Anda di halaman 1dari 11

BIOKIMIA DAN GENETIKA

Bd.Agnestya Nurul Fergita,S.Tr.Keb

1. Proses Pencernaan Mulai Dari Mulut Hingga Absorbsi Usus Halus


Dalam proses pencernaan ada enzim yang terlibat dalam semua proses
metabolisme. Dimulai dari mulut ada saliva yang menghasilkan enzim alfa
amylase yang berfungsi dalam hidrolisa pati (Polisakarida kompleks) merubah
menjadi bentuk sederhana yaitu glukosa. Makanan dalam bentuntuk complex
dengan bantuan amylase dari saliva akan memecahkan ikatan glikosida agar
menjadi lebih sederhana. Saliva bisa terpicu karena adanya rangsangan atau
stimulasi ke dalam otak baik dalam bentuk aroma ataupun visual suatu
makanan sehingga rangsangan tersebut akan menstimulasi asam lambung
untuk meningkatkan jumlah saliva.
Di pancreas selama dalam proses pencernaan tidak hanya
menghasilkan insulin, pancreas juga menghasilkan enzim yang berperan
dalam proses pencernaan yaitu khimotripsin yang akan membantu gen-gen
inaktif menjadi lebih aktif. Adanya makanan akan membuat kapasitas
lambung bertambah sehingga lambung akan bekerja dengan meregang dan
merangsang pada nerfus vagus. Empedu juga merupakan salah satu organ
yang terlibat dalam proses pencernaan, yang mana empedu berfungsi untuk
mengemulsifikasi lemak atau dengan kata lain menurunkan tegangan
permukaan lemak sehingga lebih mudah larut dan diabsorbsi serta dapat
menteralkan asam. Setelah melalui organ pencernaan, makanan akan masuk
ke darah dan akan berpindah ke sel-sel yang membutuhkan.
Di darah sari-sari makanan akan diserap dalam bentuk sederhana pada
karbohidrat itu menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak. Setelah makanan diabsorbsi, di dalam usus halus, getah
pankreas memasuki lumen melalui sfingter hepatopankreatik (sfingter Oddi),
dan konsentrasi bikarbonatnya yang tinggi mulai menetralkan asam lambung.

1
Bersamaan dengan itu, -amilase pankreas mencapai lumen dan secara aktif
terus memecah karbohidrat kompleks. Pada usus halus juga akan di
metabolismekan keluar menjadi feses atau dalam bentuk gas atau flaktus. Di
usus biasanya terdapat flora normal yang akan membantu dalam proses
toxicacy atau proses pembusukkan. Proses pembentukkan feses juga turut
dibantu oleh konsumsi serat. Serat dengan sifatnya yang tidak larut pada
usus besar terjadi proses reabsorbsi air sehingga zat yang di konsumsi tidak
terlalu tinggi yang dapat membentuk massa feses.
(Disertakan jurnal article internasional Q1 terindeks scopus)

2. Klasifikasi hormone beserta fungsinya


a. Klasifikasi hormone
1) Berdasarkan Reseptor Di dalam Sel
a) Hormon steroid
Hormon steroid memainkan peran penting dalam mengatur
keseimbangan air dan garam, metabolisme dan respons stres, dan
dalam memulai dan mempertahankan diferensiasi dan reproduksi
seksual.
b) Tiroid
Hormon tiroid, termasuk triiodothyronine (T3) dan tiroksin (T4),
telah ditemukan meningkatkan pengeluaran energi melalui aksi
perifernya di BAT atau aksi sentral di hipotalamus.
c) Klasitriol
Bentuk aktif vitamin D setelah proses konversi oleh ginjal, alsitriol
memiliki sifat anti-proliferatif, pro-apoptotik dan pro-diferensiasi
terhadap berbagai jenis sel tubuh, dan sifat anti-kanker.
2) Berdasarkan Reseptor Di permukaan Sel
a) Mediator c-AMP
(1) Adenohipofise

