Anda di halaman 1dari 63

RESUME PBL

SKENARIO 5
“KENCING NANAH”

NAMA : YARI ASYIFA MUBAROKAH


NPM : 119170191
KELOMPOK / BLOK : 10A / 4.3
TUTOR : dr. Merliana Debyanti, MMR, Sp. Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
SKENARIO 5
KENCING NANAH
Seorang laki-laki berusia 31 tahun datang ke klinik dengan keluhan keluar
kencing nanah sejak ± 1 hari yll. Keluhan disertai gatal pada sekitar kemaluan,
disuria, polakisuria, dan nyeri saat ereksi. Pasien mengaku sering berhubungan
berganti pasangan. Keluhan serupa pada pasangan tidak diketahui. Pada
pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien dalam batas normal. Status venereologi
pada orifisium uretra eksternus, tampak eritema dan discharge mukopurulen.
Namun tidak ditemukan edema maupun pembesaran pada KGB inguinal. Dokter
mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan duh dan laboratorium darah. Lalu
dokter melakukan tatalaksana dan edukasi pada pasien.

STEP 1
1. Disuria= rasa tidak nyaman, nyeri, rasa terbakar saat BAK
2. Polakisuria= anyang-anyangan, sebuah kondisi kandung kemih hanya bisa
menampung <500ml urin
3. Status venereologi= pemeriksaan yang dilakukan untuk untuk memeriksan
kelainan pada kelamin
4. Ereksi= jaringan ereksi penis yang terisi dengan darah sehingga membuat
gland penis tegang
5. Discharge= keluarnya secret kental yang mengandung lendir dan nanah

STEP 2
1. Mengapa pasien mengalami keluhan keluar kencing nanah disertai gatal
pada kemaluan, dysuria, polakisuria, dan nyeri saat ereksi?
2. Bagaimana hubungan sering berganti pasangan dengan keluhan yang
dialami pasien?
3. Bagaimana interpretasi Status venereologi pada orifisium uretra eksternus,
tampak eritema dan discharge mukopurulen?
4. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus diatas?
5. Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan duh dan laboratorium darah
pada pasien?
6. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada pasien?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengalami keluhan keluar kencing nanah disertai gatal
pada kemaluan, dysuria, polakisuria, dan nyeri saat ereksi?
 Keluhan pada pasien disebabkan Karena IMS, yang punya riwayat
berganti-ganti pasangan.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Keluhan karena infeksi bakteri yang menyerang genital (uretra
externus) menimbulkan kencing nanah. Bakterinya N. gonorrhea.
 Bakteri menempel dengan pili yang ada pada tubuh
2. Bagaimana hubungan sering berganti pasangan dengan keluhan yang
dialami pasien?
 Penyakit yang dialami pasien ada hubungannya dengan transmisi
seksual (oral, anal, genital), transmisi persalinan
 Kontak tidak langsung -> memakai handuk pasangan yang terinfeksi
 Tidak menggunakan pengaman saat berhubungan, tidak menjaga
higienitas saat berhubungan
3. Bagaimana interpretasi Status venereologi pada orifisium uretra eksternus,
tampak eritema dan discharge mukopurulen?
 Orifisium Uretra externeus tampak kemerahan disertai keluarnya
mucus dan pus/nanah
 Khas pada infeksi N. gonorrhea
4. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus diatas?
 Keluhan keluar duh, tinjau faktor resiko (berhubungan seks),
pemeriksaan fisik (urut uretra), pemeriksaan penunjang (pewarnaan
gram)
5. Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan duh dan laboratorium darah
pada pasien?
 Pemeriksaan duh ->Untuk mengetahui infeksi GO atau non-GO yang
mempengaruhi tatalaksana pasien
 Lab darah-> leukositosis
6. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada pasien?
 Tatalaksana
o Gonore
o Non-gonore (chlamydia)
o Diberikan gonore dan non-GO
 Edukasi
o ABCD( abstinence, be faithful, condom, no Drugs)
STEP 4
1. Mengapa pasien mengalami keluhan keluar kencing nanah disertai gatal
pada kemaluan, dysuria, polakisuria, dan nyeri saat ereksi?
 Keluhan pada pasien disebabkan Karena IMS, yang punya riwayat
berganti-ganti pasangan.
 Keluhan karena infeksi bakteri yang menyerang genital (uretra
externus) menimbulkan kencing nanah. Bakterinya N. gonorrhea.
 Bakteri menempel dengan pili yang ada pada tubuh

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Tinjau cara berhubungan seksual pasien dengan keluhan yang dialami
pasien. Gonore bisa menyebabkan kerusakan pada tubuh, bakterimia
primer-> bakteri menyebar ke seluruh tubuh. Bakterimia sekunder ->
bisa menyebabkan nyeri, infeksi uretra, dysuria, sehingga bisa
menularkan ke pasangan lainnya
 Jika sistem imun kuat pasien akan sembuh, tapi jika sistem imun tidak
kuat akan timbul bakterimia sekunder. Komplikasi bisa sepsis.
Peradangan pada organ reproduksi menyebabkan rasa nyeri pada
pasien. Sitokin menyebar ke hipotalamus bisa timbul demam.
 Invasi bakteri di genital menyebabkan proses peradangan yang
menimbulkan kencing nanah pada pasien

2. Bagaimana hubungan sering berganti pasangan dengan keluhan yang


dialami pasien?
 Penyakit yang dialami pasien ada hubungannya dengan transmisi
seksual (oral, anal, genital), transmisi persalinan
 Kontak tidak langsung -> memakai handuk pasangan yang terinfeksi
 Tidak menggunakan pengaman saat berhubungan, tidak menjaga
higienitas saat berhubungan
 Berganti pasangan seks merupakan faktor resiko dari penyakit
menular seksual, pada perempuan infeksi GO dan non GO 50%
asimptomatik
 Kontak langsung tranmisi seksual membuat patogen mudah sekali
masuk pada pejamu

3. Bagaimana interpretasi Status venereologi pada orifisium uretra eksternus,


tampak eritema dan discharge mukopurulen?
 Orifisium Uretra externeus tampak kemerahan disertai keluarnya
mucus dan pus/nanah
 Khas pada infeksi N. gonorrhea
 Respon inflamasi karena adanya patogen, kerusakan pada sistem saraf
perifer, patogen yang menempel di mukosa memicu datangnya sistem
imun, mediator-mediator inflamasi (seperti prostaglandin)

4. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus diatas?


 Keluhan keluar duh, tinjau faktor resiko (berhubungan seks),
pemeriksaan fisik (urut uretra), pemeriksaan penunjang (pewarnaan
gram)
 Anamnesis
o Keluhan subjektif= gatal, dysuria, polakisuria, duh tubuh
mukopurulen, nyeri

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
o Faktor resiko= pasangan seksual>1 dalam 1 bulan terakhir,
berhubungan seks dengan PSK dalam 1 bulan terakhir,
mengalami 1/lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir,
perilaku pasangan seks beresiko tinggi
o Cara melakukan hubungan seks
o Riwayat IMS dan pengobatan sebelumnya
o Alat kontrasepsi yang digunakan
o Sudah berapa lama
 Pemeriksaan fisik
o Uretra eritem, edem, duh tubuh mukopurulen
 Pemeriksaan penunjang
o Apusan/pewarnaan gram -> ditemukan diplokokus gram -,
seperti biji kopi, berwarna pink, disertai sel PMN
o Kultur-> media Thayer martin (gold standard)
o Tes definitive -> oksidase, fermentasi

5. Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan duh dan laboratorium darah


pada pasien?
 Pemeriksaan duh ->Untuk mengetahui infeksi GO atau non-GO yang
mempengaruhi tatalaksana pasien, disarankan untuk tidak berkemih
kurang lebih selama 3 jam sebelum pemeriksaan
 Lab darah-> leukositosis

6. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada pasien?


