Silvia Fatmah Nurusshobah. 2019. Konvensi Hak Anak Dan Implementasinya Di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial : Politeknik Kesejahteraan
Sosial

Suparni, etc. 2015. Pengetahuan Bidan Mengenai Hak-Hak Wanita Hamil. Jurnal Ilmiah
Kesehatan (JIK)

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan


Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. CEDAW

Undang-Undang Nomor. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Anda mungkin juga menyukai