2
Adenohipofisis berfungsi meregulasi beberapa proses
fisiologik termasuk stres, pertumbuhan, dan reproduksi.
(2) MSH
MSH merangsang proses melanogenesis, menstimulasi
terjadinya melanosit α dan β membentuk disperse butiran
melanin intrasel, menyebabkan warna kulit kelihatan gelap
atau berpigmen. MSH dapat meningkatkan penyimpanan
melanin melalui melanosit kulit.
b) Mediator Ca++
(1) Asetil kolin
Asetilkolin adalah neurotransmitter yang berperan dalam
kontraksi otot, merangsang aktivitas beberapa hormon, serta
mengendalikan detak jantung.
(2) Gastrin
Peregangan lambung serta adanya jenis makanan tertentu
dalam lambung memicu pengeluaran hormon gastrin dari
bagian mukosa antrum. Hormon ini berefek memicu sekresi
getah lambung yang sangat asam oleh bagian fundus lambung.
Gastrin juga mempunyai efek perangsangan kuat pada fungsi
motorik lambung, yaitu meningkatkan aktivitas pompa pilorus
sehingga berperan penting dalam mempermudah pengosongan
lambung. Selain itu gastrin mempunyai efek konstriksi pada
ujung bawah esofagus untuk mencegah terjadinya refluks isi
lambung ke dalam esofagus selama peningkatan aktivitas
lambung
(3) Vasopressin
Meningkatkan retensi H2O pada nefron ginjal selama
pembentukan urin. Pada ginjal, vasopresin menyebabkan

3
translokasi aquaporin dari kompartemen endosomal dari
membran luminal.
(4) ADH
Anti Diuretic Hormone (ADH) merupakan salah satu hormon
yang terlibat dalam keseimbangan cairan. ADH dikeluarkan
sebagai respon terhadap peningkatan konsentrasi darah dan
pengeluaran keringat yang berlebihan.
(5) Oksitosin
Di jaringan mammae, oksitosin menyebabkan kontraksi dari
sel mioepitelial dari ductusnya. Ini menyebabkan pengeluaran
air susu. Pengeluaran air susu ini sebagai respon dari adanya
stimulasi taktil terhadap puting susu. Oksitosin juga
menyebabkan kontraksi dari otot polos uterus. Selama
persalinan, penurunan fetus melalui jalan lahir akan memicu
impuls aferen yang kemudian dibawa ke nuklei supraoptik dan
paraventrikulare. Sekresi dari oksitosin ini akan memicu proses
persalinan. Oksitosin juga berperan untuk memfasilitasi aliran
sperma ke tuba fallopi. Pada pria, oksitosin ini berperan dalam
proses ejakulasi.
c) Mediator Kinase atau fosfat
(1) Growth hormone
Dari semua hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis,
GH merupakan hormon yang terbanyak dihasilkan. GH adalah
hormon protein anabolik dan menghasilkan keseimbangan
nitrogen yang positif, membuat peningkatan massa tubuh dan
penurunan lemak tubuh. GH meningkatkan pengeluaran
glukosa hepatik dan menekan efek anti insulin di otot.

4
(2) Prolaktin
Dalam hubungannya dengan estrogen dan progesteron,
prolaktin menyebabkan sekresi air susu dari mammae wanita.
Prolaktin juga menghambat gonadotropin di ovarium.
(3) Insulin
Insulin secara eksklusif diproduksi oleh sel pankreas, dan
disekresikan sebagai respons terhadap rangsangan nutrisi yang
berbeda, termasuk glukosa, asam lemak, dan asam amino,
setelah makan. Terlepas dari tindakan penurun glukosa dan
lipogeniknya, insulin juga bertindak sebagai hormon
anoreksigenik.
(Disertakan jurnal article internasional Q1 terindeks scopus)

b. Perbedaan hormone Steroid dan Non steroid

1) Hormon Steroid
a) Berada di inti sel
b) Dapat berdifusi melalui membran sel
c) Sebagai organ endokrin pada (Koretk adrenal, ovarium, testis, dan
plasenta)
2) Hormon Non Steroid
a) Tidak larut dalam lemak
b) Diterima oleh reseptor eksternal di membran sel
c) Sebagai organ endokrin pada (Kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid,
Medulla Adrenal, Kelenjar Pituitari dan Pankreas)

(Disertakan jurnal article internasional Q1 terindeks scopus)

