SKENARIO 5
“KENCING NANAH”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
STEP 1
1. Disuria= rasa tidak nyaman, nyeri, rasa terbakar saat BAK
2. Polakisuria= anyang-anyangan, sebuah kondisi kandung kemih hanya bisa
menampung <500ml urin
3. Status venereologi= pemeriksaan yang dilakukan untuk untuk memeriksan
kelainan pada kelamin
4. Ereksi= jaringan ereksi penis yang terisi dengan darah sehingga membuat
gland penis tegang
5. Discharge= keluarnya secret kental yang mengandung lendir dan nanah
STEP 2
1. Mengapa pasien mengalami keluhan keluar kencing nanah disertai gatal
pada kemaluan, dysuria, polakisuria, dan nyeri saat ereksi?
2. Bagaimana hubungan sering berganti pasangan dengan keluhan yang
dialami pasien?
3. Bagaimana interpretasi Status venereologi pada orifisium uretra eksternus,
tampak eritema dan discharge mukopurulen?
4. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus diatas?
5. Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan duh dan laboratorium darah
pada pasien?
6. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada pasien?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengalami keluhan keluar kencing nanah disertai gatal
pada kemaluan, dysuria, polakisuria, dan nyeri saat ereksi?
Keluhan pada pasien disebabkan Karena IMS, yang punya riwayat
berganti-ganti pasangan.
sexual transmitted
disease
STEP 5
1. Pendekatan klinis pada keluhan penyakit menular seksual (penyakit yang
mungkin termasuk etiologi dan patofisiologi) contohnya limfogranuloma
venereum, condyloma acuminate, ulkus mole dan lain-lain
2. Algoritma diagnosis IMS (3 tanda cardinal sexual transmitted disease)
3. Gejala dan tanda klinis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
dalam menegakkan diagnosis penyakit menular seksual
4. Penatalaksaan farmakologi dan non farmakologi termasu pengendalian
faktor resiko dari STD
REFLEKSI DIRI
Setelah saya mengikuti pbl sk 5 pertemuan pertama ini Alhamdullilah saya
jadi mengetahui penyakit IMS semoga nanti dipertemuan kedua saya lebih
memahaminya dan lebih aktif lagi serta mendapatkan nilai yang memuaskan di
semester 4 aamiin ya Allah sebentar lagi UAB terus osce bismillah
STEP 6
Patomekanisme
Patogenitas Kondiloma Akuminata Infeksi HPV genital pada
umumnya mengenai mukosa yang lembab dan berdekatan dengan
epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat
berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV
untuk menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma
berulang dapat meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus
Prognosis
Prognosi baik walaupun terkadang dapat residif
Patofiologi
Inkubasi rata-rata moluskum kontagiosum adalah 2-7
minggu, dengan kisaran ekstrim sampai 6 bulan. Infeksi dan infestasi
MCV menyebabkan hyperplasia dan hipertrofi epidermis. Inti virus
bebas dapat ditemukan pada epidermis. Jadi terbentuknya MCV
berlokasi di lapisan sel granular dan malphigi. Badan moluskum
banyak mengandung virion MCV matur yang banyak mengandung
struktur collagen-lipid-rich saclike intraseluler yang diduga berperan
penting dalam mencegah reaksi sistem imun host untuk mengenalinya.
Ruptur dan pecahnya sel yang mengandung virus terjadi pada bagian
tengah lesi. MCV menimbulkan tumor jinak selain juga menyebabkan
lesi pox nekrotik.
Penegakan Diagnosis
Predileksinya di area wajah, leher, ketiak, badan dan ekstremitas
(lesi jarang ditemukan pada telapak tangan dan kaki)
Pada orang dewasa sering itemukan pada area genitalia eksterna
dan pubis
Bentuk lesi yaitu papil bulat sperti kubah, berukuran miliar
hingga lenticular, putih berkilat, ditengahnya terdapat delle (jika
dipijat akat keluar massa putih seperti nasi
Tatalaksana
a) Terapi medikamentosa
Topikal
Krim imuquimod 5% dioleskan 3x perminggu selama 1-3
bulan.
