Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM ENDOKRIN

Tanggal : 18 November 2021


Dosen : Apt. Eva Kusumahati, M.Si
Kelompok : I (Satu)
Nama : 1. Gina Tahlita Sazalia 21.442381.001
2. Putriana Rahayu 21.442381.015
3. Fika Virgiani Rossa 21.442381.020
4. Endah Susilawati 21.442381.025
5. Novaria Stevani 21.442381.026
6. Siska Indriani 21.442381.027

AKADEMI FARMASI YPF BANDUNG


JURUSAN FARMASI
TAHUN 2021
I. TUJUAN
1) Menjelaskan peranan Sistem Endokrin dalam menjaga homeostasis tubuh.
2) Menjelaskan mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar gula darah.

II. TEORI DASAR

Di dalam tubuh kita terdapat 2 sistem yang bertanggug jawab terhadap pengaruturan
lingkugan internal. Penghantaran informasi yang cepat dan terarah diatur oleh sistem saraf.
Sedangkan pengaturan fugsi sel secara global dan pengaturan yag berlagsung lebih lama
berada di bawah tanggung jawab sistem endokrin melalui penghatar informasi kimiawi yang
dikenal dengan istilah hormon. Pengaturan oleh hormon sering berlangsung melalui reaksi-
reaksi yang diperantarai oleh hormon lain melalui suatu rangkaian 3 tingkat yang melibatkan
hormon pembebas, hormon kedua dan hormon efektor. Rangkaian ini di atur oleh sistem
hipotalamus hipofisis. Ada pula pembebasan hormon yang tidak melibatkan sistem tersebut.
Dalam hal ini, pembebasan hormon disesuaikan dengan konsentrasi senyawa yang dijaga
oleh hormon tersebut agar selalu tetap. Beberapa substansi kimiawi yang terdeteksi berada di
lingkungan perairan dapat berpengaruh terhadap sistem endokrin organisme. Substansi yang
dapat menggangu sistem endokrin (EDS, endocrine disrupting substance) tersebut
diantaranya estrogen alami (17-estradiol dan estron) dan estrogen sintetis (17-ethynil
estradiol). Gangguan sistem endokrin yang dapat terjadi adalah adanya mekanisme
“feminisasi” pada ikan jantan yaitu perubahan pada perkembangan duktus gonad, baik
pembentukan rongga ovari seperti betina dan/atau keberadaan sel germ jantan dan betina
pada gonad yang sama, peningkatan konsentrasi vitellogenin, perubahan pada perkembangan
ginjal, gangguan fungsi imun dan menyebabkan kerusakan genotoksik. Saluran pencernaan
pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi
kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak
dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim).
Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah
sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila
tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk
ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada
beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya. Usus bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan
pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan,
terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak jelas, terbagi
atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membantu proses
pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di sebelah
kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk
menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang
berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan
enzim- enzim pencernaan dan hormone insulin.

Gambar : Pencernaan Ikan

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang dihasilkan oleh sel
beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin
disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama
dengan hormon glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas. Sintesis insulin
dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma
sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan sehingga
terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory
vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin
diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk
disekresikan secara bersamaan melalui membran sel. Insulin mempunyai fungsi penting pada
berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini
sangat krusial perannya dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh,
terutama pada otot, lemak, dan hepar. Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak,
insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat
pada membran sel tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam
sinyal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan
lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan,
transduksi sinyal berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4)
dan selanjutnya juga pada mendorong penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan
translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk
selanjutnya mengalami metabolism. Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa normal,
selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi
insulin yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan
tubuh terhadap insulin merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya
diabetes tipe 2.
Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika sekresi
insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (inadekuat).
Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis
glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yakni
peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah beban glukosa (makan atau
minum).

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat
- Gelas piala 500 ml
- Alat suntik 1 ml
 Bahan
- Insulin 40 U.I/ml
- Glukosa
- Aquadest
- Ikan mas

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

 Seekor ikan mas di tempatkan pada gelas piala yang berisi 200 ml air yang telah
d tetesi 10 tetes insulin
 Amati baik-baik saat insulin dan air berdifusi melalui membran insang menuju
ke aliran darah
 Setelah ikan mengalami iritabilitas, konvulsi dan koma
 Ikan dipindahkan ke gelas piala yang berisi air 200 ml dan setengah sendok teh
glukosa
 Amati hingga ikan kembali normal