5
3. a. Perbedaan glikogenesis dan glikogenolisis
1) Glikogenesis
Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa
atau gula darah. Glukosa digunakan tubuh untuk menghasilkan energi.
Proses ini terjadi ketika adanya peningkatan kadar glukosa dalam
darah, misalnya setelah makan. Ketika makan glukosa dari usus akan
dibawa oleh sel-sel tubuh yang membutuhkan tempatnya bisa di hati,
jaringan lemak, otak maupun di otot. Untuk masuk ke dalam sel, gula
membutuhkan bantuan hormone insulin. Setelah makan kadar glukosa
darah akan meningkat, bila glukosa berlebihan akan disimpan dalam
bentuk glikogen. Di dalam lemak glukosa yang lebih akan disimpan
dalam bentuk trigliserida, di otot dalam bentuk glikogen dan di otak
tetap dalam bentuk glukosa karena akan langsung digunakan.
2) Glikogenolisis
Glikogenolisis merupakan proses pemecahan molekul
glikogen menjadi glukosa atau gula darah. Glikogenolisis akan
memproduksi glukosa dari glikogen yang kemudian digunakan untuk
memproduksi energy dan juga dapat menjaga kadar glukosa dalam
darah saat lapar dan tidak ada makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Glikogenolisis berlangsung di hati dimana proses pembentukan
glukosa terjadi dari sumber non karbohidrat yang terjadi karena
adanya peningkatan sekresi glucagon yang dimana peningkatan ini
akan menyebabkan sekresi insulin menurun.
(Disertakan jurnal article internasional Q1 terindeks scopus)

b. Fungsi lipid di dalam tubuh sebagai :


1) Proses sintesis atau pembentukan senyawa baru
Misalnya pembentukan lipopretin, atau dari lipid menjadi protein.
Pada metabolism lipid terjadi karena ada peranan enzim lipoprotein

6
lipase dimana akan membawa kelebihan dari kilomikron yang dibuat
oleh usus yang nanti akan dibawa ke hati. Di hati proses esterefikasi
pada pembentukan lipid (bentuk lipid bebas atau free fatty acid) akan
membentuk trigliserida yang digunakan atau disimpan di jaringan
adipose.
2) Katabolisme atau pemecahan untuk menghasilkan energi baru
Misalnya di lemak terjadi proses katabolisme untuk membentuk benda
keton. Sebelum menghasilkan energy pada proses katabolisme
terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu beta oksidasi harus dalam
bentuk asam lemak aktif yaitu Asil KoA yang nanti hasil akhir pada
metabolism lipid adalah Asil KoA dan Asetil KoA. Beta oksidasi
dalam bentuk Asetil KoA bila berlebihan akan memicu terbentuknya
benda keton yang dimana pada kondisi kelaparan dapat digunakan
oleh otak sebagai sumber energy.
(Disertakan jurnal article internasional Q1dan Q2 terindeks scopus)

c. Turnover protein di dalam tubuh


Pada individu yang sehat dengan berat badan normal, otot rangka
terdiri dari: 45% dari massa tubuh dan memainkan peran mendasar dalam
penggerak respirasi, penyimpanan asam amino, kontrol glikemik, dan
kemampuan untuk mempertahankan hidup. Konsumsi protein berkualitas
tinggi, kaya akan asam amino esensial merangsang peningkatan sementara
keseimbangan protein.
Makanan yang mengandung protein akan mengalami proses
pencernaan yang kemudian akan diabsorbsi dalam bentuk asam amino
yang kemudian ada pertukaran atau sintesis dari suatu protein yang
nantinya akan berfungsi sebagai energy atau turn over. Protein memiliki
keunikan yaitu flexible yang artinya bisa berubah dari bahan metabolisme
glikolisis di karbohidrat, misalnya 3-phosphoglyceraldehde bisa dirubah

