Anda di halaman 1dari 7

FISIOLOGI SISTEM DIGESTIVE

MINGGU 2
BLOK 2.2

NAMA : Kayyis Firzadie


NPM : 119170085
KELAS :A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
Fisiologi Sistem Digestive

Saat ini, kuliah dilaksanakan secara daring atau bisa disebut kuliah online. Hal ini
disebabkan karena wabah virus covid-19. Kita selaku mahasiswa/i UGJ dianjurkan agar tetap
di rumah untuk mencegah penularan semakin luas dan kuliah dilaksanakan secara daring.
Pada minggu kedua blok 2.2 terdapat hanya 1 lecture yaitu lecture fisiologi (transport dan
pencampuran makanan dalam saluran pencernaan) yang dibawakan oleh dokter Shofa melalui
aplikasi daring zoom pada hari rabu tanggal 20 Mei 2020 dokter Shofa mengatakan kita
membutuhkan karbohidrat,protein dan nutrisi nutrisi lain untuk keseimbangan homeostasis
tubuh kita. Lalu dari mana asupan tersebut didapatkan? Sebagian didapatkan dari makanan
yang kita konsumsi dan sebagian lagi dari aktivitas aktivitas seperti olahraga. Apakah
makanan tersebut langsung diserap oleh tubuh untuk melaksanakan homeostasisnya?
tentunya tidak, harus dicerna terlebih dahulu, seperti layaknya jus untuk menjadi suatu cairan
yang dapat diserap harus dihaluskan terlebih dahulu.

Pada sistem pencernan ini lebih tepatnya yaitu untuk memindahkan nutrien, elektrolit,
karbohidrat ke internal tubuh kita. Mekanisme nya ini dibantu oleh beberapa struktur anatomi
dan struktur mikroskopis dari sistem pencernaan yaitu dari mulut sampai anus. Untuk proses
fisiologinya dilakukan dengan beberapa tahap.

Pada Tractus Gastrointestinal ini banyak sekali fungsi yang terdapat setiap prosesnya,
ada fungsi sekresi, absorpsi, digestive dan motilitas. Fungsi motilitas merupakan kontraksi
otor untuk mencampur dan memindahkan makanan disepanjang traktus gastrointestinal.
Secara mikroskopik mulai dari mulut sampai anus sebagian besar dibentuk oleh lapisan
mukosa, submukosa, muskularis dan Serosa.

Regulasi sistem pencernaan pada umumnya diatur oleh 4 sistem yaitu fungsi otonom
otot polos, plexus saraf ekstrinsik, plexus saraf intrinsik . dan hormon system cerna. Fungsi
autonom ini disebut dengan aktifitas myogenik karena mengalami siklus ritmis spontan
depolarisasi dan repolarisasi, yang akhirnya bisa menginduksi sendiri dalam otot polos
disebut dengan BER menjadikan gelombang lambat. Induksi ini dihasilkan oleh sel pace
maker yang terletak di seluruh lapisan sel muskularis external yang dikenal sel intertistinal
cajal. Kontraksi otot skeletal maupun otot polos dipengaruhi oleh kalsium sebagai pembuka
gemboknya yang dapat berlangsung selama 3000 msec.
Pelepasan kalsium lebih lambat dan penggunaan ATP yang lebih sedikit menjadikan
otot polos akan lebih rileks untuk potensial aksinya terjadi dimana saja atau tersbar dalam
selembar otot polos unit tunggal, dimana setiap satu unit otot polos ini dihubungkan secara
elektrik atau kelistrikan oleh gap junction. Sedangkan sekelompok sel otot yang berfungsi
elektrik dan mekanis disebut dengan functional synctium.

Regulasi oleh faktor intrinsik ada plexus aurbach sedangkan Regulasi oleh saraf
ekstrinsik dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis tetapi berbeda dengan
organ lain saraf simpatis ini menghambat kontraksi dan sekresi saluran cerna sedangkan
parasimpatisnya meingkatkan proses pencernaan. Selain saraf ada juga hormon yang
dihasilkan kelenjar endokrin dan eksorin yang memiliki efek inhibisi dan eksitasi. Yang
menyekresi hormon dan enzim ini ada kelenjra endokrin untuk hormon dan kelenjar eksokrin
untuk enzim

Ketika ada stimulasi oleh reseptor untuk refleks saat itu juga mengaktifkan atau
menghambat kelenjar yang mengeluarkan cairan pencernaan ke dalam lumen atau darah,
sehingga nantinya akan meregangkan otot polos dan akan memindahkan makanan ke saluran
berikutnya.