Pengeluaran massa yang mengandung badan moluskum
dengan ekstraktor komedo, jarum suntuk atau kuret
Bedah beku
b) Terapi nonmedikamentosa
Edukasi untuk mencegah autoinokulasi dan tranmisi
melalui hubungan seksual (bagi yang beresiko).
Patomekanisme
Vaginosis timbul akibat ekosistem mikrobiologi vagina dari
bakteri normal (lactobacillus) sangat berkurang, padahal bakteri
tersebut dapat menghasilkan hidrogen peroksidae dan menghambat G.
Vaginalis, mobiluncus zat amin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme lain melalui kerja dekarbosilakse mikroba berperan
dalam bau amis abnormal yang timbul bila duh vagina ditetesi laritan
kalium hhidroksi 10% (biasa disebut dengan pemeriksaan whiff test
atau sniff test), penguapan amin aromati seperti kadaverin dan
trimetilamin. Diketahui bahwa trimetilamin dianggap paling
berpengaruh terhadap bau duh vagina pada vaginosis kandungan
cairan vagina banyak endotoksin, sialidase dan glikosidase yang
akan mendegredasi musin mengurangi viskositas (duh tubuh
vagina menjadi homogen dan encer).
Komplikasi
Pada wanita tidak hamil meningkatkan risiko infeksi pasca
histerektomi, penyakit radang panggul, terinfeksi
N,gonorheae dan C. trachomatis, memudahkan infeksi HIV
melalui jalur seksual.
Pada ibu hamil: dapat meningkatkan resiko persalinan
premature, Bayi dengan BB rendah, infeksi cairan amnion,
koriomnionitis, ataupun penyakit radang panggul pasca
abortus.
Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah T. vaginalis yang pertama
kali ditemukan oleh DONNE pada tahun 1836. Merupakan protozoa
berbentuk filifor-mis/ovoid, berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4
flagel, dan bergerak seperti gelombang.
Patogenesis
T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding
saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel
dan sub-epitel. Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada
perempuan parasite ini menimbulkan radang yang berat pada epirttel
skuamosa vagina dan ektoserviks, sehingga menimbulkan sekresi
yang banyak dan mukopurulen. Pada kasus lanjut terdapat bagian-
bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat
ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai di permukaan
epitel. Di dalam vagina dan utera parasite hidup dari sisa-sisa sel,
kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam secret. Patogenesis
infeksi ini pada laki-laki, masih belum jelas.
Gejalas Klinis
1. Trikomoniasis pada perempuan
Pada kasus akut terlihat secret vagina seropurulen sampai
mukopurulen berwarna kekuningan, sampai kuning-kehijauhan,
berbau tidak enak (melodor), dan berbusa . Dinding vagina tampak
kemerahan dan sembab.
Diagnosis
Selain pemeriksaan laboratorium sederhana dengan
menentukan parasite trikomonas pada sediaan basah, dapat juga
dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan Giemsa, akridin oranye,
Leishman, Gram dan Papanicolau. Teknik pengecatan dianggap sulit
karena proses fiksasi dan tahapan pewarnaan diduga dapat mengubah
morfologi kuman.
Tata Laksana
Non-Medikamentosa
Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada
pasangan tetapnya (notifikasi pasangan)
Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara
laboratoris, bila tidak memungkinkan anjurkan menggunakan
kondom
Kunjungan ulang untuk follow-up di hari ke-7
Medikamentosa
Secara sistemik (oral). Obat yang sering digunakan tergolong
derivate nitromidazol seperti :
Metronidozal : 2 x 500 mg per hari selama 7 hari, atau
dosis tunggal 2 gram atau
Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
Omidazol. : dosis tunggal 1,5 gram
Pathogenesis
Pemeriksaan penunjang
Dengan pemeriksaan mikroskopik dari duh tubuh vagina atau
apusan dari glans penis dengan sediaan basah KOH 10% atau
dengan pewarnaan Gram. Tampak elemen jamur berupa :
blastospora dan atau pseudohifa.
pH vagina < 4,5
Tatalaksana
Epidemiologi
Uretritis gonore adalah penyakit tertinggi kedua yang
paling sering dilaporkan di Amerika Serikat. Kasus UG dilaporkan
sebanyak 333,004 kasus pada tahun 2013, tingkat infeksi Neisseria
gonorrhoeae lebih tinggi dialami oleh pria dibandingkan wanita,
terkait dengan hubungan sesama jenis. Tingkat kejadian tertinggi pada
perempuan yaitu pada rentang usia 15-24 tahun dan pada pria yaitu
20-24 tahun.
Kasus UNG yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis
adalah penyakit yang paling sering dilaporkan di Amerika Serikat
yaitu sebanyak 1.401.906 infeksi Klamidia telah dilaporkan di
Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 2013.
Prevalensinya adalah 446.6 kasus per 100,000 populasi yang
merupakan peningkatan kasus dari tahun sebelumnya. Untuk kasus
yang disebabkan oleh spesies Mycoplasma dan Ureaplasma,
Patogenesis
a. Uretritis gonore
Gonore diperoleh melalui kontak seksual. Gonore juga bisa
ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak selama kelahiran
pervaginam, Manusia adalah satu-satunya host alami Neisseria
gonorrhoeae. Neisseria gonorrhoeae menginfeksi mukosa uretra,
endoserviks dan anus. Bakteri kemudian ke microvillus sel epitel
kolumnar untuk berkolonisasi dengan bantuan pili atau fimbriae.
Paling sering pada mukosa saluran urogenital. Fimbriae terdiri dari
protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke
sel-sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran luar PII 9
Oppacity protein associated (OPA) membantu bakteri mengikat
dan menyerang sel inang. Invasi juga dimediasi oleh adhesins dan
sphingomyelinase yang berkontribusi pada proses endositosis.
Gonokokkus menghasilkan imunoglobulin Protease yang
membelah rantai berat imunoglobin dan memblok respon imun
manusia, Begitu berada di dalam sel, organisme mengalami
replikasi dan dapat tumbuh di lingkungan aerobik dan anaerobik.
Setelah invasi sel, organisme bereplikasi dan berproliferasi secara
lokal, menurunkan respons peradangan. Di luar sel, bakteri rentan
terhadap perubahan suhu, sinar ultraviolet, pengeringan, dan
pergeseran lingkungan lainnya. Membran luar mengandung
Manifestasi Klinis
a. Urethritis Gonore
Pada Urethritis Gonore masa inkubasi sangat singkat, pada
pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama
dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri
sendiri, tetapi dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar
sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita biasanya
masa inkubasinya lebih dari 14 hari, namun pada 75 % kasus sulit
di tentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Diagnosis
a. Urethritis Gonore
1) Kultur (biakan)
Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua
macam media yang dapat digunakan ialah media transpor dan
media pertumbuhan.
Berikut adalah contoh media transport.
Media Stuart: hanya untuk transpor saja, sehingga perlu
ditanam kembali pada media pertumbuhan.
Media Transgrow: selektif dan nutritif untuk N.
gonorrhoeaee dan merupakan gabungan media transpor
dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam
pada media pertumbuhan. Media ini merupakan
modifikasi media Thayer-Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan proteus spp.
Contoh media pertumbuhan adalah sebagai berikut
Diagnosis Banding
a. Urethritis Gonore
1) Trichomoniasis
Trichomoniasis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Trichomonas Vaginalis dimana penyakit
ini memiliki manifestasi klinis yang hampir sama dengan
Gonore. Namun yang menjadi pembeda antara kedua penyakit
ini adalah pada Trichomoniasis manisfestasi klinisnya lebih
terlihat jelas pada mereka yang berjenis kelamin perempuan
sedangkan laki-laki terkadang bersifat asimptomatik. Duh tubuh
yang berbusa, busuk serta eritema dan edema pada servix dan
2) Bacterial Vaginosis
Bacterial Vaginosis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh Gardnerella Vaginalis. Manifestasi klinis yang
menjadi pembeda antara Bacterial Vaginosis dan Gonore adalah
Sekret yang berwarna putih atau abu-abu, pada pemeriksaan
fisis ditemukan lapisan vagina homogen yang seperti susu
menempel pada dinding vagina. Adanya Clue cell yang terlihat
pada pemeriksaan mikroskopik, whiff test positif serta PH cairan
vagina yang berada > 4.5 juga menjadi ciri khas dari penyakit
BV.