7
menjadi sirine. Dalam membentuk energy protein mengalami proses
katabolisme yang harus dibentuk urea, sehingga harus melalui siklus urea
agar menjadi kurang toxic dan dapat dikeluarkan melalui urine. Di dalam
tubuh terjadi siklus terus menerus turn over atau pergantian protein dan
asam amino, protein tubuh mengalami degradasi protein 20-35 g nitrogen/
hari yang krmudian juga mengalami reutilisasi untuk sintesis baru 15-28g
nitrogen/hari untuk menjadi asam amino. Asam amino yang terbentuk akan
menjadi bahan pada proses katabolisme 5-7 g nitrogen / hari.
Pada manusia, massa protein tubuh memberikan dukungan
arsitektural, enzim untuk mengkatalisis reaksi metabolisme. Untuk setiap
sel atau jaringan, keseimbangan protein mencerminkan sintesis protein
yang berbeda secara signifikan di antara jaringan dan organ dan antar
kompartemen sel. Hati dan ginjal adalah tepat utama proses metabolism
asam amino. Jumlah asam amino yang lebih besar dari yang dibutuhkan
untuk sintesis protein dan senyawa nitrogen lainnya tidak dapat disimpan
atau dikeluarkan dan kelebihannya dioksidasi atau diubah menjadi
karbohidrat dan lipid. Selama degradasi asam amino, gugus -amino
dihilangkan dan kerangka karbon yang dihasilkan diubah menjadi perantara
metabolik utama. Sebagian besar kerangka karbon dari asam amino
dimetabolisme menjadi piruvat, asetilKoA atau salah satu zat antara dari
siklus asam trikarboksilat.
Metabolisme asam amino, selain adenosin, menghasilkan sebagian
besar amonia. Sementara itu, sebagian besar jaringan melepaskan nitrogen
terutama sebagai alanin atau glutamin untuk menyangga toksisitas amonia.
Reaksi pertama menggunakan aminotransferase dari glutamat ke piruvat,
dan reaksi kedua mentransfer amonia itu sendiri ke glutamat dan dikatalisis
oleh glutamin sintetase. Meskipun sebagian besar amonia tidak muncul
dari katabolisme di hati, siklus urea terjadi secara eksklusif di jaringan hati
dan membutuhkan empat molekul fosfat "kaya energi" untuk sintesis satu

8
molekul urea. Pada manusia, sebanyak 90% nitrogen urin dalam bentuk
urea.
(Disertakan jurnal article internasional Q1 terindeks scopus)

9
DAFTAR PUSTAKA

Achim Lass, etc. 2010. Lipolysis – A highly regulated multi-enzyme complex


mediates the catabolism of cellular fat stores. ScienceDirect

Alyce M Martin, etc. 2022. Mechanisms controlling hormone secretion in human gut
and its relevance to metabolism. Journal of Endocrinology

Baile Wang and Kenneth King-Yip Cheng. 2018. Hypothalamic AMPK as a


Mediator of Hormonal Regulation of Energy Balance. International Journal of
Molecular Science

Barbara E. Goodman. 2010. Insights into digestion and absorption of major nutrients
in humans. The American Physiological Society

Chris McGlory, etc. 2019. The Influence of Omega-3 Fatty Acids on Skeletal Muscle
Protein Turnover in Health, Disuse, and Disease. Frontiers

J.R. Poortmans, etc. 2012. Protein turnover, amino acid requirements and
recommendations for athletes and active populations. Brazilian Journal of
Medical and Biological Research

Lina Schiffera, etc. 2019. Human steroid biosynthesis, metabolism and excretion are
differentially reflected by serum and urine steroid metabolomes: A
comprehensive review. ScienceDirect

Marisa Coelho, etc. 2012. Biochemistry of adipose tissue: an endocrine organ. AMS

Nicole Jacqueline Jensen, etc. 2020. Effects of Ketone Bodies on Brain Metabolism
and Function in Neurodegenerative Diseases. International Journal of
Molecular Science

Olga Papalou, etc. 2019. Endocrine Disrupting Chemicals: An Occult Mediator of


Metabolic Disease. Frontiers In Endocrinology

10
Parker L. Evans, etc. 2019. Regulation of Skeletal Muscle Glucose Transport and
Glucose Metabolism by Exercise Training. MDPI

Walter L. Miller and Richard J. Auchus. 2010. The Molecular Biology, Biochemistry,
and Physiology of Human Steroidogenesis and Its Disorders. The Endocrine
Society

11

Anda mungkin juga menyukai