Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

Nama : Chalix Chassreen


Pembimbing : dr. Feria Kowira, dr. Theresia

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 22 tahun
Alamat : Tuan-tuan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Suku/Bangsa : Kalimantan Barat
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Kamis, 22 Desember 2016
pukul 10.25 di poli kulit RSU. Agoesdjam, Ketapang.

KELUHAN UTAMA
Kencing nanah

KELUHAN TAMBAHAN
Nyeri pada kemaluan dan saat BAK

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang dengan keluhan kencing nanah sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mengaku awalnya keluar cairan warna kuning kental dari saluran kencing kemudian
cairan nanah kuning kental berubah menjadi warna kuning keputihan pada 3 hari
terakhir. Cairan yang keluar tidak disertai darah, tidak berbau dan keluar menetes
tanpa disadari oleh pasien. Keluhan demam, mual maupun muntah disangkal pasien.
Pasien juga mengeluh nyeri pada ujung kemaluan dan buah zakar. Nyeri tersebut
hilang timbul dan tidak dipengaruhi oleh penekanan maupun pergerakan pasien.
Pasien juga mengeluh mengalami nyeri saat BAK. Riwayat BAK berdarah disangkal.
Riwayat berhubungan seksual dengan pasangan (pacar) pasien untuk pertama kalinya,
3 hari sebelum keluhan kencing nanah muncul pertama kali. Pasien mengaku baru
pertama kali berhubungan seksual yaitu dengan pacarnya tersebut, begitu pula
sebaliknya. Pada saat melakukan hubungan seksual, pasien mengaku tidak
menggunakan alat pengaman (kondom). Pasien sudah mengkonsumsi antibiotik
Ciprofloxacin sejak 4 hari yang lalu yang dibeli dari apotik tetapi keluhan tidak
menghilang.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat sakit serupa : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik, compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36.5C
RR : 19x/menit
Nadi : 89x/menit
Kepala : normocephali, rambut hitam merata
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : septum deviasi (-), uvula di tengah, T1-T1 tenang
Paru-paru : nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

Status Dermatologis
Lokasi : Orifisium uretra eksterna
Distribusi : Lokal
Effloresensi : Tampak discharge warna putih kekuningan, mukopurulen, yang
keluar dari Orifisium uretra eksterna, edema (-), eritema (-).
Corpus penis : Tidak ditemukan kelainan
Preputium : Pasien sudah disirkumsisi
Glans penis : Tidak ditemukan kelainan
OUE : Tidak ditemukan kelainan
Scrotum : Tidak ditemukan kelainan, nyeri tekan testis (-)

IV. RESUME
Pasien Tn. S 22 tahun datang dengan keluhan kencing nanah sejak 1 minggu yang
lalu. Awalnya keluar cairan warna kuning kental dari saluran kencing kemudian
berubah menjadi warna kuning keputihan pada 3 hari terakhir. Cairan tidak disertai
darah, tidak berbau dan keluar menetes tanpa disadari oleh pasien. Pasien juga
mengeluh nyeri pada ujung kemaluan dan buah zakar. Nyeri tersebut hilang timbul
dan tidak dipengaruhi oleh penekanan maupun pergerakan pasien. Pasien juga
mengeluh mengalami nyeri saat BAK. Riwayat BAK berdarah disangkal. Riwayat
berhubungan seksual dengan pasangan (pacar) pasien untuk pertama kalinya, 3 hari
sebelum keluhan kencing nanah muncul pertama kali. Pasien mengaku baru pertama
kali berhubungan seksual yaitu dengan pacarnya tersebut, begitu pula sebaliknya.
Pada saat melakukan hubungan seksual, pasien mengaku tidak menggunakan alat
pengaman (kondom). Pasien sudah mengkonsumsi antibiotik Ciprofloxacin sejak 4
hari yang lalu yang dibeli dari apotik tetapi keluhan tidak menghilang.
Status Dermatologis
Lokasi : Orifisium uretra eksterna
Distribusi : Lokal
Effloresensi : Tampak discharge warna putih kekuningan, mukopurulen, yang
keluar dari Orifisium uretra eksterna, edema (-), eritema (-).

V. DIAGNOSIS
Uretritis Gonore

VI. DIAGNOSIS BANDING


Uretritis Non Gonore

VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Cefixime 400 mg oral diberikan dosis tunggal
- Doxycycline 2x100 mg oral selama 7 hari
Non medikamentosa
- Minum obat rutin
- Tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan
- Pemeriksaan terhadap pasangan seksual pasien
- Kontrol kembali apabila gejala tidak menghilang setelah pengobatan

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Ad functionam : Bonam

GONORE

1. Definisi
Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,
infeksi purulen ini terjadi pada permukaan membran mucosa. N. gonorrhoeae disebarkan
oleh kontak seksual atau melewati transmisi selama melahirkan. CDC (The Center for
Disease Control) merekomendasikan bahwa pasien dengan infeksi gonorrhea juga harus
diobati dengan infeksi yang menyertai misalnya Chlamydia trachomatis.(1,5)
Gonore adalah penyakit infeksi yang menular secara seksual yang dapat
menginfeksi pria dan wanita. Penyakit ini dapat menginfeksi genital, rectum, dan
tenggorokan. Ini merupakan infeksi umum, terutama pada anak muda berumur 15-24
tahun, setiap orang yang aktif seksual dapat menderita gonore. Banyak orang yang
menderita gonore tidak menyadarinya khusunya wanita yang tidak mempunyai gejala.
Gonore dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan apabila tidak diobati maka
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius.(6,7)
2. Etiologi
Gonore disebabkan oleh bakteri Gonococcus yang intraselular, aerob dan
mempunyai 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae, N. menigitidis, N. pharyngis,dan N.
catarrhalis. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada tahun 1879 oleh Albert Ludwig
Sigismund Neisser. Gonokok termasuk golongan diplococcus berbentuk biji kopi
berukuran lebar 0,8 dan panjang 1,6 bersifat tahan asam dan berpasangan. Pada
sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat Gram negatif terlihat diluar dan
didalam leukosit, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak
tahan suhu diatas 39C dan tidak tahan cairan desinfektan. (3,5)
Gonore juga dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak selama proses
kelahiran vaginal, karateristiknya akan menyebabkan infeksi mata dan inflamasi
(ophthamia neonatorum).(8)

3. Epidemiologi
Gonore adalah penyakit terbanyak kedua yang ditemukan di amerika serikat,
penyakit ini mempunyai prevalensi yang tinggi pada negara berkembang.(8)
Pada tahun 2009, 301.174 kasus gonore yang dilaporkan ke CDC (Center for
Disease Control and Prevention) US. Rata-rata kasus pada tahun 2009 adalah 99.1%
kasus per 100.000 populasi, 10.5% menurun pada tahun 2008 dengan variasi antar
negara. Pada wanita remaja yang aktif seksual, asimtomatik gonore muncul 1-5%. Tapi
jumlah ini semakin menurun dengan adanya screening.(5,6)

4. Patogenesis
Patofisiologi N. gonorrhoeae dan virulen lainnya berbeda subtipe tergantung pada
karateristik antigen pada permukaan protein masing-masing. Beberapa subtipe dapat
menghindari respon serum imun dan dapat mengarahkan ke infeksi diseminata (sitemik).
(5)
Pasien yang mengalami penyakit ini biasanya mempunyai masa inkubasi 2-7 hari,
tapi bisa lebih. (10)
Gonococcus mempunyai afinitas untuk epitelium columnar. Epitelium berlapis
dan pipih lebih resisten terhadap serangan. Gonococcus mempenetrasi diantara sel
epitelial, menyebabkan inflamasi submucosa dengan reaksi leukosit polymorphonuclear
(PMN) dengan pengeluaran purulen. Rantai gonococcus yang menyebabkan infeksi
diseminata biasanya menyebabkan sedikit inflamasi genital dan biasanya tidak ditemukan
saat di deteksi. Kebanyakan tanda dan gejala infeksi diseminata adalah manifestasi
pembentukan dan penyimpanan imun kompleks. Banyak infeksi yang tersebar biasanya
dengan abnormalitas faktor utama komponen komplemen. (11)
Gangguan pada imun tubuh juga dapat mempengaruhi patofisiologi, dengan
beberapa pasien akan mengembangkan bakterimia. Khusunya, pasien dengan defisiensi
komponen komplemen terminal yang tidak mampu melawan infeksi, sebagai komplemen
berperan penting dalam membunuh organisme neisseria.(5)
5. Faktor resiko
Insiden tertinggi pada infeksi gonore adalah pada umur 15-24 tahun. Ini terjadi
karena beberapa hal sebagai berikut:(5)
Bertambahnya jumlah pasangan seksual
Menurunnya akses ke/atau menggunakan pelayanan kesehatan
Menurunnya pertahanan kontrasepsi
Gonore tetap sebagai penyakit pada populasi remaja dan dewasa muda dengan
angka kejadian pada pria berumur 20-24 tahun dan pada wanita berumur 15-19 tahun. (5)

6. Manifestasi Klinis
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama. Pada wanita masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada
umumnya asimtomatik. (1)
Gambar 1. Purulen, discharge uretra dari distal uretra(8)

Pada pria, presentasi paling umum adalah discharge uretra purulen, 90%
akan berkembang menjadi urethritis dalam kurun waktu 5 hari sedangkan pada
wanita biasanya asimtomatik, ketika gejala muncul, ini biasanya >14 hari setelah
terpapar. Jika tidak di obati maka akan menyebabkan pembentukan absses dan
infeksi gonore diseminata.(11)

Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki 2-5 hari, kadang kadang lebih lama
dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis
yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.
Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.(1)

Beberapa pria dengan gonore biasanya memiliki beberapa gejala contohnya:(6)

- Sensasi terbakar diperiksa saat buang air kecil;


- Disharge putih, kuning atau hijau dari penis;
- Rasa sakit pada testis yang membengkak (walaupun agak jarang).

Gejala pada wanita adalah sebagai berikut:

- Rasa sakit dan sensasi terbakar ketika buang air kecil.


- Penambahan discharge
- Perdarahan vagina diantara periode.

7. Diagnosis(16)
Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS gonorrhoeae
meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik dengan penekanan
pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar pernikahan,
berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan pasangan setelah mengalami
gejala penyakit, frekuensi dan jenis kontak seksual, cara melakukan kontak
seksual, dan apakah pasangan juga mengalami keluhan atau gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di
daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS, misalnya erupsi
kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri perut bawah, gangguan haid,
kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.

2. Pemeriksaan fisik
Pada pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula inspeksi
daerah inguinal dan palpasi adakah pembesaran kelenjar dan perhatikan konsistensi,
ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit di atasnya. Pada waktu
bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya, adanya pedikulosis,
folikulitis atau lesi kulit lainnya. Lakukan inspeksi skrotum, apakah asimetris,
eritema, lesi superfisial dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan
penis mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus dengan
posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut.
Pada pasien wanita, pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi dimulai dari
daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di dalam vagina, gunakan
spekulum dengan informed consent kepada pasien terlebih dahulu. Lakukan
pemeriksaan bimanual untuk menilai ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi
dan kontur uterus serta deteksi kelainan pada adneksa.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan dengan menggunakan
lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra. Sedangkan pengambilan duh tubuh
genital pada wanita dilakukan dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di
dalam vagina dan kemudian dioleskan ke kaca objek bersih.
1. Sediaan langsung/ Pewarnaan gram(1.3)
Dapat ditemukan gram negatif diplococcus intraseluler dan ekstraseluler
dalam leukosit PMN pada eksudat. Bahan duh tubuh pria diambil dari fossa
navicularis sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin,
serviks, untuk pasien dengan anamnesis berisiko melakukan kontak seksual
anogenital dan orogenital, maka pengambilan duh tubuh dilakukan pada faring
dan rektum. Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh
uretra pria sensitivitasnya berkisar 90-95%, sedangkan pada endoserviks
sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65%, dengan spesifitasnya yang tinggi
yaitu 90-99%. GO dikatakan positif bila dijumpai adanya diplokokus gram negatif
dengan bentuk morfologinya yang khas dan biasanya terdentifikasi di dalam sel
leukosit polimorfonuklear (intraselular) maupun dekat di sekitar sel leukosit
(ekstraselular). (14)
Gambar 2. Gonococcus dengan leukosit PMN(8)

2. Kultur(1.3)
Identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur). 2 macam
media yang dapat digunakan:
1. Media transport: Media stuart dan Transgrow
2. Media pertumbuhan: Mc Leods chocolate agar, Thayer Martin, dan Modified
Thayer Martin agar.
Media transgrow selektif dan nutritif untuk N. Gonorrhoeae dan N.
meningiditis; dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media
transport dan pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam kembali. Media ini
merupakan metode modifikasi Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim
untuk mematikan Proteus spp.
3. Tes Beta-Laktamse(1.3)
Pemeriksaan ini menggunakan cefinase TM disc yang mengandung
chromogenic cephalosporin akan menyebabkan perubahan warna koloni dari
kuning menjadi merah
4. Tes Thomson(1.3)
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi telah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah
pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan yaitu:
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi menjadi 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-
100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai baru menguras
uretra anterior.

Hasil pembacaan:

Gelas 1 Gelas 2 Arti

Jernih Jernih Tidak ada infeksi

Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior

Keruh Keruh Panuretritis

Jernih Keruh Tidak mungkin


Tabel 1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium

8. Diagnosis Banding(3,12,13)
1. Candidiasis

Penyakit ini akan memberikan manifestasi klinis berupa duh tubuh, gatal
digenital, panas, nyeri sesudah miksi dan dispareunia. Penyakit ini disebabkan oleh
candida albicans. Tanda yang khas adalah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala
susu berwarna putih kekuningan.

2. Chlamydia

Infeksi Chlamydia merupakan infeksi paling umum yang disebabkan oleh bakteri
yang dapat disembuhkan. Manifestasi klinisnya berupa pengeluaran duh tubuh
disertai dengan urethritis pada pria dan endocervicitis pada wanita. Jika tidak diobati
maka dapat menimbulkan epididymitis dan prostatitis. Pada wanita biasanya
asimtomatik tapi biasanya komplikasinya akan berat yaitu pelvic inflammatory
disease (PID), kemandulan dan kehamilan ectopic.

3. Vaginosis Bakterial

Disebabkan oleh bertambah banyaknya organisme komensal dalam vagina (yaitu


Gardnerella vaginalis, Preevotella, Mobiluncus spp) serta berkurangnya organisme
Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida. Pada keadaan normal bakteri
ini yang mempertahankan suasana asam dan aerob di vagina. Sebanyak 50% yang
menderita penyakit ini tidak mengalami keluhan atau asimtomatik. Bila ada keluhan,
umumnya berupa duh tubuh vagina normal, yang terjadi setelah hubungan seksual.

Pada pemeriksaan klinis duh tubuh berwarna abu-abu homogen, viskositas rendah
atau normal, berbau amis, melekat didinding vagina, seringkali terlihat di labia dan
fourchette. pH sekret vagina berkisar 4,5-5,5.

4. Trikominiasis
Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan sistitis.
Walaupun sebagian besar tanpa gejala, tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan
yang cukup berat. Pada laki-laki biasanya mengalami urethritis. Trikomoniasis pada
wanita asimtomatik. Pada kasus akut biasanya terlihat sekret vagina seropurulen
sampai mukopurulen berwarna kekuningan, sampai kuning kehijauan, berbau tidak
enak (malodor) dan berbusa.

Trikomoniasis pada laki-laki menyerang uretra, kelenjar prostat, dan kadang-


kadang preputium, vesika seminalis dan epididimis. Bentuk akut gejalanya adalah
mirip urethritis non-gonore, misalnya disuria, poliuria, disertai sekret uretra mukoid
dan mukopurulen.

9. Penatalaksanaan
Insiden antibiotik resisten rantai N. gonorrhoeae telah meningkat sejak 1940. Hal
yang sangat di khawatirkan adalah pertumbuhan dari kasus penicillinase-producing N.
gonorrhoeae. (5)
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan efek toksik
minimal. Pilihan utama ialah penicillin G 4,8 unit ditambah 1 gram probenesid oral
sebelum penyuntikan penicillin, tetapi banyak strain yang sekarang relatif resisten.
Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dosis tunggal. (3)
Pengobatan lokal gonore tanpa komplikasi, infeksi cerviks, rectum, faring dan
uretra:(8)
-
Dosis tunggal intramuscular Ceftriaxone 125mg
-
Oral cefixime 400mg 2 kali sehari
Alternatif dosis tunggal regimen cephalosporin:
-
Intramuscular Ceftriaxone 500mg
-
Oral cefotaxime 500mg
-
Intramuscular cefoxitin 2g dengan oral probenecid 1gram
-
Jika Alergi penicillin, intramuscular spectinomycin 2mg.
Untuk pasien yang alergi dengan cephalosporin,
-
Spectinomycin 2g dengan dosis tunggal IM.
Dalam terapi untuk chlamydia ditambahkan:
-
Azithromycin 1 g oral dosis tunggal,
-
Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari dalam 7 hari.(8)
Pengobatan pada neonatus yang terinfeksi gonore:(8)
-
Ceftriaxone, 2550 mg/kg/hari IV atau IM dosis tunggal sehari selama 7 hari, atau
untuk 1014 hari jika meningitis ada
-
Cefotaxime, 25 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam untuk 7 hari, atau untuk 1014 hari
jika meningitis ada diketahui.
Beberapa obat golongan kuinolon untuk pengobatan gonore yaitu:
-
Ciprofloksasin 500 mg oral diberikan dosis tunggal.
-
Ofloksasin 400 mg oral diberikan dosis tunggal.
Beberapa obat golongan sefalosforin untuk pengobatan gonore yaitu:
-
Ceftriakson 500 mg IM diberikan dosis tunggal
-
Cefixime 400 mg oral diberikan dosis tunggal

Regimen yang dianjurkan oleh CDC adalah pilihan pertama adalah Ceftriakson
125 mg IM dosis tunggal dan pilihan kedua adalah cefixime 400 mg oral dosis tunggal
kemudian Ciprofloksasin 500 mg oral dosis tunggal atau ofloksasin 400 mg dosis
tunggal.

Penderita gonore dinyatakan sembuh bila setelah 7 hari sesudah pengobatan tanpa
hubungan seksual penderita secara klinis maupun pemeriksaan penunjang dinyatakan
baik. Bila dalam waktu kurang dari 7 hari, disertai hubungan seksual dan ternyata dalam
pemeriksaan klinis dan penunjang masih positif, penderita dinyatakan reinfeksi.
Sedangkan bila diluar kriteria tersebut diatas dianggap relaps.

10. Prognosis
Infeksi gonore yang belum menyebar melalui aliran darah ke daerah lain hampir
selalu dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi mencari pengobatan karena gejala awal
yang muncul untuk mencegah masalah serius, tapi tidak mencegah penularan ke orang
lain. Kebanyakan infeksi pada wanita tidak mempunyai gejala yang terlihat sampai
komplikasi seperti PID (Pelvic Inflamation Disease), infertilitas, timbulnya kehamilan
ektopik. (11)
Jika seorang wanita hamil yang terinfeksi N. gonorrhoeae maka saat melahirkan
akan membuat bayi terinfeksi maka pengobatan yang baik akan menurunkan resiko pada
bayi. (6)
11. Komplikasi
Komplikasi gonore pada pria dan wanita:(1,3)
Infeksi pada pria akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:
Lokal :
1. Uretritis
Uretritis yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut, dan dapat
menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, ascenden, dan
diseminata.
2. Tysonitis;
Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya
terjadi pada penderita dengan preputium yang panjang dan kebersihan yang kurang
baik. Diagnosis dibuat dengan ditemukannya butir pus atau pembengkakan daerah
frenulum yang nyeri tekan.
3. Litriasis;
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir-
butir. Bila salah satu saluran tersumbat maka akan terjadi abses folikular. Di diagnosis
dengan uretroskopi.
4. Cowperitis;
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala, sedangkan infeksi yang
mengenai kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya
benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada saat defeksi
dan disuria.
5. Parauretritis;
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka dan hipospadia.
Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara uretre.
Ascendens :
1. Prostatitis,
Ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perineum dan suprapubis, malaise,
demam, nyeri saat berkemih, hematuri, spasme otot uretra hingga terjadi retensi uri,
tenesmus ani, sulit buang air besar, serta obstipasi.
2. Trigonitis,
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria.
Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan hematuria.
3. Vesikulitis,
Merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus
ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala
subjektif menyerupai prostatitit akut yaitu demam, polakisuria, hematuria terminal,
nyeri pada saat ereksi atau ejakulasi
4. Epididimitis dan Vas Deferentitis/ Funikulitits
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah sisi yang sama dengan
terjadinya infeksi.
5. Orkitis
Reaksi inflamasi akut yang terjadi pada testis yang diakibatkan oleh bakteri dan
merupakan infeksi sekunder. Hal ini dapat menyebabkan strerilitas. Apabila dilihat
maka terlihat testis membesar, dan akan terasa nyeri ketika duduk.

Infeksi pada wanita akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:


Lokal :
1. Uretritis
Gejala utama ialah disuria kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifiisum
uretra eksternum tampak merah, edematosa, dan ada sekret mukopurulen.
2. Servisitis
Dapat asimptomatis, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah. Pada pemeriksaan servik tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
3. Bartholinitis
Labium minor sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar
bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila berjalan dan pasien sukar duduk. Bila
saluran kelenjar tersumbat maka akan terjadi abses atau dapat pecah melalui mukosa
dan kulit.
4. Parauretritis
Kelenjar dapat terkena tapi biasanya jarang terjadi abses.

Ascendens : Salpingitis, Penyakit radang pinggul (PRP) dan Pelvic Inflammatory


Disease (PID)
Peradangan bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi,
yaitu:
-
Masa puerperium
-
Dilatasi setelah kuretase
-
Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Cara infeksi dari serviks melalui tuba fallopi sampai pada daerah salping dan
ovarium, sehingga dapat menimbulkan Penyakit radang pinggul (PRP). Infeksi ini dapat
menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. 10% wanita dengan gonore akan
mengalami PRP. Gejala subjektif berupa nyeri pada daerah abdomen bawah, keluarnya
duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fahmi DS. Gonore In: Zubier Farida(editor). Infeksi menular Seksual edisi keempat.
FKUI. Jakarta: 2015. Pp:65
2. Nyoman K, Ni. Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. Diskes Bali.
Bali: 2011.
3. Fahmi, DS. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketujuh. FKUI. Jakarta: 2015.
4. Clevere S,R dan Ari M, GA Made. Penyakit kulit dan kelamin. Nuha medika.
Yogyakarta:2013. Pp:131
5. Wong B. 2015. Drug & DiseaseGonorrhoeae. Medscape (Online). Diakses pada tanggal
2 November 2015 dari (http:// emedicine. medscape. com/article/218059-
medication#showall)
6. Division of STD prevention. 2015. STDGonorrhoeae. CDC (online). Diakses pada
tanggal 2 November 2015 dari (http:// www. cdc. gov/ std/ gonorrhea/stats.htm)
7. MedlinePlus. 2015. Gonorrhoeae. Diakses pada tanggal 2 November 2015 dari
(https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gonorrhea.html)
8. Goldsmith L. A. dkk. 2012. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine Eighth
Edition. New York: McGraw Hill.
9. Tapsall, JW. 2005. AntibioticResistantein Neisseria gonorrhoeae. Diakses pada tanggal 2
November 2015 dari (http://cid.oxfordjournals.org/content/41/Supplement_4/S263.full)
10. Chandra B. Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. EGC. Jakarta: 2013. Pp:42
11. Wolff K, Johnson R.A, Saavedra A.P. 2013. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of
Clinical dermatologys Seventh Edition. New Yoark: Mc Graw Hill.
12. Malik SR, et al. GonoreIn: Amiruddin, MD(editor). Penyakit Menular Seksual.
Makassar: Universitas Hasanuddin. 2004.
13. Malhotra M et al. 2013. Genital Chlamydia Trachomatis: An Update. Diakses pada
tanggal 2 November 2015 dari(http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/)
14. Afriana N. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore pada
wanita penjaja sex komersial: An Update. Diakses pada tanggal 14 januari 2016
dari(http:// www.lib.ui.ac.id.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/)
15. Jawas FA, Murtiastutik D. 2008. Gonorrhoeae patient in sexually transmitted disease
division, dermato venerology departemen of Dr. Soetomo general hospital in 2002-2006:
An Update. Diakses pada tanggal 14 januari 2016 dari(http://
www.lib.ui.ac.id.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/)
16. Daili SF. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual. Edisi
Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.65-76.

Anda mungkin juga menyukai