Anda di halaman 1dari 26

RESUME PBL

SKENARIO 2
“PERUT BEGAH”

NAMA : Kayyis Firzadie


NPM : 119170085
KELOMPOK: 2A
TUTOR : dr. Ouve Rahadiani

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 2

PERUT BEGAH

Seorang mahasiswa kedokteran datang ke poliklinik UGJ dengan keluhan perut sering
terasa begah. Keluhan dirasakan pasien sejak awal bulan Ramadhan setiap setelah makan
sahur dan berbuka puasa. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dokter memberikan edukasi
kepada pasien agar tidak makan langsung dalam jumlah banyak dan terburu-buru. Hal
tersebut dapat mempengaruhi fungsi sekresi sistem gastrointestinal.

STEP 1

1. Perut begah : kodisi perut yang terisi penuh padat, kencang, dan sesak.
2. Sistem gastrointestinal : saluran panjang yang masuk melalui tubuh dari mulut
sampai ke anus.
3. Sekresi : proses membuat dan melepaskan substansi kimia dalam bentuk lendir yang
dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar

STEP 2

1. Mengapa pasien merasa begah?


2. Bagaimana pengaruh makanan terhadap saluran cerna ? Mengapa dokter mengedukasi
pasien agar tidak makan langsung dengan jumlah banyak dan terburu-buru ?
3. Bagaimana mekanisme dari sistem pencernaannya ?
4. Bagaimana sekresi dari sitem pencernaan ?

STEP 3

1. Begah dikarenakan distensi gaster berlebih dalam waktu singkat. Terjadi akibat
adanya distensi berlebihan gaster yang mendadak akibat teralu banyak bolus yang
masuk dalam waktu yang relative singkat, disertai dengan adanya udara yang
mungkin tertelan.
2. Karena bila makanan itu dapat mengakibatkan penyakit asam lambung, berat badan
naik, adanya sindrom metabolic, proses pencernaan menjadi lambat. Pada gaster dan
organ lainnya, pencernaan atau pengolahan makanan terjadi dalam jangka waktu yang
lumayan lama.
3. Mengunyah, menelan, digesti, defekasi.
Proses utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient air dan elektrolit dai
makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Ada 4 dasar proses
pencernaan : motilitas, sekresi, digesti, absorpsi.
 Mastikasi merupakan motilitas mulut yang melibtakan pengirisan,
penggilinga, dan pencampuran makanan oleh gigi, setelah mastikasi ada
diglutisi, yaitu menelan makanan atau bolus.
 Digesti, terjadi di lambung untuk menyimpan makanan dan memulai
pencernaan protein.
 Absorpsi, menyerap makanan dari saluran pencernaan, di[indahkan ke sisitem
kardiovaskular dan limfe untuk diedarkan ke seluruh tubuh, ada dua macam
absorpsi yaitu absorpsi karbohidrat dan juga protein..
 Defekasi, pengeluaran sisa makanan yang tidak tercerna keluar tubuh.
4. Sekresi, terjadi mulai dari mulut, faring, esophagus, lambung, pancreas hepar, usus
halus, dan usus besar. Pada pancreas ada sekresi eksoktrin dan juga endokrin. Sekresi
sisitem pencernaan berkontribusi terhadap homeostasis dalam proses penghancuran
mkanan menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga mudah diserap dan digunakan
oleh tubuh.
Sekresi lambung ada 3,
1) Fse sepalik,
2) Fase gastrik
3) Fase intestunum

