SKENARIO 4
“ BADAN KUNING ’’
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 4
BADAN KUNING
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan badan yang menjadi
kuning. Keluhan disertai dengan mata yang menjadi kekuningan dan buang air
kecil yang berwarna seperti teh. Pada pemeriksaan fisik, tampak sklera ikterik +/+
dan hepar membesar. Dokter mengusulkan untuk dilakukannya pemeriksaan
bilirubin direct dan indirect untuk mengetahui kelainan struktur dan fungsi hepar.
STEP 1
STEP 2
STEP 3
Hepatis dextra terdapat fossa sagitalis sinistra, dextra, dan porta hepatis.
Fossa sagitalis sinistra terdiri dari fossa ductus venosi dan fossa venae
umbilicalis. Sagitalis dextra terdiri dari fossa vesica fellea dan fossa vena
cava
STEP 4
1. Fungsi hepar :
- memproses ketiga kategori utama nutrien (karbohidrat, protein, lemak)
setelah diserap di saluran cerna.
- mendetoksifikasi/mengurai zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan
senyawa asing lain.
- Membentuk protein plasma, termasuk protein yang dibutuhkan untuk
pembentukan darah dan yang mengangkut hormon steroid dan tiroid serta
kolesterol.
- menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan vitamin.
- mengaktifkan vitamin D
- mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya sel kupper.
- mengeksresikan kolesterol dan bilirubbin.
Struktur Hati
1.Vena hepatica
2.Lobus kiri
3.Jaringan ikat
4.Saluran hepatica
5.Kantung empedu
Dalam hepar juga terdapat ligamenta yang terdiri dari ligamenta falciforme
hepatis,ligamenta coronarium hepatis,ligamenta teres hepatis,ligamenta
hepatorenale.
Pembuluh limfe hati : hati menghasilkan cairan limfe sekitar 1/3-1/2 cairan
limfe. Pembuluh limfe meninggalkan hati masuk kedalam kelenjar limfe
Persarafan hati: persarafan hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis
yang melewati koliakus
hepar
STEP 5
REFLEKSI MANDIRI
STEP 7
Hati adalah kelenjar terbesar, dan beratnya 1500 g. Hati terletak di rongga
abdomen, di kuadran kanan atas, tepat di bawah diafragma. Hati terdiri atas empat
lobus: lobus kanan, kiri, kuadratus dan kaudatus, tetapi lobus kanan dan kirilah
yang menyusun sebagian besar hati.
Serupa dengan pankreas, hati mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin; akan
tetapi hati berbeda dari pankreas, karena sel yang sama, yaitu hepatosit yang
melakukan fungsi eksokrin dan endokrin. Fungsi eksokrin memproduksi empedu.
Selain itu, hepatosit juga mengubah bahan toksik menjadi nontoksik yang
disekresikan ke dalam empedu.
Gambar Makrofag electron hati, terdapat sel pelapis hati, sel ito, sel kupffer
Duktus Hepatikus
Kanalikuli biliaris saling beranastomosis, membentuk terowongan labirin
di antara hepatosit. Saat kanalikuli biliaris mencapai daerahperifer lobulus klasik,
kanalikuli tersebut saling menyatu membentuk kolangiol, yaitu tubulus pendek
yang tersusun oleh gabungan hepatosit dan sel kuboid rendah, dan terkadang sel
oval. Empedu dari kolangiol menuju kanal Hering, yaitu cabang halus duktus
biliaris interlobular, yang menyebar (radiate) sejajar dengan arterial dan venula
inlet. Duktus biliaris interlobular saling menyatu dan menjadi lebih lebar, dan
akhirnya saling menyatu dan membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri.
Sistem saluran empedu ekstra hepatik akan dijelaskan kemudian. Kebanyakan sel
kanal Hering adalah sel kuboid rendah, dan diantara tersebar beberapa sel ovoid
yang mampu berproliferasi. progeni sel ovaltersebut dapat menjadi sel kuboid
pada sistem ductus biliaris maupun menjadi hepatosit.
Sel epitel kuboid yang melapisi kolangiol, kanal Hering, dan duktus
biliaris interlobular mensekresi cairan kaya bikarbonat yang serupa dengan yang
dihasilkan oleh sistem ductus pankreas. Pembentukan dan penglepasan bufer
alkalis tersebut dikontrol oleh hormon sekretin yang dihasilkan oleh sel DNES di
duodenum. Cairan tersebut bersama dengan cairan dari pankreas menetralkan
adonan (chyme) asam yang masuk ke duodenum.
Hepatosit
Hepatosit adalah sel poligonal bersisi 5-12, diameternya sekitar 20-30 µm,
dan tersusun rapat membentuk lempeng yang saling beranastomosis, dengan
ketebalan satu sel. Hepatosit menunjukkan penampilan struktural, dan sifat
histokimia dan biokimia yang beragam tergatung lokasinya di lobulus hati.