 Tatalaksana
o medikamentosa
 Gonore= cefixime 400mg SD/kanamisin 2gr IM
SD/ ceftriaxone 250mg IM SD
 Non-gonore (chlamydia)= azitromisin 1gr PO SD,
doksisiklin 2x100mg PO selama 7 hari
 Diberikan pengobatan gonore dan non-GO
o Non medikamentosa
 Lakukan tes HIV
 Kunjungan ulang di hari ke 3 dan 7
 Edukasi
o ABCD( abstinence, be faithful, condom, no Drugs)
o A -> tidak melakukan hubungan seks
o B -> setia pada pasangan
o C –> gunakan kondom sebelum IMS yang diderita sembuh
o D -> tidak menggunakan obat-obatan/drugs
o Obati pasangan seksual

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
MINDMAP

sexual transmitted
disease

etiologi dan faktor


patofisiologi penegakkan diagnosis tatalaksana
resiko

anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang farmakologi non farmakologi edukasi/pencegahan

STEP 5
1. Pendekatan klinis pada keluhan penyakit menular seksual (penyakit yang
mungkin termasuk etiologi dan patofisiologi) contohnya limfogranuloma
venereum, condyloma acuminate, ulkus mole dan lain-lain
2. Algoritma diagnosis IMS (3 tanda cardinal sexual transmitted disease)
3. Gejala dan tanda klinis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
dalam menegakkan diagnosis penyakit menular seksual
4. Penatalaksaan farmakologi dan non farmakologi termasu pengendalian
faktor resiko dari STD

REFLEKSI DIRI
Setelah saya mengikuti pbl sk 5 pertemuan pertama ini Alhamdullilah saya
jadi mengetahui penyakit IMS semoga nanti dipertemuan kedua saya lebih
memahaminya dan lebih aktif lagi serta mendapatkan nilai yang memuaskan di
semester 4 aamiin ya Allah  sebentar lagi UAB terus osce bismillah 
STEP 6

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
1. Pendekatan klinis pada keluhan penyakit menular seksual (penyakit yang
mungkin termasuk etiologi dan patofisiologi) contohnya limfogranuloma
venereum, condyloma acuminate, ulkus mole dan lain-lain
2. Algoritma diagnosis IMS (3 tanda cardinal sexual transmitted disease)
3. Gejala dan tanda klinis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
dalam menegakkan diagnosis penyakit menular seksual
4. Penatalaksaan farmakologi dan non farmakologi termasu pengendalian
faktor resiko dari STD
KETERANGAN : SASBEL DISATUKAN PER PENYAKIT, SASBEL NO 2
DIPISAH DI AKHIR
1) Condiloma Akuminata
 Definisi
Merupakan lesi berbentuk papilomatosis, dengan permukaan
verukosa, disebabkan oleh HPB tipe 6 dan 11 terutama.

 Etiologi dan Factor resiko


Penyebabnya adalah virus DNA human papilloma virus keluarga
papovirus, tidak semua bisa menyebabkan kondiloma akuminata
paling sering adalah tipe 6, dan 11 selain itu pernah ditemukan tipe 30,
42, 43, 44, 45, 51, 54. Jenis yang beresiko onkogenik tinggi yaitu tipe
16 dan 18 yang paling sering dijmpai pada kanker serviks. Factor
resikonya meliputi tertular melalui hungan seksual ataupun melalui
barang yang tercemar partikel HPV.

 Patomekanisme
Patogenitas Kondiloma Akuminata Infeksi HPV genital pada
umumnya mengenai mukosa yang lembab dan berdekatan dengan
epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat
berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV
untuk menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma
berulang dapat meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
akan memasuki sel epitel basal pejamu, melepaskan kapsul protein
dan berada bersama sel pejamu sebagai circular episome. Selanjutnya
virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan
selama itu tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan aktif
akan dimulai bila terjadi lesi pertama. Sampai sekarang belum
diketahui pemicu perubahan bentuk laten menjadi infeksius, namun
dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkungan. Sistem imun
seluler yang kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun
masih menjadi tantangan untuk menghilangkan virus dari pejamu
yang imunokompeten. HPV terlindung dari respon imun pejamu
karena virus berlokasi didalam sel.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 1.1 Patofisiologi Condiloma Akuminata.
 Manifestasi klinis dan Penegakkan diagnosis
 Bentuk klinis (Anamnesis)
 Lesi papul atau plak verukosa atau keratotik, soliter atau
multiple
 Lesi seperti kembang kol, sewarna kulit atau mukosa, ukuran
millimeter sampai beberapa sentimeter, dapat berkonfluens
menjadi suatu massa yang besar

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Lesi keratotik dengan permukaan kasar dan tebal (biasanya
pada kulit yang kering misalnya batang penis)
 Lesi berbentuk kubah dengan permukaan rata )biasanya pada
kulit yang kering), dengan warna menyerupai mukosa sampai
merah jambu atau merah kecoklatan
 Factor yang memperberat adalah pada perempuan dengan fluor
albus atau pada laku laki yang belum disirkumsisi maka akan
lebih cepat membesar dan banyak, selain itu imunitas yang
menurun (missal HIV atau mengalami transplantasi organ
tubuh), pada ibu hamil juga akan memperbanyak umlah lesi
dan akan berkurang hingga sembuh setelah selesai kehamilan.
 Kondiloma ini jarang ada keluhan namun bisa ada rasa gatal,
nyeri, bau kurang enak dan berdarah apabila terinfeksi
sekunder.
 Predileksinya pada laki laki di perineum, meatus uretram krpus,
pangkal penis. Predileksinya pada perempuan pada vulva,
introitus vagina, dan kadang porsio uteri.
 Pemeriksaan penunjang
 Dapat dilakukan tes asam asetat, hasil dikatan positi jika
memberikan gambaran acetowhite lesion yaitu warna putih pada
area mukosa atau akibat ekpresi sitokeratin pada sel suprabasal
yang terinfeksi HPV. Lesi HPV seringkali menunjukkan pola
kapilar dengan batas tegas atau biasa disebut dengan punctuated
capillary pattern.
 Tatalaksana
 Tinktura podofilin 25%  dilakuka pleh dokter dengan
diberikan selama 3-4 jam kemudian dicuci. Kulit sekitar kesi
diberi vaselin untuk mencegah iritasi. Terapi diulang setelah 3
hari dan tidak boleh untuk wanita hamil

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Asam triklorasetat konsentrasi 70-90%  dilakukan oleh dokter
dengan pemberian 1x/minggu. Harus hati hati karena bersifat
iritatif yang akan menyebabkan ulkus.
 5-fluorourasil 1-5%  dioleskan pada uretra hingga lesinya
kering
 Bedah listrik
 Bedah beku
 Bedah scalpel
 laser CO2
 interferon  dapat diberikan secara IM ataupun intralesi dan
topical (krim dengan dosis 4-6 mU secara IM 2x/mnggu selama
6 minggu atau dengan dosis 1-5mU IM selama 6 minggu.

 Prognosis
Prognosi baik walaupun terkadang dapat residif

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
2) Moluskum Kontagiosum
 Etiologi
Moluskum kontagiosum adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh virus (genus Molluscipoxvirus) yang menyebabkan
moluskum kontagiosum menjadi angoota dari family poxviridae, yang
juga terdapat anggota smallpox. Molluscum Contagiosum Virus
(MCV) merupakan virus double stranded DNA,berbentuk lonjong
dengan ukuran 230 x 330 nm. Masa inkubasi Moluskum kontagiosum
didapatkan satu sampai beberapa minggu hingga 6 bulan.

 Patofiologi
Inkubasi rata-rata moluskum kontagiosum adalah 2-7
minggu, dengan kisaran ekstrim sampai 6 bulan. Infeksi dan infestasi
MCV menyebabkan hyperplasia dan hipertrofi epidermis. Inti virus
bebas dapat ditemukan pada epidermis. Jadi terbentuknya MCV
berlokasi di lapisan sel granular dan malphigi. Badan moluskum
banyak mengandung virion MCV matur yang banyak mengandung
struktur collagen-lipid-rich saclike intraseluler yang diduga berperan
penting dalam mencegah reaksi sistem imun host untuk mengenalinya.
Ruptur dan pecahnya sel yang mengandung virus terjadi pada bagian
tengah lesi. MCV menimbulkan tumor jinak selain juga menyebabkan
lesi pox nekrotik.

 Penegakan Diagnosis
 Predileksinya di area wajah, leher, ketiak, badan dan ekstremitas
(lesi jarang ditemukan pada telapak tangan dan kaki)
 Pada orang dewasa sering itemukan pada area genitalia eksterna
dan pubis
 Bentuk lesi yaitu papil bulat sperti kubah, berukuran miliar
hingga lenticular, putih berkilat, ditengahnya terdapat delle (jika
dipijat akat keluar massa putih seperti nasi

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Lesi sekunder dapat berupa papul supurasi berukuran 1-5mm
dan bertangkai, jika ikutan 10-15mm disebut giant moluskum.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Pemeriksaan penunjang
 Dilakukan PCR untuk mendeteksi virus
 Pada pemeriksaan histologic dari epidermis ditemukan badan
moluskum yang mengandung vitus dengan atau menemukan
badan moluskum dengan pulasan giemsa atau wright

 Tatalaksana
a) Terapi medikamentosa
Topikal
 Krim imuquimod 5% dioleskan 3x perminggu selama 1-3
bulan.
 Pengeluaran massa yang mengandung badan moluskum
dengan ekstraktor komedo, jarum suntuk atau kuret
 Bedah beku
b) Terapi nonmedikamentosa
Edukasi untuk mencegah autoinokulasi dan tranmisi
melalui hubungan seksual (bagi yang beresiko).

a. Kelainan pada Duh Vagina atau Duh Uretra


(Vaginosis Bacterial, Trchomoniasis, Candidiasis, Chlamydia Trakomatik)
1) Vaginosis Bacterial
 Definisi
Sindrom klinis yang disebabkan oleh beerambah banyaknya
organisme komensal dalam vagna (yaitu gardnerella vaginallis,
prevotella, mobiluncus spp) serta berkurangnya lactobacillus yang
menghasilkan hidrogen peroksida (yang mempertahankan suasana
asam dan aerob).
 Etiologi dan faktor resiko
Pertumbuhan berlebih dari organisme komensal gardnerella
vaginallis, prevotella, mobiluncus spp. Faktor resikonya:
 Pasangan seksual multipel

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Pasangan seksual baru
 Ada riwayat IMS sebelumnya.

 Patomekanisme
Vaginosis timbul akibat ekosistem mikrobiologi vagina dari
bakteri normal (lactobacillus) sangat berkurang, padahal bakteri
tersebut dapat menghasilkan hidrogen peroksidae dan menghambat G.
Vaginalis, mobiluncus  zat amin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme lain melalui kerja dekarbosilakse mikroba berperan
dalam bau amis abnormal yang timbul bila duh vagina ditetesi laritan
kalium hhidroksi 10% (biasa disebut dengan pemeriksaan whiff test
atau sniff test), penguapan amin aromati seperti kadaverin dan
trimetilamin. Diketahui bahwa trimetilamin dianggap paling
berpengaruh terhadap bau duh vagina  pada vaginosis kandungan
cairan vagina banyak endotoksin, sialidase dan glikosidase  yang
akan mendegredasi musin  mengurangi viskositas (duh tubuh
vagina menjadi homogen dan encer).

 Manifestasi klinis dan Penegakkan Diagnosis


 Anamnesis
 Sering kali asimtomatik
 Keluhan keputihan berbau
 Riwayat penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
atau sering membilas vagina
 Gejala klinis
 Genitalia eksterna tampak normal
 Pada pemeriksaan inspekulo didapati duh tubuh pada dinding
vagina berwarna abu abu homogeny, dengan biskositas
rendah atau norml, berbau amis, serta gambaraan serviks
yang normal
 Kriteria (setidaknya ada 3 dari 4 kriteria berikut)

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Duh tubuh vagina berwarna putih keabuan, homogeny, yang
menempel pada vulva atau dinding vagina
 Terdapat >20% clue cells pada pemeriksaan sediaan basag
duh tubuh vagina dengan NaCl fisiologis
 Tes amin positif, yakni bau amis yang mucul saat duh tubuh
vagina ditetesi larutan KOH 10%
 pH duh tubuh vagina >4,5
 Pemeriksaan penunjang dengan perwarnaan gram duh tubuh
 Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan campuran bakteria
termasuk morfotipe gardnella dan batang positif gram atau
negate gram yang lain atau kokus atau keduanya, selain itu
jumlah lactobacillus yang tidak ada ataupun hanya sedikit

Gambar 2.1 Pemeriksaan Apus pada Vaginosis Bacterial

 Normal kalau terutama ditemuka morfotipe lactobacllus


diantara flora vaginal dngan atau tanpa moroftipe gardnella
dan tidak ditemukan jamur
 Intermediate jika diantara kriteria normal dan tidak konsisten
dengan vaginosis bacterial.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Tatalaksana
 Non-Medikamentosa
Pada pasien pria tidak dianjurkan secara rutin untuk
mrngobati laki laki pasamhan seksual pasien, karena tidak
mengurangi angka kesembuhan atau kekambuhan pasien.
 Medikamentosa
 Metronidazole 2 x 500/hari selama 7 hari aau
 Metronidzol 2 gr per oral dosis tunggal atau
 Tinidazol 2 x 500mg /hari selama 5 hari atau
 Ampisilin atau amoksilin dengan dosis 3 x 500 mg per oral
selama 5 hari atau
 Klindamisin 2 x 300 mg/oral selama 7 hari.

 Komplikasi
 Pada wanita tidak hamil meningkatkan risiko infeksi pasca
histerektomi, penyakit radang panggul, terinfeksi
N,gonorheae dan C. trachomatis, memudahkan infeksi HIV
melalui jalur seksual.
 Pada ibu hamil: dapat meningkatkan resiko persalinan
premature, Bayi dengan BB rendah, infeksi cairan amnion,
koriomnionitis, ataupun penyakit radang panggul pasca
abortus.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
2) Trchomoniasis
 Definisi
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian
bawah pada perempuan maupun laki-laki, dapat bersifat akut atau
kronik, disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan penularannya
melalui kontak seksual.

 Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah T. vaginalis yang pertama
kali ditemukan oleh DONNE pada tahun 1836. Merupakan protozoa
berbentuk filifor-mis/ovoid, berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4
flagel, dan bergerak seperti gelombang.
 Patogenesis
T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding
saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel
dan sub-epitel. Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada
perempuan parasite ini menimbulkan radang yang berat pada epirttel
skuamosa vagina dan ektoserviks, sehingga menimbulkan sekresi
yang banyak dan mukopurulen. Pada kasus lanjut terdapat bagian-
bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat
ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai di permukaan
epitel. Di dalam vagina dan utera parasite hidup dari sisa-sisa sel,
kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam secret. Patogenesis
infeksi ini pada laki-laki, masih belum jelas.

 Gejalas Klinis
1. Trikomoniasis pada perempuan
Pada kasus akut terlihat secret vagina seropurulen sampai
mukopurulen berwarna kekuningan, sampai kuning-kehijauhan,
berbau tidak enak (melodor), dan berbusa . Dinding vagina tampak
kemerahan dan sembab.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
2. Trikomoniasis pada laki-laki
Bentuk akut gejalanya mirip urethritis non-gonore,
misalnya disuria, polyuria, disertai secret uretra mucoid atau
mukopurulen Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada
benang-benang halus.

 Diagnosis
Selain pemeriksaan laboratorium sederhana dengan
menentukan parasite trikomonas pada sediaan basah, dapat juga
dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan Giemsa, akridin oranye,
Leishman, Gram dan Papanicolau. Teknik pengecatan dianggap sulit
karena proses fiksasi dan tahapan pewarnaan diduga dapat mengubah
morfologi kuman.

 Tata Laksana
 Non-Medikamentosa
 Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada
pasangan tetapnya (notifikasi pasangan)
 Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara
laboratoris, bila tidak memungkinkan anjurkan menggunakan
kondom
 Kunjungan ulang untuk follow-up di hari ke-7
 Medikamentosa
Secara sistemik (oral). Obat yang sering digunakan tergolong
derivate nitromidazol seperti :
 Metronidozal : 2 x 500 mg per hari selama 7 hari, atau
dosis tunggal 2 gram atau
 Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
 Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
 Omidazol. : dosis tunggal 1,5 gram

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
3) Candidiasis
 Definisi
Infeksi pada vagina yang disebabkan oleh jamur Candida Sp.
(paling sering spesies albicans).
 Faktor predisposisi
Kehamilan, DM, pemakaian obat-obatan (golongan imunosupresif,
antibiotika, kontrasepsi hormonal)

 Pathogenesis

Gambar 2.2 Patogenesis Kandidiasis

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Penegakan Diagnosis
 Manifestasi
Sekret putih bergumpal, kadang kental kekuningan, gatal,
tidak bau/masam pH <4,5 Vulva & vagina gatal,radang (+), disertai
edema atau fisura
 Pemeriksaan fisik
Perempuan: duh tubuh putih susu, bergumpal seperti kepala susu
atau susu pecah. Daerah vulva atau vagina hiperemis disertai
meserasi, fisura, dan kadang-kadang tampak gambaran lesi satelit
(papulopustular).
Laki-laki: sulkus koronarius dan glans penis, hiperemis, hingga
maserasi

Gambar 2.3 Gambaran Infeksi Kandidiasis pada Perempuan

 Pemeriksaan penunjang
 Dengan pemeriksaan mikroskopik dari duh tubuh vagina atau
apusan dari glans penis dengan sediaan basah KOH 10% atau
dengan pewarnaan Gram. Tampak elemen jamur berupa :
blastospora dan atau pseudohifa.
 pH vagina < 4,5

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 2.4 Gambar Khas yang bisa ditemukan pada Kandidiasis

 Tatalaksana

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
4) Gonore
 Definisi
Uretritis adalah peradangan pada uretra dan terbagi menjadi
Uretritis Gonokokus (UG) dan Uretritis non Gonokokus (UNG).
Uretritis gonokokus (UG) yaitu peradangan uretra yang
disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae dengan
keluhan gatal dan panas dibagian orifisium uretra eksternum, nyeri
saat berkemih, keluhan keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung
uretra, kadang dapat mengeluarkan darah, dan polakisuria.
Uretritis non gonokokus (UNG) adalah peradangan uretra
sering disebabkan oleh bakteri Gram negatif Chlamydia trachomatis,
Mycoplasma genitalium, Ureaplasma urealyticum, Trichomonas
vaginalis, anaerobes, herpes simplex virus (HSV), dan adenovirus.
Ditularkan melalui kontak seksual. Umumnya gejala tidak seberat
gonore yaitu berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra,
sering berkemih, dan keluarnya duh tubuh seropurulen.

 Epidemiologi
Uretritis gonore adalah penyakit tertinggi kedua yang
paling sering dilaporkan di Amerika Serikat. Kasus UG dilaporkan
sebanyak 333,004 kasus pada tahun 2013, tingkat infeksi Neisseria
gonorrhoeae lebih tinggi dialami oleh pria dibandingkan wanita,
terkait dengan hubungan sesama jenis. Tingkat kejadian tertinggi pada
perempuan yaitu pada rentang usia 15-24 tahun dan pada pria yaitu
20-24 tahun.
Kasus UNG yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis
adalah penyakit yang paling sering dilaporkan di Amerika Serikat
yaitu sebanyak 1.401.906 infeksi Klamidia telah dilaporkan di
Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 2013.
Prevalensinya adalah 446.6 kasus per 100,000 populasi yang
merupakan peningkatan kasus dari tahun sebelumnya. Untuk kasus
yang disebabkan oleh spesies Mycoplasma dan Ureaplasma,

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
prevalensi lebih sulit diukur karena belum adanya amplifikasi tes
asam nukleat yang disetujui untuk mengidentifikasi organisme ini.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Etiologi
Penyebab gonore adalah bakteri gonokok yang ditemukan
oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882.
Bakteri tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4
spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat
patogen serta N. catarrhalis dan N. pharyngis ini sukar dibeadakan
kecuali dengan tes fermentasi.
Bakteri Neisseria gonorrhoeae termasuk golongan
diplokok berbentuk seperti biji kopi berukuran lebar 0,8 μm dan
panjang 0,6 μm, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan gram yang bersifat gram-negatif akan terlihat di luar dan di
dalam leukosit yang tidak tahan lama di udara bebas dan cepat mati
dalam keadaan kering, selain itu tidak tahan suhu di atas 39°C serta
tidak tahan cat desinfektan.
Secara morfologik bakteri gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu
tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3
dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Penyebab UNG paling sering adalah Chlamydia trachomatis
bakteri yang secara rutin diuji dan terisolasi dari 20–50 % kasus.
Mycoplasma genitalium adalah bakteri penyebab terbaknyak kedua,
yang menyebabkan 10–30 % dari (total) kasus, dengan infeksi ganda
pada C. trachomatis sebanyak 5 – 1 5 %.
Di bagian barat Eropa, Trichomonas vaginalis jarang
menyebabkan uretritis pada pria. Di Amerika, T. vaginalis di dikaitkan
dengan ras Afro-American, sebanyak 2.5–17%. Respon imun tubuh
bisa mempengaruhi perkembangan dari NGU seperti dalam suatu
penelitian dikaitkan dengan U. urealyticum. U. urealyticum dapat
menjadi penyebab dari 5–10 % kasus ringan NGU, tetapi biasa
terdeteksi tanpa urethritis, dan karenanya screening dan tes
pengobatan dari mikro-organisme ini bisa dipertanyakan.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Adenovirus dapat bettanggung jawab atas 2–4 % dari
pasien yg menunjukkan gejala dan umumnya diaitkan dengan
konjuntivitis. Virus Herpes tunggal tipe 1 and 2 adalah penyebab yang
tidak biasa dari NGU (2–3 %). Jika etiologi dari urethritis menyebar,
monocytes terlihat dalam ukuran mikroskopis N. meningitidis,
Haemophilus sp, Candida sp. Dengan teknik modern, bermacam-
macam microorganisme bisa dideteksi pada uretra laki-laki, dan bisa
saja masih ada bakteria yg tidak diketahui yg menyebabkan uretritis.

 Patogenesis
a. Uretritis gonore
Gonore diperoleh melalui kontak seksual. Gonore juga bisa
ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak selama kelahiran
pervaginam, Manusia adalah satu-satunya host alami Neisseria
gonorrhoeae. Neisseria gonorrhoeae menginfeksi mukosa uretra,
endoserviks dan anus. Bakteri kemudian ke microvillus sel epitel
kolumnar untuk berkolonisasi dengan bantuan pili atau fimbriae.
Paling sering pada mukosa saluran urogenital. Fimbriae terdiri dari
protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke
sel-sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran luar PII 9
Oppacity protein associated (OPA) membantu bakteri mengikat
dan menyerang sel inang. Invasi juga dimediasi oleh adhesins dan
sphingomyelinase yang berkontribusi pada proses endositosis.
Gonokokkus menghasilkan imunoglobulin Protease yang
membelah rantai berat imunoglobin dan memblok respon imun
manusia, Begitu berada di dalam sel, organisme mengalami
replikasi dan dapat tumbuh di lingkungan aerobik dan anaerobik.
Setelah invasi sel, organisme bereplikasi dan berproliferasi secara
lokal, menurunkan respons peradangan. Di luar sel, bakteri rentan
terhadap perubahan suhu, sinar ultraviolet, pengeringan, dan
pergeseran lingkungan lainnya. Membran luar mengandung

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
lipooligosaccharide endotoksin, yang dilepaskan oleh bakteri
selama periode pertumbuhan dan kerkontribusi. pengobatan
antibiotik yang kurang tepat dan daya tahan tubuh menurun dapat
memudahkan penyebaran melalui hematogen dan penyebaran
infeksi yang luas.

b. Uretritis non Gonore


1) Chlamidia
Chlamidia memiliki dua bentuk Elementary Body
(EB) dan Reticulate Body (RB) yang menginfeksi sel epitel
sehingga terjadi endositosis terhadap EB oleh sel epitel host. EB
berkembang menjadi RB, RB bertumbuh dan membentuk inklusi
intraseluler, RB berubah menjadi EB kembali dan mengalami
eksositosis lalu menginfeksi sel lain.
Respon tubuh terhadap infeksi memicu inflamasi secara umum
ada 2 fase :
 Fase I: fase non-infeksiosa, terjadi keadaan laten yang
dapat ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada
saat ini kuman sifatnya intraselular dan berada di dalam
vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes, disebut
badan inklusi.
 Fase II: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar
dalam bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan
infeksi pada sel hospes yang baru.
2) Mycoplasma genital
Mycoplasma genital cenderung mereplikasi diri di
ekstrasel, traktus respiratori dan traktus urogenital. Infeksi ini
jarang terjadi dan cenderung terjadi pada inang yang memiliki
sistem imum yang tidak kuat atau saat trauma oleh
instrumentasi. M. gillitalium dan Ureaplasma sp. di saluran

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
urogenital pria menyebabkan uretritis dan pada wanita dengan
cervicitis dan PID juga kadang asimptomatik.
3) Trichomonas vaginalis
Trichomonas vagillalis menginfeksi epitel vagina
dan uretra, menyebabkan mikroulserasi. Pada wanita, organisme
dapat ditemukan di vagina, uretra, leher rahim, Bartholin dan
kelenjar dan kandung kemih. Pada pria, organisme dapat
ditemukan di daerah genital eksternal, uretra anterior,
epididimis, prostat, dan air mani. Masa inkubasi biasanya antara
4 dan 28 hari.

 Manifestasi Klinis
a. Urethritis Gonore
Pada Urethritis Gonore masa inkubasi sangat singkat, pada
pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama
dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri
sendiri, tetapi dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar
sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita biasanya
masa inkubasinya lebih dari 14 hari, namun pada 75 % kasus sulit
di tentukan karena pada umumnya asimtomatik.

1) Gejala pada Pria


Urethritis Anterior merupakan manifestasi yang paling
sering di jumpai dan dapat menjalar ke proximal selanjutnya
mengakibatkan komplikasi local, ascendens, dan diseminata.
Keluha ubjektif berupa rasa gatal, panas dibagian distal urethra
disekitar orifisium uretra ekternum, kemudian disusul dysuria,
keluar duh dari ujung urethra yang kadang-kadang disertai darah,
dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Selain Urethritis, ada beberapa komplikasi yang dapat di
timbulkan oleh Gonore diataranya tysonitis, Paraurethritis, Littritis,
Cowperitis, Prostatitis, Veskulitis, Funikulitis, Serta Epididimitis
namun manifestasi lain seperti infeksi rectal maupun faring juga
sering terjadi khususnya bagi pada pria yang sering berhubungan
sesama jenis.

Gambar 4.1 Gonococcal urethritis (Rooks Text Book Of


Dermatology).
2) Gejala Pada Wanita
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita
berbeda dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi
dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik
penyakitnya akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan
dan hampir tiada pernah di dapat kelainan objektif. Pada umumnya
wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Namun, jika ditemukan
gejala biasanya manifestasinya berupa keputihan berlebih, dysuria,
dyspareunia, perdarahan postcoital serta perdarahan diluar siklus
menstruasi.
Pada mulanya haya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh
tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokok juga
dapat menyerang uretra, ductus paraurethra, kelenjar bartolin,

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
rectum, dan dapat juga naik keatas sampai pada daerah kandung
telur.6,11

Gambar 4.2 Gonococcal Cervicitis (Rooks Text Book Of


Dermatology).

b. Urethritis Non Gonore


1) Gejala Pada Pria
Pada laki-laki, gejala dapat timbul biasanya setelah
1-3 minggu hari setelah kontak seksual. Keluarnya sekret uretra
merupakan keluhan yang sering dijumpai, berupa lendir yang
jernih sampai keruh. Keluhan yang paling umum ialah waktu
pagi hari atau morning drops, tetapi bisa juga berupa bercak di
celana dalam. Disuria merupakan salah satu keluhan yang
banyak dijumpai dan sangat bervariasi dari rasa terbakar sampai
tidak enak pada saluran kencing waktu mengeluarkan urin.
Tetapi keluhan disuria tidak sehebat pada infeksi gonore.
Keluhan gatal pada saluran uretra mulai dari gatal yang sangat
ringan dan terasahanya pada ujung kemaluan. Sebagai akibat
terjadinya urethritis, timbul perasaan ingin buang air kecil. Bila
infeksi sampai pars membaranasea uretra, maka pada waktu
muskulus sfinkter uretra berkontraksi timbul pendarahan kecil.
Selain itu timbul perasaan ingin buang air kecil pada malam hari

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
atau nokturia. Keluhan lain yang jarang ialah adanya perasaan
demam dan pembesaran kelenjar getah bening inguinal yang
terasa nyeri.
Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda
peradangan berupa edema dan eritem, dapat ringan sampai
berat. Sekret uretra bisa banyak atau sedikit sekali atau kadang-
kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita. Sekret
umumnya serosa, seromukous, mukous, dan kadang bercampur
dengan pus. Kalau tidak ditemukan sekret bisa dilakukan
pengurutan saluran uretra yang dimulai dari daerah proksimal
sampai distal sehingga mulai nampak keluar sekret. Kelainan
yang nampak pada UNG umumnya tidak sehebat pada urethritis
gonore.

Gambar 4.3 Genital Chlamydia infection (Rooks Text Book Of


Dermatology).
2) Gejala Pada Wanita
Pada wanita, gejala sering tidak khas, asimptomatik
atau sangat ringan. Bila ada keluhan berupa duh tubuh genital
yang kekuningan, sering ditemukan pada pemeriksaan wanita
yang menjadi pasangan pria dengan UNG. Pada pemeriksaan

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
klinik genital dapat ditemukan kelainan serviks, misalnya
terdapat eksudat serviks mukopurulen atau erosi serviks.

Gambar 4.4 Genital Chlamydia infection (Rooks Text Book


Of Dermatology).

 Diagnosis
a. Urethritis Gonore
1) Kultur (biakan)
Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua
macam media yang dapat digunakan ialah media transpor dan
media pertumbuhan.
 Berikut adalah contoh media transport.
 Media Stuart: hanya untuk transpor saja, sehingga perlu
ditanam kembali pada media pertumbuhan.
 Media Transgrow: selektif dan nutritif untuk N.
gonorrhoeaee dan merupakan gabungan media transpor
dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam
pada media pertumbuhan. Media ini merupakan
modifikasi media Thayer-Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan proteus spp.
 Contoh media pertumbuhan adalah sebagai berikut

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Media Thayer-Martin: Selektif untuk mengisolasi
gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekann
pertumbuhan kuman positif-Gram, kolimestat untuk
menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin
untuk menekan pertumbuhan jamur.
 Modifikasi Thayer-Martin: Isinya ditambah dengan
trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus
spp.
 Agar coklat McLeod: Dapat ditumbuhi kuman lain selain
gonokok. Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh tubuh
uretra pria, sensitivitas nya lebih tinggi (94-98%) dari duh
tubuh endoserviks (85-95%). Sedangkan spesifisitas dari
kedua pemeriksaan tersebut sama yaitu lebih dari 99%.

2) Tes Identifikasi Presumtif dan konfirmasi (Definitif)


Adapun tes definitif untuk gonokok adalah sebagai berikut 6
 Tes Oksidasi
Tes Oksidasi menggunakan Reagen oksidasi yang
mengandung larutan tetramil-p-fenilendiamin hidroklorida
satu persen ditambahkan pada koloni gonokok. Semua 18
Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna
koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda
sampai merah lembayung.
 Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes
fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman
gonokok hanya meragikan glukosa.
 Tes Beta-Laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192
yang mengandung chromogenic cephalosporin. Apabila
kuman mengandung enzim beta laktamase, akan

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
menyebabkan perubahan warna koloni dari kuning menjadi
merah.
 Tes Thompson
Tes Thompson ini berguna untuk mengetahui
sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Pada tes ini ada
syarat yang perlu diperhatikan :

(1)Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi


(2)Urin dibagi dalam dua gelas
(3)Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
(4)Syarat mutlak ialah kandung kemih harus mengandung air
seni paling sedikit 80 – 100 ml. Jika air seni kurang dari
80 ml, maka gelas II sukar di nilai karena baru menguras
urethra anterior.

Tabel 1. Hasil Pembacaan Tes Thomson

b. Urethritis Non Gonore


Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi
karena gonore atau non-gonore Menegakkan diagnosis servisitis
atau uretritis karena klamidia sebagai penyebab, perlu pemeriksaan
khusus untuk menemukan adanya C. Trachomatis.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Pemeriksaan laboratorium sederhana dan relatif mudah,
serta cepat adalah dengan pemeriksaan pewarnaan Gram, kriteria
yang dipakai adalah :
 A : Tidak ditemukan diplokokus Gram-negatif intrasel maupun
ekstrasel PMN.
 B : Tidak ditemukan blastospora, pseudohifa dan trikomonas
 C : Jumlah lekosit PMN> 5/LPB, pada spesimen duh uretra atau
PMN>30/LPB pada spesimen duh serviks
 D: Belum ada panduan untuk infeksi faring dan anal.

Pemeriksaan yang digunakan sejak lama adalah


pemeriksaan sediaan sitologi langsung dan biakan dari inokulum
yang diambil dari spesimen urogenital. Pada tahun 1980-an
ditemukan teknologi pemeriksaan terhadap antigen dan asam
nukleat C. trachomatis.
Pemeriksaan sitologi langsung ini dengan pewamaan
Giemsa memiliki sensitivitas tinggi untuk konjungtivitis (95 %),
sedangkan untuk infeksi genital rendah (laki-laki 15 %, perempuan
41 %) Sitologi dengan Papaniculou sensitivitasnya juga rendah,
yaitu 62 %.
Hingga saat ini pemeriksaan biakan masih dianggap
sebagai baku emas pemeriksaan klamidia. Spesifisitasnya mencapai
100 %, tetapi sensitivitasnya bervariasi bergantung pada labora-
torium yang digunakan (berkisar antara 75-85 %)

Pemeriksaan ini tidak diindikasikan pada kasus


asimtomatik dan infeksi subakut. Prosedur tehnik, dan biaya
pemeriksaan biakan ini tinggi serta perlu waktu 3-7 hari. Sampai
saat ini pemeriksaan dengan biakan bahkan PCR belum dapat
dilakukan secara rutin di Indonesia.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Untuk teknik deteksi antigen klamidia terdapat beberapa cara :

1) Direct fluorescent antibody (DFA)