STEP 4

1. Begah terjadi karena adanya distensi berlebih gaster yang mendadak akibat terllau
banyak bolus, yang masuk dalam waktu yang relative singkat, kemudian disertai
udara yang mungkin tertelan, hingga 500 ml ketika akan. Pengisian lambung, ketika
kosong lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tapi volume lambung dapat
bertambah sampai 1000-1500 ml. Begah juga terjadi makanan tertentu, atau makanan
yang sulit dicerna, seperti makanan berlemak dalam porsi banyak dapat menyebabkan
begah, karena tubuh perlu waktu lama untuk memcah lemak, dan juga karena makan
terburu-buru.
Volume gaster saat istirahat 50 ml, volume maksimal 1000-1500 ml, jadi keadaan
begah terjadi akibat dari distensi yang berlebihan dan makanan yang begitu cepat
masuk, maka ketika bolus masuk akan sangat begitu banyak yang mask ke lambung,
dan ketika makan dengan cepat bisa saja udara masuk ke gaster sehingga terjadi
begah.
2. Makan terburu-buru dapat mengakibatkan makanan yang masuk kedalam mulut tidak
dapat ditelan dengan baik, sehingga bisa saja menyebabkan tersedak, dan juga akan
mengalami gangguan pada proses pencernaan. Makan dan minum cepat dapat
meningkatkan aliran balik asam lambung ke kerongkongan setelah makan, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya penyakit asam lambung, nyeri ulu hati hingga sesak
napas. Jadi jika terlalu sering terjadi asam lambung akan menyebabkan terjadi
komplikasi, penyempitan kerongkongan, dan juga luka pada kerongkongan yang akan
mengakibatkan pendarahan pada kerongkoran, dan juga dapat menyebabkan kanker.
Berat badan naik, tubuh perlu sekitar 20 menit, jadi jika makan cepat akan cenderung
menkonsumsi makanan dalam waktu 20 menit, karena belum merasa kenyang
nantinya akan meiningkatkan kalori dan juga kenaikan berat badan. Jika makan cepat
juga dapat menghambat proses pencernaan, karena orang yang terbiasa makan cepat
cenderung lebih sering menyantap makanan dalam potongan besar, dan juga tidak
mengunyah sampai halus, hal ini membuat lambung dan usus beserta enzim-enzim
pencernaan di dalamnya akan bekerja lebih keras untuk mengolah makanan. Sindrom
metabolic, merupakan makanan cepat dan kenaikan berat badan dapat menyebabkan
sindrom ini dan resistensi insulin, kedua kondisi ini saling berkaitan dan dapat
menyebabkan penyakit jantung, dan juga diabetes tipe 2, 2,5 kali lipat. Proses
pencernaan lambat, makanan dapat memperlambat proses pecernaan, jadi orang yang
terbiasa makan cepat akan menelan mkanan dengan potongan sangat besar karena
tidak mengunyah sampai hancur, menyebabkan lambung dan enzim di dalamnya
memerlukan usaha lebih keras untuk mencernanya.
3. Mekanismenya, mengunyah merupakan pengirisan Mencamppur makanan dengan
liru, merangsang kuncup kecap. Mastikasi atau mengunyah. Merupakan motilitas
mulut yang melibatkan pengirisan, penggilingan, dan pencampuran makanan oleh
gigi. Fungsi mengunyah adalah:
a) Untuk menggiling dan memecahkan makanan menjadi potongan-patongan
yang lebih kecil sehingga makanan mudah ditelan dan untuk meningkatkan
luas permukaan makanan yang akan terkena enzim.
b) Untuk mencampur makanan dengan liur.
c) Untuk merangsang kuncup kecap. Dan secara refleks meningkatkan sekresi
liur, lambung, pankreas, dan empedu untuk persiapan menyambut kedatangan
makanan.
Tindakan mengunyah dapat volunter, tetapi sebagian besar mengunyah selama
makan adalah refleks ritmik yang dihasilkan oleh pengaktifan otot rangka rahang,
bibir, pipi, dan lidah sebagai respnns terhadap tekanan makanan pada jaringan mulut
Ada 4 dasar proses, Motilitas merupakan kontraksiotot yang mencampur dan
mendorong maju isi saluran cerna. Sekresi, enzim, garam empdu atau mucus yang
dikeluarkan organ pencernaan.
1) Digesti, untuk menguraikan struktur kompleks makanan secara kimiawi
menjadi satuan yang lebih kecil, dan dapat diserap.
2) Absorpsi, penyerapan unit mkanan kecil bersama dengan air vitamin dan juga
elektrolit, pidinpdahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe.
3) Defekasi, sebelum dikeluarkan dari tubuh, kimus yang sudah diserap
nutrisinya akan mengalami pembusukan terlebih dahulu di dalam organ
penernaan yang terakhir orannyaa adalah usus besar. Usus besar terdiri dari
kolon, saecum, apendiks dan juga rectum.
Aktivitas pencernaan diatur oleh mekanisme otonom, ssaraf intrinsic dan
ekstrinsik, ada juga hormone yang memastikan mkanan yang tertelan digunakan
secara maksimal oleh tubuh, untuk produksi energy dan penyediaan bahan. Ada tiga
penyerapan nutrient, pertama karbohidrat, kedua ada protein, yang keiga ada lemak
makanan.
Mengunyah merupakan gerakan ritmis yang dikendalikan oleh sisitem saraf
somatic, menuju otot-otot pengunyah, pemecahan partikel besar makanan menajdi
partikel kecil dan mencanpurnya dengan saliva sehingga terbentuk bolus. Selain
pengendalian volunteer gerakan mengunyah yang ritmis juga dikendalikan secara
reflek yang di aktifkan oleh tekanan terhadap gusi, gigi, palatum durum, dan lidah.

Dua tahap menelan: fase orofaririgeal dan fase esophageal.


a) Tahap orofaring terdiri dari pemindahan bolus dari rnulut melalui faring
untuk masuk ke esofagus. Ketika lidah mendorong bolus ke faring, bolus
makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke
dalam saluran napas seperti saluran hidung dan trakea
b) Tahap esofageal pada menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu
gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus,
mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung.
Kata peristalsis merujuk kepada kontraksi otot polos sirkular berbentuk cincin
yang bergerak progresif maju, mendorong bolus ke bagian di depannya yang
masih melemas. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 hingga 9
detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol
oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus
Mekanisme menelan yang pertama, penelanan dimulai secra volunteer pada
awal menelan, lidah akan menekan bolus ke langit-langit keras, yang kedua lidah akan
mendorong bolus ke faring, ketiga, pusat menelan akan menghambat pusat
pernapasan di batang otak, keempat, elevasi uvula mencegah makanan masuk ke
saluran hiding, kelima, posisi lidah mencegah makanan masuk kembali ke mulut.
Keenam, penutupan erat pita suara mencegah makanan memasuki trakea, terakhir,
epiglottis melipat kea rah glottis yang menutup.
4. Sistem pencernaan menghasilkan sekresi endokrin dan juga eksokrin. Sel kelenjar
eksokrin, pencernaan ini adlaah sel epitel khusus yang ditemukan pada permukaan
saluran cenah dan di dalam organ pencernaan tambahan seperti kelenjar eksokrin
pancreas yang menyekkresi getah pencernaan ke dalam lumen saluran cerna melalui
stimulasi hormonal atau neural yang sesuai.
Eksokrin pancreas, sekresi ini disalurkan mellaui ductus pankreatikus, dan
juga dukus aksesorius. Endokrin pancreas, sekresi ini disalurka melalui pembuluh
darah pancreas. Saliva menyekresi dua jeni protein yang utama, yang pertama sekresi
serosa, mengandung ptyalin, yang merupakan enzim untuk karbohidrat, kedua sekresi
mucus, yang mengandung musin, untuk pelumas dan perlindungan permukaan.
1) Zat nutrisi yang dibutuhkan harus berdifusi, atau dipindahkan secra aktif oleh
darah di dalam kapiler ke dasar kapiler.
2) Banyak mitokondria yang terletak di dalam sel kelenjar, yang menggunakan
energy oksidatif untuk membentuk ATP.
3) Energy dari ATP bersama dengan zat nutrisi, kemudian digunakan untuk
sintesisi zat-zat organic.
4) Bahan sekretoris dibawa oleh tubulus reticulum endoplasmic menuju vesikel
dari kompleks golgi
5) Didalam kompleks golgi, zat-zat tsb dimodifikasi, ditambahkan, dan di
keluarkan leawat sitoplasma dalam bentuk vesikel sekretoris. Nantinya akan
tersimpan pada ujung-ujung sel sekretoris.
6) Di vesikel ini, tetap tersimpan hingga sinyal pengotrol saraf atau hormonal dan
juga sel mengeluarkan isi vesikel melalui permukan sel.

