Fungsi utama dari system gastrointestinal adalah asimilasi nutrisi dan sekresi zat sisa melalui biliary
system.
Secara fisiologis, system gastrointestinal dapat ditinjau dari 4 segi, yaitu motilitas, sekresi, digesti, dan
absorpsi. Koordinasi dari berbagai organ dalam system gastrointestinal dan keadaan fisiologis
diperantarai oleh Enteric Nervous System (ENS) yang merupakan jaringan saraf pada dinding
gastrointestinal dan beberapa hormone. Namun proses fisiologis yang diatur hanyalah motilitas dan
sekresi, sedangkan digesti dan absorpsi merupakan proses kimiawi.
Gastrointestinal tone= proses intrinsic dari sistem motilitas dan sekresi yang mana prosesnya
melibatkan input dari hormone dan saraf.
ENS merupakan bagian dari saraf autonomic dan dapat bekerja sendiri ibarat memiliki minibrain. ENS
terdiri dari 2 plexus, yaitu:
1. Myenteric plexus (Auerbach plexus)= terdapat di antara lapisan otot dan berfungsi dalam
motilitas.
2. Submucosal plexus (Meissner plexus)= terdapat di bawah submucosa dan berfungsi dalam
sekresi dan absorpsi.
Rangsangan dari saraf parasimpatetik (nausea, satiety) berfungsi merangsang motilitas dan sekresi dari
sistem gastrointestinal, sedangkan rangsangan saraf simpatetik (pain) bersifat inhibisi.
Hormon yang dihasilkan oleh system gastrointestinal akan masuk ke dalam kapiler dan harus melewati
portal venous system dan liver terlebih dahulu sebelum kembali ke gastrointestinal system.
Saliva yang dihasilkan sekitar 1,5 l per hari yang komposisinya terdiri dari: 70% submandibular, 25%
parotid, 5% sublingual.
Fungsi dari saliva adalah lubrikasi, proteksi dari bakteri, dan digestif (alpha amilase, lingual lipase).
Saliva bersifat hipotonik karena pada duktusnya terjadi penyerapan Na+ tanpa diikuti penyerapan air.
Saliva diintegrasi oleh salivary nuclei di pons dan diatur oleh saraf parasimpatetik. Saliva dapat
distimulasikan oleh pikiran, bau, ataupun rasa, sedangkan tidur, dehidrasi, fatigue, dan ketakutan akan
menginhibisinya.
Oesophagus sendiri terdiri dari 3 bagian, yaitu 1/3 atas (otot skelet), 1/3 tengah (otot campuran), dan
1/3 bawah (otot polos). Oesophagus juga memiliki sphincter.
Stomach
Lambung merupakan control point yang penting dalam system gastrointestinal karena mempunyai
fungsi mengatur masuknya hasil pencernaan ke saluran berikutnya secara teratur dan dalam bentuk
yang dapat dicerna lebih lanjut.
Fungsi motilitas dari lambung adalah sebagai reservoir dari makanan dan mixing&grinding dari
makanan.
Fungsi eksokrin dari lambung:
H2O= untuk melarutkan makanan hasil percernaan.
HCl= mendenaturasi protein dan membunuh mikroorganisme.
Pepsin dan lipase= mencerna protein dan lemak.
Intrinsic factor= Vitamin B12.
Barrier mucus bikabornat= melindungi dinding lambung dari HCl yang korosif.
Gastrin dan somatostatin diproduksi di antrum untuk meregulasi sekresi dari asam lambung.
Ghrelin diproduksi di badan lambung dan berperan dalam meregulasi rasa lapar dan kenyang.
Mekanisme sekresi HCl= H+ dan HCO3- dihasilkan oleh carbonic anhydrase dan H+ akan ditranspor
melewati membrane sedangkan HCO3 melewati membrane basolateral dan menyebabkan gastric
venous blood alkali.
Mekanisme stimulasi sekresi HCl= diregulasi oleh saraf vagus dan ENS yang mana pada saat ada
regangan akan menstimulasi oxyntic (parietal) cells untuk menghasilkan HCl dan juga menstimulasi G
cells di antral untuk memproduksi gastrin. Selain itu juga menstimulasi ECL (enterochromaffin-like) cells
untuk mensekresi histamin yang akan menstimulasi sekresi HCl.
Intestinum Tenue
Terdiri dari transverse fold mucosa (plica circularis), vili, dan microvilli.
Ada dua jenis kontraksi di usus halus, yaitu segmental dan peristaltis. Kontraksi berikut terjadi secara
overlap. Peristaltis diatur oleh otot sirkuler sedangkan segmental oleh otot longitudinal. Semakin jauh di
bagian usus, rate segmental akan semakin menurun.
Fungsi dari gerakan segmental adalah untuk mixing dari isi lumen.
Pada gerakan peristalsis akan terjadi proses receptive relaxation of the circular muscle di mana apabila
satu sisi mengalami kontraksi maka sisi lain akan relaksasi agar produk dapat diteruskan.
Gerakan dari usus dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis, yaitu:
Setiap harinya, sekitar 7-10 l cairan masuk ke jejunum. Cairan tersebut terdiri dari masing-masing 2 l
dietary water, saliva, gastric juice, pancreatic juice, sekresi usus, dan 0,5l dari garam empedu. Usus halus
menyerap sekitar 6-8l cairan melalui isosmotic transport (maks 12 l).
Usus halus juga mensekresikan cairan yang berperan dalam lubrikasi, Na untuk coupling, dan antibody
(IgA).
Proses pencernaan kimiawi dari makanan oleh enzim terjadi di tiga daerah yang berbeda, yaitu:
1. Lumenal digestion= dimediasi oleh enzim dari kelenjar ludah, lambung, dan pancreas.
2. Membran digestion= terjadi pada brush-border membrane dari enterosit.
3. Intracellular digestion= dimediasi oleh enzim sitoplasma di dalam enterosit.
Garam empedu dan vitamin B12 hanya diserap di bagian distal usus halus.
Hasil pencernaan karbohidrat dan protein akan masuk ke pembuluh darah, sedangkan hasil lipid masuk
ke lymph.
Intestinum crasum
Fungsi utama dari usus besar adalah absorpsi cairan terakhir dan sebagai tempat penyimpanan feses.
Segmentasi dan peristalsis dari usus besar memfasilitasi penyerapan cairan dan elektrolit serta
pembuangan feses.
Berbeda dengan usus halus, semakin ke daerah distal, rate kontraksi segemental dari usus besar
semakin meningkat.
Peristaltic contraction
Pada proses reabsorpsi Na+ di usus besar terjadi perbedaan mekanisme antara colon kiri dan kanan.
Pada bagian kanan (proximal), penyerapan Na+ melibatkan proses coupling atau pertukaran antara
Na+/H+ seperti halnya di ileum.
Pada bagian kiri (distal), penyerapan Na+ melibatkan Na+ channel dan sekresi K+ terjadi pada waktu
yang bersamaan melalui K+ channel.