Anda di halaman 1dari 14

Nama : Rizki amelia safitri

Nim : 10617102

Kelompok. : Kelompok tutorial 5

Tanggal. : Pertemuan 1 Selasa 7 Juni 2020 - pertemuan 2 Kamis 9 Juni 2020

Resume Skenario 1 Blok 12 OM

Learning Object :

1. Prosedur Diagnosa
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan Ekstraoral
c) Pemeriksaan Intraoral
d) Diagnosis dan Diagnosis banding
2. Penyakit Gonore
a) Definisi
b) Etiologi
c) Patogenesis
d) Gejala Klinis
e) Deskripsi Lesi
f) Penatalaksanaan
- Rujukan ke Spesialis KK
g) Pemeriksaan Penunjang
- Tes Oksidase
- Tes Fermentasi
- Mikrobiologi minat bakteriologi dengan Pewarnaan gram & Tes Kultur
- Pemeriksaan NAAT
- Interpretasi hasil lab
3. Macam-Macam Penyakit Menular Seksual

Pembahasan :

1. Prosedur Diagnosa Gonorrhea


A. Anamnesis
Anamnesis yang bertujuan untuk menentukan faktor risiko, membantu menegakkan
diagnosis sebelum dilakukannya pemeriksaan fisik, dan membantu mengidentifikasi
pasangan seksual pasien yang dapat dilakukan oleh tenaga medis maupun paramedis
dengan tidak melupakan untuk berlaku sopan untuk mendapatkan informasi serta
menjaga kerahasiaan dari pasien
(Kemenkes RI, 2011).

Adapun informasi faktor risiko yang dapat digali dari melakukan


anamnesis berdasarkan WHO antara lain (Kemenkes RI, 2011):
1) Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
2) Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
3) Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4) pasangan seksual berisiko tinggi.
(Kemenkes RI.,2011)

Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien:


1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
3. Riwayat perjalanan penyakit
4. Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks,
teman, pacar, suami/isteri
5. Kapan kontak seksual tersangka dilakukan
6. Jenis kelamin pasangan seksual
7. Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
8. Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
9. Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan
dokter/sendiri)
10. Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya – menjelang/sesudah haid;
kelelahan fisik/psikis; penyakit: diabetes, tumor, keganasan, lain-lain);
penggunaan obat: antibiotika, kortikosteroid, kontrasepsi); pemakaian alat
kontrasepssi dalam rahim (AKDR); rangsangan seksual; kehamilan; kontak
seksual
11. Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatannya
12. Hari terakhir haid
13. Nyeri perut bagian bawah
14. Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan

B. Pemeriksaan ekstraorall
Pemeriksaane ekstra oral adalah pemeriksaanyang bertujun untuk melihat kelainan diluar
rongga mulut. Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya,
yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang . Lampu sorot
tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam
pelaksanaan sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada
pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedis
perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat didampingi oleh tenaga
paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan

Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada wanita dan pria memiliki perbedaan ::

a) Pasien wanita, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dengan posisi
litotomi. Pemeriksaan dilakukan dengan memisahkan kedua labial dan diperhatikan
adanya tanda kemerahan, pembengkakan, luka/ lecet, massa atau duh tubuh vagina
(cairan yang keluar dari dalam vagina,

b) Pasien pria, diperiksa dengan posisi duduk/ berdiri. Pemeriksaan dilakukan dengan
melihat pada daerah penis adanya tanda kemerahan, luka/ lecet, duh tubuh uretra (cairan
yang keluar dari uretra, bukan darah dan bukan air seni) dan lesi lain. Pada pasien pria
sebelum dilakukan pemeriksaan diharapkan untuk tidak berkemih selama 1 jam (3 jam
lebih baik).(Jawas Af ., 2008)

C. Pemeriksaan intra oral

Pemeriksaan intraoral adalah pemeriksaan yang bertujun untuk mendeteksi adanya


kelainan ada ronggamulut. Pemeriksaan ini berkaitan dengan gigi maupun jaringan
Sekitar (Jaringan lunak maupun jaringan keras. Pada penyakit gonorhea biasanya
ditemukan beberapa manifestasi klinis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria
Gonorrhoea yang menular melalui hubungan seksual dari alat kelamin, mulut atau anus.
Gejala yang terdapat dalam mulut yaitu stomatitis, atropi papila lidah bagian tengah,
terdapat nanah yang keluar dari gusi dan selain itu juga terjadi atritis pada sendi rahang.
(Jawas AF ., 2008)