Persarafan parasimpatis dipersarafi dari divisi kranial yang bercabang dari nervus
vagus sementara persarafan simpatis di persarafi oleh serat aferen dari nervys vagus ganglia
prevertebrata yang mengalir ke medulla spinalis

Proses menelan terdapat proses mengunyah juga dimana proses ini merupakan
kompleks dalam mulut,karena melibatkan otot otot didalam mulut antara gigi,lidah. Fungsi
ekstrinsik tadi berfungsi menghubungkan pergerakan oleh parasimpatis dan simpatis di mulut
sampai saluran cerna bawah. Ketika sedang mengunyah, pusat nya akan menghambat
pernafasan sehingga ketika menelan tidak ada proses pernafasan atau saluran nafas nya akan
tertutup dan makanan tidak akan masuk ke saluran nafas atau bisa menyebkan tersedak.

Makanan mulai masuk mulut dikunyah lalu diteruskan ke esophagus, di mulut itu
dibagi menjadi bagian kecil dibantu oleh enzim amilase dan lipase. Di esophagus ada proses
peristaltic esophagus yang meneruskan dari mulut ke lambung. Di lambung mengalami
proses proses pencernaan dan diteruskan ke duodenum, lalu ke rectum kemudian ke anus
untuk defekasi.
Ada juga short reflex itu berasal dari perubahan, stimulusnya dari saluran cerna, kalo
dari eksternal akan mengakibatkan long reflex. Fungsi sekresi saliva Kelenjar saliva utama
adalah kelenjar parotis, kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis.

Mengandung sekresi serosa yang mengandung pitalin yang merupakan enzim untuk
mencerna karbohidrat dan sekresi mucus mengandung musin untuk pelumasan dan
perlindungan permukaan. Ph saliva antara 6,0 dan 7,0. Ada juga stimulasi tingkat rendah oleh
saraf parasimpatis yang memicu sekresi basal saliva tanpa adanya rangsangan terkait
makanan. Sekresi basal ini untuk menjaga mucus dan tenggorokan agar selalu basah. Juga
ada reflex saliva sederhana, yang terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekan di dalam
rongga mulut berespon terhadap keberadaan makanan. Pusat saliva untuk menirim impuls
melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi kelenjar saliva
ini. Lalu ada reflex saliva terkondisi, dimana saliva itu akan terjadi tanpa stimulasi oral.
Hanya berpikir, melihat, mencium atau mendengar. Pembuatan makanan yang lezat dapat
memicu saliva melalui reflex ini. Contoh: saat kita menunggu makanan yang lezat kesukaan
kita, tanpa sadar saliva menetes.

Lambung dilapisi oleh lipatan lipatan karena fungsi lambung itu sendiri sangat
kompleks sehingga menyebabkan otot elastis disaat makanan banyak, otot itu mengalami
pelebaran sehingga mempengaruhi kenyang lapar seseorang. Didalam lambung juga terdapat
katup yang berperan untun pengosongan lambung, agar tidak terjadi refluk atau terjadi arus
balik.

Fungsi motorik lambung ini ada penyimpanan yang terdapat refleks penyesuaian
untuk menghambat stimulasi medulla oblongata memaksimalkan fungsi pencernaan. Lalu ada
pencampuran dipengaruhi oleh gerakan gerakan peristaltik untuk mencampur dilambung
hingga proses di lambung itu lama. Yang terakhir ada pengosongan oleh gerakan peristaltik
akan didorong oleh pompa pilprus memasukan makanan ke duodenum, pengosongan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari saraf perlindungan asam dari duodenum. Jadi intinya
fungsi lambung ini terjadi tiga tahap yaitu penyimpanan, pencampuran dan pengosongan.