3) Herpes Simpleks
Tatalaksana
a. Non Medikamentosa
Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada
pasangan tetapnya
Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh
secara laboratoris, bila tidak memungkinkan anjurkan
penggunaan kondom
Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-
7
b. Medikamentosa
Terapi urethritis gonokokkus dan urethritis Non-
Gonokokkus dikutip dari pedoman Nasional penanganan IMS
Depkes Tahun 2016. Kuman patogen penyebab utama duh tubuh
uretra adalah Neisseria gonorrhoeae (N.gonorrhoeae) dan
Chlamydia trachomatis (C.trachomatis). Bila ada fasilitas
laboratorium yang memadai, kedua kuman penyebab tersebut dapat
dibedakan, dan selanjutnya pengobatan secara lebih spesifik dapat
dilakukan. Etiologi urethritis non-gonokokus terutama disebabkan
oleh C.trachomatis, sehingga dalam pengobatannya ditujukan
untuk klamidiosis.
Siprofloksasin dan ofloksasin sudah menunjukkan angka
resistensi yang tinggi di beberapa kota, sehingga tidak dianjurkan
lagi.
Gejala ureteritis yang menetap (setelah pengobatan satu
periode selesai) atau rekuren (setelah dinyatakan sembuh, dan
muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa hubungan seksual),
kemungkinan disebabkan oleh resistensi obat, atau sebagai akibat
kekurang- patuhan minum obat, atau reinfeksi. Namun pada
beberapa kasus hal ini mungkin akibat infeksi oleh Trichomonas
vaginalis (Tv). Sebagai protozoa diperkirakan bahwa Tv memakan
kuman gonokok tersebut (fagositosis), sehingga kuman gonokok
tersebut terhindar dari pengaruh pengobatan. Setelah Tv mati maka
Pencegahan
Praktek pencegahan penyakit menular seksual, antara lain:
pencegahan primer, sekunder dan tertier.
a. Pencegahan primer, meliputi:
1) Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi.
Komplikasi
a. Penyakit Radang Panggul
Secara umum penyakit radang panggul adalah komplikasi
yang paling ditakutkan dari komplikasi urethritis, karena
merupakan penyebab utama infertilitas pada wanita.
b. Epedidimitis dan Orkhitis
Epididimitis dan orkhitis jarang terjadi pada pria yang tidak
diberikan terapi. Kondisi ini biasanya terjadi dengan penggunaan
Prognosis
Pemberian terapi yang adekuat dan cepat akan
menghasilkan penyembuhan dan pengembalian fungsi seperti semula.
Penanganan yang lambat, tertunda atau tidak sesuai dapat
mengakibatkan morbiditas signifikan atau pada kejadian yang sangat
jarang yaitu kematian.
b. Ulkus Genital
(Herpes, Sifilis, Granuloma inguinal, Cancroid, Limfe granuloma fenerum)
1) Ulkus Mole
Definisi
Ulkus mole atau sering disebut chancroid ialah penyakit
ulkus genital akut, setempat, dapat berinokulasi sendiri
(autoinoculation), disebabkan oleh Haemophilusducreyl, dengan
gejala klinis khas berupa ulkus di tempat masuk kuman dan seringkali
disertai supurasi kelenjar getah bening regional.
Etiopatogenesis
Penyebaba ulkus mole berupa hasil Gram negative, tidak
berkapsul, dan anaerob fakultatif yang disebut Haemophilusducreyl.
Gambaran Klinis
Komplikasi
Adenitis inguinal (bubo inflamatorik) paling sering terjadi,
didapatkan pada separuh kasus. Timbul beberapa hari sampai 3
minggu setelah lesi primer, biasanya unilateral. Kelenjar
membesar, nyeri, kemudian bergabung
Fimosis atau parafimosis dapat terjadi akibat terbentuknya jaringan
parut pada lesi yang mengenai preputium. Untuk penanganannya
perlu dilakukan sirkumsisi.