Tiga rangsangan dasar yang penting dalam menyebabkan sekresi pankreas:

a) asetilkolin, yang dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus parasimpatis


dan dari saraf-saraf kolinergik lain di dalam sistem-saraf enterik.
b) Kolesistokinin, yang disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyenum
bagian atas ketika makanan masuk ke dalam usus halus.
c) Sekretin, yang juga disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyunum ketika
makanan yang sangat asam masuk ke usus halus.
Di lambung ada tiga tahap. Pertama yaitu tahap sepalik, terjadi sebelum
makanan mencapai lambung, masuknya makanan ke dalam mulut dapat merangsang,
sekresi lambung. Kedua ada tahap lambung, saat makanan mencapai lambung dan
berlangsung selama makanan masih ada. Ketia ada tahap usus, terjadi setelah kimus,
meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Sekresi lambung, distrimulasi oleh
skresi gastin, duodenum, sehingga dapat berlangsung selama bebrapa jam.
Gastrindihasilakn bagian atas duodenum, dan di bawah dalam sisrkulasi menuju
lambung.
MIND MAP

SISTEM
PENCERNAAN

MEKANISME SEKRESI

HORMON ENZIM

STEP 5

1. Struktur mikroskopis gastrointestinal dihubungkan dengan mekanisme fungsi sekresi


dari traktusnya
2. Jenis dan fungsi enzim dan hormon terhadap sistem pencernaan
3. Faktor yang mempengaruhi sekresi enzim dan hormon tersebut

REFLEKSI DIRI

Setelah saya mengikuti pbl sk2 pertemuan pertama Alhamdulillah saya sedikit
mengerti tentang struktur mikroskopis dari GI dan juga mekanismenya. Semoga kedepannya
saya lebih bisa aktif lagi dalam pbl dan lebih baik lagi aamiin.

STEP 6

Belajar Mandiri
STEP 7

1. Struktur mikroskopis

A. Cavum oris

Rongga mulut dilapisi oleh mukosa mulut yang tampak basah dan terdiri atas epitel
gepeng berlapis (tanpa lapisan keratin, berlapisan keratin sebagian atau parakeratinasi,
atau berlapisan keratin penuh atau ortokeratinasi) dan jaringan ikat kolagen yang
susunannya tak teratur atau iregular yang terdapat di bawah epitel. Selain itu, bagian
mukosa mulut yang mengandung kuncup kecap (permukaan dorsal lidah, langitan
lunak, dan farings) dilapisi oleh mukosa khusus (specilazed mucoca, yang khusus
untuk mengecap).

B. Gigi

Manusia mempunyai 2 perangkat gigi: 20 gigi desidua (susu), yang akan digantikan
oleh 32 gigi tetap (dewasa) yang terdiri atas 20 gigi suksedanosa/pengganti
(succedaneous) dan 12 molar (accessional). Gigi desidua dan gigi tetap terbagi rata
pada lengkung mandibula dan maksila. Tiap gigi tertanam dalam rongga (alveolus)
pada tulang dan dilapisi oleh jaringan ikat kolagen yang susunannya iregular yang
disebut ligamen periodontal yang terdapat di antara gigi dan tulang. Bahan
bermineral pada gigi adalah email, dentin dan sementum. Dentin melingkupi rongga
pulpa dan saluran akar. Pada mahkota gigi, dentin dilapisi oleh email, sedangkan
pada akar gigi, dentin dilapisi oleh sementum. Bagian keras gigi sebagian besar
terdiri atas dentin. Email dan sementum bertemu pada serviks gigi.

C. Lidah

Lidah adalah bangunan terbesar dalam rongga mulut. Kemampuan geraknya


disebabkan oleh adanya massa besar yang saling berjalin yang terdiri atas serat otot
rangka, Serat otonya terdiri atas dua kelompok, yaitu: yang berorigo di luar lidah dan
disebut otot ekstrinsik, dan yang origo dan insersionya di dalam lidah dan karenanya
disebut otot intrinsik. Otot ekstrinsik berperan pada gerakan lidah ke dalam dan ke
luar rongga mulut, serta gerakan ke samping, sedangkan otot intrinsik berperan pada
perubahan bentuk lidah. Otot intrinsk tersusun dalam empat kelompok, yaitu yang
arahnya longitudinal superior dan inferior, vertikal, dan transversal.
Permukaan dorsal sepertiga posterior lidah tidak rata karena adanya tonsila lingua.
Papila lidah, yang sebagian besar menonjol di atas permukaan, menutupi duapertiga
anterior permukaan dorsal lidah. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, papila lidah
dibedakan atas empat macam, yaitu: papila filiformis, fungiformis, foliata, dan
sirkumvalata.

a. Papila filiformis jumlahnya banyak dan bentuknya langsing, Papila filiformis


diliputi oleh epitel gepeng berlapis dengan lapisan keratin yang membantu dalam
menjilat makanan dari suatu permukaan.

b. Papila fungiformis bentuknya seperti jamur, Epitel yang melapisi papila


fungiformis adalah epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin.

c. Papila foliata terletak di sepanjang bagian posterolateral lidah, Papila ini


mempunyai kuncup kecap.

d. Papila sirkumvalata berjumlah 8-12 buah dan terletak tepat di anterior sulkus
terminalis.

