PENDAHULUAN
1.1 KASUS
Rongga mulut
Ketika mukosa usus teriritasi, maka sel goblet akan menjadi lebih aktif
sehingga menyebabkan produksi mukus meningkat untuk proteksi mukosa.
Jika jumlahnya terlalu berlebihan, maka dapat muncul dalam feses dan
bermanifestasi sebagai feses berlendir.
Feses yang disertai adanya darah diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
pada dinding saluran cerna. Pada dinding traktus gastrointestinal pembuluh
darahnya mulai terdapat pada lamina propria tunika mukosa namun lebih
MUNTAH 2 KALI 7,9
DEMAM 9,10
MATA CEKUNG 7,9
PERUT KEMBUNG
1. Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit
lebih lambat (misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit)
● Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang
terlihat sebelumnya (Catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila
anak tidak bisa minum larutan oralit atau keadaannya terlihat
memburuk.)
● Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk
perawatan di rumah
● Bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak
muntah profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena
secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau Ringer
asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl).
Epidemiologi
Disentri Amoeba
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang
mengandung kista amuba yang berasal dari carrier. Laju infeksi yang
tinggi didapatkan di tempat-tempat penampungan anak cacat atau
pengungsi dan di Negara-negara sedang berkembang dengan sanitasi
lingkungan hidup yang buruk. Di Negara bereklim tropis lebih banyak
di dapatkan strain pathogen di bandingkan di Negara maju yang
beriklim sedang. Oleh karena itu di Negara maju banyak di jumpai
penderita asimtomatik, sementara di Negara sedang berkembang ysng
beriklim tropis banyak dijumpai pasien yang simtomatik.
Kemungkinan factor diet rendah protein, disamping perbedaan strain
amuba, memegang peran. Di Negara sudah maju misalnya Amerika
Serikat prevelensi amebiasis berkisar antara 1-5%. Meskipun selama
tiga decade terkhir insidennya menurun, akan tetapi penyakit ini akan
tetap ada, terutama di daerah atau di tempat-tempat dengan keadaan
sanitasi yang buruk, misalnya di tempat perawatan pasien cacat mental
serta penampungan indian dan imigran.
Di Indonesia, laporan mengenai insiden amebiasis sampai saat
ini masih belum ada. Akan tetap berdasarkan laporan mengenai abses
hati ameba pada beberapa rumah sakit besar, dapat di perkirakan
insidennya cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara,
Disentri Basiler
Habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pencernaan
manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies menimbulkan
disentri basiler. Di dunia, shigellosis tetap merupakan penyebab diare
tersering baik di negara berkembang maupun di negara maju.
Organisme ini sangat mudah ditransmisikan secara fekal oral, melalui
kontak dari orang ke orang atau melalui makanan dan minuman
kontaminasi. Jumlah kuman yang dibutuhkan untuk dapat
menimbulkan penyakit (dosis infeksi) sangat sedikit yaitu kurang dari
200 organisme. Angka serangan ulang pada anggota keluarga
mencapai 40%. Insidensi dan penyebaran shigellosis berhubungan
dengan kebersihan perseorangan dan kebersihan komunitas.16
Etiologi
Disentri Amoeba17
Entamoeba histolytica merupakan salah satu jenis protozoa
usus yang dapat mengakibatkan penyakit dalam tubuh manusia.
Entamoeba histolytica memiliki tiga stadium yaitu:
1. Bentuk histolitika
2. Bentuk minuta
3. Bentuk kista
Bentuk histolitika dan minuta merupakan bentuk trophozoid,
bedanya bentuk histolitika bersifat patogen dan lebih besar apabila
dibandingkan dengan bentuk minuta. Bentuk histolitika memiliki
ukuran dua puluh sampai empat puluh mikron, mempunyai inti
entameba yang terdapat di endoplasma. Ektoplasma bening homogen
terdapat di bagian tepi sel, dan dapat dilihat secara nyata.
Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebih seperti
daun, dibentuk secara mendadak, dan pergerakannya cepat.
Endoplasma berbutir halus, biasanya tidak mengandung bakteri atau
sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah. Bentuk kista ini
patogen dan dapat hidup di jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit
dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di
Patofisiologi
Disentri Amoeba15
Trofozoid yang mula-mula hidup sebagai komensal di dalam
lumen besar, dapat berubah menjadi pathogen, menembus mukosa
usus dan membentuk ulkus. Factor yang menyebabkan perubahan sifat
trofozoit tersebut sampai saat ini masih belum di ketahui dengan pasti.
Diduga baik factor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan ameba,
maupun lingkingannya mempunyai peran. Factor-faktor yang dapat
Manifestasi Klinis
Disentri Amoeba15
Pasien tidak menunjukkan gejala klinik sama sekali. Hal ini
disebabkan amoeba yang berada di dalam lumen usus besar, tidak
mengadakan invasi ke dinding usus.
a. Amebiasis Intestinal Ringan
Timbul penyakit perlahan-lahan. Penderita biasanya mengeluh perut
kembung, kadnag-kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang.
Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau
busuk. Kadnag-kadang tinja bercampur darah dan lender. Sedikit
nyeri tekan di daerah sigmoid. Jarang nyeri di daerah epigastrium
yang mirip ulkus peptic. Keadaan tersebut bergantung pada lokasi
ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau disetai
demma ringan. Kadang-kadang terdapat hepatomegaly yang tidak
atau sedikit nyeri tekan.
b. Amebiasis Intestinal Sedang
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berat dibandingkan disentri ringan,
tatapi pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari, tinja
disertai darah dan lender. Pasien mengeluh perut kram, demam dan
lemah badan, disertai hepatomegaly yang nyeri ringan.
Disentri Basiler
Manifestasi klinis dan keparahan shigellosis tergantung pada
spesies yang menginteksi, usia, status nutrisi, dan status imunologi
penjamu. Shigellosis secara tipikal berkembang metalui A fase yaitu
fase masa inkubasi, watery diarrhea, dysentery dan fase post infeksi.
Gejala shigelosis secara tipikal dimulai 24-72 Jam setelah kuman ini
tertelan dengan demam dan malaise, diikuti dengan diare yang pada
awalnya adalah watery diare secara cepat berkembang menjadi diare
dengan mukus dan darah yang merupakan karakteristik dari infeksi
shigela, disentri ditandai dengan diare sedikit-sedikit dengan darah dan
lendir disertai dengan tenesmus, kram perut dan nyeri saat akan
defekasi, sebagai akibat inflamasi dan ulcerasi mukosa kolon dan
proktitis. Pada pemeriksaan endoskopi akan didapatkan edema dan
perdarahan mukosa dengan ulserasi dengan eksudasi membentuk
pseudomembran. Luasnya lesi ini berkorelasi dengan jumlah dan
DIAGNOSIS
Disentri Amoeba
Amebiasis intestinal kadang-kadang sukar dibedakan dari
irritable bowel syndrome, diverticulitis, enteritis ragional, dan
hemoroid interna, sedang disentri ameba sukar disebabkan dengan
disentri basiler atau salmonellosis colitis ulserosa, dan skistosomiasis.
Pemeriksaan tinja sangat penting. Tinja penderita amebiasis tidak
banyak mengandung leukosit, tetapi banyak mengandung bakteri.
Diagnosis pasti baru ditegakkan apabila ditemukan ameba (trofozoit).
Akan tetapi dengan ditemukan ameba tersebut tidak berarti
menyingkirkan kemungkinana diagnosis penyakit lain, karena
amebiasis dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain pada seorang
pasien. Sering amebiasis terdapat bersamaan dengan karsinoma usus
besar. Oleh karena itu apabila amebiasis yang telah mendapatkan
pengobatan spesifik masih tetap meneluhkan perut sakit, perlu
dilakukan pemeriksaan lain misalnya endoskopi, foto kolondengan
barium enema, atau biakan tinja.
Abses hati ameba sukar dibedakan dengan abses piogenik,
neoplasma dan kista hidatidosa. Ultrasonografi dapat membedakannya
dengan neoplasma, sedang ditemukan echinococcus dapat
membedakannya dengan abses piogenik. Salah satu cara adalah dengan
pungsi abses.15
Disentri Basiler
Diagnosis spesifik infeksi shigella adalah dengan mengisolasi
organisme tersebut dengan pemerksaan kultur feses atau apus rectal.
Pada beberapa negara tropic uji mikrobiologis tidak tersedia, diagnosis
didasarkan pada gambaran klinis dan uji laboratorium sederhana. 1
Disentri Basiler16,19
Terapi pada kasus ringan umumnya merupakan terapi suportif,
yaitu dengan rehidrasi.19 Hal tersebut dilakukan karena kejadian fatal
terbesar kasus disentri basiler disebabkan karena penderita mengalami
dehidrasi akibat diare. Untuk kasus yang parah atau pasien dengan
respon imun yang rendah biasanya diperlukan antibiotik untuk
menurunkan durasi penyakit. Antibiotik yang biasa digunakan untuk
penanganan disentri basiler meliputi siprofloksasin, azitromisin, dan
ceftriaxon.2 Untuk penanganan dehidrasi yang biasa digunakan adalah
dengan pemberian terapi cairan secara oral atau intravena sesuai
derajat dehidrasi. Obat-obatan anti-diare seperti
loperamidkontraindikasi pada kasus disentri basiler karena dapat
memperlama penyakit karena bakteri akan semakin lama kontak
dengan sel epitel usus sehingga kerusakan sel epitel akan semakin luas.
Penggunaan antibiotik dapat menurunkan gejala, namun tidak
dianjurkan pada pasien dewasa dengan kasus ringan. Beberapa
Shigella banyak yang dilaporkan resisten terhadap ampisilin,
cotrimoksazole, dan tetrasiklin.16
Antibiotik16
Komplikasi
Disentri Amoeba15
Komplikasi intestinal
2.9.2 Taeniasis20
Definisi
Taeniasis atau penyakit cacing pita ialah infeksi pada manusia oleh
cacing pita dewasa yang tergolong dalam genus taenia.Terbagi 2 jenis
yaitu,taeniasis oleh karena infeksi taenia solium (cacing pita babi,pork
tapeworm), dan taeniasis oleh karena infeksi taenia saginata (cacing pita
sapi atau beef tapeworm).Akhir-akhir ini ditemukan spesies baru yang
berhubungan erat (sister species) dengan taenia saginata,disebut dengan
taenia asaiatica.Pada manusia bentuk larva taenia solium dapat
menimbulkan infeksi yang dikenal sebagai sistiserkosis.Apabila
sistiserkosis mengenai jaringan otak maka disebut sebagai
neurosistiserkosis (NCC).20
Etiopatomekanisme
Untuk kelangsungan hidupnya cacing Taenia spp. memerlukan 2
induk semang yaitu induk semang definitif (manusia) dan induk semang
Selanjutnya, telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan
menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan
berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. Siklus hidup T. solium
pada dasarnya sama dengan siklus hidup T. saginata, akan tetapi induk
semang perantaranya adalah babi dan manusia akan terinfeksi apabila
memakan daging babi yang mengandung kista dan kurang matang/tidak
sempurna memasaknya atau tertelan telur cacing. T. saginata menjadi
dewasa dalam waktu10 – 12 minggu dan T. solium dewasa dalam waktu
Manifestasi Klinis
Gejala klinis Taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomonik,
sebagian besar karier bersifat asimtomatik,hanya mengetahui dirinya
mnederita infeksi setelah keluarnya proglotid dalam tinja. Pada pasien
pasien timbul keluhan gastrointestinal ringan seperti nausea atau nyeri
Diagnosis
Penatalaksanaan20
Berbagai macam obat dapat dipakai sebagai terapi taeniasis. Obat
pilihan untuk infeksi cacing pita sat ini ialah prazikuantel dan niklosamid.
Prazikuantel (Biltricide,cesol)
Albendazole ( Albenza )
Mebendazole
Prognosis
Infeksi T.saginata mempunyai prognosis baik,jarang sekali
menimbulkan komplikasi. Infeksi oleh T.solium dapat memberi komplikasi
serius terutama sistiserkosis pada susunan saraf pusat yang dapat
memberi prognosis kurang baik.20
Preventif
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai tindakan dengan
cara menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati pasien taeniasis,
pendidikan kesehatan untuk mengubah kebiasaan penduduk dalam
pembungan kotoran tinja yang sembarangan dan kebiasaan memakan
daging yang tidak di masak dengan sempurna ,serta pengawasan rumah
potong yang baik.20
2.9.3 Schistosomiasis
Definisi
Schistosomiasis merupakan suatu penyakit pada manusia dan vertebrata
yang disebabkan oleh cacing Schistosoma.21
Etiologi
Terdapat lima spesies yang dapat menginfeksi manusia yaitu Schistosoma
mansoni, Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, Schistosoma
haematobium dan Schistosoma intercalatum. S.mansoni, S.japonicum,
S.Mekongi dan S.intercalatum menimbulkan penyakit hepar kronik dan
Manifestasi Klinis
Perubahan-perubahan dan gejala klinis dari Schistosomiasis dapat dibagi
dalam tiga stadium yaitu : 1). Masa tunas biologik, 2). Stadium akut dan
3). Stadium menahun.
1) Masa Tunas Biologik
Waktu antara serkaria menembus kulit sampai menjadi dewasa disebut
tunas biologik. Disini terjadi respon humoral maupun selular.
Manifestasi klinisnya dapat berupa urtikaria atau edema angioneurotik,
Penatalaksanaan
2.9.4 Strongyloidiasis
Definisi
Patomekanisme
Sumber : https://www.rrh.org.au/journal/article/152
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan Penunjang
b. Mebendazol diberikan dengan dosis 100 mg, 3 kali setiap hari dan
selama 2 atau 4 minggu
Preventif
● Selalu melakukan cuci tangan 6 langkah agar terhindar dari bakteri, virus
ataupun parasit yang berkeliaran di luar tubuh
● Menghindari penggunaan pupuk dari tinja, karena bisa saja ada cacing
yang terkandung di dalam pupuk tersebut
Komplikasi
Prognosis
2. Bisa terjadi autoinfeksi jika infeksi parasit tidak diobati dengan sebaik
dan secepat mungkin.
Artinya :
“...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang
yang menyucikan / membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
BAB III
PENUTUP
Berlendir + + + +
Kesimpulan
Berdasarkan diskusi PBL yang telah kami lakukan, kami mendapatkan 4 diagnosa
banding dengan keluhan utama yang sama yaitu BAB encer disertai darah dan
lendir. Di antara keempat diagnosa banding tersebut, diagnose yang paling
mendekati dengan scenario I adalah disentri.