Tes tersebut menggunakan antibodi mono- klonal
atau poliklonal dengan mikroskop imuno-fluoresen (1.F.).
Tampak badan elementer (BE) atau retikulat (BR) , hasil
dinyatakan positif bila ditemukan BE > 10. Waktu pemeriksaan
diperlukan kurang lebih 30 menit, perlu tenaga terlatih dan biaya
lebih murah. Sensitivitasnya berkisar antara 80-90 % dan
spesifisitasnya 98-99 % .
2) Enzyme immuno assay/enzyme linked immuno sorbent assay
(EIA/ELISA)
Pemeriksaan tersebut mulai dikembangkan pada
akhir tahun 1980-an, menggunakan antibodi monoklonal atau
poliklonal dan alat spektrofotometri, lama tes 3 sampai 4 jam.
Metode Elisa Chlamydiazyme sensitivitasnya 92,3 % dan
spesifisitasnya 99,8 % terhadap biakan. Di samping itu dikenal
juga metode ELISA yang membutuhkan waktu 30 menit atau
kurang, yang dikenal dengan istilah rapid test, dan dapat
dikerjakan di tempat praktik. Beberapa rapid test yang dikenal
adalah "Clearview", "Genix" "One step CT test strip
(AmeriTek)" dan "QuickStripe" Chlamydia Ag. Sensitivitas
pemeriksaan ini lebih rendah dibandingkan dengan ELISA
Chlamydiazyme.

Metode yang terbaru adalah dengan cara mendeteksi asam


nukleat C. trachomatis:
a) Hibridisasi DNA Probe

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Hibridisasi DNA Probe Dikenal dengan istilah Gen
Probe. Metode tersebut mendeteksi DNA CT, lebih sensitif
dibandingkan dengan cara ELISA, karena dapat mendeteksi
DNA dalam jumlah kecil melalui proses hibridisasi.
Sensitivitasnya tinggi (85 %) dan juga spesifisitasnya (98-99
%)
b) Amplifikasi asam nukleat
Amplifikasi asam nukleat Termasuk dalam katagori
tersebut tes Polimerase Chain Reaction (PCR) dan Ligase
Chain Reaction (LCR). PCR mempunyai sensitifitas 90% dan
spesvisitas 99-100 %, sedangkan LCR sensitifitas 94% dan
spesifisitas 99-100%. Uretritis yang persisten paska terapi
doksisiklin dipikirkan tentang kemungkinan infeksi oleh U.
Urealiticum atau M. Genitalium yang resisten doksisiklin, T
vaginalis dapat juga sebagai penyebab infeksi uretra pada
laki- laki. Dalam hal ini, dindikasikan pemeriksaan kultur
atau NAAT dari bahan duh genital, swab uretra, first void
urine, atau semen.

 Diagnosis Banding
a. Urethritis Gonore
1) Trichomoniasis
Trichomoniasis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Trichomonas Vaginalis dimana penyakit
ini memiliki manifestasi klinis yang hampir sama dengan
Gonore. Namun yang menjadi pembeda antara kedua penyakit
ini adalah pada Trichomoniasis manisfestasi klinisnya lebih
terlihat jelas pada mereka yang berjenis kelamin perempuan
sedangkan laki-laki terkadang bersifat asimptomatik. Duh tubuh
yang berbusa, busuk serta eritema dan edema pada servix dan

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
vagina yang memberikan gambaran Strawberry Cervix juga
menjadi ciri khas dari penyakit Trichomoniasis.

Gambar 4.5 Infeksi Trichomonas vaginalis: strawberry appearance


pada serviks. (FitzPatrick Dermatology in General Medicin 8th Ed).

2) Bacterial Vaginosis
Bacterial Vaginosis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh Gardnerella Vaginalis. Manifestasi klinis yang
menjadi pembeda antara Bacterial Vaginosis dan Gonore adalah
Sekret yang berwarna putih atau abu-abu, pada pemeriksaan
fisis ditemukan lapisan vagina homogen yang seperti susu
menempel pada dinding vagina. Adanya Clue cell yang terlihat
pada pemeriksaan mikroskopik, whiff test positif serta PH cairan
vagina yang berada > 4.5 juga menjadi ciri khas dari penyakit
BV.

Gambar 4.6 Bacterial Vaginosis Clue cells dengan epithel


berukuran besar yang tertutup dengan bakteri (FitzPatrick
Dermatology in General Medicin 8th Ed).

3) Herpes Simpleks

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Herpes simpleks merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 dimana
manifestasi utamanya adalah infeksi mukokutan. HSV tipe 1
lebih sering menyerang daerah oral serta facial, sedangkan HSV
tipe 2 berhubungan dengan infeksi perigenital. Manifestasi
klinis yang disebabkan oleh HSV khususnya pada tipe 2 adalah
vesikel, pustul, ulkus eritematous yang membutuhkan waktu 2-3
minggu proses penyembuhan. Terdapat juga nyeri, gatal, disuria,
sekret vaginal dan sekret uretral dan limfadenopati inguinal.
Sering juga ditemukan gejala sistemik seperti demam, sakit
kepala, malaise dan mialgia.9

Gambar 4.7 Herpes Genital A. Infeksi Rekuren pada penis B.


Infeksi Rekuren pada Vulva (FitzPatrick Dermatology in General
Medicin 8th Ed).

b. Urethritis Non Gonore


1) Gonore
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang
umum terjadi dan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,
menyebabkan perubahan padamukosa dan epitel transisional.
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalamwaktu 2-8 hari
setelah terinfeksi. Manifestasi umum dari infeksi gonokokkus

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
pada pria adalah urethritis. Karakteristiknya berupa sekret yang
purulen atau berawan keluar dari uretra yang membedakannya
dari urethritisnon gonore. Inflamasi membran mukosa pada
uretra anterior menyebabkan rasa nyeri saat berkemih dan
terjadi kemerahan serta pembengkakan. Nyeri dan bengkak pada
testis mengindikasikan terjadinya epididimitis atau orkitis dan
mungkin akan menjadi satu-satunya gejala yang muncul. Pada
wanita, 50% infeksi N. gonorrhoeae bersifat asimtomatis.
Skrining yang sesuai, diagnosis dini, dan perawatan adalah
krusial karena dapat menyebabkan komplikasi serius berupa
sterilitas. Endoserviks adalah lokasi umum terjadinya infeksi
dan invasi organisme ini. Gejala urethritis mencakup sekret
mukopurulen, pruritus vagina, dan disuria. Vaginitis tidak
terjadi kecuali pada wanita prapuber atau post menopause
karena epitel vagina wanita yang sudah dewasa secara seksual
tidak mendukung pertumbuhan N. gonorrhoeae. Lokasi infeksi
lainnya adalah kelenjar Bartolin dan Skene. Organisme juga
dapat menginvasi traktus genitalia atas seperti uterus, tuba
fallopi, dan ovarium menyebabkan terjadinya Pelvic
Inflammatory Disease (PID).

 Tatalaksana
a. Non Medikamentosa
 Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada
pasangan tetapnya
 Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh
secara laboratoris, bila tidak memungkinkan anjurkan
penggunaan kondom
 Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-
7

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Lakukan konseling mengenal infeksi, komplikasi yang dapat
terjadi, pentingnya keteraturan berobat
 Lakukan provider Initiated Testing and Counseling terhadap
infeksi HIV dan kemungkinan mendapat infeksi menular
seksual lain.
 Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk
IMS lainnya.

b. Medikamentosa
Terapi urethritis gonokokkus dan urethritis Non-
Gonokokkus dikutip dari pedoman Nasional penanganan IMS
Depkes Tahun 2016. Kuman patogen penyebab utama duh tubuh
uretra adalah Neisseria gonorrhoeae (N.gonorrhoeae) dan
Chlamydia trachomatis (C.trachomatis). Bila ada fasilitas
laboratorium yang memadai, kedua kuman penyebab tersebut dapat
dibedakan, dan selanjutnya pengobatan secara lebih spesifik dapat
dilakukan. Etiologi urethritis non-gonokokus terutama disebabkan
oleh C.trachomatis, sehingga dalam pengobatannya ditujukan
untuk klamidiosis.
Siprofloksasin dan ofloksasin sudah menunjukkan angka
resistensi yang tinggi di beberapa kota, sehingga tidak dianjurkan
lagi.
Gejala ureteritis yang menetap (setelah pengobatan satu
periode selesai) atau rekuren (setelah dinyatakan sembuh, dan
muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa hubungan seksual),
kemungkinan disebabkan oleh resistensi obat, atau sebagai akibat
kekurang- patuhan minum obat, atau reinfeksi. Namun pada
beberapa kasus hal ini mungkin akibat infeksi oleh Trichomonas
vaginalis (Tv). Sebagai protozoa diperkirakan bahwa Tv memakan
kuman gonokok tersebut (fagositosis), sehingga kuman gonokok
tersebut terhindar dari pengaruh pengobatan. Setelah Tv mati maka

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
kuman gonokok tersebut kembali melepaskan diri dan berkembang
biak.Ada temuan baru yang menunjukkan bahwa di daerah tertentu
bisa dijumpai prevalensi Tv yang tinggi pada laki-laki dengan
keluhan duh tubuh uretra. Bilamana gejala duh tubuh tetap ada atau
timbul gejala kambuhan setelah pemberian pengobatan secara
benar terhadap gonore maupun klamidiosis pada kasus indeks dan
pasangan seksualnya, maka pasien tersebut harus diobati untuk
infeksi Tv. Hal ini hanya dilakukan bila ditunjang oleh data
epidemiologis setempat. Bilamana simtom tersebut masih ada
sesudah pengobatan Tv, maka pasien tersebut harus dirujuk.
Sampai saat ini data epidemiologi trikomoniasis pada pria di
Indonesia sangat sedikit, oleh karena itu bila gejala duh tubuh
uretra masih ada setelah pemberian terapi awal sebaiknya penderita
dirujuk pada tempat dengan fasilitas laboratorium yang lengkap.

Tabel 2. Terapi urethritis gonokokkus dan urethritis Non-Gonokokkus


(Pedoman Nasional penanganan IMS Depkes Tahun 2016).

 Pencegahan
Praktek pencegahan penyakit menular seksual, antara lain:
pencegahan primer, sekunder dan tertier.
a. Pencegahan primer, meliputi:
1) Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
2) Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan
penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
4) Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling ke dokter
atau petugas kesehatan apabila mengalami tanda dan gejala
penyakit menular seksual, meliputi: rasa sakit atau nyeri pada
saat kencing atau berhubungan seksual, rasa nyeri pada perut
bagian bawah, pengeluaran lendir pada vagina/ alat kelamin,
keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal
dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya, keputihan
yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal, timbul
bercak-bercak darah setelah berhubungan seks, bintil-bintil
berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
b. Pencegahan sekunder, meliputi:
1) Adanya pemahaman tentang agama dilakukan di lokalisasi.
2) Peningkatan pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual
melalui penyuluhan dari dinas kesehatan.
c. Pencegahan Tersier, meliputi:
1) Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.
2) Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan ketrampilan pada
wanita pekerja seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai
pekerja seksual.

 Komplikasi
a. Penyakit Radang Panggul
Secara umum penyakit radang panggul adalah komplikasi
yang paling ditakutkan dari komplikasi urethritis, karena
merupakan penyebab utama infertilitas pada wanita.
b. Epedidimitis dan Orkhitis
Epididimitis dan orkhitis jarang terjadi pada pria yang tidak
diberikan terapi. Kondisi ini biasanya terjadi dengan penggunaan

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
jenis antibiotik yang sama pada urethritis dengan penggunaan
jangka panjang
c. Arthritis
Arthritis merupakan komplikasi dari urethritis pada dewasa
muda, tetapi penyakit ini adalah komplikasi yang sangat jarang
terjadi.
d. Konjunktivitis Akut
Transmisi dari ibu ke bayi dapat terjadi melalui penularan
vertikal pada saat persalinan berlangsung.

 Prognosis
Pemberian terapi yang adekuat dan cepat akan
menghasilkan penyembuhan dan pengembalian fungsi seperti semula.
Penanganan yang lambat, tertunda atau tidak sesuai dapat
mengakibatkan morbiditas signifikan atau pada kejadian yang sangat
jarang yaitu kematian.

b. Ulkus Genital
(Herpes, Sifilis, Granuloma inguinal, Cancroid, Limfe granuloma fenerum)
1) Ulkus Mole
 Definisi
Ulkus mole atau sering disebut chancroid ialah penyakit
ulkus genital akut, setempat, dapat berinokulasi sendiri
(autoinoculation), disebabkan oleh Haemophilusducreyl, dengan
gejala klinis khas berupa ulkus di tempat masuk kuman dan seringkali
disertai supurasi kelenjar getah bening regional.

 Etiopatogenesis
Penyebaba ulkus mole berupa hasil Gram negative, tidak
berkapsul, dan anaerob fakultatif yang disebut Haemophilusducreyl.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Kuman ini merupakan pathogen bagi manusia dan menginfeksi kulit
genitalia dan sekitarnya, permukaan mukosa, serta kelenjar getah
bening regional. Penyakit ini terutama menular melalui hubungan
seksual dengan seseorang yang telak terinfeksi. Organisme masuk ke
kulit dan/atau membrane mukosa melalui abrasi mikro yang terjadi
saat hubungan seksual. Lekosit polymorphonuclear (PMN) dan
makrofag segera mengitari bakteri dalam pustule mikro, namun tidak
mampu menyingkirkan organism tersebut. Keberadaan bakteri
menyebabkan perkembangan penyakit dari bentuk pustular menjadi
ulseratif.

 Gambaran Klinis

Gambar 5.1 Gambaran Ulkus Mole

Masa inkubasi ulkus mole pendek, berkisar antara 3 sampai


7 hari, jarang sampai 14 hari, tanpa gejala prodromal. Masa inkubasi
bisa memanjang pada pengidap HIV. Diawali dengan papul inflamasi
yang cepat berkembang menjadi ulkus nyeri dalam 1-2 hari. Tidak

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
dijumpai gejala sistemik. Ulkus multiple, dangkal, tidak terdapat
indurasi, sangat nyeri. Bagian tepi bergaung, rapuh, tidak rata, kulit
atau mukosa sekeliling ulkus eritematosa.

 Komplikasi
 Adenitis inguinal (bubo inflamatorik) paling sering terjadi,
didapatkan pada separuh kasus. Timbul beberapa hari sampai 3
minggu setelah lesi primer, biasanya unilateral. Kelenjar
membesar, nyeri, kemudian bergabung
 Fimosis atau parafimosis dapat terjadi akibat terbentuknya jaringan
parut pada lesi yang mengenai preputium. Untuk penanganannya
perlu dilakukan sirkumsisi.
 Fisura uretra terjadi sebagai akibat ulkus di glans penis yang
bersifat destruktif. Bila mengenai uretra dapat menimbulkan nyeri
hebat pada waktu miksi. Keadaan ini dapat diikuti oleh striktura
uretra.

 Pemeriksaan Penunjang
Tes polymerase chain reactions (PCR) memberikan hasil
yang cepat, spesifik dan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan
kultur, namun mahal sehingga hanya digunakan pada riset.
Pemeriksaan langsung bahan ulkus, yang diambil dari dasar ulkus
yang bergaung, dengan pewarnaan Gram menunjukkan basil kecil
Gram-negatif yang berderet berpasangan seperti rel kereta api atau
sekumpulan ikan yang bebaris.

 Tata Laksana
Pengobatan yang dianjurkan :
 Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari per oral, selama 3 hari atau
 Eritromisin 4 x 500 mg/hari per oral, selama 7 hari atau
 Azitromisin 1 gram per oral, dosis tunggal, atau

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Seftriakson 250 mg injeksi intramuscular, dosis tunggal
2) Sifilis
 Definsi
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Treponema pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada
perjalannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat
menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat
ditularkan dari ibu ke janin.

 Etiologi
Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya sebagai
spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0, 15 um, terdiri atas
delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak
secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga
puluh jam.

 Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita
(didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi: dini (sebelum dua tahun),
lanjut (sesudah dua tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi
menurut dua cara, secara klinis dan epidemiologik. Menurut cara
pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium: stadium I (S I), stadium II
(S II), dan stadium Ill (S 111). Secara epidemiologik menurut WHO
dibagi menjadi: 1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak
infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri
atas stadium laten lanjut dan S Ill.

 Patofisiologi

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Stadium dini
Pada sifilis yang didapat, Tpallidum masuk ke
dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya
melalui sanggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi
dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan
selsel plasma, terutama di perivaskular, pembuluhpembuluh
darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh Tpallidum dan sel-sel
radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler
dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh
darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofik endotelium
yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada
pemeriksaan klinis tampak sebagai S I.
Sebelum SI terlihat, kuman telah mencapai kelenjar
getah bening regional secara limfogen dan membiak. Pada saat
itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar ke semua
tampak kemudian. Multiplikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan
sebagai S II, yang terjadi enam sampai delapan minggu sesudah
S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat
tersebut jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-
fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatriks. S II juga
mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang.
Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala,
meskipun infeksi yang aktif masih terdapat. Sebagai contoh
pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayi dengan
sifilis kongenita. Kadang-kadang proses imunitas gagal
mengontrol infeksi sehingga Tpllidum membiak lagi pada
tempat S I dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut
menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan
lesi rekuren S II.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Stadium lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahuntahun,
rupanya treponema dalam keadaan dorman. Meskipun demikian
antibodi tetap ada dalam serum penderita Pada saat itu
muncullah S III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut
tidak dapat ditemukan T.pallidum, reaksinya hebat karena
bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun.

 Manifestasi klinis
 Sifilis primer (S I)
Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu. T.
Pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang telah
mengalami lesi/mikro-lesi secara langsung, Kelainan kulit
dimulai sebagai papul lentikular yang permukaannya segera
menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus
tersebut biasanya bulat, solitar, dasamya ialah jaringan granulasi
berwama merah dan bersih, di atasnya hanya tampak serum.
Dindingnya tak bergaung, kulit di sekitamya tidak menunjukkan
tanda-tanda radang akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen
dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum. Pembesaran
KGB setempat tanpa tanda radang akut.

Gambar 5.2 Gambaran Sifilis (S I)

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Sifilis sekunder (S II)
Biasanya S II timbul setelah enam sampai delapan
minggu sejak S I. Gejalanya umumnya tidak berat, berupa
anoreksia, turunnya berat badan, malese, nyeri kepala, demam
yang tidak tinggi, dan arthralgia. Gejala yang penting untuk
membedakannya dengan berbagai penyakit kulit yang lain ialah:
kelainan kulit pada S II umumnya tidak gatal, sering disertai
limfadenitis generalisata, pada S II dini kelainan kulit juga
terjadi pada telapak tangan dan kaki.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 5.3 Gambaran Sifilis (S II)

 Sifilis laten dini


Laten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan,
termasuk alat-alat dalam, tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes
serologik darah positif, sedangkan tes likuor serebrospinalis
negatif. Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA. Bila
kemungkinan penularan dalam 1 thn terakhir.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Sifilis laten lanjut
Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan tes serologik. Bila kemungkinan penularan
lebih dari 1 thn.

 Sifilis tersier (S lll)


Lesi pertama umumnya terlihat antara tiga sampai
sepuluh tahun setelah S I. Kelainan yang khas ialah guma, yakni
infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan destruktif.
Besar guma bervariasi dari lentikular sampai sebesar telur ayam.
Kulit di atasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda-tanda
radang akut dan dapat digerakkan. Setelah beberapa bulan mulai
melunak, biasanya mulai dari tengah, tanda-tanda radang mulai
tampak, kulit menjadi eritematosa dan livid serta melekat
terhadap guma tersebut. Kemudian terjadi perforasi dan
keluarlah cairan seropurulen, kadang-kadang sanguinolen; pada
beberapa kasus disertai jaringan nekrotik. Tempat perforasi akan
meluas menjadi ulkus, bentuknya lonjong/bulat, dindingnya
curam, seolaholah kulit tersebut terdorong ke luar. Beberapa
ulkus berkonfluensi sehingga membentuk pinggir yang
polisiklik. Jika telah menjadi ulkus, maka infiltrat yang terdapat
di bawahnya yang semula sebagai benjolan menjadi datar.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 5.3 Gambaran Sifilis (S III)

Gambar 5.4 Rangkuman Manisfetasi Sifilis berdasarkan Stadiumnya

 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan dengan mikroskop lapangan gelap (darkfield) dari
serum yang diambil dari ulkus
Bila negatif bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis,
mungkin kumannya terlalu sedikit. Treponema tampak berwama
putih pada latar belakang gelap

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
b. Pemeriksaan serologi antibodi
 Tes non treponemal (RPR, VDRL)
1) Deteksi IgM dan IgG antibodi terhadap materi lipoidal yg
dilepaskan dari sel pejamu dan T. Pallidum
2) Reaktif setelah 4-5 minggu
3) Sensitivitas tinggi
4) Dapat terjadi false (-): pemeriksaan terlalu awal, prozone
phenomenon
5) Dapat terjadi false (+): infeksi lain, autoimun, drug abuse,
orang tua, ibu hamil, keganasan

 Tes non treponemal (TPHA, MHA-TP, FTA-ABS, EIA)


1) Deteksi antibodi terhadap T. Pallidum
2) Spesifisitas tinggi.

 Tatalaksana
Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya
juga diobati, dan selama belum sembuh penderita dilarang
bersanggama. Pengobatan dimulai sedini mungkin, makin dini
hasilnya makin baik. Pada sifilis laten terapi bermaksud mencegah
proses lebih lanjut

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 5.6 Pengobatan pada Pasien dengan Sifilis

3) Herpes Genitalia
 Definisi
lnfeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa
pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung
baik primer maupun rekurens.

 Pathogenesis
 Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas
terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia
anak-anak inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya
kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang sering
menggigitjari (herpetic whit-low). Virus ini juga sebagai penyebab
herpes ensefalitis. lnfeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai
tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi
neonatus.
lnfeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-
kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam,
malese dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar
getah bening regional. Kelainan klinis yang dijumpai berupa
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sebab dan eritematosa,
berisi cairan jemih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat
menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang
dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak
terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder
sehingga memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati
pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks.

 Fase laten
Fase ini berarti pada penderita tidak diemukan gejala klinis,
tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada
ganglion dorsalis.

 lnfeksi rekurens
lnfeksi ini berarti VHS pad.a -ganglion dorsalis yang dalam
keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan
mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme
pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur,
hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis (gangguan
emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan
dan minuman yang merangsang. Gejala klinis yang timbul lebih
ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 'sampai
10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul
vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. lnfeksi rekurens ini

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat
di sekitamya (non loco).

 Penegakan diagnosis
 Anamnesis
 Masa inkubasi 2 - 10 hari, tetapi dapat sampai 3 mgg
 Rasa terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum timbulnya lesi
kulit
 Kadang-kadang ada gejala konstitusi (lemas, demam, dan nyeri
otot)
 Vesikel berkelompok yang mudah pecah
 Gejala pada lesi awal (primer) biasanya lebih berat dan lebih
lama.
 Pada lesi berulang (rekurens), biasanya didahului faktor
pencetus (stress psikis, trauma, koitus, makanan pedas, alkohol,
obat-obatan, dll)
 Pemeriksaan fisik
 Di daerah genital ditemukan vesikel/erosi/ulkus yang
berkelompok, dan nyeri
 Dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening regional

Gambar 6.1 Gambaran Infeksi Herpes Genilatia

 Pemeriksaan penunjang

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
 Pemeriksaan Tzank: dengan pewarnaan Giemsa atau Wright dari
bahan apusan yang berasal dari dasar vesikel/ulkus akan tampak
sel raksasa berinti banyak
 Jika fasilitas memungkinkan: pemeriksaan serologi dan PCR.

 Tatalaksana

Gambar 6.2 Pengobatan pada pasien dengan Herpes Genitalia

2. Algoritma Penyakit IMS (SASBEL TERPISAH)


a. Pada DUH

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 7.1 Pendekatan Klinis Pasien dengan DUH Tubuh Urutra

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 7.2 Pendekatan Klinis Pasien dengan DUH Tubuh Urutra melalui
pemeriksaan Mikroskop
b. Pada Ulkus

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 7.3 Pendekatan Klinis Pasien dengan Ulkus Genitalis

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
Gambar 7.4 Pendekatan Klinis Pasien dengan Ulkus Genitalis Khusus Tenaga
Medis.

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191
DAFTAR PUSTAKA
1. Pradita Ambardina, Amanda Nandi. Dermatologi dan Venerologi. Edisi 1.
Elsevier. Jakarta. 2019
2. Dr.dr.widaty Sandra,Sp.KK, prof.Dr.dr.Hardyanto soebono,Sp.KK,dkk.
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spsialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. PERDOSKI. Jakarta .2017
3. Dr.dr.Sri Linuwih SW Menaldi,Sp.KK,dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin.edisi ketujuh. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta .
2016.
4. Pradita ambardina, wardani Nandi. Dermatologi dan venertologi. Efisi 1.
Elsevier. Jakarta. 2017
5. Dr. Sukmawati Tonsil Tan,Sp.KK FINSDV, dr. Hari Darmawan. Buku
Panduan Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Sagung Seto. Jakarta. 2016
6. Kementrian Kesehatan Indonesia. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi
Menular Seksual 2015

DOKUMEN ASLI MILIK: YARI ASYIFA MUBAROKAH


119170191

Anda mungkin juga menyukai