Fisura uretra terjadi sebagai akibat ulkus di glans penis yang
bersifat destruktif. Bila mengenai uretra dapat menimbulkan nyeri
hebat pada waktu miksi. Keadaan ini dapat diikuti oleh striktura
uretra.
Pemeriksaan Penunjang
Tes polymerase chain reactions (PCR) memberikan hasil
yang cepat, spesifik dan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan
kultur, namun mahal sehingga hanya digunakan pada riset.
Pemeriksaan langsung bahan ulkus, yang diambil dari dasar ulkus
yang bergaung, dengan pewarnaan Gram menunjukkan basil kecil
Gram-negatif yang berderet berpasangan seperti rel kereta api atau
sekumpulan ikan yang bebaris.
Tata Laksana
Pengobatan yang dianjurkan :
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari per oral, selama 3 hari atau
Eritromisin 4 x 500 mg/hari per oral, selama 7 hari atau
Azitromisin 1 gram per oral, dosis tunggal, atau
Etiologi
Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya sebagai
spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0, 15 um, terdiri atas
delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak
secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga
puluh jam.
Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita
(didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi: dini (sebelum dua tahun),
lanjut (sesudah dua tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi
menurut dua cara, secara klinis dan epidemiologik. Menurut cara
pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium: stadium I (S I), stadium II
(S II), dan stadium Ill (S 111). Secara epidemiologik menurut WHO
dibagi menjadi: 1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak
infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri
atas stadium laten lanjut dan S Ill.
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Sifilis primer (S I)
Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu. T.
Pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang telah
mengalami lesi/mikro-lesi secara langsung, Kelainan kulit
dimulai sebagai papul lentikular yang permukaannya segera
menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus
tersebut biasanya bulat, solitar, dasamya ialah jaringan granulasi
berwama merah dan bersih, di atasnya hanya tampak serum.
Dindingnya tak bergaung, kulit di sekitamya tidak menunjukkan
tanda-tanda radang akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen
dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum. Pembesaran
KGB setempat tanpa tanda radang akut.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan dengan mikroskop lapangan gelap (darkfield) dari
serum yang diambil dari ulkus
Bila negatif bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis,
mungkin kumannya terlalu sedikit. Treponema tampak berwama
putih pada latar belakang gelap
Tatalaksana
Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya
juga diobati, dan selama belum sembuh penderita dilarang
bersanggama. Pengobatan dimulai sedini mungkin, makin dini
hasilnya makin baik. Pada sifilis laten terapi bermaksud mencegah
proses lebih lanjut
3) Herpes Genitalia
Definisi
lnfeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa
pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung
baik primer maupun rekurens.
Pathogenesis
Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas
terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia
anak-anak inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya
kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang sering
menggigitjari (herpetic whit-low). Virus ini juga sebagai penyebab
herpes ensefalitis. lnfeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai
tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah
Fase laten
Fase ini berarti pada penderita tidak diemukan gejala klinis,
tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada
ganglion dorsalis.
lnfeksi rekurens
lnfeksi ini berarti VHS pad.a -ganglion dorsalis yang dalam
keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan
mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme
pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur,
hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis (gangguan
emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan
dan minuman yang merangsang. Gejala klinis yang timbul lebih
ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 'sampai
10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul
vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. lnfeksi rekurens ini
Penegakan diagnosis
Anamnesis
Masa inkubasi 2 - 10 hari, tetapi dapat sampai 3 mgg
Rasa terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum timbulnya lesi
kulit
Kadang-kadang ada gejala konstitusi (lemas, demam, dan nyeri
otot)
Vesikel berkelompok yang mudah pecah
Gejala pada lesi awal (primer) biasanya lebih berat dan lebih
lama.
Pada lesi berulang (rekurens), biasanya didahului faktor
pencetus (stress psikis, trauma, koitus, makanan pedas, alkohol,
obat-obatan, dll)
Pemeriksaan fisik
Di daerah genital ditemukan vesikel/erosi/ulkus yang
berkelompok, dan nyeri
Dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening regional
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana