Hak-hak perempuan merupakan Hak Asasi Manusia yakni seperangkat hak yang melekat
pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum
pemerintah dari setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
(ps 1 Undang-Undang No 39/1999).
Terminologi hak perempuan ditujukan untuk menjaga kesemestaan konsep HAM yang
berarti setiap perempuan, terlepas dari keberadaan dan statusnya memiliki Hak Asasi Manusia
yang tidak boleh dilanggar oleh pihak lain. Hak Asasi Manusia perempuan pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori hak kebebasan, yakni :
1. Pertama, non derogable rights sebagai hak absolut perempuan yang harus dipenuhi oleh
negara, tanpa mengenal batas wilayah teritorial, waktu pemberlakuan serta situasi dan
kondisinya. Hak-hak ini meliputi antara lain :
- Hak atas hidup (Right to life)
- Hak untuk bebas dari perbudakan
- Hak pengakuan sebagai subyek hukum
- Hak untuk bebas dari penyiksaan
- Hak atas kebebasan berpikir
- Hak keyakinan dan Agama
2. Kedua, derogable rights, yakni
Hak-Hak Asasi Manusia perempuan yang sepenuhnya ditentukan negara, hak ini meliputi
antara lain : hak atas kebebasan berserikat, hak atas kebebasan menyatakan pendapat dan
berekspresi serta sejumlah hak-hak politis lainnya.
Hak-hak Perempuan telah diatur dalam Undang-Undang No 39 Tahun 1999 dalam bagian
kesembilan akhir dari pasal 45 s/d pasal 51, yang menegaskan bahwa :
a) Hak-hak Perempuan (Wanita) adalah Hak Asasi Manusia (ps 45)
b) Sistem pemilu, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif dan sistem pengangkatan
dibidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita sesuai persyaratan
yang ditentukan (ps 46)
c) Seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing tidak
secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai hak untuk
mempertahankan, mengganti, atau memperoleh kembali status kewarganegaraannya
(ps 47)
d) Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis, jenjang dan
jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan (ps 48)
e) 1. Wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan dan profesi
sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan
2. Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan
atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau
kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita
3. Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin
dan dilindungi oleh hukum (ps 49)
f) Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan perbuatan
hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya (ps 50)
g) 1. Seorang isteri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dengan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan kehidupan
perkawinannya, hubungan dengan anak-anaknya, dan hak pemilikan serta
pengelolaan harta bersama
2. Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan anak-
anaknya, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak
3. Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak yang sama dengan
mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan harta bersama tanpa
mengurangi hak anak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(ps 51)
Penting bagi Perempuan untuk mengetahui secara utuh Hak-hak Asasinya, khususnya hak
istemewa yang dimilikinya, hal ini sangat diperlukan mengingat kesadaran akan Hak-hak
Seorang Perempuan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan kewajiban yang harus
dijalankannya secara berimbang, baik dalam kapasitas kehidupan pribadi, berbangsa, dan
bernegara. Kesadaran akan hak dan kewajiban ini merupakan modal dasar untuk membangun
Generasi Perempuan Indonesia yang selalu menjunjung tinggi harkat dan martabatnya.
Isi dan materi konvensi internasional tentang hak-hak sipil ini juga merupakan salah satu
program RANHAM 2004-2009 yang direalisasi melalui Undang-Undang No 12 Tahun 2005 dan
disahkan pada tanggal 28 Oktober 2005 (International Covenant on Civil and Political Rights).
Konvensi ini juga menjadi dasar dalam perlindungan Hak-hak Perempuan di bidang Sipil dan
Politik, disamping itu negara telah meratifikasi pula Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Undang-Undang No 7 Tahun 1984. Akibat dari ratifikasi CEDAW menurut hukum internasional,
tindakan seperti : mengutuk diskriminasi terhadap wanita dalam segala bentuknya, bersepakat
untuk menjalankan dengan segala cara yang tepat dan tanpa ditunda-tunda kebijakan,
Jadi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia merupakan unsur kelembagaan penting
dalam pelaksanaan RANHAM, telah menjabarkan Perlindungan Hak-hak Perempuan dalam
Agenda Strategisnya.