D. Gaster (lambung)

Gambar lambung (potongan transversal).


Lambung adalah suatu organ berongga menggelembung yang terletak diantara
esofagus dan usus halus. Di taut esofagus-lambung terjadi perubahan mendadak dari
epitel skuamos kompleks non keratin menjadi epitel silindris selapis lambung, sel-sel
yang menghasilkan mucus dalam jumlah besar. Mucus yang dikeluarkan melekat ke
epitel permukaan dan membentuk lapisan protektif yang sangat efektif bagi dinding
dalam lambung terhadap getah lambung korosif yang berasal dari kelenjar lambung.

E. Pylorus-duodenum

Gambar pilorus-duodenum (potongan longitudinal).\

Pilorus lambung dipisahkan dari duodenum usus halus oleh suatu lapisan otot polos
tebal yang dinamai sfingter pilorus yang terbentuk oleh penebalan lapisan sirkular
muskularis eksterna lambung.
F. Duodenum

Gambar duodenum (potongan longitudinal).

Dinding duodenum terdiri dari empat lapisan: mukosa dengal lapisan epitelnya,
lamina propria, dan muskularis mukosa. Jaringan ikat submukosa dibawahnya dengan
kelenjar duodenum. Dua lapisan otot polos muskularis eksterna dan peritoneum
viseral serosa. Lapisan-lapisan ini bersambungan dengan lapisan-lapisan di lambung,
usus halus, dan usus besar.

G. Jejenum

Gambar jejenum (potongan transversal)


Histologi duodenum bagian bawah, jejenum, dan ileum serupa dengan duodenum
bagian atas. Satu-satunya pengecualian adalah kelenjar duodenum, kelenjar ini
biasanya terbatas di submucosa bagian atas duodenum dan tidak di temukan di
jejenum dan ileum, Gambar ini memperlihatkan lipatan plika sirkularis permanen
yang mencolok dan meluas ke lumen jejunum. Inti plika sirkularis terbentuk dari
jaringan ikat submucosa ireguler padatyang mengandung banyak arteri dan vena.

H. Ileum

Gambar ileum (potongan transversal)

Gambaran khas ileum adalah agregat nodulus limfatik yang dinamai bercak peyer.
Setiap bercak peyer adalah kumpulan banyak nodudulus limfatik yang terletak di
dinding ileum pada posisi yang berlawanan dari melekatnya mesenterium.

I. vilus

Gambar vilus (potongan longitudinal)


Epitel permukaan kolumnar selapis yang menutupi vilus mengandung sel goblet
penghasil mucus dan sel absorptive dengan mikrovilus. Untuk memperlihatkan mucus
sediaan dipulas untuk karbohidrat.

J. kolon dan mesenterium

Gambar Kolon dan mesenterium (potongan transversa

Dinding kolon memiliki lapisan lapisan dasar yang sama seperti usus halus. Mukosa
terdiri dari epitel kolumnar selapis, kelenjar usus, lamina propria, dan muskularis
mukosa, submucosa di bawahnya mengandung sel jaringan ikat, berbagai pembuluh
darah dan saraf. Dua lapisan otot polos memebentuk muskularis eksterna, serosa,
membungkus kolon tranversus dan kolon sigmoid. Terdapat beberapa modifikasi
dinding kolon yang membedakannya dari saluran cerna yg lain.
K. Apendiks

Gambar Apendiks (potongan transversal)

Pada perbandingan antara mukosa apendiks dan mukosa kolon, epitel pelapis
mengandung banyak sel goblet, lamina propria, dibawahnya mempunyai kelenjar
usus, dan terdapat muskularis mukosa. Kelenjar usus di apendiks relative kurang
berkembang, lebih pendek, dan sering terpisah lebih jauh antara satu dengan yang
lainnya disbanding dengan yang di kolon.

L. Rectum

Gambar rektum (potongan transversal)


Dilapisi epitel kolumnar selapis bergoblet. Kelenjar usus, sel adipose, nodulus limfatik di
lamina propria serupa dengan yang ada di kolon. Kelenjar usus lebih panjang, lebih
berdekatan dan terisi dengan sel goblet. Di bawah lamina propria terdapat muskularis
mukosa.