Adanya peregangan atau isyarat lambung ini disebabkan oleh saraf akibat makanan
sehingga mengeluarkan hormon gastrin dari pilorus relaksasi dan pompa pilorus nya
meningkat. Sedangkan di isyarat duodenum terdapat reflek enterogastrik menghambat pompa
pilorus.
Refleks enterogastrik lainnya ada duodenum yang iritasi karena peningkatan asam
lambung atau karena bakteri maka pompa pilorusnya akan terhambat. Osmolaritas kimus juga
sangat berpengaruh dan pemecahan dai protein dan lemak dalam kimus juga mempengaruhi
cepat atau lambatnya pompa pilorus itu sendiri.

Gerakan saluran cerna untuk gerakan mencampur disebabkan oleh banyak otot polos
sehingga terjadi pencampuran dan pendorongan oleh gerakan kimus. Pergerakan usus terjadi
kontraksi pencampur dan segmentasi dikarenakan oleh regangan kimus yang terjadi 11-12
x/m lalu diduodenum menurun menjadi 7x/menit. Umpan balik hormonal dari duodenum
yang menghambat pengosongan lambung terdiri dari hormon kolekisitokinin atau CCK,
sekretin, peptida intestinal.

Pergerakan kimus rata rata adalah 1 cm/detik sehingga pada proses makan terjadi 3-5
jam kimus dari pilorus akan sampai valva ileosaekalis, kemudian kimus di duodenum dan
refleks gastroenterik yang berfungsi untuk meningkatkan peristaltik usus halus dan sekresi.
Selain dari refleks refleks diatas ada juga refleks gastroiliaca untuk makanan yang
sebelumnya kita makan lalu kita makan lagi maka reflek gastro iliaca ini akan mempercepat
pengosongan lambung. Hormon yang ada di gastrin juga mempengaruhi pengosongan
lambung sehingga menyebabkan spincer ileosekal relaksasi. Kimus yang masuk ke sekum
hanya 800 ml/ hari dengan tujuan membantu proses absorpsi agar lebih terkontrol menjadi
optimal. Ketika sekumnya penuh bisa terjadi perangsangan parasimpati sehingga peregangan
isi sekum mengakibatkan kontraksi spncher ileosakel dan pengosongan ileum dihambat.

Kolon berfungsi untuk mengabsorpsi air dan elektrolit dari kimus dan menyimpan
feses sampai bisa dikeluarkan. Pergerakan kolon ini lebih lambat dari saluran cerna lainnya
hal ini disebabkan karena gerakan pencampur dan pendorong dipengaruhioleh faktor
penyerapan air yang sedikit. Gerakan di kolon dinamakan haustrasi disebabkan oleh
penonjolan keluar bagian usus besar dihasilkan dari kontraksi otot sirkulasi dan longitudinal
dan mencapai intensitas puncak setelah 30 detik.

Ada juga gerakan mendorong yang menghasilkan rasa ingin defakasi. Pergerakan
mendorong ini disebabkan peregangan kolon, atau iritasi kolon. Per 20 cm akan terjadi
kontraksi yang kemudian akan menghasilkan gerakan mendorong. Kontraksi ini biasa terjadi
2-3 menit. Refleks disini dinamakan refleks gastroiliaca dan duodenumolica yang
merangsang moss movemant terhadap defakasi.
Defekasi terdapat proses involunter dan volunter dihasilkan oleh stimulasi peregangan
yang sudah sampai ke rektum. Yang nantinya akan menstimulasi aferen mempengaruhi ke
otot otot spincter anal interna menjadi relaksasi tetapi masih bisa ditahan dan dipengaruhi
oleh kesadaran atau cerebral korteks. Dan itulah semua materi dokter Shofa yang saya
rangkum untuk materi essay pada minggu kedua ini.
Referensi

1. RGerard.j.Tortora. Dasar Anatomi dan Fisiologi EGC: penerbit buku kedokteran. Edisi
13;2016.

2. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray Dasar-dasar Anatomi. Edisi 2 Canada:
Elsevier ;2018

3. Hall EJ Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 12. Elsevier.
Singapura;2016.

4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 9. Jakarta. EGC: 2019.

5. Hall EJ Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 13. Elsevier.
Singapura;2019.

Anda mungkin juga menyukai