V. DATA PENGAMATAN
 Ikan dalam gelas piala berisi air dan insulin
 Iritabilitas 1 menit
 Konvulsi 5 menit
 Koma 15 menit
 Ikan dalam gelas piala berisi air dan glukosa
 Iritabilitas 3 menit
 Normal 5 menit 13 detik

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, hewan percobaan yang digunakan adalah ikan, karena ikan
merupakan sistem endokrin bekerja lebih sederhana dari mamalia meskipun jenis hormon
dan kelenjar yang dihasilkan sama, namun fungsi dan peruntukan hormon pada beberapa
kasus menunjukan perbedaan. Setelah ikan dimasukkan ke dalam beker gelas yang berisi
air dan insulin, ikan mengalami perubahan dalam hal aktifitasnya. Beberapa waktu
setelah dimasukkan, ikan mulai mengalami iritabilitas pada 50 sekon. Iritabilitas yaitu
respon pertamanya yang ditandai dengan ikan yang seperti stres dan aktifitasnya berbeda
dengan ikan yang tidak diberi insulin. Beberapa waktu setelah iritabilitas ikan akan
mengalami konvulsi pada menit ke 50 sekon sedangkan kovulsi yaitu dimana suatu
kondisi hilangnya keseimbangan ikan yang ditandai dengan posisi ikan yang mulai tidak
stabil dan mengalami kejang pada menit 50 tapi masih bisa berusaha untuk kembali
keposisi yang stabil dan aktifitas ikan semakin tidak terkontrol. Setelah konvulsi ada
suatu kejanggalan dimana ikan tidak mengalami koma tetapi hanya mengalami kejang
yang ditandai dengan posisi ikan melompat-lompat tidak terkendali dari menit 50 dan
sampai seterusnya ikan kembali normal, hal ini disebabkan karena sel beta. Pankreas
hanya sedikit menurunkan kadar glukosa dan produksi. Sel beta pada manusia berfungsi
untuk mensekresikan hormon insulin, dapat memicu penyerapan glukosa dari alliran
darah ke dalam sel, sehingga memungkinkan untuk hati, bagian ginjal, dan otot untuk
menyimpan gula darah yang selanjutnya akan ditambahkan ke molekul glikogen untuk
disimpan di dalam hati dan otot sebagai sumber energi, sedangkan pada ikan berfungsi
sebagai kontrol utama saat kadar gula meningkat, selain itu juga menghasilkan peptida-C
(produk sampingan dari insulin) yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
sel beta yang hidup. Sel alfa masih bejalan stabil dengan meningkatkan kadar glukosa,
dan pankreas masih memproduksi hormon glukagon dengan baik sehingga pankreas tidak
sepenuhnya memecah glikogen menjadi glukosa membuat ikan tidak mengalami koma.
Saat glukosa berdifusi melalui membran insang menuju aliran darah, kadar gula darah
meningkat dan ikan akan kembali normal. Pengaruh yang ditimbulkan dari hormon
insulin yaitu insulin berperan dalam pengaturan kadar glukosa di dalam darah dimana
insulin akan menurunkan kadar glukosa darah, transportasi glukosa ke darah sel insulin
menstimulasi penggunaan glukosa untuk menjadi glukogen (glukogenesis), sintesis lemak
(lipogenesis), dan sintesis protein (erotogenesis), jika glukosa menurun berarti insulinnya
tinggi karena banyak gula darah yang dirubah. Faktor- faktor yang mempengaruhi
percobaan ini adalah laju reaksi, waktu dan suhu kamar serta karena metabolisme pada
ikan tidak terganggu seiring dengan meningkatnya glukosa sehingga bisa menghasilkan
energi yang dibutuhkan, maka ikan yanag semula mengalami koma kembali menjadi
normal kembali.
VII. KESIMPULAN
 Sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua ersam ini ersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh.
 Fungsi hormon glukagon adalah memberi tanda pada hati dan otot untuk memecah
glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya kembali kedalam aliran darah. Hal
ini menjaga kadar gula darah agar tidak turun terlalu rendah.
 Pankreas merupakan organ sistem pencernaan dan sistem endokrin vertebrata. Pada
manusia, terletak di perut belakang dan berfungsi sebagai kelenjar.
 Kelenjar heterokrin, yang memiliki fungsi endokrin dan pencernaan eksokrin.
 Kelenjar endokrin, sebagian besar fungsinya untuk mengatur kadar gula darah,
mengeluarkan hormon insulin, glukagon, somatostatin, dan polipeptida pankreas.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


https://pdfcoffee.com/laporan-praktikum-anatomi-fisiologi-manusia-percobaan-4-sistem-
endokrin-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai