PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kala I persalinan ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas,
dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang
progresif. Kala I persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar
10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu, kala I
serviks sebagai akibai his dibagi di bagi dalam 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten berlangsung selama 8 jam dan pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3cm. sedangkan fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi yaitu
fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase deselerasi. Fase-fase tersebut
dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi
fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Kala I ini pasti akan
dilalui oleh setiap ibu hamil yang akan mengalami persalinan, sehingga kita sebagai
bidan harus mengetahui perubahan fisiologis yang kemugkinan besar akan dialami
oleh seorang ibu yang akan melahirkan, oleh sebab itu, penulis membuat makalah
B. Rumusan Masalah Apa saja perubahan fisiologi pada kala I meliputi tekanan darah,
C. Tujuan Untuk mengetahui perubahan fisiologi pada kala I meliputi tekanan darah,
1
BAB II
PEMBAHASAN
Saluran gastrointestinal memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan,
yangterus-menerus.
Lapisan-lapisan dari dinding usus khas meliputi dari permukaan luar sampai ke dalam:
(1)lapisanserosa,
(2)lapisanototlongitudinal
(3)lapisanototsirkular,
(4)lapisansubmukosa,dan
(5)lapisanmukosa.
Selain itu terdapat selapis tipis serat-serat otot polos, yaitu muskularis mukosa, yang
terletak dilapisan paling dalam dari mukosa. Fungsi motorik dari usus diselenggarakan
2
oleh berbagai lapisan otot polos tadi. Kontraksi otot terjadi sebagai respon terhadap
masuknya calcium ke dalam serat otot. Seperti yang telah ada, ion-ion calcium bekerja
serat, menimbulkan gaya tarik-menarik antara filament miosin dan filamen aktin, dan
Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut sistem saraf
enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus dan
memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron pada sistem enterik ini sekitar 100 juta,
hampir sama dengan jumlah pada keseluruhan medula spinalis. Hal ini menunjukkan
pentingnya sistem entrik untuk mengatur fungsi gastrointestinal. Sistem ini terutama
Sistem enterik terutama terdiri atas dua pleksus, (1) satu pleksus bagian luar yang
terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular, disebut pleksus mienterikus atau
pleksus AUERBACH, dan (2) satu peksus bagian datang yang disebut pleksus
Terdapat serat-serat simpatis dan para simpatis yang berhubungan deng an kedua
pleksus mienterikus dan submukosa. Walaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi
dengan sendirinya, tidak tergantung dari saraf-saraf ekstrinsik ini, perangsangan oleh
sistem simpatis dan para simpatis dapat mengaktifkan atau menghambat fungsi
gastrointestinallebihlanjut.
Ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epiteilium gastrointestinal atau dinding
3
usus mengirimkan serat-serat saraf aferen ke kedua pleksus sistem enterik juga ke
ganglia prefertebral dari sistem simpatis, beberapa berjalan melalui saraf simpatis ke
medula spinalis dan yang lainnya berjalan di dalam saraf vagus ke batang otak. Saraf-
saraf sensoris ini dapat mengadakan reflek-reflek lokal di dalam usus itu sendiri dan
reflek-reflek lain yang disiarkan kembali ke usus baik dari ganglia prevertebral maupun
Gastrointestinal Track Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan
mineral meningkat. Nafsu makan ibu meningkat sehingga intake makanan juga
meningkat. Beberapa wanita hamil mengalami penurunan nafsu makan atau mengalami
mual dan muntah. Gejala tersebut mungkin berhubungan dengan peningkatan hormon
Kavitas Mulut (Oral Cavity) Salivasi meningkat akibat gangguan menelan yang
berhubungan dengan mual yang terjadi terutama pada awal kehamilan. Pengeroposan
gigi selama kehamilan bukan terjadi akibat kurangnya kalsium dalam gigi namun
Dentalcalciumis bersifat stabil dan tidak berkurang selama kehamilan seperti halnya
kalsium tulang. Hipertrophi dan gusi yang rapuh dapat terjadi akibat peningkatan
hormon estrogen.
Defisiensi vitamin C juga dapat mengakibatkan gusi bengkak dan mudah berdarah.
4
Keadaan gusi dapat kembali normal pada awal masa puerpurium. Motilitas
akibat peningkatan hormon progesteron yang dapat menurunkan produksi motilin yaitu
suatu peptida yang dapat menstimulasi pergerakan otot usus. Waktu transit makanan
yang melewati gastrointestinal melambat/lebih lama dibanding pada wanita yang tidak
hamil. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penyerapan air dan sodium diusus besar
yang mengakibatkan konstipasi. Lambung dan Usofagus Produksi lambung yaitu asam
menyebabkan refluks gastrik akibat dari lamanya waktu pengosongan lambung dan
dilatasi atau relaksasi cardiac sphincter. Gastric reflux lebih banyak terjadi pada
anestesi berbahaya karena dapat meningkatkan regurgitasi dan aspirasi. Usus besar,
usus kecil dan Appendik Usus besar dan kecil bergeser keatas dan lateral, apendik
bergeser secara superior pada ruang panggul. Posisi organ-organ tersebut kembali ke
perubahan selama kehamilan karena hipotonia pada otot dinding kandung empedu.
Waktu pengosongan lebih lambat dan inkomplit. Empedu mengalami penebalan dan
empedu yang stasis menyebabkan formasi batu empedu. Liver Tidak terjadi perubahan
5
morfologi pada hati selama kehamilan normal, namun fungsi hati mengalami
Ginjal dan Saluran urinari Dilatasi Renal Selama kehamilan masing-masing ginjal
berdilatasi sampai tepi atas tulang pelvis. Ureter juga memanjang, melebar dan lebih
melengkung (kurve). Hal tersebut meningkatkan kejadian stasis urin yang menyebabkan
infeksi dan tes fungsi renal sulit diinterpretasi. Penyebab absolut hidronefrosis dan
hidroureter selama kehamilan tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang berkontribusi :
2. Vena ovari yang berada pada ligamen yang mengalangi pembesaran ovari
4. Hiperplasia pada 1/3 distal otot ureter menyebabkan reduksi ukuran luminal
peningkatan sampai 50%. Aliran plasma renal meningkat 25-50%. Alran urinary dan
sekresi sodium pada akhir kehamilan dapat terganggu karena perubahan posisi, dimana
alirannya menjadi dua kali lebih besar pada posisi lateral rekumbent dibanding pada
posisi supinasi. Meskipun GFR meningkat secara dramatis selama kehamilan, volume
urin yang melewati ginjal perhari tidak mengalami peningkatan. Sistem urinary lebih
6
efektif selama kehamilan. Dengan kenaikan GFR, terjadi peningkatan creatinin clearen
GFR dan konsentrasi nitrogen urin menurun. Glukosuria selama kehamilan tidak selalu
bersifat abnormal. Hal tersebut terjadi karena peningkatan GFR dan lemahnya kapasitas
reabsorbsi tubuler untuk memfiltrasi glukosa. Peningkatan kadar glukosa dalam urin
dianggap abnormal jika lebih dari 500mg/24jam. Kadar enzim renin yang diproduksi
ginjal meningkat pada awal trimester pertama dan peningkatan tersebut terjadi sampai
kehamilan term. Enzim ini bekerja pada substrat anginotensinogen; dari angiotensin 1,
resisten terhadap efek peningkatan kadar angiotensin 2 tapi tidak resisten terhadap
Vaskularisasi bladder meningkat dan tonus otot menurun. Kapasitas bladder meningkat
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah kita buat dapat disimpulkan bahwasanya pada
setiap proses persalinan normal akan terjadi perubahan fisiologis pada persalinan kala I
B. Saran Seorang bidan harus mengetahui perubahan fisiologis pada persalinan kala I yang
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Walyani Elisabeth Siwi dan Endang purwoastuti. 2016. Asuhan Persalinan dan BBL.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
2. Sondakh Jenny J. S. 2013. Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:Penerbit
Erlangga
3. Damayanti., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin dan Bayi
Baru Lahir, Ed-1, Cet 1. Yogyakarta: Deepublish,
4. Varney Helen, dkk. 2007. Buku Ajar ASUHAN KEBIDANAN. Jakarta: EGC