Gambar Hepatosit
RANAH SINUSOIDAL
Ranah sinusoidal membentuk mikrovili yang menjulur ke dalam ruang
perisinusoidal (celah Disse). Ranah sinusoidal membran plasma hepatosit juga
mempunyai mikrovili yang menjulur ke dalam celah Disse. Diperkirakan bahwa
mikrovili meningkatkan luas permukaan ranah sinusoidal sebanyak 6 kali,
sehingga memudahkan pertukaran bahan antara hepatosit dan plasma dalam ruang
perisinusoidal. Membran plasma di sini kaya akan reseptor manosa-6-fosfat, Na+,
K+-ATPase, dan adenilat siklase, karena di sinilah sekresi endokrin hepatosit
dikeluarkan ke dalam darah sinusoid, dan bahan dalam darah diangkut ke dalam
sitoplasma hepatosit.
Walaupun hepatosit hanya mencakup 60% jumlah total sel, tetapi
membentuk sekitar 75% bobot hati. Sel ini membuat empedu primer, yang akan
dimodifikasi oleh sel epitel pelapis duktus biliaris dan kandung empedu sehingga
menjadi empedu. Sekitar 75% hepatosit mempunyai satu inti, dan sisanya
mempunyai dua inti. Ukuran intinya beragam, yaitu: inti terkecil (sekitar 50%
inti) adalah inti diploid, yang lebih besar adalah inti poliploid, sedangkan inti
terbesar dapat mencapai 64N. Hepatosit aktif mensintesis protein untuk digunakan
sendiri dan juga diekspor. Jadi, hepatosit mempunyai banyak ribosom bebas,
RER, dan aparat Golgi.
Setiap sel mempunyai beberapa perangkat aparat Golgi, yang umumnya
terletak di dekat kanalikuli biliaris. Karena hepatosit membutuhkan banyak enerji,
tiap sel mengandung 2.000 mitokondria. Sel dekat vena sentralis (asinushati zona
3) mempunyai mitokondria hampir dua kali lebih banyak, tetapi jauh lebih kecil,
ketimbang mitokondria pada hepatosit di daerah periportal (asinus hati zona 1).
Hepatosit juga kaya endosom, lisosom, dan peroksisom. Retikulum endoplasma
halus (SER) pada hepatosit beragam tidak saja dalam lokasinya, tetapi juga dalam
fungsinya. Sel di asinus hati zona 3 jauh lebih kaya SER ketimbang sel di daerah
periportal. Selain itu, obat tertentu dan toksin yang ada dalam Hepatosit
mengandung beragam badan inklusi dengan jumlah bervariasi, dalam bentuk tetes
lemak dan glikogen.
Tetes lemak utama adalah very-lowdensity-lipoproteins (VLDLs) dan
terutama tampak mencolok sesudah makan makanan berlemak. Deposit glikogen
tampak sebagai kumpulan granula kedap-elektron dengan ukuran 20 sampai 30
nm, yang disebut partikel β di dekat SER. Distribusi glikogen beragam,
tergantung lokasi hepatosit. Sel hati di dekat daerah portal (asinus hati zona 1)
menampil-kan gumpalan besar partikel β yang dikelilingi SER, sedangkan
hepatosit perisentral (asinus hati zona 3) menampilkan deposit glikogen difus
(lihat Gambar 18-17). Jumlah partikel ini beragam tergantung statusdiet individu.
Jumlahnya banyak sesudah makan, dan menurun sesudah puasa.
Hati merupakan sekumpulan besar sel, yang bereaksi secara kimiawi dengan
laju metabolisme yang tinggi, saling memberikan substrat dan energi dari satu
sistem metabolisme ke sistem metabolisme yang lain, mengolah dan menyintesis
berbagai zat yang diangkut ke daerah tubuhlain, dan menyelenggarakan sejumlah
sangat besar fungsi metabolisme lain. Oleh karena alasan ini, bagian terbesar
disiplin ilmu biokimia menulis mengenai reaksi metabolisme dalam hati. Tetapi di
sini, dirangkumkan fungsi-fungsi metabolisme yang terutama penting dalam
memahami fisiologi tubuh yang terintegrasi.
a. Metabolisme Karbohidrat
Dalam metabolisme karbohidrat, hati melakukan fungsi berikut ini:
1. Menyimpan glikogen dalam jumlah besar
2. Konversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa
3. Glukoneogenesis
4. Pembentukan banyak senyawa kimia dari produk antara
metabolisme karbohidrat
Hati terutama penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah
normal. Penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa
dari darah, menyimpan, dan kemudian mengembalikannya kembali ke darah bila
konsentrasi glukosa darah mulai turun terlalu rendah. Fungsi ini disebut fungsi
penyangga glukosahati. Pada orang dengan fungsi hati yang buruk, konsentrasi
glukosa darah setelah memakan makanan tinggi karbohidrat dapat meningkat dua
atau tiga kali lebih tinggi dibandingkan pada orang dengan fungsi hati yang
normal. Glukoneogenesis dalam hati juga penting untuk mempertahankan
konsentrasi normal glukosa darah, karena glukoneogenesis hanya terjadi secara
bermakna apabila konsentrasi glukosa darah mulai menurun di bawah normal.
Selanjutnya sejumlah besar asam amino dan gliserol dari trigliserida diubah
menjadi glukosa, dengan demikian membantu mempertahankan konsentrasi
glukosa darah yang relatif normal.
b. Metabolisme Lemak
Walaupun sebagian besar sel tubuh memetabolisme lemak, aspek tertentu
dari metabolisme lemak terutama terjadi di hati. mengenai lipid adalah sebagai
berikut.
1. Oksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
lain
2. Sintesis kolesterol, fosfolipid, dan sebagian besar lipoprotein
3. Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat
Untuk memperoleh energi dari lemak netral, lemak mula-muladipecah
menjadi gliserol dan asam lemak; kemudian asam lemak dipecah oleh oksidasi
beta menjadi radikal asetil berkarbon 2 yang membentuk asetil-koenzim A (asetil-
KoA). Asetil-KoA dapat memasuki siklus asam sitrat dan dioksidasi untuk
membebaskan sejumlah energi yang sangat besar. Oksidasi beta dapat terjadi di
semua sel tubuh, namun terutama terjadi dengan cepat dalam sel hati. Hati tidak
dapat menggunakan semua asetil-KoA yang dibentuk sebaliknya, asetil-KoA
diubah melalui kondensasi dua molekul asetil-KoA menjadi asam asetoasetat,
yaitu asam dengan kelarutan tinggi yang lewat dari sel hati masuk ke cairan
ekstraselular.
Kemudian ditranspor ke seluruh tubuh untuk diabsorbsi oleh jaringan lain.
Jaringan ini kemudian mengubah kembali asam asetoasetat menjadi asetil-KoA
dan kemudian mengoksidasinya dengan cara biasa. Jadi, hati berperan pada
sebagian besar metabolisme lemak. -kira 80 persen kolesterol yang disintesis di
dalam hati diubah menjadi garam empedu, yang kemudian disekresi kembali ke
dalam empedu; sisanya diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke
semua sel jaringan tubuh. Fosfolipid juga disintesis di hati dan terutama ditranspor
dalam lipoprotein. Keduanya, fosfolipid dan kolesterol, digunakan oleh sel untuk
membentuk membran, struktur intrasel, dan bermacam-macam zat kimia yang
penting untuk fungsi sel. Hampir semua sintesis lemak dalam tubuh dari
karbohidrat dan protein juga terjadi di hati. Setelah lemak disintesis di hati, lemak
ditranspor dalam lipoprotein ke jaringan lemak untuk disimpan.
c. Metabolisme Protein
Fungsi hati yang paling penting dalam metabolisme protein, adalah sebagai
berikut.
i. Deaminasi asam amino
Deaminasi asam amino dibutuhkan sebelum asam amino dapat digunakan
untuk energi atau diubah menjadi karbohidrat atau lemak. Sejumlah kecil
deaminasi dapat terjadi di jaringan tubuh lain, terutama di ginjal, tetapi hal ini
tidak penting dibandingkan deaminasi asam amino dalam hati.
Mekanisme detoksifikasi
Skema
1. Ikatan kovalen metabolit xenobiotik dengan makromolekul seperti DNA,
RNA, dan protein dapat menyebabkan cedera sel (sitotoksisitas) yang bisa
cukup parah sehingga menyebabkan kematian sel. Contohnya, sebagai
respons terhadap kerusakan DNA, mekanisme perbaikan DNA sel
diaktifkan. Bagian dari respon ini adalah pemindahan unit-unit ADC-
ribosa ke protein pengikat DNA, yang dikatalisis oleh poli (ADP-ribosa
polimerase). Sumber ADP-ribosa adalah NAD dan sebagai respons
terhadap kerusakan berat DNA, terjadi pengurusan NAD yang besar.
Selanjutnya, mekanisme ini menyebabkan gangguan pada pembentukan
ATP dan kematian sel.
2. Metabolit reaktif xenobiotik dapat berikatan dengan protein, berfungsi
sebagai hapten dan mengubah antigenisitasnya. Jika sendiri, metabolit ini
tidak akan merangsang produksi antibodi, tetapi akan merangsang saat
berikatan dengan protein. Antibodi yang terbentuk bereaksi bukan hanya
dengan protein yang telah mengalami modifikasi, tetapi juga dengan
protein yang belum dimodifikasi sehingga dapat meniru penyakit
autoimun.
3. Reaksi spesies aktif karsinogen kimia dengan DNA diduga sangat penting
dalam proses karsinogenesis kimiawi. Beberapa bahan kimia memerlukan
aktivasi oleh sitokrom P450 dalam retikulum endoplasma agar menjadi
karsinogenik (sehingga disebut karsinogenik tak langsung). Oleh sebab itu,
Aktivitas enzim-enzim pemetabolisme xenobiotik yang ada di retikulum
endoplasma membantu menentukan apakah senyawa-senyawa ini akan
menjadi karsinogenik atau “didetoksifikasi”.