Hasil pemeriksaan sesuai dengn kasus diskenario


 Anamnesis :
 terdapat luka pada lidah yang terasa seperti terbakar dan tertutup oleh
cairan kental sejak 2 minggu lalu.
 Pasien juga merasakan sakit saat menelan makanan.
 anamnesis diketahui, suami pasien merupakan supir truk yang sering
melakukan perjalanan keluar pulau. Belakangan ini suaminya sering
mengeluhkan rasa nyeri ketika buang air kecil dan muncul cairan
seperti nanah pada alat kelaminnya.
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Pemeriksaan intraoral
 pada orofaring terdapat ulser dengan erosi yang meluas, tertutup
pseudomembran, tepi irregular, sakit.
 Pada anterior lidah terdapat ulser, single, yang tertutup oleh eksudat
mukopurulen. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Hasil
rontgen panoramic tidak menunjukkan abnormalitas gigi pada lokasi
sekitar lesi.

 Pemeriksaan penunjang

 Hasil rontgen panoramic tidak menunjukkan abnormalitas gigi pada


lokasi sekitar lesi.

D. Diagnosis & diagnosis Banding


Diagnosis gonorhoe ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan Laboratorium. Kriteria Diagnostik:
1. Anamnesis
Laki-laki:
 Gatal pada ujung kemaluan
 Nyeri saat kencing
 Keluar duh tubuh berwarna putih atau kuning kehijauan kental dari uretra
Perempuan:
 Keputihan
 Atau asimtomatik
Pada keduanya didapatkan adanya riwayat kontak seksual sebelumnya (coitus
suspectus).

2. Pemeriksaan klinis
Laki-laki:
 Orifisium uretra hiperemis, edema, dan ektropion disertai disuria
 Duh tubuh uretra mukopurulen
 Infeksi rektum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal
atau nyeri/rasa tidak enak di anus/perianal
 Infeksi pada faring biasanya asimtomatik (M.Cance .,2006)

Perempuan:
 Seringkali asimtomatik
 Serviks hiperemis, edema, kadang ektropion
 Duh tubuh endoserviks mukopurulen
 Dapat disertai nyeri pelvis/perut bagian bawah
 Infeksi pada uretra dapat menyebabkan disuria (M.Cance .,2006)

Diagnosis Banding Gonoroe :

Laki-laki:
1. Uretritis nongonokokus
2. Infeksi saluran kencing
Perempuan:
1. Infeksi genital nonspesifik
2. Trikomoniasis
3. Bakterial vaginosis. (M.Cance .,2006)

Diagnosis banding dari penyakit gonore sebagai berikut :


1). Infeksi Trichomonas vaginalis : eksudat terlihat berbusa, berbau busuk, disertai
dengan uretritis. Tes saline positif menandakan adanya infeksi protozoa.
2). Infeksi Candida albicans : eksudat terlihat kental, berwarna krem, dan terasa
gatal. Diagnosis dilakukan dengan identifikasi organisme dengan pewarnaan atau
kultur.
3). Infeksi Gardnerella vaginalis : sekret tidak berbau, berwarna keabuan, dan asam.
Pada pewarnaan terlihat clue cell, dan aroma amine pada alkalisasi dengan
potassium hydroxide.

2. Penyakit Gonore
1) Definisi Gonore
Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae yang merupakan
bakteri diplokokus Gram negatif dan manusia merupakan satu-satunya pejamu
alamiah untuk gonokokus. Infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas
seksual.

Gonorrhea merupakan salah satu infeksi menular seksul, dimana penyakit ini
ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Sebutan
lain penyakit ini adalah kencing nanah dan biasaya penyakit ini menyerang selaput
lendir, mucous, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya
(CDC, 2013).
2) Etiologi
Gonorrhea disebabkan oleh bakteri gram negatif Neisseria gonorrhoeae. Famili
Neisseriaceae meliputi spesies Neisseria dan Moxarella catarralis seperti
Acinetobacter dan Kingella serta spesies Moxarella lainnya. Neisseria adalah cocci
gram negatif yang biasanya berpasangan
(Ernawati, 2010).
Bakteri Neisseria gonorrhoeae berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8μ, panjang 1,6 μ
dan bersifat tahan terhadap suasana asam akan tetapi tidak tahan lama berada pada
udara bebas, bakteri ini akan cepat mati pada keadaan kering dan tidak tahan terhadap
suhu sekitar 39°C
(Afriana N, 2012).
Predominan bakteri ini menginfeksi jaringan epitel uretra, endocervix, rektum,
faring, dan konjungtiva. Transmisi penyakit ini terjadi melalui inokulasi langsung
dari sekresi yang telah terinfeksi melalui kontak mukosa ke mukosa lainnya.
Contohnya melalui kontak genital-genital, genital anorectal, oro-genital, at kontak
oro-anal ibu yang mentransmisikan kepada anaknya anaknya pada saat proses
kelahiran
(Bignell dan Unemo, 2014).
3) Patogenesis
Gonokokus memiliki protein pili yang membantu perlekatan bakteri ini ke sel epitel
yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan
uretra. Pertama-tama mikroorganisme melekat ke membran plasma (dinding sel), lalu
menginvasi ke dalam sel dan merusak mukosa sehingga memunculkan respon
inflamasi dan eksudasi Gonokokus akan menghasilkan berbagai macam produk
ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kerusakan sel, termasuk diantaranya enzim
seperti fosfolipase, peptidase dan lainnya. Kerusakan jaringan ini tampaknya
disebabkan oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS (lipooligosakarida) yang
berperan menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi produksi endotoksin yang
mengakibatkan kematian sel mukosa dan peptidoglikan. Mobilisasi leukosit PMN
menyebabkan terbentuknya mikroabses subephitelial yang pada akhirnya akan pecah
dan melepaskan PMN dan gonokokus (ekawati dkk ., 1999)
4) Gejala Klinis
 Gejala Pada Pria
Uretritis anterior akut adalah manifestasi yang paling umum terjadi pada
pria. Masa inkubasinya berkisar antara 1 sampai 14 hari atau lebih lama.
Gejala yang sering ditimbulkan adalah sekret dari uretra dan disuria. Keluhan
subjektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium
uretra eksternum, dapat pula disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada
pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan
ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa kasus
dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau
bilateral. Lima belas persen uretritis pada pria menunjukan gejala minimal
atau tidak menunjukan gejala .tetapi mereka tetap mampu menularkan
penyakitnya.
Pada sebagian besar kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejala yang
mengganggu. Uretritis pada pria yang tidak diobati dapat berkurang dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu, tetapi biasanya telah terjadi
komplikasi lokal seperti epididimitis, seminal vesikulitis, dan prostatitis.
 Gejala Pada Wanita

Kanalis endoservikalis merupakan tempat yang paling utama untuk infeksi


gonokokus pada wanita. Infeksi juga dapat terjadi pada kelenjar Skene atau
kelenjar Bartholin.Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam tujuh
sampai dua puluh satu hari. Gejala yang muncul yaitu peningkatan sekret
vagina, disuria, perdarahan uterus diluar siklus menstruasi dan menorrhagia.
Pemeriksaan fisik menunjukan sekret serviks yang purulen atau mukopurulen,
eritema, edema dan perdarahan mucosal yang mudah di induksi dengan
melakukan apus endoserviks. Sekret purulen dapat muncul dari uretra, kelenjar
periuretra, atau kelenjar Bartholin.
Infeksi menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan
abdomen, dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati. Infeksi N.
gonorrhoeae tidak atau sedikit menimbulkan gejala pada 25% sampai 50%
perempuan. Perempuan yang tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber
utama penyebaran infeksi dan berisiko mengalami penyulit.

 Infeksi Ekstra Genital


Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering
dijumpai karena berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonokokus di faring
sering asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan limfadenopati leher.
Infeksi gonokokus di perianal dan rektum mungkin asimtomatik,
menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan, atau menimbulkan
ekskoriasi dan nyeri perianal, serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja
dan dinding rektum. (Jauanda dkk., 2001)

Gonore pada umumnya tidak menimbulkan gejala di daerah rongga mulut dan
keluhan orofaring yang tidak khas, sehingga daerah tersebut sering menjadi
sumber IMS yang kurang diperhatikan. Tetapi Gejala biasanya berupa
terdapat dalam mulut yaitu stomatitis, atropi papila lidah bagian tengah,
terdapat nanah yang keluar dari gusi dan selain itu juga terjadi atritis pada sendi
rahang. (Jauanda dkk., 2001)

5) Penatalaksanaan
 Farmakologi
Pengobatan spesifik Gonore
Sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi telah resisten terhadap
penisilin, tetrasiklin, dan antimikroba terdahulu lainnya, sehingga obat-obat
ini tidak bisa digunakkan lagi untuk pengobatan gonore. Kanamisin dan
tiamfenikol telah menunjukan keampuhannya kembali di Indonesia setelah
lama di tinggalkan. Secara umum dianjurkan pada semua pasien gonore
juga diberikan pengobatan Bersamaan dengan obat anti klamidiosis oleh
karena infeksi campuran antara klamidiosis dan gonore sering dijumpai.
a) Regimen pengobatan yang dianjurkan
o Sefiksim : 400 mg per oral, dosis tunggal
o Levofloksasin : 250 mg per oral dosis tunggal
b) Pilihan pengobatan lain
o Kanamisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau
o Spektinomisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau,
o Tiamfenikol : 3,5 gr per oral dosis tunggal

Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat


diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu
pemberian yang nlebih lama, yaitu selama empat minggu untuk
endokarditis.

 Non frmkologi
Pemberian KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) mengenai
management sex partner dimana pasangan sex harus
mendapatkanpenanganan berupa tes diagnosis dan jika pasangan sex juga
mengalami infeksi positif maka harus mendapatkan pengobatan dan
konseling mengenai gonorrhea
(Bignell dan Unemo, 2014).

6) Sistem rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertical dalam arti
dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun horizontal dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang
sama.
1. Prosedur standar merujuk pasien
a. prosedur klinis
(1). Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
(2). Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus
(3). Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
(4) untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis / paramedis
yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien
(5) apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau
ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
b. Prosedur Administratif
(1) dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan
(2) membuat catatan rekam medis pasien
(3) memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan)
(4) membuat surat rujukan pasien rangkap 2
lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.Mencatat identitas
pasien pada buku regist rujukan pasien.
(5) menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan.
(6)pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan (Elizabeth., 2006)

7) Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan.
 Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan gonokok
Gram negatif, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria
diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar Bartholin dan endoserviks. Pemeriksaan Gram dari
duh tubuh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi (90-95%) dan
spesifisitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-
65%, dengan spesitifitas 90-99%. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk
dilakukan di klinik luar rumah sakit atau praktek pribadi, klinik dengan
fasilitas laboratorium terbatas seperti kultur, maupun untuk rumah sakit
dengan fasilitas laboratorium lengkapyang memiliki LG, tes serologi,
kultur, dan tes sensitivitas.
 Kultur (biakan)

Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam


media yang dapat digunakan ialah media transpor dan media
pertumbuhan. Berikut adalah contoh media transport.

1). Media Stuart : hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam
kembali pada media pertumbuhan.
2). Media Transgrow : selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeaee dan
merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga
tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan
modifikasi media Thayer-Martin dengan menambahkan trimetoprim
untuk mematikan proteusspp.

Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh tubuh uretra pria, sensitivitas
nya lebih tinggi (94-98%) dari duh tubuh endoserviks (85-95%).
Sedangkan spesifisitas dari kedua pemeriksaan tersebut sama yaitu lebih
dari 99%. Adapun tes definitif untuk gonokok adalah sebagai berikut :

 Tes oksidasi
Tes Oksidasi : reagen oksidasi yang mengandung larutan tetramil-p-
fenilen-diamin hidroklorida satu persen ditambahkan pada koloni
gonokok. Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna
koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai
merah lembayung.
 Tes fermentasi : tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi
memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya
meragikan glukosa.
 Tes Beta-Laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung
chromogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta
laktamase, akan menyebabkan perubahan warna koloni dari kuning menjadi
merah.
 NAAT (Nucleic Acid Amplification Testing)
Awal diperkenalkan pada tahun 1990 dan merupakan diagnosis yang sangat
sederhana dengan sensitivitas lebih baik dibandingkan dengan kultur bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Sample yang digunakan biasanya diambil dari urin,
serviks, dan uretra. Pemeriksaan menggunakan urine biasanya memang lebih
tidak invasive tapi jika dilakukan pada wanita maka sensitivitasnya lebih
rendah dibandingkan penggunaan sample dari serviks
(Bontovics dan Allen, 2013).

Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah tidak dapat mengetahui hasil yang
memadai untuk melihat apakan adanya resistesi bakteri terhadap
antimicrobial, dan juga pemeriksaan ini tidak disarankan untuk dilakukan
pada sample yang diambil dari faring dan rectal (Bontovics dan Allen,
2013).

 PCR
PCR merupakan suatu amplifikas DNA enzimatik yang sangat sensitif dan
spesifik terhadap suatu organism tertentu berdasarkan target gen primer yang
dimiliki. Fungsi PCR ini adalah untuk mendeteksi DNA organisme tertentu
walaupun dengan spesimen dalam jumlah yang terbatas dengan spesimen
yang di ambil dari mana saja yang diduga mengalami gangguan (Afriana N,
2012).

8) macam penyakit menular seksual (PMS)


Penyakit menular seksual atau biasa dikenal dengan infeksi menular seksual
merupakan infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak
aman. Penyebarannya pun bisa melalui darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya.
Selain itu, penyebarannya bisa melalui pemakaian jarum suntik secara berulang atau
bergantian di antara beberapa orang.
Terdapat beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh hubungan seks
tidak aman, berikut ini adalah penyakit yang sering terjadi:

Sifilis

Silifis adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri treponema


pallidum. Penyakit ini mempunyai gejala seperti munculnya luka pada alat kelamin
atau mulut. Luka ini pada umumnya akan bertahan antara 1-2,5 bulan dengan tidak
ada rasa sakit, tetapi mudah ditularkan. Segera tangani sifilis, karena jika tidak
infeksinya akan berlanjut ke tahap berikutnya yang mirip dengan gejala flu,
kerontokan rambut, hingga pitak. Jika dibiarkan, maka sifilis bisa menyebabkan
kelumpuhan, kebutaan, impotensi dan bahkan terkena masalah pendengaran serta
hilangnya nyawa seseorang.

Gonore

Gonore merupakan penyakit seksual yang disebabkan oleh bakteri neisseria


gonorrhoeae. Gonore biasa dikenal dengan kencing nanah karena menyebabkan
keluarnya cairan saat buang air kecil yang menyebabkan rasa nyeri pada penis atau
vagina.
Klamidia

Klamidia adalah penyakit seksual menular yang paling umum terjadi. Gejalanya
memang tidak akan terasa dan biasanya disebabkan oleh clamidia
trachomatis. Namun, klamidia tetap harus diwaspadai karena penularannya bisa
terjadi tanpa disadari oleh orang yang terinfeksi.

Kutil Kelamin

Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
virus human papilomavirus di sekitar alat kelamin. Penyakit ini tidak menimbulkan
rasa sakit tetapi biasanya akan muncul rasa gatal dan memerah.

HIV

HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui cairan tubuh dan


menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV di awal penyebarannya tidak akan
menujukkan gejala, karena virus akan “tidur” sementara waktu menunggu sistem
imun melemah dan dapat berkembang menjadi AIDS yang sangat mematikan

DAFTAR PUSTAKA .

1. Freedberg I, Eisen A, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz S et al,


editors. Fitzpatrick’s Dermatology in general Medicine. Edisi 6: p. 2205-8.
2. Gerbase AC, Rowley JT, Heymann DH, Berkley SF, Piot P: Global
Prevalence and Incidence Estimates of Selected Curable. WHO, Switzerland;
1998.
3. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi Menular Seksual.
Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005: p. 4-
57.
4. Jawas AF, Murtiastutik D. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular
Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU
Dr.Soetomo Surabaya Tahun 2002-2006. 2008 Desember;20(3): p.217-21.
5. Mc.cance KL, Huether SE. Pathophysiology The Biologic Basis for Disease
in Adults and Children. Edisi 5. United States of America; 2006: p. 866.
6. Departemen Kesehatan RI, Direktorat jenderal Pengendalian Penyakit san
Penyehatan Lingkungan: Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular seksual.
Jakarta; 2004.
7. Ekawati S. Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap Infeksi Neisseria
Gonorrhoeae dan Faktor yang Berperan Terhadap Infeksi NGPP Pada WTS
di lokalisasi “tegal panas” Kabupaten Semarang. Semarang: DEP/SMF Ilmu
penyakit Kulidt dan Kelamin Fakultas Kedokteran universitas
Diponegoro/RSUP DR. Kariadi Semarang; 1999.
8. Elizabeth B, Sy E. Resistensi Beberapa Antibiotika Terhadap Kuman
Neisseria Gonorrhoeae yang menginfeksi Wanita Usia Anak di Padang.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang; 2006 Feb. Nomor:
005/SP3/PP/DP2M/II/2006. Disponsori oleh Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
9. Juanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit kelamin. Edisi
Kelima. Jakarta: Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007: p. 363-73.
10. S. Supriyanto dan Ernawati, 2010. Judul : Pemasaran Industri Jasa
Kesehatan. Penerbit CV Andi Offset : Yogyakarta.
11. Afriana, N., 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore
pada wanita penjaja seks komersial di 16 Kabupaten/Kota Indonesia (analisis
data sekunder survei terpadu biologi dan perilaku.

Anda mungkin juga menyukai