2. Enzim-Enzim Pencernaan Pankreas

Sekresi pankreas mengandung banyak enzim untuk mencerna tiga jenis makanan utama:
protein, karbohidrat, dan lemak. Tripsin dan kimotripsin memecah seluruh dan sebagian
protein yang dicerna menjadi peptida berbagai ukuran tetapi tidak menyebabkan pelepasan
asam-asam amino. Namun, karboksipolipeptidase ternyata memecahkan beberapa peptida
menjadi asam-asam amino, sehingga menyelesaikan pencernaan beberapa protein menjadi
bentuk asam amino.
Enzim pankreas untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas, yang akan
menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali selulosa) untuk
membentuk sebagian besar disakarida dan beberapa trisakarida.
Enzim utama untuk mencerna lemak adalah (1) lipase pankreas, yang mampu
menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida; (2) kolesterol esterase,
yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol; dan (3) fosfolipase, yang memecah asam lemak
dari fosfolipid.
Rangsangan Dasar yang Menyebabkan Sekresi Pankreas
Tiga rangsangan dasar yang penting dalam menyebabkan sekresi pankreas:
1. Asetilkolin, yang dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus parasimpatis dan
dari saraf-saraf kolinergik lain di dalam sistem-saraf enterik.
2. Kolesistokinin, yang disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyenum bagian
atas ketika makanan masuk ke dalam usus halus.
3. Sekretin, yang juga disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyunum ketika
makanan yang sangat asam masuk ke usus halus. Kedua stimulus pertama
tersebut, asetilkolin dan kolesistokinin, merangsang sel-sel asinar pankreas,
menyebabkan dihasilkannya enzim-enzim pencernaan pankreas dalam jumlah
besar tetapi dengan jumlah air dan elektrolit yang relatif kecil yang mengalir
bersama dengan enzim. Tanpa air, sebagian besar enzim sementara tetap
disimpan di dalam asini dan duktus sampai lebih banyak sekresi cairan yang
datang untuk menyapu enzim-enzim tersebut ke dalam duodenum.
Berbeda dengan dua rangsang dasar pertama, sekretin merangsang sekresi
larutan air dari natrium bikarbonat dalam jumlah besar oleh epitel duktus
pankreas.

Fase-Fase Sekresi Pankreas

Sekresi pankreas terjadi dalam tiga fase, sama dengan sekresi gastrik: fase sefalik,
fase gastrik, dan fase intestinal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

Fase Sefalik dan Gastrik. Selama fase sefalik sekresi pankreas, sinyal-sinyal saraf
yang sama dari otak yang menyebabkan sekresi dalam lambung juga menyebabkan
asetilkolin dilepaskan oleh ujung-ujung nervus vagus dalam pankreas. Hal ini menyebabkan
enzim dalam jumlah sedang disekresi ke dalam asini pankreas, menghasilkan kurang lebih 20
persen dari total sekresi enzim pankreas sesudah makan. Namun sejumlah kecil sekresi
segera mengalir keluar melalui duktus pankreatikus ke dalam usus karena hanya sedikit air
dan elektrolit yang disekresi bersamaan dengan enzim. Selama fase gastrik, rangsang saraf
terhadap sekresi enzim berlanjut terus, menghasilkan lagi sebanyak 5 sampai 10 persen enzim
pankreas yang disekresi sesudah makan. Walaupun demikian, hanya sejumlah kecil yang
mencapai duodenum karena tidak adanya sekresi cairan secara terus-menerus. Fase Intestinal.
Sesudah kimus meninggalkan lambung masuk ke dalam usus halus, sekresi pankreas menjadi
sangat banyak, terutatna sebagai respons terhadap hormon sekretin.

a. Sekresi Empedu oleh Hati; Fungsi Pohon Empedu


empedu memainkan peran penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak,
bukan karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi
karena asam empedu dalam empedu melakukan dua hal: (1) Mereka membantu
mengemulsi partikel-partikel lemak yang besar dalam makanan menjadi banyak
partikel kecil, permukaan partikel tersebut dapat diserang oleh enzim lipase yang
disekresikan dalam getah pankreas, dan (2) mereka membantu absorpsi produk
akhir lemak yang telah dicerna melalui membran mukosa intestinal.

Empedu disekresi dalam dua tahap oleh hati: (1) Bagian awalnya disekresi oleh sel-sel
fungsional utama hati, yaitu sel hepatosit; sekresi awal ini mengandung sejumlah besar asam
empedu, kolesterol, dan zat-zat organik lainnya. Empedu ini disekresi ke dalam kanalikulus
biliaris kecil yang terletak di antara sel-sel hati (2) Kemudian, empedu mengalir di dalam
kanalikulus menuju septa interlobularis, tempat kanalikulus mengosongkan empedu ke dalam
duktus biliaris terminal dan kemudian secara progresif ke dalam duktus yang lebih besar.
Akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Dari sini empedu langsung
dikeluarkan ke dalam duodenum atau dialihkan dalam hitungan menit sampai beberapa jam
melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu Dalam perjalanannya melalui duktus-
duktus biliaris, bagian kedua sekresi hati ditambahkan ke dalam sekresi empedu yang
pertama. Sekresi tambahan ini berupalarutan encer ion-ion natrium dan bikarbonat yang
disekresi oleh sel-sel epitel sekretoris yang mengelilingi duktulus dan duktus. Sekresi kedua
ini kadang-kadang meningkatkan jumlah empedu total sampai 100 persen. Sekresi kedua ini
dirangsang terutama oleh sekretin, yang menyebabkan pelepasan sejumlah ion bikarbonat
tambahan untuk melengkapi ion-ion bikarbonat dalam sekresi pankreas (untuk menetralkan
asam yang dikeluarkan dari lambung ke duodenum.

Enzim-Enzim Pencernaan pada Sekresi Usus Halus.


Bila sekresi usus halus dikumpulkan tanpa serpihan sel, sekresi ini hampir tidak
mengandung enzim. Enterosit mukosa, terutama yang menutupi vili, mengandung enzim
pencernaan yang mencerna zat-zat makanan khusus ketika makanan diabsorbsi melalui epitel.
Enzim-enzim ini adalah sebagai berikut: (1) beberapa peptidase untuk memecah peptida kecil
menjadi asam amino, (2) empat enzim sukrase, maltase, isomaltase, dan laktase untuk
memecah disakarida menjadi monosakarida, dan (3) sejumlah kecil lipase intestinal untuk
memecah lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak.

Pengaturan Sekresi Usus Halus—Rangsang Setempat


Sejauh ini cara terpenting untuk mengatur sekresi usus halus adalah dengan refleks
saraf enterik setempat, terutama refleks yang dicetuskan oleh rangsang taktil atau iritatif dari
kimus di dalam usus.

 Sekresi Mukus oleh Usus Besar

Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta
Lieberkuhn; tetapi, berbeda dengan usus halus, mukosa usus besar tidak memiliki vili.
Sekresi sel-sel epitelnya hampir tidak mengandung enzim pencernaan. Sebaliknya, sel ini
mengandung sel-sel mukus yang hanya menyekresi mukus. Mukus ini mengandung ion
bikarbonat dalam jumlah sedang yang disekresi oleh beberapa sel epitel yang tidak
menyekresi mukus. Kecepatan sekresi mucus terutama diatur oleh rangsang taktil langsung
sel-sel epitel yang melapisi usus besar, dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel-sel mukus
pada kripta Lieberkizhn.
Rangsang nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persarafan parasimpatis
ke separuh sampai dua pertiga bagian distal usus besar, juga dapat mengakibatkan kenaikan
jumlah sekresi mukus yang nyata. Selama perangsangan parasimpatis yang ekstrem, sering
kali disebabkan oleh gangguan emosional, kadang begitu banyak mukus disekresi ke dalam
usus besar sehingga orang tersebut mengalami gerakan mukus kental sesering setiap 30
menit; mukus ini sering mengandung sedikit atau tidak mengandung feses. Mukus dalam
usus besar melindungi dinding usus terhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga menyediakan
suatu media yang lengket untuk melekatkan bahan feses menjadi satu. Lebih lanjut, mukus
melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktivitas bakteri yang berlangsung di dalam
feses, dan, akhirnya, mukus ditambah sifat basa dari sekresi (pH 8,0 yang disebabkan oleh
sejumlah besar natrium bikarbonat) menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang
terbentuk di dalam tinja tidak menyerang dinding usus.

Tabel Enzim
ENZIM ASAL SUBTRAT PRODUK
Saliva

Saliva Amylase Gland saliva Polisakarida Disakarida,Trisakarida,


(sel asinus) alfa dextrins
Lingual Lipase Gland Trigliserida Asam lemak dan
Lingual diglyceride
(lidah)
Gaster
Pepsin Chief sel Protein Peptida
Lipase Chief sel Trigliserida Asam lemak dan
monoglyserida
Pankreas

Amylase pankreas Sel aciner Polisakarida Disakarida, trisakarida,


pankreas alfa dextrim
Tripsin Sel aciner Protein Peptida
pankreas
Chymotripin Sel aciner Protein Peptida
pankreas
Etalase Sel aciner Protein Peptida
pankreas
Carboxypepti Sel aciner Asam amino dan Asam amino dan
pankreas carboxy peptida peptida
da
Lipase pankreas Sel aciner Trigliserida Asam lemak dan
nuclease pankreas monoglyserola
Ribonuklease Sel aciner Asam ribonukleat Nukleotida
pankreas
Doxyribonuklease Sel aciner Asam Nukleotida
pankreas deoxyrlbonukleat
Brush Border

Alfa dextrinase Usus Halus Alfa dextrins Glukosa


Maltase Usus Halus Maltosa Glukosa
Sukrase Usus Halus Sukrosa Glukosa dan fruktosa
Lactase Usus Halus Lactase Glukosa dan galaktosa
Enterokinase Usus Halus Trypsinogen Trypsin
Aminopeptida Usus Halus Asam amino pada Asam amino dan
ujung peptida peptida
Dipeptidase Usus Halus Peptidase Asam amino
Nukleusidase Usus Halus Dipeptidase Basa nitrogen, pentosa,
phorpatase

3. Faktor faktor yang memepengaruhi mekanisme pencernaan

Pada mekanisme pencernaan terdapat beberapa factor yang mempengaruhi


diantaranya terdapat Empat faktor berperan dalam mengatur fungsi system
pencernaan:
a. Fungsi autonom otot polos
Otot polos traktus digestivus mengalami siklus depolarisasi dan repolarisasi
yang ritmik dan konstan. Jenis utama aktivitas listrik spontan di otot palos
pencernaan adalah potensial gelombang lambat yang juga dinamai basic
electrical rhythm (BER, irama listrik dasar) saluran cerna. Sel pemacu yang
dikenal dengan sel interstisial Cadal berlokasi di seluruh lapisan muskularis
eksterna. Sel pemacu ini menghasilkan potensial gelombang lambat yang
menyebar melalui taut celah ke sel otot polos yang berdekatan.
Gelombang lambat bukan merupakan potensial aksi dan tidak secara
langsung memicu kontraksi otot. gelombang ini adalah fluktuasi potensial
membran yang ritmik dan beralun yang secara siklis membawa membran
mendekati atau menjauhi potensial ambang. Jika gelambang ini mencapai ambang
di puncak depolarisasi, di setiap puncak terpicu potensial aksi sehingga terjadi
siklus-siklus kontraksi otot yang berirama Gelombang lambat dihantarkan secara
cepat dari sel ke sel melalui lembaran otot polos digestif oleh taut celah yang
melaluinya ion pembawa muatan dapat mengalir, serupa dengan potensial pemacu
yang dihantarkan melalui otot jantung. Karena itu, seluruh lembaran otot
berfungsi sebagai sinsitium fungsional, menjadi tereksitasi dan berkontraksi
sebagai satu unit ketika ambang tercapai. 3,4
Jika ambang tidak tercapai, aktivitas elektrik gelombang lambat berasilasi
terus menyapu ke seluruh lembaran otot tanpa disertai dengan aktivitas kontraktil.
Apakah ambang tercapai atau tidak bergantung pada efek berbagai faktor
mekanis, saraf, dan hormon yang memengaruhi titik awal osilasi irama gelombang
lambat tersebut. Jika titik awal berada dekat dengan tingkat ambang, seperti ketika
terdapat makanan disaluran cerna, puncak gelombang-lambat yang berdepolarisasi
akan mencapai ambang sehingga frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraktil
yang menyertainya meningkat. Sebaliknya, jika titik awal jauh dari ambang,
seperti ketika tidak terdapat makanan, kecil kemungkinannya ambang tercapai
sehingga frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraksi berkurang. 3,4
Kecepetan (frekuensi) aktivitas kontraktil ritmik spontan saluran cerna
bergantung pada laju inheren yang diciptakan oleh sel-sel pemacu yang terlibat.
Interisitas (kekuatan) kontraksi ini bergantung pada jumlah potensial aksi yang
terjadi ketika potensial gelombang-lambat mencapai ambang, yang nantinya
bergantung pada seberapa lama ambang dipertahankan. Di ambang, terjadi
pengaktifan saluran Ca2+ berpintu listrik sehingga menyebabkan terjadinya
inlluks Ca2+ ke dalam sei otot polos. Masuknya Ca2+ ini menimbulkan dua efek
Hal ini berperan dalam fase naik potensial aksi, dengan fase turun ditimbulkan
seperti biasanya oleh efluks K+; dan Hal ini memicu respons kontraksi Semakin
besar jumlah potensial aksi, semakin tinggi konsentrasi Ca2+ sitosol, semakin
besar aktivitas jembatan-silang, dan seanakin kuat kontraksi.
Faktor lain yang memengaruhi aktivitas kontraksi juga melakukannya
dengan mengubah konsentrasi Ca2+ sitosol. Karena itu, tingkat kontraktilitas
dapat berkisar dari tonus rendah hingga gerakan mencampur dan mendorong yang
kuat dengan mengubah-ubah konsentrasi Ca2+ sitosol. 3,4
b. Pleksus saraf intrinsik
Pleksus saraf intrinsik adalah dua anyaman utama serat saraf pleksus
submucosa dan pleksus mienterikus yang seluruhnya berada di dalam dinding
saluran cerna dan berjalan di sepanjang saluran cerna. Dengan demikian, tidak
seperti sistem tubuh yang lain, saluran cerna memiliki system saraf intramuralnya
(di dalam dinding) sendiri, yang mengandung neuron sebanyak di korda spinalis
(sekitar 100 juta neuron) dan memberi saluran ini tingkat regulasi-diri yang cukup
besar. Bersama-sama, kedua pleksus ini sering disebut sistem saraf enterik.
Pleksus intrinsik memengaruhi semua segi aktivitas saluran cerna. Pleksus
intrinsik mengandung berbagai jenis neuron. Neuron sensorik yang disebut
neuron aferen primer intrinsik berespons terhadap rangsangan lokal spesifik
dalam saluran cerna. Neuron eferen intrinsik menyarafi dan mengontrol otot
polos serta sel endokrin dan eksokrin saluran cerna. Serupa dengan jaringan di
dalam sistem saraf pusat, interneuron menerima masukan sinaptik dari neuron
aferen primer intrinsik dan memodulasi aktivitas neuron eferen intrinsik. 3,4
Neuron eferen intrinsik dapat secara langsung memengaruhi motilitas
saluran cerna, sekresi getah pencernaan, dan sekresi hormon GI melalui interaksi
eksitatorik atau inhibitorik. Sebagai contoh, neuron yang mengeluarkan asetilkolin
(Ach) sebagai neurotransmiter mendorong kontraksi otot poIos saluran cerna,
sementara neurotransmiter nitrat oksida dan vasoactive intestinal peptide (peptida
usus vasoaktif) bekerja bersama untuk menyebabkan relaksasi. Anyaman saraf
intrinsik ini terutama mengoordinasikan aktivitas lokal di dalam saluran cerna.
Sebagai gambaran, jika sepotong besar makanan terganjal di esofagus, pleksus-
pleksus intrinsik mengoordinasikan respons lokal untuk mendorong maju
makanan. Sebagai tambahan dari kompleksnya kontrol dan penyesuaian
koordinasi ekstensif di seluruh saluran cerna, aktivits saraf intrinsik dapat
dipengaruhi oleh sejumlah besar sinyal saraf ekstrinsik, parakrin, dan endokrin.

c. Saraf ekstrinisik
Saraf ekstrinsik adalah serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf
autonom yang berasal dari luar saluran cerna dan mengatur fungsi saluran cerna.
Saraf autonomy memengaruhi motilitas dan sekresi saluran cerna dengan
memodifikasi aktivitas yang sedang berlangsung di pleksus intrinsik, mengubah
tingkat sekresi hormon pencernaan, atau, pada beberapa kasus, bekerja langsung
pada otot polos dan kelenjar. Ingat kembali bahwa, secara umum, saraf simpatis
dan parasimpatis yang menuju ke suatu jaringan menimbulkan efek berlawanan di
jaringan tersebut.
sistem simpatis, yang mendominasi pada situasi "berjuang-atau-lari';
cenderung menghambat atau memperlambat kontraksi dan sekresi saluran cerna.
Efek ini sesuai jika dilihat bahwa proses pencernaan bukan prioritas tertinggi
ketika tubuh menghadapi suatu kedaruratan.
Sistem saraf parasimpatis, sebaliknya, mendominasi pada situasi tenang
"rest-and-digest” yaitu saat berbagai aktivitas pemeliharaan umum misalnya
pencernaan dapat berlangsung optimal.
Karena itu, serat saraf parasimpatis yang menyarafi saluran cerna, yang dating
terutama melalui saraf vagus, cenderung meningkatkan motilitas otot polos dan
mendorong sekresi enzim dan hormon pencernaan. Hal yang khas untuk saraf
parasimpatis ke saluran cerna adalah bahwa serat saraf parasimpatis pascaganglian
sebenarnya adalah bagian dari pleksus saraf intrinsik. Serat-serat ini adalah neuron
keluaran penghasil asetilkolin di dalam pleksus. Karena itu, asetilkolin dilepaskan
sebagai respons terhadap refleks lokal yang seluruhnya dikoordinasikan oleh pleksus
intrinsik serta terhadap refleks vagus, yang bekerja melalui pleksus intrinsik. Selain
diaktifkan selama lepas muatan simpatis atau parasimpatis generalisata, saraf
autonom, khususnya saraf vagus, dapat secara tersendiri diaktifkan untuk hanya
memadifikasi aktivitas pencernaan. Salah satu tujuan utama pengaktifan spesifik
persarafan ekstrinsik adalah untuk memadukan aktivitas antar berbagai bagian
saluran cerna. Sebagai contoh, tindakan mengunyah makanan secara refleks
meningkatkan tidak saja sekresi liur tetapi juga sekresi lambung, pankreas, dan hati
melalui refleks vagus sebagai antipisasi kedatangan makanan.

d. Hormon pencernaan
Di dalam mukosa bagian-bagian tertentu saluran cerna terdapat sel-sel kelenjar
endokrin khusus yang mengeluarkan hormon pencernaan yang dapat menimbulkan
pengaruh eksitatorik atau inhibitorik pada otot polos pencernaan dan sel-sel kelenjar
eksokrin. Perlu dicatat bahwa banyak hormon yang sama ini dibebaskan dari neuron
di otak, tempat mereka bekerja sebagai neurotransmitter dan neuromadulator. Selama
perkembangan embrionik, Dinding saluran cerna Mengandung tiga jenis reseptor
sensorik yang berespons terhadap perubahan lokal di saluran cerna:
a. kemoreseptar yang peka terhadap komponen kimiawi di dalam lumen,
b. Mekenoreseptor (reseptor tekanan) yang peka terhadap regangan atau
tegangan di dinding, dan
c. osmoreseptor yang peka terhadap osmolaritas isi lumen.
Stimulasi reseptor-reseptor ini memicu refleks saraf atau sekresi hormon, yang
keduanya mengubah tingkat aktivitas di sel efektor sistem pencernaan. Sel-sel
efektor ini mencakup sel otot polos (untuk memodi fikasi motilitas), sel kelenjar
eksokrin (untuk mengantrol sekresi getah pencernaan), dan sel kelenjar endokrin
(untuk mengubah sekresi hormon pencernaan). Pengaktifan reseptor dapat
menimbulkan dua jenis refleks sarafrefleks pendek dan refleks panjang. Ketika
jaringan sarai intrinsic memengaruhi motilitas lokal atau sekresi sebagai respons
terhadap stimulasi lukal spesifik, semua elemen refleks terletak di dalam dinding
saluran cerna itu sendiri yaitu terjadilah refleks pendek Aktivas saraf autonom
ekstrinsik dapat berjalan di atas kontrol lokal untuk memodifikasi respons otot
polos dan kelenjer, baik untuk menghubungkan aktivitas antara berbagai bagian
saluran cerna atau untuk memodifikasi aktifitas sistem pencernaan sebagai respons
terhadap pengaruh eksternal. Karna refleks autonom melibatkan jalur-jalur
panjang antara susunan saraf pusat dan sistem pencernaan, refleks-refleks tersebut
dikenal sebagai refleks panjang. Selain reseptor sensorik di dalam dinding
saluran cerna yang memantau isi lumen dan tegangan dinding, rnembran plasma
sel efektor sistem pencernaan memiliki protein reseptor yang berikatan dan
berespons terhadap hormone pencernaan, neurotransmiter, dan mediator kimiawi
lokal. Dari gambaran umum ini, Anda dapat melihat bahwa regulasi fungsi
pencernaan merupakan hal yang sangat kompleks karena dipengaruhi oleh banyak
jalur sinergistik yang saling terkait yang dirancang untuk memastikan bahwa
terbentuk respons yang sesuai untuk mencerna dan menyerap makanan.
e. Emosi dapat memengaruhi motilitas lambung
Faktor lain yang tidak berkaitan dengan pencernaan, misalnya emosi, juga dapat
mengubah motilitas lambung dengan liekerja melalui saraf autonom untuk memengaruhi
derajat eksitabilitas otot polos lambung. Meskipun etek emosi pada motilitas lambung
bervariasi dari orang ke orang dan tidak selalu dapat diperkirakan, kesedihan dan rasa
takut umumnya cenderung naengurangi motilitas, sementara kemarahan dan agresi
cenderung meningkatkannya. Selain pengaruh emosi, nveri hebat dari bagian tubuh
manapun cenderung menghambat motilitas, tidak hanya di lambung tetapi di seluruh
saluran cerna. Respons ini ditimhulkan oleh peningkatan aktivitas simpatis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy & Physiology. Edisi 13. 2014.
2. John E.Hall Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Elsevier.
Singapura. 2016.
3. Richard S.Snell . Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC. Edisi 6.
Jakarta. 2006.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC;. 2012.
5. Victor p. Eroschenko. Difiore. Atlas histologi. EGC: penerbit buku kedokteran. Edisi
13;2015.

Anda mungkin juga menyukai