SKENARIO 4
“ SULIT BERNAFAS’’
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
Skenario 4
Sulit Bernafas
Seorang laki-laki usia 40 tahun dating ke dokter untuk melakukan medical check up. Pada
pemeriksaan fisik thorax,dokter memperhatikan eksapnsi pernafasan tidak maksimal dan hal
ini dapat berhubungan dengan proses inspirasi serta ekspirasi paru pasien. Dokter
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan fungsi faal paru dan didapatkan hasil FEV1 >80
% dan FVC >80%.
STEP 1
1. FEV = Volume udara yang didapat di ekspirasi dalam waktu standar selama tindakan
FVC.
2. FVC = Besarnya udara yang dapat dikeluarkan dalam satu tarikan nafasPengukuran
kapasitas vital yang didapatkan pada ekspirasi yang dilakukan secara cepat dan sekuat
mungkin.
3. Inspirasi= Proses pemasukan oksigen dalam tubuh fase kontraksi otot diafragma,dada
membesar, tekanan di rongga dada mengecil oksigen masuk.
4. Ekspirasi= Proses keluarnya udara dalam tubuh berupa karbondioksida dan uap air
dari sisa metabolisme yang harus dibuang.
Pengeluaran karbondioksida dari dalam tubuh dengan menaiknya tekananintra pleura
sehingga lebih tinggi tekananya daripada tekanan atmosfer sehingga karbondioksida
keluar.
5. Faal Paru = Pengukuran objektif apakah fungsi paru seseorang dalam keadaan normal
atau abnormal.
6. Ekspansi Pernafasan = Pengembangan paru paru yang terjadi saat proses penyelesaian
inspirasi
STEP 2
1. Makro
Saluran nafas atas: Cavum nasi, laryng, dan faryng.
Saluran nafas bawah: Trachea, bronkus primer, bronkus sekunder, bronkus
tersier,bronchioles terminalis, respiratorius, saccus alveolaris, ductus
alveolaris, dan alveolus.
Paru paru kanan: fissura horizontalis dan fissure obliquus
Terdapat 3 lobus: Lobus superior, lobus media dan lobus inferior.
Paru paru kiri : Fissura obliquus.
Terdapat 2 lobus: lobus superior dan lobus inferior.
Cavuum nasi: Mukosa, olfaktorius, concha nasal
Faryng: nasopharinng, oropharyng, laryngofaryng.
Vaskularisasi: A. pulmonalis, A. bronchialis, V pulmonalis, V. bronchialis.
STEP 4
4. –
5. –
6. –
MIND MAP
Volunteer Involunteer
Inspiras
i Ekspirasi
STEP 5
REFLEKSI MANDIRI
Semakin ke dalam, epitelnya semakin tidak bertanduk dan tipis, tidak ada
kelenjar keringat dan lemak. Adapun epitelnya terbagi atas bagian respiratorik dan bul
Respiratorik dan bulbus Olfactoria, yaitu :
1.Regio Respiratoria yang dilapisi oleh mukosa respiratoria.
2.Regio Olfactoria dilapisi oleh mukosa olfaktoria.
Gambar Pharynx
Struktur mikroskopisnya, terdiri dari :
Epitel Mukosa Respiratoria, yaitu epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel
goblet adalah sel-sel yang akan mensekresi mucus/lendir yang akan menangkap
bahan-bahan kotoran dari luar, dan Sel-sel yang bercilia yang akan bergerak untuk
mendorong mucus keluar. pembuluh darah, berfungsi untuk menghangatkan.
Lamina propia, terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar dan
banyak sabut-sabut elastis. Tunika submukosa, sekretnya berfungsi untuk
melembabkan udara. Mengandung jaringan ikat kendor yang mempunyai banyak
jaringan limfoid.
Gambaran struktur mikroskopisnya, adalah sebagai berikut :
C. LARYNX
Larynx (laring) atau tenggorokan merupakan salah satu saluran pernafasan (tractus
respiratorius). Laring membentang dari laryngoesophageal junction dan
menghubungkan faring (pharynx) dengan trachea. Laring terletak setinggi Vertebrae
Cervical IV – VI. Laring dibentuk oleh beberapa cartilage, antara lain :
Cartilago epiglottica. Cartilago elastic berbentuk daun terletak di posterior dari radix
linguae. Berhubungan dg corpus ossis hyoidea di anterior nya dan cartilage thyroidea
di posteriornya.
Gambar Cartilago epiglotica
Cartilago thyroidea.
Terdiri atas 2 lamina cartylago hyaline yg bertemu di linea mediana anterior menjadi
sebuah tonjolan sudut V yang disebut dengan Adam’s apple/ commum adamum/
prominentia piriformis (jakun).
Cartilago cricoidea
Merupakan cartilage yg berbentuk cincin utuh dan terletak di bawah dari cartilago
thyroidea. Cartilage ini mempunyai arcus anterior yg sempit dan lamina posterior yg
lebar.
Cartilago arytenoidea.
2 buah nodulus kecil yg bersendi dg apex cartilaginis arytenoidea dan merupakan tmp
lekat plica aryepiglottica shg menyebabkan pinggir atas plica aryepiglottica dextra et
sinistra agak meninggi.
Larynx mempunyai 2 lipatan mukosa, (1) Pilika Vokalis/Falls Vocal Cord, fungsi lain
dari pilka vokalis adalah menutup saluran napas saat mengejan dan secara refleks
menutup saluran napas bila berada pada tempat dengan udara yang tidak dikehendaki
oleh paru-paru. Secara Intermitent membuka dan menutup saat batuk. Terlibat dalam
proses bicara. (2) Pilika Ventrikularis/True Vocal Cord, disebut juga pita suara palsu
yang dapat merapat untuk menahan nafas sewaktu menggendan.
Mempunyai kelenjar dimukosanya. Dilengkapi epiglotis dan glottis. Epiglotis akan
menutup laring ketika menelan. Glotis akan terbuka saat udara masuk.
D. TRACHEA
Trakea merupakan organ sistem pernafasan bagian bawah yang terletak di bawah
larink, bentuknya menyerupai pipa yang tersusun memanjang ke bawah dan
berbatasan dengan percabangan bronkus. Pada manusia, panjang trakea mencapai 4
inchi (10-12 cm) dengan ukuran diameter ±2 cm.Dinding trakea tersusun atas tulang
rawan yang menyerupai huruf C (C-shape), terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan.
Bagian belakang dari tulang rawan berbatasan dengan esofagus yang dihubungkan
oleh serabut otot polos trakea.
Gambar Trachea
E. BRONCHUS
Struktur Makroskopis
a. Percabangan bronchi :
- Bronki
- Bronkiolus
- Bronkiolus terminal
- Bronkiolus respiratorik
- Duktus alveolar
- Alveoli
Gambar Percabangan bronkus
Bronkhus :
seperti bintang).
- Lamina propria
Bronkhus primer :
- Mirip trakhea
Bronkhus sekunder :
Gambar Bronchiolus
Gambar Bronchiolus
G. Bronchiolus Terminalis
Struktur Mikroskopis :
H. Bronchiolus Respiratorius
Struktur Mikroskopis :
A. Makin ke distal, jumlah alveoli bertambah dengan nyata dan jarak antar alveoli
semakin dekat.
Gambar Bronchiolus respiratoius
I. Ductus Alveolaris
Struktur Mikroskopis :
- Dinding diskontinyu.
- Epitel kuboid simpleks.
- Lanjutan dr bronkhiolus respiratorius
- Mempunyai otot polos di beberapa tempat
Gambar Alveoli
Struktur dinding alveoli diffuse
Struktur Mikroskopis :
Septum Interalveolare :
Struktur Mikroskopis :
A. Pengangkutan oksigen
Pada keadaan normal, sekitar 97% oksigen yang diangkut dari paru ke jaringan, dibaw
a dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Sisanya sebanyak
3% diangkut dalam bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel darah. Dengan demikian, pad
a keadaan normal, oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin.
Sifat kimia hemoglobin menjelaskan bahwa molekul oksigen bergabung secara longg
ar dan reversibel dengan bagian heme dari hemoglobin. Bila PO2 tinggi, seperti dalam kapiler
paru, oksigen berikatan dengan hemoglobin, tetapi bila PO2 rendah, seperti dalam kapiler jari
ngan, oksigen dilepaskan dari hemoglobin. Ini adalah dasar untuk hampir seluruh pengangkut
an oksigen dari paru ke jaringan.
Darah orang normal mengandung sekitar 15 gram hemoglobin dalam setiap 100 ml
darah, dan tiap gram hemoglobin dapat berikatan maksimal dengan 1,34 ml oksigen (1,39 ml
bila hemoglobin secara kimiawi bersifat murni, tetapi ketidak murnian seperti
methemoglobin mengurangi jumlah ini). Oleh karena itu, 15 dikali 1,34 sama dengan 20,1,
yang berarti bahwa rata-rata, 15 gram hemoglobin dalam 100 ml darah dapat bergabung
dengan jumlah total sekitar 20 ml oksigen bila saturasi hemoglobinnya 100 persen. Ini
biasanya dinyatakan sebagai 20 persen volume. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin untuk
orang normal dapat juga dinyatakan dalam bentuk volume persen oksigen.
Jumlah total oksigen yang terikat dengan hemoglobin di dalam darah arteri sistemik
normal, dengan saturasi 97 persen, kirakira adalah 19,4 ml tiap 100 ml darah. Saat melewati
kapiler jaringan, jumlah ini berkurang, rata-rata menjadi 14,4 ml (Po2 40 mm Hg, saturasi
hemoglobin 75 persen). Dengan demikian, pada keadaan normal, kira-kira 5 ml oksigen
diangkut dari paru ke jaringan oleh setiap 100 ml aliran darah.
Selama kerja berat, sel-sel otot memakai oksigen dengan sangat cepat, yang pada
keadaan ekstrem dapat menyebabkan Po2 cairan interstisial otot turun dari nilai normal 40
mm Hg menjadi 15 mm Hg. Pada tekanan yang rendah ini, hanya 4,4 ml oksigen yang tetap
berikatan dengan hemoglobin dalam setiap 100 ml darah.
Dengan demikian, 19,4 – 4,4; atau 15 ml, merupakan jumlah oksigen sebenarnya
yang diangkut ke jaringan oleh setiap 100 ml aliran darah. Dengan demikian, jumlah oksigen
yang ditranspor dalam setiap volume darah yang mengalir melalui jaringan menjadi tiga kali
jumlah normal. Perlu diingat bahwa curah jantung dapat meningkat enam sampai tujuh kali
normal pada pelari maraton yang terlatih dengan baik. Dengan demikian, perkalian antara
peningkatan curah jantung (6 hingga 7 kali lipat) dengan peningkatan pengangkutan oksigen
dalam setiap volume darah (3 kali lipat) akan menghasilkan peningkatan pengangkutan
oksigen ke jaringan sebanyak 20 kali lipat. Ada beberapa faktor lain yang memudahkan
pengangkutan oksigen pada waktu kerja fisik, sehingga Po2 otot sering kali turun sedikit di
bawah normal bahkan selama kerja yang sangat berat.
Persentase darah yang melepaskan oksigen sewaktu melewati kapiler jaringan disebut
koefisien penggunaan. Nilai normalnya kira-kira 25 persen, seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya yaitu, 25 persen dari hemoglobin yang teroksigenasi melepaskan
oksigennya ke jaringan. Selama kerja berat, koefisien penggunaan pada seluruh tubuh dapat
meningkat sampai 75-85 persen. Pada daerah jaringan lokal yang aliran darahnya sangat
lambat atau kecepatan metabolismenya sangat tinggi, pernah tercatat koefisien penggunaan
mendekati 100 persen artinya, pada dasarnya, semua oksigen dilepaskan ke jaringan.
Pada keadaan PO2 arteri normal, yaitu 95 mm Hg, sekitar 0,29 ml oksigen dilarutkan
dalam setiap 100 ml cairan darah, dan bila Po2 darah turun menjadi 40 mm Hg dalam kapiler
jaringan, hanya 0,12 ml oksigen yang tetap terlarut. Dengan kata lain; 0,17 ml oksigen secara
normal diangkut dalam keadaan terlarut ke jaringan oleh setiap 100 ml darah. Jumlah ini
sebanding dengan kira-kira 5 ml oksigen yang diangkut oleh hemoglobin sel darah merah.
Oleh karena itu, oksigen yang diangkut ke jaringan dalam bentuk terlarut normalnya
berjumlah sedikit, hanya kira-kira 3 persen dari jumlah total, bila dibandingkan dengan 97
persen yang diangkut oleh hemoglobin. Selama kerja berat, bila pelepasan oksigen oleh
hemoglobin ke jaringan meningkat tiga kali lipat, maka jumlah relatif yang diangkut dalam
bentuk terlarut turun menjadi 1,5 persen. Bila seseorang menghirup oksigen pada Po2
alveolus sangat tinggi, jumlah yang diangkut dalam bentuk terlarut dapat menjadi berlebihan,
sehingga terkadang terjadi kelebihan yang serius dalam jaringan, dan mengakibatkan
"keracunan oksigen": Ini sering kali menyebabkan kejang otak dan bahkan kematian, seperti
dalam hubungannya dengan pernapasan oksigen pada tekanan tinggi, seperti pada penyelam
laut dalam.
Sebagian kecil karbon dioksida ditranspor dalam bentuk terlarut ke paru. Telah
dijelaskan bahwa Pco, darah vena adalah 45 mm Hg dan darah arteri adalah 40 mm Hg.
Jumlah karbon dioksida terlarut dalam cairan darah pada tekanan 45 mm Hg kira-kira 2,7
ml/dl (2,7 volume persen). Jumlah yang terlarut pada tekanan 40 mm Hg kira-kira 2,4 ml,
atau berbeda 0,3 ml. Oleh karena itu, kira-kira hanya 0,3 ml karbon dioksida yang diangkut
dalam bentuk karbon dioksida terlarut oleh setiap 100 ml aliran darah. Jumlah ini kira-kira 7
persen dari semua karbon dioksida yang diangkut secara normal.
Karbon dioksida yang tertarut dalam darah bereaksi dengan air untuk membentuk
asam karbonat. Reaksi ini terjadi sangat lambat dan tidak penting seandainya tidak ada enzim
protein di dalam sel darah merah yang disebut anhidrase karbonat, yang berfungsi untuk
mengkatalisis reaksi antara kira-kira 5.000 kali lipat. Oleh karena itu, berbeda dengan reaksi
dalam plasma yang memerlukan waktu berdetik-detik atau bermenit-menit, maka dalam sel
darah merah reaksi ini terjadi sedemikian cepatnya sehingga mencapai keseimbangan hampir
sempurna dalam waktu sepersekian detik. Ini memungkinkan sejumlah besar karbon dioksida
bereaksi dengan cairan sel darah merah bahkan sebelum darah tersebut meninggalkan kapiler
jaringan. Dalam waktu sepersekian detik selanjutnya, asam karbonat yang dibentuk dalam
sel darah merah (H2CO3) terurai menjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat (H + dan HCO3-)
Kemudian sebagian besar ion bersatu dengan hemoglobin dalam sel darah merah sebab
protein hemoglobin merupakan dapar asam-basa yang kuat. Lalu, banyak ion HCO3 - yang
berdifusi dari sel darah merah ke dalam plasma sementara ion klorida berdifusi ke dalam sel
darah merah untuk menggantikannya.
Hal ini dapat terjadi karena adanya protein pembawa bikarbonatklorida yang khusus
dalam membran sel darah merah yang menggerakkan kedua ion ini bolak-balik dengan cepat
dalam arah yang berlawanan. Dengan demikian, kadar klorida sel darah merah vena lebih
besar daripada sel darah merah di arteri, fenomena ini disebut pergeseran klorida. Di
bawah pengaruh anhidrase karbonat, gabungan karbon dioksida dengan air dalam sel darah
merah yang bersifat reversibel, meliputi sekitar 70 persen dari seluruh karbon dioksida yang
diangkut dari jaringan ke paru. Dengan demikian, ini berarti bahwa pengangkutan karbon
dioksida merupakan pengangkutan yang paling penting. Bila suatu inhibitor anhidrase
karbonat (asetazolamid) diberikan pada seekor binatang untuk menghambat kerja anhidrase
karbonat dalam sel darah merah, pengangkutan karbon dioksida dari jaringan menjadi sangat
sedikit sehingga Pco2 jaringan dapat meningkat mencapai 80 mm Hg, dibandingkan dengan
keadaan normalnya sebesar 45 mm Hg.
Selain bereaksi dengan air, karbon dioksida juga bereaksi langsung dengan radikal
amino molekul hemoglobin, untuk membentuk senyawa karbaminohemoglobin (CO2Hgb).
Gabungan karbon dioksida dengan hemoglobin ini adalah reaksi reversibel yang terjadi
dengan ikatan longgar, sehingga karbon dioksida mudah dilepaskan ke dalam alveoli yang
memiliki Pco2 lebih rendah daripada kapiler paru. Sejumlah kecil karbon dioksida juga
bereaksi dengan protein plasma dengan cara yang sama dalam kapiler jaringan. Tetapi reaksi
ini kurang penting untuk pengangkutan karbon dioksida sebab jumlah protein ini dalam darah
hanya seperempat dari jumlah hemoglobin. Jumlah karbon dioksida yang dapat dibawa dari
jaringan ke paru dalam bentuk gabungan karbamino dengan hemoglobin dan protein plasma
adalah sekitar 30 persen dari jumlah total yang diangkut-normalnya; kira-kira 1,5 ml
karbon dioksida dalam setiap 100 ml darah. Tetapi, karena reaksi ini jauh lebih lambat
daripada reaksi karbon dioksida dengan air di dalam sel darah merah, masih diragukan
apakah pada kondisi normal mekanisme karbamino ini dapat mengangkut lebih dari 20
persen dari jumlah total karbon dioksida.
(1) bila Po2 adalah 100 mm Hg, yaitu Po2 dalam kapiler darah paru
Darah yang terdeoksigenasi yang kembali keparu mengandung CO2 yang larut dalam plasma
darah
Karbaminohemoglobin (Hb—CO2)
Sel darah merah menyerap H+, sebagian diantaranya berikatan menjadi Hb-H
1. Keasaman(pH).
a) Volume Paru
Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali ber
napas normal; besarnya kira-kira 500 ml pada laki-laki dewasa.
b) Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi sete
lah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat; biasanya mencap
ai 3.000 ml.
c) Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat die
kspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal; jumlah normalny
a adalah sekitar 1.100 ml.
d) Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ek
spirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1.200 ml.
Kapasitas Paru
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu men
yatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru.
Dituliskan berbagai kapasitas paru yang penting, yang dapat diuraikan sebagai beriku
t:
1) Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi. In
i adalah jumlah udara (kira- kira 3.500 ml) yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
2) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volum
e residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
(kira- kira 2.300 ml).
3) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan vo
lume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemu
dian mengeluarkan sebanyak- banyaknya (kira-kira 4.600 ml).
4) Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebe
sar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5.800 ml); jumlah ini sama d
engan kapasitas vital ditambah volume residu.
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari
pada pria, dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar daripada orang yan
g bertubuh kecil dan astenis.2
Volume tidal
Volume pernapasan semenit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam saluran
pernapasan tiap menit; volume pernapasan semenit ini sama dengan volume tidal dikalikan
dengan frekuensipernapasan per menit. Volume tidal normal kira-kira 500 ml dan frekuensi
pernapasan normal kira-kira 12 x/ menit. Oleh karena itu, rata-rata volume pernapasan
semenit sekitar 6 L I menit. Seseorang dapat hidup untuk waktu yang singkat dengan volume
pernapasan semenit serendah 1,5 L/menit dan dengan frekuensi pernapasan 2 sampai 4
x/menit. Frekuensi pernapasan kadang-kadang meningkat sampai 40-50 x/menit, dan volume
tidal dapat menjadi sama besar dengan kapasitas vital, kira-kira 4.600 ml pada laki-laki
dewasa muda. Keadaan ini dapat menimbulkan volume pernapasan semenit lebih dari 200
L/menit, atau lebih dari 30 kali normal. Kebanyakan orang tidak dapat mempertahankan lebih
dari setengah sampai duapertiga jumlah ini selama lebih dari 1 menit.
Volume respirasi alveolus
Karena jumlah udara atmosfer yang mencapai alveolus dan benar-benar tersedia untuk
pertukaran dengan darah lebih penting daripada jumlah total udara yang masuk dan keluar,
ventilasi alveolus volume udara yang dipertukarkan antara atmosfer dan alveolus per menit
lebih penting daripada ventilasi paru.
Dalam menentukan ventilasi alveolus, jumlah udara yang ma- suk dan keluar melalui
ruang mati anatomik harus diperhitungkan, sebagai berikut: Ventilasi alveolus 5 (volume
tidal2volume ruang mati ) 3 kecepatan napas Dengan nilai istirahat rerata, Ventilasi alveolus
5 (500 mL/napas2 150 mL volume ruang mati) 3 12 napas/mnt 5 4200 mL/mnt Karena itu,
pada bernapas tenang, ventilasi alveolus adalah 4200 mL/mnt, sementara ventilasi paru
adalah 6000 mL/ mnt.
Difusi
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara difusi pasif
sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial. Tidak terdapat mekanisme transpor
aktif untuk gas-gas ini
gambar pertukaran oksigen dan karbon dioksida menembus kapiler paru dan kapiler sistemik
Mekanisme difusi:
1) PO2 alveolus teteap relatif tinggi dan PO2 alveolus tetap relatif rendah karena sebagian
dari udara alveolus ditukar dengan udara atmosfer baru setiap kali bernapas.
2) Sebaliknya, darah vena sistemik yang masuk ke paru relatif rendah O2 dan tinggi CO2,
karena telah menyerahkan O2 dan menyerap CO2 di tingkat kapiler sistemik.
3) Hal ini menciptakan gradien tekanan parsial antara udara alveolus dan darah kapiler
paru yang memicu difusi pasif O2 ke dalam darah dan CO2 keluar darah sampai
tekanan parsial darah dan alveolus setara.
4) Karena itu, darah yang meninggalkan paru relatif mengandung O2 tinggi dan CO2
rendah. Darah ini disalurkan ke jaringan dengan kandungan gas darah yang sama
dengan ketika darah tersebut meninggalkan paru.
5) Tekanan parsial O2 relatif rendah dan CO2 relatif tinggi di sel jaringan yang
mengkonsumsi O2 dan memeroduksi CO2.
6) Akibatnya, gradien tekanan parsial untuk pertukaran gas di tingkat jaringan mendo-
rong perpindahan pasif O2 keluar darah menuju sel untuk menunjang kebutuhan
rpetabolik sel-sel tersebut dan juga mendorong pemindahan secara simultan CO 2 ke
dalam darah.
7) Setelah mengalami keseimbangan dengan sel-sel jaringan, darah yang mening- galkan
jaringan relatif mengandung O2 rendah dan CO2 tinggi.
8) Darah ini kemudian kembali ke paru untuk kembali diisi oleh O 2 dan dikeluar- kan
CO2
b. Daerah Pneumotaksik
Pneumotaksik ( Pneumo = udara/napas ; Taksik = Pengaturan) terletak di pons bagian
atas yang menyalurkan impuls inhibitorik ke daerah inspiratorik. Efek utama pada
impuls saraf ini adalah membantu menonaktifkan daerah inspiratirik. Sebelum paru
menjadi terlalu penuh oleh udara. Dengan kata lain impuls memperpendek durasi
inhalasi. Jika daerah pneumotaksik menjadi lebih aktif, frekuensi napas meningkat.
c. Daerah Apneustik
Terletak di bagian bawah, daerah ini mengirim impuls simolatorik ke daerah
inspiratorik yang mengaktifkan dan memperlama inhalasi. Hasilnya adalah inhalasi
yang lama dan dalam ketika daerah pneumo taksik aktif sinyal dari daerah apneustik
menjadi lemah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi Difiore dengn Korelasi Fungsional Edisi
11. Jakarta: EGC.
2. Ganong. W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
3. Guyton, Arthur C dan Hall John. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
4. Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas Edisi 12.
Jakarta: EGC.
5. Sherwood, Lauralee. 2019. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 9. Jakarta:
EGC.
6. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC: Jakarta.